Anda di halaman 1dari 1

UJIAN AKHIR SEMESTER

MK HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL


KELAS H

Hari/tanggal : Kamis, 16 Desember 2021


Dosen pengampu : Dr. Sasmini, S.H., LL.M.
Bentuk Ujian : Case Study

Petunjuk pengerjaan
1. Jawablah soal-soal yang tersedia.
2. Jawaban diketik dengan format A4, font 12, times new roman, spasi 1,5.
3. Disubmit dispada sesuai batas waktu yang ditentukan dalam bentuk pdf, dengan nama file HHI-
H-UAS-Nama mahasiswa
4. Ujian bersifat individual. Gunakan semua dokumen hukum baik dalam konvensi, doktrin,
yurisprudensi, publikasi jurnal, buku atau literature lainnya untuk mendukung argumentasi
saudara.

Soal
Iran, Victim of Cyber Warfare
Case law diambil dari: https://casebook.icrc.org/case-study/iran-victim-cyber-warfare

Bacalah studi kasus yang dirancang oleh Ms. Margherita D’Ascanio, LL.M. pada laman
https://casebook.icrc.org/case-study/iran-victim-cyber-warfare tentang serangan siber Stuxnet oleh AS
ke situs nuklir Iran, di Natanz pada tahun 2010 sebagaimana publikasi The New York Times, 1 June 2012,
“Obama Order Sped Up Wave of Cyberattacks Against Iran”. Pendalaman kasus juga dapat juga mengacu
pada beberapa literature lain baik berita pada media massa maupun publikasi lain.

Berikan argumentasi atas beberapa permasalahan yang muncul sebagai berikut:


1. Berikan ilustrasi singkat serangan siber Stuxnet yang dilancarkan oleh AS di Natanz, Iran tahun
2010?
2. Apa yang membedakan antara "Stuxnet" dengan virus lain? Bagaimana cara kerjanya? Apa
tujuannya dan efek yang ditimbulkan?
3. a. Apakah yang dimaksud dengan serangan siber?
b. Apakah HHI berlaku pada kasus tersebut? Mengapa?
c. Apakah serangan siber tersebut adalah bentuk serangan siber sebagai pemicu konflik
bersenjata atau penggunaan siber sebagai alat/metode berperang dalam konflik bersenjata?
Apakah penyerangan tersebut merupakan tindakan kekerasan sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 49 Protokol Tambahan I tahun 1977?? Mengapa?
d. Apakah sentrifugal Iran merupakan tujuan militer yang sah? Dapatkah serangan terhadap
objek sipil dianggap sah jika serangan itu tidak mengakibatkan kehancuran?
4. Secara umum, apakah penggunaan Computer Network Attacks (CNA) memperluas jangkauan
target yang sah? Mengapa? Apakah operator komputer yang meluncurkan virus Stuxnet adalah
target yang sah berdasarkan doktrin direct participation in hostilities?
5. Apakah pengembangan virus Stuxnet sesuai dengan ketentuan Pasal 36 Protokol Tambahan I Tahun
1977? Apakah masih relevan menerapkan Pasal 36 pada situasi operasi siber? Mengapa?

Anda mungkin juga menyukai