Anda di halaman 1dari 6

Nama : Intan Kusumaning Jati

NIM : E0020225
1. JUAL BELI
a) Pengertian:
Jual beli menurut KUHPerdata Pasal 1457 merupakan suatu perjanjian yang
mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan sutau benda dan
pihak lain membayar dengan harga yang disepakati. Perjanjian jual beli
merupakan suatu ikatan bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si
penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan
pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas
jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
b) Subjek:
orang, Kreditur dan debitur itulah yang menjadi subjek perjanjian. Kreditur
mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan
prestasi.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditentukan hanya orang
menjadi subjek hukum. Mengenai orang secara umum di atur didalam Buku I
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Orang sebagai subjek dapat di
bedakan menjadi dua pengertian, yaitu: 1. Natuurlijke person, yang disebut
orang sebagai manusia atau manusia pribadiyang berarti pembawa hak atau
subjek hukum di dalam hukum. 2. Rechtpersoon, yang disebut sebagai orang
dalam bentuk badan hukum yangdimiliki hakhak dan dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum yangseperti seorang manusia.
c) Objek:
Objek jual beli merupakan suatu benda yang terdapat nilai harganya.
d) Prestasinya:
Objek perjanjian adalah prestasi, maka objek perjanjian ini dapat perpberupa
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Dengan demikian, maka objek perjanjian tidak selalu berupa benda
e) Dasar Hukum:
KUHPerdata Pasal 1457 merupakan suatu perjanjian yang mana pihak yang
satu mengikatkan diri untuk menyerahkan sutau benda dan pihak lain
membayar dengan harga yang disepakati.
f) Kriteria penyerahan hak milik:
Berdasarkan Pasal 1474 KUHPerdata ada dua kewajiban penjual yakni
menyerahkan benda dan yang dijualnya dan menanggung atau menjamin.26
Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut
hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual
belikan itu dari si penjual kepada si pembeli. Menurut Kitab UndangUndang
Hukum Perdata, ada tiga macam penyerahan hak milik yang masing-masing
berlaku untuk masing-masing macam barang itu diantaranya
- Untuk barang bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang
itu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Pasal 612 KUHPerdata yang
berbunyi: “penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh,
dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau
atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan
dalam mana kebendaan itu berada”.
- Untuk barang tetap (tidak bergerak) dengan perbuatan yang dinamakan
“balik nama”, sebagaimana ketentuan dalam Pasal 616 KUHPerdata
dihubungkan dengan Pasal 620 KUHPerdata.
2. SEWA MENYEWA
a) Pengertian:
Perjanjian sewa menyewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu
menyanggupi akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama jangka
waktu tertentu sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar harga
yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu yang yang
ditentukan.
b) Subjek:
Pihak yang menyewakan dan pihak penyewa
c) Objek:
Objek persetujuan sewa menyewa meliputi segala jenis benda, objek
persetujuan sewa menyewa meliputi segala jenis benda, baik benda berwujud,
benda tidak berwujud, benda bergerak dan tak bergerak, kecuali benda-benda
yang berada diluar perniagaan.
(Benda yg berada diluar perniagaan adalah benda-benda yang termasuk
kepunyaan publik)
pasal 1332 KUH perdata yang bunyinya: “Hanya barang yang dapat
diperdagangkan saja yang menjadi pokok persetujuan” dan pasal 1953 KUH
perdata yang bunyinya: “Seseorang tidak dapat menggunakan lewat waktu
untuk memperoleh hak milik atas barang-barang yang tidak beredar dalam
perdagangan”
contoh: karya hak cipta, logo, nama, slogan, judul
d) Prestasinya:
prestasi dalam suatu perjanjian sewa menyewa ialah kewajiban salah satu
pihak untuk memberi sesuatu berupa barang atau tempat untuk disewakan
kepada pihak lainnya yang juga mempunyai kewajiban untuk memberi sesuatu
berupa biaya sewa.
e) Dasar Hukum:
buku ke III dalam rumusan Pasal 1548 KUHPerdata yang berbunyi: “sewa
menyewa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberi kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang,
selama suatu waktu tertentu dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak
terakhir disanggupi pembayarannya”.
Pasal 1548 KUHPerdata, dapat dikatakan bahwa perjanjian sewa menyewa
adalah suatu perjanjian konsensuil yang artinya perjanjian tersebut telah sah
dan mengikat pada saat tercapainya kata sepakat, yaitu mengenai barang yang
disewa dan harga sewanya.
f) Kriteria penyerahan hak milik:
- Pasal 1550 BW menentukan tiga macam kewajiban pihak yang
menyewakan. Ketiga macam kewajiban tersebut merupakan kewajiban
yang harus dibebankan pada para pihak yang menyewakan, yaitu:
(1) Kewajiban untuk menyerahkan barang yang disewa kepada para
pihak
(2) Kewajiban pihak yang menyewakan untuk memelihara barang
yang disewakan selama waktu yang diperjanjikan. Sehingga barang
yang disewa tadi tetap dapat dipergunakan dan dinikmati sesuai
dengan hajat yang dimaksut pihak penyewa.
(3) Pihak yang menyewakan wajib memeberi ketentraman kepada si
penyewa menikmati barang yang disewam selama perjanjian sewa
berlangsung.
- Sesuai dengan ketentuan 1560 BW, si penyewa mempunyai kewajiban,
yaitu:
(1) Membayar atau melunasi uang sewa sesuai dengan jumlah dan
waktu yang telah ditentukan.
(2) Memakai barang yang disewa secara “patut” sesuai dengan tujuan
yang ditentukan dalam perjanjian.
3. JUAL BELI DENGAN ANGSURAN ATAU CICILAN
a) Pengertian:
Jual beli secara angsuran ialah jual beli dimana para pihak telah bersepakat
bahwa barang akan dibayar secara angsuran atau bertahap setelah barang
diserahkan oleh penjual kepada pembeli, baik dalam hak milik maupun tidak.
jual beli dengan sistem angsuran merupakan jual beli yang mana cara
pelunasannya dilakukan secara berkala yang didahului oleh pembayaran uang
muka atas suatu barang yang telah disepakati bersama dalam perjanjian serta
peralihan hak atas barang tersebut dari penjual kepada pembeli beralih pada
awal peristiwa jual beli.
b) Subjek:
para pihak yang melakukan perbuatan hukum jual beli dengan pembayaran
angsuran, adalah penjual dan pembeli.
c) Objek:
status kepemilikan atas benda
d) Prestasinya:
menyerahkan sesuatu yakni uang angsuran, sedangkan penjual hanya memberi
kwitansi pembayaran angsuran
e) Dasar Hukum:
Perjanjian jual beli dengan sistem angsuran ini merupakan hal baru dan tidak
diatur secara khusus dalam KUHPerdata kita, tetapi praktek ini memang
diperbolehkan mengingat pasal 1338 KUHPerdata yang menganut sistem
kebebasan berkontrak, perjanjian jual beli dengan sistem angsuran merupakan
perjanjian innomimat atau perjanjian tidak bernama karena belum ada
pengaturannya secara khusus dalam Undang-Undang, adapun perjanjian
tersebut pernah diatur dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan
dan Koperasi Nomor 24/Kep/II/1980,pasal 1 sub(b), yang pada intinya
menyatakan bahwa jual beli dengan sistem angsuran merupakan jual beli yang
mana cara pelunasannya dilakukan secara berkala yang didahului oleh
pembayaran uang muka atas suatu barang yang telah disepakati bersama
dalam perjanjian serta peralihan hak atas barang tersebutdari penjual kepada
pembeli beralih pada awal peristiwa jual beli.
f) Kriteria penyerahan hak milik:
Pihak pembeli di sini sedikit diuntungkan karena hak atas barang itu telah
diperoleh akan tetapi untuk keseimbangan para pihak kemudian penjual akan
dilindungi oleh adanya utang yang belum dibayar oleh penjual, dengan begitu
konstruksi hukum pada perjanjian jual beli dengan sistem angsuran ini ada dua
konsep peristiwa hukum yaitu:
Kegiatan jual beli; dan
Kegiatan utang piutang.
Dalam hal ini, kegiatan jual beli diikuti dengan kegiatan utang piutang.
Pembeli menjadi debitur karena melakukan pembelian barang dengan
pembayaran uang muka di awal, dan sisanya dibayar dengan cara mengangsur
(mencicil) yang mana hal ini termasuk perbuatan untuk melunasi utang.
4. SEWA BELI
a) Pengertian:
Perjanjian sewa beli adalah sebagai jual beli benda tertentu, penjual
melaksanakan penjualan benda dengan cara memperhatikan setiap
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga benda
yang telah disepakati bersama dan diktat dalam suatu perjanjian.
b) Subjek:
Pembeli dan penjual
c) Objek:
segala jenis benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, benda
berwujud maupun benda tidak berwujud
*Benda berwujud dihasilkan oleh alam (timbul dari tanah sprti buah buahan,
dilahirkan oleh binatang (telur, susu, anak binatang), dan manusia karena
penanamannya ( ubi ubian), benda tidak berwujud timbul dari hubungan
hukum tertentu sprti piutang, uang sewa, uang jual beli, dll
d) Prestasinya:
kewajiban pembayaran kepada penjual oleh pembeli hingga dibayar lunas.
e) Dasar Hukum:
Berbagai kontrak sewa beli tidak ditentukan secara tegas tentang saat
terjadinya kontrak sewa beli. Namun, apabila kita mengkaji pasal 1320
KUHPerdata, maka momentum terjadinya kontrak sewa beli adalah pada saat
terjadinya persesuaian kehendak antara penjual sewa dan pembeli sewa.35
Pada dasarnya tidak ada suatu peraturan yang mengharuskan perjanjian sewa
beli dibuat dalam bentuk tertulis. Perjanjian termasuk perjanjian sewa beli
adalah bebas bentuk, sehingga dapat berbentuk lisan maupun berbentuk tulisan
(akta).
f) Kriteria penyerahan hak milik:
hak milik atas benda tersebut, baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Latar belakang
timbulnya sewa beli pertama kali adalah untuk menampung persoalan, yang
dikarenakan kebanyakan para calon pembeli tidak mampu membayar jumlah
uang yang ditentukan secara tunai. peralihan hak kepemilikan barang baru
terjadi pada hari pembayaran sewa bulan terakhir atau apabila dilakukan
pelunasan harga barang sebelum waktu yang ditentukan berakhir
CONTOH: misalnya kendaraan bermotor, tetap berstatus barang sewa yang hak
kepemilikannya dipegang oleh si penjual, walaupun semua surat-surat dan Bukti
Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) adalah atas nama pembeli, sehingga
status pembeli adalah penyewa, agar pembeli tidak dapat menjual atau
memindahtangankan barang tersebut dalam bentuk apapun kepada pihak lain,
tetapi dalam perjanjian juga di sebutkan hal yang dapat dikatakan
berlawanan,yaitu pada saat bersamaan dengan lunasnya pembayaran angsuran
sewa beli seluruhnya, maka pembeli akan menjadi pemilik. Klausula tersebut
menunjukan adanya sikap pengamanan (security) yang berlebihan dari penjual
terhadap kemungkinan terjadinya peralihan hak dari barang otomotif yang
merupakan barang sewa beli. Dengan ditandatanganinya surat perjanjian oleh
kedua pihak, maka terjadilah perjanjian sewa beli. Jadi tidak memerlukan
beberapa saksi, pada umumnya surat perjanjian sewa beli tersebut cukup ditempeli
dengan materai minimal Rp.6000,- (enam ribu rupiah) agar kekuatan hukum lebih
kuat.
5. LEASING
a) Pengertian:
Leasing atau sewa guna usaha kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan menggunakan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.
Leasing adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam bentuk penyewaan.
Penyewaan barang-barang modal atau alat-alat produksi dalam jangka waktu
menengah atau jangka panjang dimana pihak penyewa (lessee) harus
membayar uang secara berkala terdiri dari nilai penyusutan suatu objek leasing
ditambah bunga, biaya-biaya lain serta profit yang diharapkan lessor.
b) Subjek:
pada sewa guna usaha, lessor dan lessee harus berstatus perusahaan. Lessor
adalah perusahaan pembiayaan (finance company) dan lessee adalah
perusahaan yang membutuhkan barang modal.
c) Objek:
objek-objek sewa guna usaha adalah barang modal yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan
d) Prestasinya:
janji terhadap perjanjian leasing yang telah disepakati oleh pihak lessor dan
lessee
e) Dasar Hukum:
Surat keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan
Perdagangan Republik Indonesia No. Kep/122/MK/IV/2/1974,
No.32/M/SK/2/74 dan No.30/Kpb/1/71 Tanggal 7 Februari 1974 tentang
perizinan usaha leasing di Indonesia.8 Bahwa leasing merupakan setiap
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan tertentu, berdasarkan pembayaran
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barangbarang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati
bersama.
f) Kriteria penyerahan hak milik:
bertitik pangkal dari hubungan tertentu diantara lamanya suatu kontrak dengan
lamanya pemakaian (ekonomis) dari barang yang merupakan objek kontrak
dan disepakati bahwa pihak yang satu (lessor) tanpa melepaskan hak miliknya
menurut hukum berkewajiban menyerahkan hak nikmat dari barang itu kepada
pihak lainnya (lessee) sedangkan lessee berkewajiban membayar ganti rugi
yang memadai untuk menikmati barang tersebut tanpa bertujuan untuk
memilikinya.

Anda mungkin juga menyukai