Anda di halaman 1dari 3

5.

Jaminan Format Hipotek

Hipotek merupakan suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil
penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162 KUH Perdata). Hipotek
harus memenuhi 2 (dua) asas, yaitu:
Pertama, asas specialiteit, harus ditunjuk suatu benda tertentu atau benda yang khusus untuk
dijadikan jaminan utang.
Kedua, asas Openbaarheid, hipotek harus didaftarkan di kantor pendaftaran hipotek karena
mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga, yaitu mengikat pihak ketiga. Jadi adanya
perjanjian hipotek tersebut dapat diketahui oleh siapa saja yang berkepentingan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dalam hipotek, yaitu:
a. para calon kreditor dan para kreditor lainnya supaya mengetahui bahwa benda yang
bersangkutan sudah dihipotekkan dan sampai jumlah berapa dari benda itu yang
dihipotekkan.
b. hipotek mempunyai sifat droit de suite Pasal 1163 ayat 2 KUH Perdata, yang menyatakan
bahwa benda-benda itu tetap dibebani dengan hak tersebut di dalam tangan siapa pun ia
beralih.

6. Jaminan Format Cessie

Cessie merupakan pengalihan atau pemindahan hak atas kebendaan tak bertubuh (intangible
goods) kepada pihak ketiga. Kebendaan tak bertubuh di sini biasa berbentuk piutang atas nama.
Cessie diatur di dalam buku II KUH Perdata atau BW pada bagian yang mengatur tentang
"kebendaan". Di dalam KUH Perdata hal ini disebut "penyerahan piutang atas nama".
Isi dari akta cessie harus memuat:
a. hak tagih yang dialihkan;
b. nama-nama dari cedent, cessionaris dan debitor-cessus;
c. keterangan pihak cedent dan cessionaris atas pengalihan hak tagih, dan
d. tanda tangan dari cedent dan cessionaris.

H. Tukar-Menukar Barang/Jasa

Menurut Pasal 1541-1546 BW, tukar-menukar barang ialah suatu persetujuan, dengan mana
kedua belah pihak mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal-balik
sebagai ganti suatu barang lain. Barang-barang yang dapat ditukarkan menurut perjanjian ini
adalah semua barang yang dapat diperjualbelikan (ekonomis). jika perjanjian tukar-menukar
telah disetujui, dan pihak satu telah menerima barang dari pihak lain, tetapi setelah diterima
ternyata bahwa barang yang diterimanya itu bukan milik sendiri dari pihak yang menyerahkan
barang tersebut, maka pihak yang satu itu tidak dapat dipaksa untuk menyerahkan barang yang
telah disanggupkan sebagai gantinya, tetapi pihak satu itu wajib menyerahkan kembali barang
yang telah diserahkan kepadanya dari pihak lain. Demikian juga bila terjadi suatu barang yang
ditukarkan itu rusak atau lenyap, tetapi lenyapnya bukan karena kesalahan pemilik, maka
perjanjian tukar-menukar tersebut dianggap batal/gugur.
I. Perjanjian Investasi

Investasi atau penanaman modal merupakan bentuk transaksi atau perjanjian antara investor
(pemilik modal) dengan investee (individu/ perusahaan yang membutuhkan modal usaha). UU
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal bahwa pasar modal bertujuan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan
stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dengan begitu, proses
meraih profit di pasar saham dengan motivasi untung cepat dan belipat bukan investasi, tetapi
cenderung spekulasi karena pelaku meraih profit tanpa produk barang/jasa. Jadi, pasar modal
seharusnya mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha
(langsung), terutama bagi pengembangan usaha kecil dan menengah.

J. Perjanjian Anjak Piutang (Factoring)


Berdasarkan Pasal 1 huruf e Keputusan Menteri Keuangan RI No. 448/ KMK.017 Tahun 2000
tentang Perusahaan Pembiayaan, anjak piutang merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pem- belian dan/atau pengalihan serta pengurusan pi-utang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar negeri.

Mekanisme Anjak Piutang (factoring)

Anjak piutang merupakan salah satu bentuk pembiayaan jangka pendek tanpa jaminan (tanpa
collateral) melalui pembelian atau pengambil- alihan piutang/tagihan jangka pendek suatu
perusahaan yang berasal dari transaksi perdagangan dalam maupun luar negeri. Banyak
perusahaan barang/jasa yang saat ini menggunakan jenis transaksi anjak piutang. Misalnya,
konsumen membayar barang/jasa dengan memakai kartu kredit. Artinya, penjual barang maupun
jasa dapat mengalihkan tagihan itu ke pihak bank, lalu pihak bank membayar dulu kepada
penjual barang/jasa, kemudian pihak bank yang melakukan penagihan piutang ke customer
(pembeli barang/jasa). Tujuan pengalihan tagihan ini ialah untuk memudahkan transaksi antara
penjual barang/ jasa dengan para konsumennya. Pihak bank/ perusahaan factor mendapat untung
dari bunga serta biaya administrasi yang ditagih dari customer. Jadi, perjanjian anjak piutang
antara bank dengan penjual barang/jasa ini bertujuan melayani costumer.
unsur-unsur factoring meliputi:
a) Perusahaan factor (pengambil alih piutang atau tagihan),
b) klien (pemilik piutang),
c) customer (debitur atau pihak yang berutang kepada klien),
d) tagihan/piutang, dan
e) pengalihan piutang (cessie).

Anda mungkin juga menyukai