Anda di halaman 1dari 5

BENTUK-BENTUK PERJANJIAN DALAM BISNIS

Pada pasal 1319 KUHPdt, perjanjian dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian
bernama (nominaat) dan tidak bernama (innominaat).
1. Kontrak Nominat
Kontrak nominaat adalah kontrak-kontrak atau perjanjian yang sudah dikenal dalam
KUHPdt. Dalam KUHPdt ada lima belas jenis kontrak nominaat, yaitu:
 Jual-beli. Jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu hak kebendaan, dan pihak lain
membayar sesuai harga yang diperjanjikan (1457 KUHPdt).
 Tukar-menukar. Tukar menukar adalah suatu persetujuan, dengan mana kedua belah
pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik
sebagai suatu ganti barang lainnya (1451 KUHPdt).
 Sewa-menyewa. Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak
lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh
pihak yang terakhir (1548 KUHPdt).
Perjanjian melakukan pekerjaan
 Persekutuan perdata. Persekutuan perdata adalah persetujuan dengan mana dua orang
atau lebih mengikatkan dirinya untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan
maksud untuk membagi keuntungan karenanya (1618 KUHPdt).
 Badan hukum. Badan hukum adalah himpunan dari orang sebagai perkumpulan, baik
perkumpulan itu diadakan atau diakui oleh pejabat umum, maupun perkumpulan itu
diterima sebagai diperolehkan, atau telah didirikan untuk maksud tertentu yang tidak
bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan yang baik (1653 KUHPdt).
 Hibah. Pengibahan adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah
menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk
kepentingan seseorang yang menerima barang itu (1666 ayat (1) KUHPdt).
 Penitipan barang. Penitipan barang terjadi apabila seseorang menerima suatu barang
dari orang lain, dengan syarat bahwa ia akan menyimpan dan mengembalikannya
dalam wujud asalnya (1694 KUHPdt).
 Pinjam pakai. Pinjam pakai adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu
memberikan suatu barang kepada pihak lainnya untuk dipakai secara cuma-cuma,
dengan syarat bahwa yang menerima barang ini setelah memakainya atau setelah
lewatnya waktu tertentu akan mengembalikannya (1740 KUHPdt).
 Pinjam-meminjam (pinjam pakai habis). Pinjam-meminjam (pakai habis) adalah
suatu perjanjian yang menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah uang yang
dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua tersebut
akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak lain dalam jumlah dan keadaan yang
sama (1754 KUHPdt).
 Pemberian kuasa. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian yang berisikan pemberian
kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas
nama orang yang memberi kuasa (1792 KUHPdt).
 Bunga tetap atau abadi. Bunga tetap atau abadi adalah perjanjian dimana pihak yang
memberikan pinjaman uang akan menerima pembayaran bunga atas sejumlah uang
pokok yang tidak akan dimintanya kembali (1770 KUHPdt).
 Perjanjian untung-untungan. Perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan
yang hasilnya, yaitu mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun
sementara pihak, yang tergantung pada kejadian yang belum pasti (1774 KUHPdt).
 Penanggungan utang. Penanggungan utang adalah suatu perjanjian, dimana pihak
ketiga, demi kepentingan kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan
debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya (1820 KUHPdt).
 Perjanjian perdamaian (dading). Perdamaian adalah suatu persetujuan yang berisi
bahwa dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, kedua belah
pihak mengakhiri suatu perkara yang sedang diperiksa pengadilan atau mencegah
timbulnya suatu perkara (1851 KUHPdt).
 Definisi lain : Perdamaian adalah persetujuan dengan mana kedua belah pihak atas
dasar saling pengertian mengakhiri suatu perkara yang sedang berlangsung atau
mencegah timbulnya suatu perkara (Art. 1888 NBW).
2. Kontrak Innominaat
Kontrak innominaat. Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh dan
hidup dalam masyarakat dan kontrak ini belum dikenal pada saat KUHPdt diundangkan.
Hukum kontrak innominaat (spesialis) merupakan bagian dari hukum kontrak (generalis).
Beberapa jenis kontrak innominaat:
 Perjanjian sewa beli. Dalam sewa beli ada dua tahap perbuatan hukum yaitu tahap
pertama menyewakan benda dan tahap kedua pembelian benda.  Pada tahap pertama
penyewa dengan membayar sewa yang telah disepakati secara angsuran menerima
benda untuk dinikmati.  Pada tahap kedua, penyewa dengan membayar angsuran sewa
terakhir berubah status menjadi pembeli dan memperoleh hak milik atas benda yang
sudah dikuasainya itu. Pasal 1 SK Mendag No. 34/II/1980 tentang Perizinan Kegiatan
Usaha Sewa Beli dengan Angsuran, dan Sewa menentukan:  Sewa beli adalah jual beli
barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan
setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang
yang telah disepakati bersama, dan yang diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik
atas barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya
dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Pasal 2 SK Mendag No. 34/II/1980
menentukan barang-barang yang boleh disewabelikan adalah barang niaga tahan lama
yang baru, dan tidak mengalami perubahan teknis, baik berasal dari produk sendiri
maupun perakitan dalam negeri. Umumnya benda yang disewabelikan adalah
kendaraan bermotor, elektronik, perumahan, dan sebagainya.
 Perjanjian sewa guna (leasing). Sewa guna merupakan kegiatan pembiayaan usaha
yang dilakukan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk menjalankan usaha.
Dalam SK Menkeu No. 48 Tahun 1991 butir a menyatakan:  Sewa guna usaha
(leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
untuk digunakan oleh lessie selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala.
 Perjanjian anjak piutang (factoring). Merupakan lembaga pembiayaan yang dalam
melakukan usaha pembiayaannya dilakukan dalam bentuk pembelian atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Transaksi anjak piutang merupakan pengalihan
mutlak yang dilakukan oleh klien (penjual piutang) kepada perusahaan factoring atas
utang pihak ketiga (dibitur) karena adanya pembelian barang atau jasa dari pihak
kreditur (klien), piutang atau tagihan itu umumnya jangka pendek (90 hari).
 Modal ventura (joint venture). Karakteristik Modal Ventura:
 Modal ventura bersifat “Risk Capital” artinya bantuan hanya akan diberikan pada
perusahaan yang mempunyai potensi untuk berkembang, inovasi dan kreasi tanpa
mengenal adanya jaminan atau agunan apabila terjadi risiko akan ditanggung bersama.
 Sifat investasinya jangka panjang, 5 – 10 tahun
 Pembayaran pengembalian dana modal ventura tidak dibebani bunga dan tidak
dibayarkan tiap bulan, melainkan dibayarkan saat jangka waktu investasi berakhir
 Investasi modal ventura merupakan bisnis murni disebabkan perusahaan modal ventura
mengharapkan dana penyertaan itu setelah digunakan oleh pengusaha kecil dapat
menjadi “Capital Gain” (perolehan keuntungan dari modal yang diserahkan).
WANPRESTASI DALAM KONTRAK BISNIS BAGI PENGUSAHA
Ketika para pihak telah sepakat dan membuat suatu perjanjian serta menandatanganinya,
berarti para pihak tersebut telah terikat dan harus memenuhi kewajiban yang telah disepakati untuk
memperoleh hak berdasarkan perjanjian tersebut. Namun, meski perjanjian sudah disepakati dan
mengikat para pihak, adakalanya perjanjian tidak selalu berjalan mulus karena salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati. Tidak terpenuhinya kewajiban atau
pelanggaran terhadap perjanjian dikenal dengan istilah wanprestasi. Apa saja yang dapat
dikategorikan sebagai wanprestasi? Apakah tidak terpenuhinya kewajiban pasti termasuk dalam
wanprestasi?
1. Kapan Seseorang Dikatakan Wanprestasi?
Wanprestasi adalah tindakan debitur (yakni pihak yang berjanji untuk melakukan
sesuatu) tidak memenuhi prestasi yang telah disepakati dalam perjanjian. Prestasi yang
dimaksud dalam hal ini adalah suatu hal yang wajib dipenuhi oleh debitur. Dengan kata lain,
debitur dianggap melakukan wanprestasi ketika debitur tidak memenuhi kewajiban yang
telah disepakati dalam suatu perjanjian, baik secara sengaja maupun karena kelalaian debitur.
Namun, penentuan kapan seseorang melakukan wanprestasi ini juga perlu dilihat dari
masing-masing kasus. Misalnya dalam perjanjian kredit di mana debitur wajib membayar
utang pada waktu yang disepakati, jika debitur membayar utang tersebut lebih cepat atau
lewat dari jangka waktu yang disepakati, maka debitur dapat dikatakan wanprestasi dan
konsekuensinya tergantung pada ketentuan yang ada di dalam perjanjian tersebut.
2. Kategori Wanprestasi
Menurut Subekti, seorang ahli hukum perdata dalam bukunya yang berjudul Hukum
Perjanjian, terdapat empat macam wanprestasi, yakni:
a) tidak melaksanakan apa yang telah disepakati dalam perjanjian;
b) melaksanakan yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana mestinya;
c) melaksanakan apa yang diperjanjikan tapi terlambat atau telah lewat jangka waktu; atau
d) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
3. Hal yang Dapat Dilakukan Ketika Salah Satu Pihak Wanprestasi
Ketika Anda terikat dalam suatu perjanjian dengan suatu pihak kemudian pihak tersebut
tidak menjalankan kewajibannya yang telah tertera dalam perjanjian, maka Anda perlu
melihat kembali ke perjanjian yang Anda sepakati dengan pihak tersebut. Apakah dengan
tidak dilaksanakannya kewajiban tersebut maka secara serta merta pihak itu dianggap
wanprestasi dan bagaimana dengan konsekuensinya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan ketika ini terjadi adalah dengan memberikan
somasi agar pihak tersebut melaksanakan kewajibannya. Jika setelah diberikan somasi, pihak
tersebut tetap tidak melaksanakan kewajibannya, maka Anda sebagai pihak yang dirugikan
dapat mengakhiri perjanjian tanpa menghilangkan kewajiban pihak tersebut yang tetap harus
dipenuhi. Hal ini dapat dilakukan selama di dalam perjanjian diatur mengenai keadaan yang
dapat mengakhiri perjanjian, salah satunya adalah wanprestasi yang dilakukan oleh salah
satu pihak.
4. Akibat Wanprestasi
Ketika wanprestasi terjadi, pihak yang dirugikan dapat mengajukan klaim untuk
memperoleh ganti kerugian akibat wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Akibat
dari wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata di mana debitur yang melakukan
wanprestasi harus mengganti kerugian yang diderita oleh pihak lainnya jika debitur tetap
tidak melaksanakan kewajibannya setelah diberitahukan bahwa ia melakukan wanprestasi.
Selain itu, apabila terjadi perselisihan akibat wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu
pihak dan perselisihan ini dibawa ke Pengadilan, maka selain pembayaran atas ganti
kerugian, pihak yang kalah juga dapat dibebankan untuk membayar biaya perkara.
5. Pengecualian Terhadap Wanprestasi Akibat Force Majeure
Pada dasarnya, ketika suatu pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana telah disepakati dapat dianggap sebagai wanprestasi. Namun, Pasal
1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata memberikan pengecualian bahwa pihak yang
melakukan wanprestasi tersebut tidak memiliki kewajiban untuk memberikan ganti rugi
kepada pihak lain yang dirugikan jika wanprestasi disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak
terduga. Suatu hal yang tidak terduga inilah yang biasa dikenal dengan force majeure atau
keadaan memaksa. Pada intinya, force majeure merupakan tindakan yang terjadi di luar
kendali atau prediksi para pihak yang terlibat, misalnya kejadian bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, tanah longsor, atau kejadian lainnya yang tidak terduga  menyebabkan salah
satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Apabila hal tersebut terjadi, maka pihak
yang mengalami force majeure tidak dapat dikenakan kewajiban untuk mengganti kerugian
terhadap pihak lainnya.
Itulah beberapa hal mengenai wanprestasi yang harus Anda ketahui. Untuk mengurangi
risiko terjadinya wanprestasi, sebaiknya Anda pihak yang akan menandatangani perjanjian
tersebut membuat kesepakatan mengenai hak dan kewajiban sesuai dengan kemampuan
masing-masing pihak. Selain itu, penting untuk mencantumkan ketentuan mengenai
konsekuensi bagi pihak yang melanggar perjanjian atau tidak memenuhi kewajibannya
sesuai yang telah disepakati agar ketika wanprestasi terjadi, penyelesaiannya dapat segera
diurus dan tidak menimbulkan perselisihan antara para pihak.
Untuk membantu Anda membuat perjanjian dengan tepat dan mengurangi risiko
terjadinya wanprestasi, Anda dapat melakukan konsultasi hukum melalui LIBERA.id.
Dengan LIBERA, Anda juga bisa mendapatkan solusi masalah hukum dalam pembuatan
kontrak atau perjanjian sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku. Jadi, segera
konsultasikan masalah hukum Anda sekarang juga di LIBERA, dan buat seluruh perjanjian
Anda lebih aman dan nyaman di LIBERA.

Daftar Pustaka
https://libera.id/blogs/wanprestasi/
https://www.sarno.id/2017/01/jenis-jenis-perjanjian-dalam-bisnis/

Anda mungkin juga menyukai