Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERBANKAN

Dosen Pengampu: Diana Tantri Cahyaningsih, S.H., M.Hum.

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan
Semester Ganjil Tahun Akademik 2023/2024

Kelompok 4
Anggota :
1. Andara Hafzha Gustria P (E0021045)
2. Ayuda Wisnu Anggoro (E0021084)
3. Fitri Wulandari (E0021169)
4. Intan Kusumaning Jati (E0020225)
5. Laras Nada Doa (E0021238)
6. Nikita Ananda Beatrix (E0021337)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata “bank” berasal dari bahasa Italia “banco”, yang artinya bangku. Kata
“bangku” atau “pelaku bank” diartikan bankir yang melayani kegiatan operasional
bank kepada nasabah.1 Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank berfungsi sebagai
financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat serta memberikan jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Bank
sebagai badan usaha akan selalu berusaha mendapatkan laba sebesar-besarnya dari
usaha yang dijalankannya. Sebaliknya, bank sebagai lembaga keuangan memiliki
kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi,
dan perluasan kesempatan kerja. 2
Industri perbankan menjadi motor penggerak atau jantung pembangunan
ekonomi suatu bangsa (leading indicator).3 Artinya, perbankan berperan penting
dalam pembangunan, khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi suatu
negara.4 Dapat dikatakan bahwa lembaga perbankan sebagai agent of development
diharapkan dapat menjaga kestabilan moneter.5
Faktor terpenting dalam bisnis perbankan adalah nasabah. Lembaga perbankan
harus menjaga dan memberikan perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan
dana karena dasar bisnis antara bank dan nasabah adalah kepercayaan. Oleh sebab itu,
bank harus berpegang teguh pada prinsip akuntabilitas agar mendapatkan kepercayaan
dari nasabah. Dalam menjalankan aktivitasnya, bank harus bisa memberikan
pelayanan yang prima agar nasabah yakin bahwa dana yang mereka miliki akan
terlindungi. Semakin optimal pelayanan kepada nasabah, maka nasabah akan semakin
mempercayakan dananya kepada bank.6

1
Sobana, D. H. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. CV Pustaka Setia.
2
Febrian, H., Nasution, B., & Siregar, M. (2013). Juridical Analysis on Fund Hit of Customer of Citibank in
Perspective of Banking Act and Act of Eradication and Prevention of Money Laundry. TRANSPARENCY, Jurnal
Hukum Ekonomi, I(2), 1–6.
3
Yulfasni, Wetria Fauzi, Yasniwati. (2023). The Effectiveness of Bank Supervision Legal Concepts in
Protecting Customer Interests in Indonesia. Russian Law Journal, XI(5s), 474–481.
4
Faridah, H. (2018). Jenis-jenis Tindak Pidana Perbankan dan Perbandingan Undang-undang Perbankan. Jurnal
Hukum Positum, 3(2), 106–125.
5
Ibid.
6
Ibid.
Kejahatan selalu memiliki struktur sosialnya sendiri dan memiliki wujud
sendiri yang ditentukan oleh karakteristik politik, ekonomi, dan sosial masyarakat
yang bersangkutan.7 Dalam dunia perekonomian juga terjadi kejahatan perbankan
(fraud banking) yang melibatkan pihak perbankan maupun nasabahnya, baik sebagai
pelaku maupun sebagai korban.8 Maraknya kejahatan perbankan menjadi tantangan
bagi aparat penegak hukum karena kejahatan tersebut termasuk dalam klasifikasi
kejahatan kerah putih atau white collar crime, yaitu orang-orang yang memiliki status
sosial tinggi dan memiliki jabatan tertentu. Jenis tindak pidana ini tidak pernah surut.
Walaupun hukuman yang dijatuhkan berat, tetapi tidak menyurutkan pelaku
menjalankan aksi kejinya dengan modus baru yang canggih. Banyak aset yang
dihasilkan dari kejahatan perbankan yang dibawa kabur atau disimpan pelakunya
yang tidak seluruhnya bisa diambil kembali oleh korban yang berhak atas aset
tersebut.9
Indonesia telah beberapa kali dihebohkan oleh beberapa kasus perihal
kejahatan perbankan. Contoh nyata yang fenomenal terkait dengan kejahatan
perbankan adalah tindak pidana penyalahgunaan data dan wewenang terkait dengan
langkah penyelamatan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik pada
tahun 2008-2009. Upaya yang dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
adalah pemberian dana dalam bentuk Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) dan
Penempatan Modal Sementara (PMS). Penyuntikan dana tersebut mengakibatkan
keuangan negara mengalami kerugian karena dilakukan secara tidak tepat sasaran dan
tidak transparan.10

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyalahgunaan dana nasabah dapat terjadi di dunia perbankan?
2. Bagaimana akar permasalahan kasus Bank Century?
3. Bagaimana penyelesaian kasus Bank Century?

7
Sinaga, P. (2022). Penyelesaian Hukuman atas Penerimaan Harta Kekayaan dari Hasil Pencucian Uang.
Sintaksis : Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(2), 79–86.
8
Ibid.
9
Rahayuningsih, T. (2015). Perampasan Aset Hasil Tindak Pidana Perbankan Dalam Rangka Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. Rechtidee, 8(2), 154–175.
10
Prihatin, D. (2021). Praperadilan Atas Kasus Dugaan Korupsi Bank Century (Studi Putusan No.
24/Pid.Pra/2018.Jkt.Sel). Jurnal Anti Korupsi, 3(2), 56–73.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan Umum Penyalahgunaan Dana Nasabah


Merujuk pada peraturan perundang-undangan terkait, yang dimaksud
mengenai penyalahgunaan dana nasabah diatur pada Pasal 49 ayat (4) huruf a
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang diubah sebagian oleh
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor
Keuangan. Ketentuan tersebut mengatur bahwa Pemegang saham atau yang setara,
anggota dewan komisaris atau yang setara, anggota direksi atau yang setara, atau
pegawai Bank yang dengan sengaja meminta atau menerima, mengizinkan atau
menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang,
dan/atau barang berharga, untuk keuntungan pribadi atau untuk keuntungan keluarganya,
dalam rangka mendapatkan atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam
memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas Kredit dari Bank, atau dalam rangka
pembelian atau pendiskontoan oleh Bank atas surat wesel, surat promes, cek, dan kertas
dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka memberikan persetujuan
bagi orang lain untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas Kredit pada
Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37E ayat (2).
Ketentuan tersebut sejalan dengan perbuatan yang dilakukan oleh pemilik
Bank Century. Pemilik Bank Century pada saat itu menyalahgunakan wewenangnya
dengan modusnya yaitu pemilik Bank Century membuat perusahaan atas nama orang lain
untuk kelompok mereka. Lantas mereka mengajukan permohonan kredit tanpa prosedur
semestinya serta jaminan yang memadai sehingga mereka dengan mudah mendapatkan
kredit. Bahkan, terdapat kredit Rp 28 miliar yang cair hanya dalam waktu dua jam. Kasus
Bank Century dimulai dengan jatuhnya bank ini akibat penyalahgunaan dana nasabah
yang digerakkan oleh pemilik Bank Century beserta keluarganya. Mencuatnya kasus
Bank Century menjadi sangat menarik ketika mengetahui kelanjutan jatuhnya bank ini.
Tidak salah lagi, respon pemerintah begitu luar biasa sehingga bersedia melakukan Bail
Out melalui pengucuran dana triliunan rupiah. Penyalahgunaan dana nasabah yang
dilakukan oleh pemilik Bank Century yaitu dana nasabah dialihkan menjadi aktiva
berkualitas rendah, sehingga menyebabkan risiko Surat-Surat Berharga menjadi tinggi
sehingga wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).11 Hal itu
menyebabkan CAR menjadi negatif. Kondisi ini bergulir menjadikan Bank Century
menjadi bank gagal.

2.2 Akar Permasalahan Penyalahgunaan Data Bank Century


Kasus Bank Century melibatkan dugaan penyalahgunaan kekuasaan dan
korupsi oleh pejabat di otoritas moneter dan fiskal. Kasus ini dimulai dengan penunjukan
Bank Century sebagai bank gagal dengan dampak sistemik, yang memungkinkannya
menerima dana talangan dari pemerintah. Keputusan untuk menunjuk Bank Century
sebagai bank yang gagal menjadi kontroversi, dengan beberapa pejabat berpendapat
bahwa hal itu tidak memenuhi kriteria dampak sistemik. Kasus tersebut mengakibatkan
penangkapan dan penghukuman terhadap beberapa pejabat, termasuk mantan wakil
gubernur Bank Indonesia Budi Mulya yang divonis 17 tahun penjara dan denda sebesar
800 juta rupiah karena menyalahgunakan kewenangannya dan merugikan negara. Kasus
tersebut juga mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi negara, dengan Badan
Pemeriksa Keuangan Indonesia memperkirakan kerugian sebesar 689,39 miliar rupiah
dan 6,76 triliun rupiah akibat penyimpangan bailout dan pemberian pinjaman jangka
pendek.
Akar permasalahan dalam kasus Bank Century terkait penyalahgunaan dana
nasabah adalah karena kondisi keuangan bank yang kurang baik dan lemahnya
pengawasan oleh Bank Indonesia. Bank tersebut dinyatakan sebagai bank gagal dengan
dampak sistemik pada November 2008, dan pemerintah memberikan dana talangan
sebesar Rp6, 76 triliun dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Berikut ini adalah
poin-poin penting terkait penyalahgunaan dana nasabah:
1) Banyak kasus penyimpangan dan penyalahgunaan dana nasabah yang terjadi,
seperti kasus Bank Century yang hingga saat ini belum terselesaikan;12
2) Penanganan Bank Century sebenarnya sederhana, hanya soal apakah
pencairan dana talangan ke Bank Century itu benar atau salah karena ada
dugaan pelanggaran hukum yang menyebabkan kerugian negara;

11
Guntur Freddy Prisanto, “Tindak Pidana Kegiatan Usaha Pada PT. Bank Century TBK: Antara Pelanggaran
Prinsip Prudential Banking Dan Lemahnya Pengawasan Bank Indonesia” Tesis S2 Magister Hukum (Universitas
Gadjah Mada, 2012).
12
Riesia Darma Bachriani, “ASPEK KEJAHATAN TINDAK PIDANA TERHADAP DUNIA PERBANKAN
DI BANK CENTURY,” QISTIE 7, no. 2 (1 November 2014),
https://doi.org/10.31942/jqi.v7i2.1065.https://doi.org/10.31942/jqi.v7i2.1065Bachriani.
3) Ada empat dugaan tindak pidana dalam kasus Bank Century, antara lain
korupsi dan penyalahgunaan dana nasabah;
4) Bank Century diduga sebagai bank yang tidak sehat sejak tahun 2005, dan
pengawasan Bank Indonesia terhadap bank-bank juga sangat lemah sehingga
sangat memungkinkan terjadinya pelanggaran hukum pidana;
5) Kasus Century Bank dan PT. Antaboga Delta Sekuritas Indonesia melibatkan
hilangnya uang simpanan milik nasabah Bank Century;
6) Karyawan dan/atau direksi Bank Century memproses transfer simpanan
nasabah ke Dana Diskresioner yang merupakan produk Bank Century, dan
memberikan kesan bahwa Dana Diskresioner tersebut aman;13
7) Namun, setelah Bank Century diambil alih dan mendapat bailout dari LPS
berdasarkan Perpu 4/2008, Bank Century tidak pernah memenuhi
kewajibannya kepada nasabah, termasuk Sri Gayatri yang merupakan nasabah
Bank Century;14
8) Ringkasnya, akar permasalahan dalam kasus Bank Century terkait
penyalahgunaan dana nasabah adalah karena kondisi keuangan bank yang
buruk, pengawasan Bank Indonesia yang lemah, dan kegagalan bank dalam
memenuhi kewajibannya kepada nasabah.
Ringkasnya, akar permasalahan dalam kasus Bank Century terkait
penyalahgunaan dana nasabah adalah karena kondisi keuangan bank yang buruk,
pengawasan Bank Indonesia yang lemah, dan kegagalan bank dalam memenuhi
kewajibannya kepada nasabah.
2.3 Penyelesaian Kasus Bank Century
Kasus Bank Century hingga kini belum menemukan titik temu dalam
penyelesaiannya. Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang paling
dirugikan walaupun berbagai upaya telah dilakukan. Keberadaan Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK) yang merupakan komite dalam penjagaan stabilitas sistem
keuangan di Indonesia masih kurang optimal. Pada tanggal 21 November 2008, KSSK
memutuskan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik sehingga harus
diselamatkan. Dampak sistemik berdasarkan Perppu JPSK adalah “suatu kondisi sulit
yang ditimbulkan oleh suatu Bank, LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang

13
Sudiman Sidabukke, “KASUS BANK CENTURY DALAM KONSTRUKSI HUKUM PERDATA,” Jurnal
Yustika 11, no. 2 (Desember 2008): 1–20..
14
“Putusan Mahkamah Konstitusi 145/PUU-VII/2009 | JDIH Kementerian Keuangan,” diakses 30 Oktober
2023, https://jdih.kemenkeu.go.id/in/dokumen/putusan/4aa154c0-b520-43d7-eb12-08d9bee3bede.
apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah Bank dan/atau LKBB lain
sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan
perekonomian nasional.” Keberadaan dampak sistemik tidak dipengaruhi juga oleh
ukuran aset bank.15 Keputusan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak
sistemik bertujuan untuk mencegah krisis keuangan di Indonesia. Selanjutnya, Bank
Century diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan pengucuran
modal sementara hingga Rp 6.7 triliun.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki Perpu Nomor 2 Tahun 2008 yang
ditetapkan pada 15 Oktober 2008 tentang Bank Indonesia. Keberadaan payung hukum
tersebut mampu memberikan fasilitas darurat kepada bank yang dianggap berpotensi
membahayakan sistem keuangan melalui KSSK. Adanya pertimbangan terkait keputusan
dari KSSK adalah mengenai 574 akun nasabah yang memiliki tabungan di atas Rp 2
miliar yang akan kehilangan uangnya bila Bank Century ditutup. Walaupun, apabila
dipertahankan juga dapat memberikan sisi negatif, tetapi sisi positif lebih banyak
dibanding sisi negatif. Pertimbangan terkait aspek psikologis pasar yang sulit diukur juga
menjadi pertimbangan untuk tetap mempertahankan Bank Century. Menurut Menteri
Keuangan, Sri Mulyani “adanya dana Rp1.700 triliun uang rakyat dan 82 juta akun
tabungan tetap aman di perbankan, masyarakat tidak mengambil semua uang mereka.
Itulah nilai keamanan itu, saya lihat Rp1.700 triliun yang harus diamankan untuk
menjaga Rp5.000 triliun APBN agar tidak terbebani karena kasus ini, jadi Rp 632 miliar
merupakan mudharat yang paling kecil yang saya ambil dan terbukti sampai sekarang.”
Selanjutnya, dalam rapat konsultasi KSSK pada 24 November 2008 BI mengubah
kondisi CAR (rasio kecukupan modal) Bank Century dari awalnya negatif 3,53 persen
pada 21 November 2008 namun pada 24 November 2008 CAR Bank Century menjadi
sudah menjadi negatif 35,92 persen, sehingga nilai penyertaan modal sementara Century
membengkak menjadi Rp 2,6 triliun dan bahkan terus bertambah hingga Rp 6,7 triliun
hingga Juni 2009. Adanya aliran dana sebesar Rp 6.7 triliun menjadi hal yang disoroti
oleh banyak pihak. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kemudian melakukan audit akan
aliran dana bail out Bank Century. Laporan tersebut berhasil diselesaikan dengan
menghasilkan 570 halaman, tetapi banyak pihak kecewa akan laporan yang dilakukan
oleh BPK karena seperti hanya formalitas belaka. BPK tidak mencantumkan kemana saja

15
Buddi Wibowo dan Andree Prasetyo Siantoro. 2018. Tingkat Persaingan Bank dan Risiko Sistemik
Perbankan: Kasus Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi. 17(3), 174
dana bail out itu mengalir. Kemudian, muncul usulan adanya hak angket DPR terkait
Bank Century.
Apabila ke depannya terjadi kasus seperti Bank Century maka perlunya kerja
sama yang baik antara pemerintah, DPR, BI, lembaga pengawas perbankan, dan
pihak-pihak lain yang terkait. Pemerintah juga harus memikirkan kondisi nasabah agar
uang dapat dicairkan. Selanjutnya, perlu adanya transparansi dalam menyelesaikan kasus
Bank century sehingga tidak terjadi korupsi. Audit yang dilakukan juga harus tuntas dan
dibantu oleh berbagai pihak. Sejak awal, pembuatan Bank Century sudah melanggar
ketentuan. Untuk itu, dalam proses pembentukan bank memang harus diawasi dan lebih
ketat lagi. Pihak yang memberikan izin pembuatan bank harus mampu menyeleksi mana
bank yang bisa bertahan dan tidak bisa bertahan. Apabila banyak bank tidak mampu
bertahan maka keberadaan bank yang merugikan nasabah mampu mempengaruhi
kepercayaan nasabah terhadap bank.
Di samping itu, bank memiliki peran penting dalam menggerakan
perekonomian nasional yang sesuai dengan tujuan perbankan nasional yaitu “Perbankan
Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.16 Bank merupakan badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dalam bentuk
kredit. Untuk itu, diperlukan kepercayaan nasabah terhadap bank. Selain itu, perlunya
pengawasan bank dalam segala transaksi yang dilakukan. Kewenangan pengawasan
Bank Indonesia terhadap bank diatur dalam Pasal 24 sampai Pasal 35 UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia UUBI sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2004 tentang Perubahan Atas UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009. Dalam Pasal 34 jo. Pasal 35 UUBI diatur juga
mengenai pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia selama lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan belum terbentuk. Namun, pada tahun 2011 telah disahkan UU No.
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mereduksi kewenangan yang
dimiliki oleh BI. Pasal 7 UU OJK menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas
pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan, OJK mempunyai wewenang mengatur
dan mengawasi kelembagaan bank yang meliputi perizinan untuk pendirian bank,

16
Andika Persada Putera. 2020. Prinsip Kepercayaan Sebagai Fondasi Utama Kegiatan Perbankan. Jurnal
Hukum Bisnis Bonum Commune. 3 (1), 129.
pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha
bank. Meski wewenangnya terpangkas, BI tetap dilibatkan dalam beberapa hal, sebagai
contoh dalam Pasal 40 menyebutkan bahwa dalam hal BI untuk melaksanakan fungsi,
tugas dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu, BI
dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dengan menyampaikan
terlebih dahulu secara tertulis kepada OJK. Terkait dengan bank bermasalah maka OJK
juga harus menginformasikan kepada LPS, kemudian apabila terdapat bank yang
kesulitan maka harus diinformasikan ke BI untuk menentukan langkah selanjutnya
seperti apa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Merujuk pada peraturan perundang-undangan terkait, yang dimaksud mengenai
penyalahgunaan dana nasabah diatur pada Pasal 49 ayat (4) huruf a Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang diubah sebagian oleh Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.
Bahkan, terdapat kredit Rp 28 milliar yang cair hanya dalam waktu dua jam. Kasus
Bank Century dimulai dengan jatuhnya bank ini akibat penyalahgunaan dana nasabah
yang digerakkan oleh pemilik Bank Century beserta keluarganya. Tidak salah lagi,
respon pemerintah begitu luar biasa sehingga bersedia melakukan Bail Out melalui
pengucuran dana triliunan rupiah.Kondisi ini bergulir menjadikan Bank Century
menjadi bank gagal.

2. Akar permasalahan dalam kasus Bank Century terkait penyalahgunaan dana nasabah
adalah karena kondisi keuangan bank yang kurang baik dan lemahnya pengawasan
oleh Bank Indonesia. Ringkasnya, akar permasalahan dalam kasus Bank Century
terkait penyalahgunaan dana nasabah adalah karena kondisi keuangan bank yang
buruk, pengawasan Bank Indonesia yang lemah, dan kegagalan bank dalam
memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Ringkasnya, akar permasalahan dalam
kasus Bank Century terkait penyalahgunaan dana nasabah adalah karena kondisi
keuangan bank yang buruk, pengawasan Bank Indonesia yang lemah, dan kegagalan
bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah.

3. Penyelesaian Kasus Bank Century Kasus Bank Century hingga kini belum
menemukan titik temu dalam penyelesaiannya. Dampak sistemik berdasarkan Perppu
JPSK adalah “suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu Bank, LKBB, dan/atau
gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan
sejumlah Bank dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan
terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional.” Keberadaan payung hukum
tersebut mampu memberikan fasilitas darurat kepada bank yang dianggap berpotensi
membahayakan sistem keuangan melalui KSSK. Menurut Menteri Keuangan, Sri
Mulyani “adanya dana Rp1.700 triliun uang rakyat dan 82 juta akun tabungan tetap
aman di perbankan, masyarakat tidak mengambil semua uang mereka. Untuk itu,
dalam proses pembentukan bank memang harus diawasi dan lebih ketat lagi. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia UUBI sebagaimana telah diubah dengan UU No
No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

3.2 Saran
- Kasus Century harus segera diusut tuntas karena batas masa daluwarsa kasus selama
18 tahun sedangkan Per 2023 kasus Bank Century hanya tersisa 3 tahun lagi.

- Perlunya peningkatan kerja sama yang baik antara pemerintah, DPR, BI, lembaga
pengawas perbankan, dan pihak-pihak lain yang terkait serta pentingnya peran
petinggi lembaga perbankan yang harus lebih amanah juga dalam keberjalanan
kebijakan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:
Bachriani, Riesia Darma. “ASPEK KEJAHATAN TINDAK PIDANA TERHADAP DUNIA
PERBANKAN DI BANK CENTURY.” QISTIE 7, no. 2 (1 November 2014).
https://doi.org/10.31942/jqi.v7i2.1065.
Faridah, H. (2018). Jenis-jenis Tindak Pidana Perbankan dan Perbandingan Undang-undang
Perbankan. Jurnal Hukum Positum, 3(2), 106–125.
https://doi.org/10.35706/positum.v3i2.2896
Febrian, H., Nasution, B., & Siregar, M. (2013). Juridical Analysis on Fund Hit of Customer
of Citibank in Perspective of Banking Act and Act of Eradication and Prevention of
Money Laundry. TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, I(2), 1–6.
Prihatin, D. (2021). Praperadilan Atas Kasus Dugaan Korupsi Bank Century (Studi Putusan
No. 24/Pid.Pra/2018.Jkt.Sel). Jurnal Anti Korupsi, 3(2), 56–73.
Rahayuningsih, T. (2015). Perampasan Aset Hasil Tindak Pidana Perbankan Dalam Rangka
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Rechtsidee, 8(2), 154–175.
https://doi.org/10.21107/ri.v8i2.693
Sidabukke, Sudiman. “KASUS BANK CENTURY DALAM KONSTRUKSI HUKUM PERDATA.”
Jurnal Yustika 11, no. 2 (Desember 2008): 1–20.
Sinaga, P. (2022). Penyelesaian Hukuman atas Penerimaan Harta Kekayaan dari Hasil
Pencucian Uang. Sintaksis : Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(2), 79–86.
Sobana, D. H. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. CV Pustaka Setia.
Yulfasni, Wetria Fauzi, Yasniwati. (2023). The Effectiveness of Bank Supervision Legal
Concepts in Protecting Customer Interests in Indonesia. Russian Law Journal, XI(5s),
474–481. https://doi.org/10.52783/rlj.v11i5s.966

Putusan/Undang-Undang:

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 145/PUU-VII/2009

Anda mungkin juga menyukai