3 /Mei/2018
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH ANAK maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
PELAKU BULLYING1 Terhadap anak nakal, apabila dijatuhi sanksi
Oleh : Raodathul Jannah2 pidana maka sanksi tersebut di kurang ½ dari
Dosen Pembimbing: maksimum ancaman pidana orang dewasa
Tonny Rompis, SH., MH. serta jika diancam pidana kumulatif berupa
Lendy Siar, SH., MH. penjara dan denda, pidana denda dapat diganti
dengan pelatihan kerja. Sistem peradilan
ABSTRAK pidana anak mengutamakan pendekatan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk restorative, jika pihak korban dan pelaku telah
mengetahui apakah perbuatan bullying yang mencapai suatu kesepakatan maka proses
dilakukan oleh anak dapat diminta hukum yang berjalanan dapat dihentikan dan
pertanggungjawaban secara pidana dan penyelesaian tersebut dapat ditempuh
bagaimanakah proses peradilan bagi anak berdasarkan jalur non-penal.
pelaku bullying. Dengan menggunakan metode Kata kunci: Pertanggungjawaban, pidana, anak,
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. bullying
Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan
yang dilakukan terhadap anak dengan cara PENDAHULUAN
verbal atau non-verbal maupun langsung atau A. Latar Belakang Masalah
tidak langsung. Anak mempunyai hak untuk Penanganan kasus bullying atau yang dapat
mendapatkan perlindungan di satuan disebut perundungan, terdapat polemik dalam
Pendidikan berdasarkan Undang-Undang pengenaan sanksi terhadap pelaku bullying.
Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Contohnya penanganan kasus bullying oleh
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. pihak sekolah, dimana terkadang korban
Sesuai dengan pasal 80 Undang-Undang Nomor merasa pemberian sanksi terhadap pelaku
23 Tahun 2002. Kekerasan yang terjadi dalam bullying tidak setimpal atau tidak menimbulkan
masa orientasi sekolah dapat dikategorikan efek jera terhadap pelaku. Justru menambah
sebagai suatu tindak pidana dikarenakan intensitas serangan bullying bagi korban. Oleh
melanggar hukum positif yang telah mengatur sebab itu, terkadang korban bullying lebih
mengenai mekanisme masa orientasi sekolah. memilih diam dan membiarkan pelaku bullying
Adapun pihak sekolah, guru serta staf-nya melakukan aksinya.3 Salah satu kasus bullying
dapat dikenakan sanksi berupa teguran, yang sempat menjadi perhatian publik yaitu
pemberhentian sementara atau tetap, hingga kasus bullying yang terjadi pada tahun 2005,
penutupan sekolah ataupun penurunan dimana kasus tersebut terjadi pada seorang
akreditasi sekolah. 2. Kasus bullying yang siswa bernama Fifi Kusrini. Dia mengalami
dilakukan oleh anak di bawah umur dapat bullying verbal oleh teman-temannya, berupa
diajukan di depan pengadilan berdasarkan ejekan mengenai pekerjaan ayah korban.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Semakin lama murid tersebut mengalami
Sistem Peradilan Pidana Anak dan dapat tekanan psikologi hingga memilih untuk
dipidana dengan syarat haruslah berumur 12 mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri
tahun dan belum berusia 21 tahun serta belum di kamar mandi rumahnya.4
menikah. Terhadap anak yang belum berumur Dari kasus di atas, bisa diambil kesimpulan
12 tahun, penyidik dapat mengambil keputusan betapa bahayanya dampak bullying yang dapat
untuk mengembalikan kepada orang tua/wali, menimpa bagi para korbannya. Dari sebuah
atau dapat mengikutsertakannya dalam ejekan yang dianggap normal dalam pergaulan
program pendidikan, pembinaan, dan anak-anak pada umumnya, hingga bisa
pembimbingan di instansi pemerintah atau mengakibatkan kesalahan fatal bagi jiwa anak
LPKS di instansi yang menangani bidang
kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat 3
http://lifestyle.kompas.com/read/2017/07/26/08000002
0/mencari-hukuman-yang-tepat-bagi-anak-pelaku-
1
Artikel Skripsi. bullying. Di akses 10 november 2017.
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. http://news.liputan6.com/read/105426/gara-gara-sering-
14071101080 diejek-vivi-gantung-diri. Di aksses 11 november 2017.
105
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
lain. Dalam kasus bullying, pihak manakah yang perpustakaan yang dilakukan melalui kajian
dapat dipersalahkan atau pihak mana yang studi dokumen, pengumpulan data-data
dapat bertanggungjawab. Untuk beberapa sekunder seperti Peraturan Perundang-
kasus bullying ringan yang tidak menimbulkan undangan, dan teori-teori hukum serta
kehilangan nyawa mungkin bisa dianggap pendapat-pendapat dari Sarjana.
ringan oleh pihak sekolah maupun pihak
pelaku, tapi tidak bagi pihak korban yang PEMBAHASAN
mengalami dampak bullying tersebut. Bullying A. Pertanggungjawaban Pidana Atas
yang awalnya hanya bercanda gurau, bisa Perbuatan Bullying Yang Dilakukan Oleh
berpotensi menjadi serangan psikologis hingga Anak
lebih parah menjadi serangan fisik. Perilaku bullying (perundungan) sebagai
Lalu bagaimanakah pertanggungjawaban salah satu bentuk tindakan agresi, merupakan
para pelaku atas kerugian yang dialami korban. masalah yang sudah mendunia, termasuk di
Disinilah terdapat hal yang tidak mudah untuk Indonesia. Perilaku bullying sangat rentan
diputuskan oleh masyarakat. Biasanya bullying terjadi pada remaja putra dan putri di berbagai
yang hanya memiliki dampak ringan terhadap tempat mulai dari lingkungan pendidikan atau
korban dapat diatasi oleh pihak sekolah dengan sekolah, tempat kerja, rumah, lingkungan
negosiasi antara pihak keluarga korban dan sekitar, tempat bermain dan lain-lain.
pihak keluarga pelaku. Tapi hal ini terkadang Prevalensi perilaku bullying (perundungan)
tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku. Lalu makin meningkat dan telah menimbulkan
bagaimana dengan bullying yang sudah dampak pada korban ataupun pelaku bullying.5
berdampak sangat merugikan bagi korban. Berbicara mengenai bullying yang terjadi di
Timbullah pertanyaan apakah perlakuan lingkungan pendidikan, tidak ada peraturan
bullying tersebut bisa dikategorikan sebagai perundang-undangan yang membahas secara
sebuah perbuatan melawan hukum dan bisa jelas tentang bullying secara menyeluruh. Satu-
diminta pertanggungjawaban. Pertanyaan ini satunya aturan yang dapat menjadi acuan yakni
tidak berhenti disitu, dikarenakan pelaku yang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo
merupakan anak dibawah umur mempunyai Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
hak-hak tertentu dalam penjatuhan hukuman Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
bagi anak tersebut mengingat bahwa Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Dalam
penjatuhan hukuman tersebut tidak pasal 54 jo pasal 9 ayat (1a) dituliskan bahwa :
diperbolehkan mengancam masa depan anak “Anak di dalam dan di lingkungan satuan
tersebut. pendidikan wajib mendapatkan
Berdasarkan uraian di atas serta didorong perlindungan dari tindak kekerasan fisik,
keinginan untuk memperdalam pemahamam psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan
tentang penanganan kasus bullying dalam lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
pidana Indonesia, maka penulis tertarik untuk kependidikan, sesama peserta didik,
menulis skripsi dengan judul dan/atau pihak lain.”
“Pertanggungjawaban Pidana Oleh Anak Pasal 9 ayat (1a) :
Pelaku Bullying”. “setiap anak berhak mendapatkan
perlindungan di satuan Pendidikan dari
B. Rumusan Masalah kejahatan seksual dan kekerasan yang
1. Apakah perbuatan bullying yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
dilakukan oleh anak dapat diminta kependidikan, sesama peserta didik,
pertanggungjawaban secara pidana? dan/atau pihak lainnya”
2. Bagaimanakah proses peradilan bagi Berdasarkan pasal-pasal tersebut dapat
anak pelaku bullying? dikatakan bahwa anak dapat dikategorikan
sebagai pelaku tindak pidana apabila
C. Metode Penelitian melakukan kekerasan dalam segala bentuk
Penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan apapun kepada orang lain. Adapun kekerasan
metode penelitian hukum normatif dimana
5
penelitian tersebut merupakan penelitian Surilena. op.cit., hlm. 35.
106
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
yang dimaksud adalah kekerasan fisik, psikis, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Sistem
kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya. Bagi Peradilan Pidana Anak (SPPA),
anak pelaku bullying tentunya dapat dikenakan menyebutkan: “Sistem Peradilan Pidana
pasal ini apabila melakukan bullying melalui Anak adalah keseluruhan proses
kekerasan sebagaimana telah disebutkan tadi. penyelesaian perkara anak yang berhadapan
Perlindungan bagi anak di lingkungan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan
Pendidikan merupakan tanggung jawab dari sampai dengan tahap pembimbingan
guru, staf pendidik, pemerintah dan setelah menjalani pidana”
masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang 35 Untuk mengajukan seorang anak ke
Tahun 2014 pasal 54 ayat 2 yaitu “perlindungan depan sidang pengadilan, terdapat batasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan umur layak tidaknya anak tersebut diajukan
oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat di depan persidangan. Secara eksplisit dapat
pemerintah, dan/atau masyarakat”. Walaupun dilihat pada Undang-Undang No 3 tahun
sudah disebutkan dalam konvensi hak anak 1997 Pasal 1 butir 1 yang sejalan dengan
yang sudah diratifikasi Indonesia dan di rumusan Pasal 4 ayat (1).
implementasikan dalam Keputusan Presiden Pasal 1 butir 1 yaitu :
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Anak adalah orang yang dalam perkara anak
maupun dalam perundang-undangan ataupun nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
hukum positif lainnya, tapi kasus-kasus tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan
kekerasan terhadap anak dan bullying tetap belas) tahun dan belum pernah kawin.
terus tejadi baik di dalam lingkup pendidikan Pasal 4 ayat (1) yaitu :
maupun di luar lingkup pendidikan. Batas umur anak nakal yang dapat diajukan
ke sidang anak adalah sekurang-kurangnya 8
B. Proses Peradilan Terhadap Anak Pelaku (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18
Bullying (delapan belas) tahun dan belum pernah
1. Anak Dalam Proses Peradilan Anak kawin.
Keberadaan sistem peradilan pidana tidak Dari kedua pasal tersebut menunjukkan
terlepas dari pembicaraan upaya bahwa yang disebut sebagai anak yang
penanggulangan kejahatan. Upaya dapat diperkarakan atau dibawah ke sidang
penanggulangan kejahatan dapat dilakukan anak hanyalah anak yang berumur antara 8
dengan sarana penal ataupun sarana non- tahun sampai 18 tahun dan belum pernah
penal. Penanggulangan kejahatan dengan kawin. Terhadap anak yang walaupun belum
sarana penal yaitu upaya penanggulangan mencapai 18 tahun tetapi telah menikah,
kejahatan dengan sarana hukum pidana. secara a contrario tidak dapat diajukan ke
Penggunaan sarana hukum pidana untuk sidang anak, tetapi ke sidang orang dewasa
penanggulangan kejahatan, dalam berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
operasional (pelaksanaannya) bekerjanya Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum
lewat sistem peradilan pidana (criminal Acara Pidana.8
justice sistem).6 Batas umur 8 tahun bagi anak nakal
Sarana hukum pidana melalui sistem untuk diajukan ke persidangan anak karena
Peradilan Pidana termasuk Peradilan Pidana didasarkan atas pertimbangan: sosiologis,
Anak yang dapat juga disebut sebagai Sidang psikologis dan pedagogis, yang pada
Anak, bertugas dan berwenang memeriksa, dasarnya anak yang belum berusia 8 tahun,
memutus dan menyelesaikan perkara anak dianggap belum dapat
sebagaimana ditentukan dalam peraturan mempertanggungjawabkan perbuatannya
perundang-undangan yang berlaku.7 (penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU pengadilan
Anak).9 Batas usia anak secara internasional
dalam Task Force on Juvenile Deliquency
6
Setya wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam
8
Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Nashriana, 2014, Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak
Yogyakarta: Genta Publishing, hlm.37. di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 76.
7 9
Maidin Gultom, op.cit., hlm. 92. Bunadi, op.cit., hlm. 59.
107
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
Prevention, di tentukan bahwa batas usia dan selanjutnya dapat diajukan kepada
penentuan seseorang dapat dikategorikan penuntut umum.
sebagai anak dalam konteks 5) Tersangka anak berhak perkaranya
pertanggungjawaban pidananya, ditetapkan segera diajukan ke pengadilan oleh
usia terendah 10 tahun dan batas atas 16-18 penuntut umum.
tahun, Resolusi PBB 40/33 tentang UN 6) Tersangka anak berhak segera diadili
Standard Minimum Rules for the oleh pengadilan.
Administration of Juvenile Justice (Beijing 7) Untuk mempersiapkan pembelaan,
Rules) menetapkan batasan anak yaitu tersangka anak berhak untuk
seseorang yang berusia 7-18 tahun dan diberitahukan dengan jelas dengan
Resolusi PBB 45/113 hanya menentukan bahasa yang di mengerti olehnya
batas atas 18 tahun, artinya anak adalah tentang apa yang disangkakan padanya
seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.10 pada waktu pemeriksaan dimulai.
8) Dalam pemeriksaaan pada tingkat
2. Hak-Hak Anak Dalam Proses Peradilan penyidikan dan pengadilan tersangka
Walaupun anak tersebut dalam posisi atau terdakwa anak berhak
menjadi tersangka ataupun menjadi memberikan keterangan secara bebas
terdakwa, tidak berarti anak nakal tersebut kepada penyidik atau hakim.
tidak mempunyai hak-haknya. Hak-hak anak 9) Dalam pemeriksaaan pada tingkat
tersebut diatur dalam Undang-Undang penyidikan dan pengadilan tersangka
Pengadilan Anak pada Pasal 45 ayat (4), dan atau terdakwa anak berhak untuk
Pasal 51 ayat (1) dan (3). Selain itu hak- setiap waktu mendapat bantuan juru
haknya juga diatur dalam Bab IV Pasal 50 bahasa, apabila tidak paham bahasa
sampai dengan Pasal 68 Kitab Undang- Indonesia.
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), 10) Dalam hal tersangka atau terdakwa
kecuali Pasal 64nya.11 Mengenai apa saja anak bisu dan/atau tuli ia berhak
yang merupakan hak-hak tersangka mendapat bantuan penerjemah, orang
tersangka/terdakwa anak, dapat dirinci pada yang pandai bergaul dengannya.
berikut ini :12 11) Untuk mendapatkan penasihat hukum,
1) Setiap anak nakal sejak saat ditangkap tersangka atau terdakwa anak berhak
atau ditahan berhak mendapatkan memilih sendiri penasihat hukumnya.
bantuan hukum dari seseorang atau 12) Tersangka atau terdakwa anak yang
lebih penasihat hukum selama dalam dikenakan penahanan berhak
waktu dan pada setiap tingkat menghubungi penasihat hukumnya
pemeriksaan. sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-
2) Setiap anak nakal yang ditangkap atau Undang Hukum Acara Pidana.
ditahan berhak berhubungan langsung 13) Tersangka atau terdakwa anak yang
dengan penasihat hukum dengan berkebangsaan asing yang dikenakan
diawasi tanpa didengar oleh pejabat penahanan berhak menghubungi dan
berwenang. berbicara dengan perwakilan negaranya
3) Selama anak ditahan, kebutuhan dalam menghadapi proses perkara.
jasmani, rohani, dan sosial anak tetap 14) Tersangka atau terdakwa anak yang
dipenuhi. dikenakan penahanan berhak
4) Tersangka anak berhak segera menghubungi dan menerima kunjungan
mendapat pemeriksaan oleh penyidik dokter pribadinya untuk kepentingan
kesehatan, baik yang ada hubungan
dengan proses perkara maupun tidak.
10
15) Tersangka atau terdakwa anak berhak
Paulus Hadisuprapto, 1997, Juvenile Deliquency,
menghubungi dan menerima kunjungan
Pemahaman dan Penangulangannya, Bandung: Citra
Aditya Aditya Bakti, hlm. 8. dari pihak yang mempunyai hubungan
11
Nashriana, op.cit., hlm. 97. kekeluargaan atau lainnya dengan
12
Ibid., hlm. 98-100. tersangka atau terdakwa guna
108
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
109
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
110
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, Kartono Kartini, 1992, (a). Patologi Sosial (2),
paling lama 6 (enam) bulan. Terhadap anak Kenakalan Remaja, Rajawali Pers,
nakal, apabila dijatuhi sanksi pidana maka Jakarta.
sanksi tersebut di kurang ½ dari maksimum Kanter E.Y. dan Sianturi S.R., 2012, Asas-Asas
ancaman pidana orang dewasa serta jika Hukum Pidana di Indonesia dan
diancam pidana kumulatif berupa penjara Penerapannya, cetakan ketiga, Storia
dan denda, pidana denda dapat diganti Grafika, Jakarta.
dengan pelatihan kerja. Sistem peradilan Lamintang P.A.F. dan Lamintang Theo, 2012,
pidana anak mengutamakan pendekatan Delik-delik khusus kejahatan terhadap
restorative, jika pihak korban dan pelaku nyawa,tubuh, & kesehatan, sinar
telah mencapai suatu kesepakatan maka grafika, Jakarta.
proses hukum yang berjalanan dapat Mulyadi Lilik, 2005, Pengadilan Anak Di
dihentikan dan penyelesaian tersebut dapat Indonesia, CV.Mandar Maju, Bandung.
ditempuh berdasarkan jalur non-penal. Nashriana, 2014, Perlindungan Hukum Pidana
bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers,
B. SARAN Jakarta.
1. Penegakan hukum dan perlindungan anak Prasetyo Teguh, 2011, Hukum Pidana, Cetakan
harus dapat dipertimbangkan dan Kedua, P.T. Raja Grafindo, Jakarta.
diputuskan secara lebih bijaksana dan hati- Prakoso Abintoro, 2016, Pembaruan Sistem
hati untuk kepentingan anak di kemudian Peradilan Pidana Anak, aswaja
hari. pressindo, Yogyakarta.
2. Proses peradilan bagi anak pelaku bullying Paulus Hadisuprapto, 1997, Juvenile Deliquency
menjadi tanggung jawab bersama sehingga Pemahaman dan Penanggualangannya,
dapat dilakukan program-program PT. Aditya Bakti, Bandung.
preventif agar tidak mengandalkan proses Rusianto Agus, 2016, Tindak Pidana dan
peradilan pada anak pelaku bullying. Pertanggungjawaban Pidana Tinjauan
Kritis melalui Konsistensi antara Asas,
DAFTAR PUSTAKA Teori, dan Penerapannya,
Djamil M. Nasir, 2013, Anak Bukan Untuk Prenadamedia Group, Jakarta.
Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta. Sutatiek Sri, 2013, Rekonstruksi Sistem Sanksi
Gultom Maidin, 2014, Perlindungan Hukum Dalam Hukum Pidana Anak Di
Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Indonesia Urgensi Panduan
Pidana Anak di Indonesia, Refika Pemidanaan (The Sentencing
Aditama, Bandung. Guidelines) Untuk Hakim Anak, Aswaja
Hadisuprapto Paulus, 1997, Juvenile Deliquency, Presindo, Yogyakarta.
Pemahaman dan Penangulangannya, Saraswati Rika, 2015, Hukum Perlindungan
Bandung: Citra Aditya Aditya Bakti Anak di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Huda Chairul, 2015, Dari ‘Tiada Pidana Tanpa Bandung.
Kesalahan’ Menuju Kepada ‘Tiada Sarwono W. Sarlito, 2010, psikologi remaja,
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa edisi revisi cetakan ke 13, rajawali pers,
Kesalahan’” Tinjauan Kritis Terhadap Jakarta
Teori Pemisahan Tindak Pidana dan Simanjuntak, 1979, Latar Belakang Kenakalan
Pertanggungjawaban Pidana, cetakan Remaja, Cetakan 2, Alumni, Bandung.
ke 6, Prenadamedia Group, Jakarta. Seijiwa, 2008, Bullying Mengatasi Kekerasan Di
Hidayat Bunadi, 2014, Pemidanaan Anak di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak,
Bawah Umur, P.T Alumni, Bandung. Grasindo, Jakarta.
Joni Muhammad dan Tanamas Zulchaina Z, Wahyudi Setya, 2011, Implementasi Ide Diversi
1999, Aspek Perlindungan Anak Dalam Dalam Pembaruan Sistem Peradilan
Perspektif Konvensi Hak Anak, PT. Citra Pidana Anak Di Indonesia, Genta
Aditya Bakti, Bandung Publishing, Yogyakarta.
Sumber Perundang-undangan :
111
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
112
Lex Crimen Vol. VII/No. 3 /Mei/2018
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/07
/27/1608145/Pelaku.Bullying.Terancam.5
.Tahun.Penjara. diakses 04-10-2017 Di
akses 11 november 2017.
http://lifestyle.kompas.com/read/2017/07/26/
080000020/mencari-hukuman-yang-
tepat-bagi-anak-pelaku-bullying. Di akses
10 november 2017.
http://news.liputan6.com/read/105426/gara-
gara-sering-diejek-vivi-gantung-diri. Di
aksses 11 november 2017.
http://kabar24.bisnis.com/read/20150226/19/
406778/pbb-40-anak-indonesia-jadi-
korban-bully-disekolah. Di akses 17
november 2017
113