Anda di halaman 1dari 11

PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN

KELOMPOK 2 :

FANCE AFI

JUNIORI VALENTINO MANNO

THEFRAN P.A.L LADO

SUSANTO LENARDY ATANUS

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


ADMINISTRASI BISNIS
2023
BAB 2
PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN
1. Definisi Bank dan Perbankan
Menurut undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU no 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, pada Bab 1 dan Pasal 1 serta ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Adapun pada ayat 1 dijelaskan tentang definisi perbankan, perbankan adalah segala sesuatu
Yang menyangkut tentang bank, mencakup Kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Rumusan mengenai pengertian bank yang lain, dapat juga kita temu dalam kamus istilah
hukum Fockema Andreae yang mengatakan bahwa bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi
yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga.
Berhubung dengan adanya cek yang hanya dapat diberikan kepada banker sebagai tertarik, maka bank
dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang
untur pihak ketiga."
2. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan menurut Dahlan Siamat adalah suatu badan usaha yang kekayaannya
terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) atau tagihan-tagihan (claim) misalnya saham,
obligasi, dibandingkan asset ril misalnya: gedung, peralatan, dan bahan baku." Menurut Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang "Lembaga
Keuangan", lembaga keuangan diberi batasan sebagai semua badan yang kegiatannya di bidang
keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan." Harus diakui jika setiap negara dalam membangun dan
mengerakkan roda ekonominya membutuhkan peran lembaga keuangan, terutama para pebisnis.
Kita boleh melihat jika negara yang aktivitas ekonomin nya tinggi maka peran lembaga
keuangan pasti tinggi. Oleh karena itu lembaga keuangan yang berada di suatu negara harus selalu
berada dalam keadaan sehat, tidak hanya secara jangka pendek namun juga secara jangka
panjang.Pentingnya kesehatan lembaga keuangan, khususnya perbankan, dalam penciptaan sistem
keuangan yang sehat mempunyai beberapa alasan, antara lain:
1. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat yang menarik dana
secara besar-besaran (bank runs) sehingga berpotensi merugikan deposan dan kreditur bank.
2. Penyebaran kerugian di antara bank-bank sangat cepat melalui contagion effect sehingga berpotensi
menimbulkan sistem problem.
3. Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam jumlah yang tidak sedikit.
4. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga intermediasi akan
menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor perbankan (financial distress).
5. Ketidakstabilan sektor keuangan akan berdampak pada kondisi makro ekonomi, khususnya
dikaitkan dengan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.
Pendapat tentang lima alasan ini bisa saja bertambah sesuai dengan analisa dari berbagai pihak yang
mengkaji. Artinya alasan ini dihubungkan dengan kondisi yang ada, misalnya berdasarkan
pengalaman pada masa krisis moneter terdahulu atau juga kondisi yang terjadi di berbagai negara
lainnya. Dimana semua itu menjadi alasan dalam memberikan pendapat. Dalam kenyataannya,
kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan
konsumsi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa. Masyarakat mengenal lembaga keuangan dalam 2
(dua) bentuk yaitu:
a. bank, dan
b. bukan bank
Kedua lembaga ini telah begitu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai pemecah
solusi dari setiap masalah yang timbul. Untuk lebih jelasnya bagaimana kegiatan antara bank dan non
bank tersebut dapat kita lihat pada tabel dibawah ini. Secara praktis kedua lembaga keuangan ini
sama-sama bertugas sebagai agent of development. Artinya keputusan dan peran mereka bukan
semata-mata untuk mengejar profit saja namu lebih dari itu yaitu sebagai pendorong pembangunan.
3. The Prudential Principle of Banking
Salah satu fungsi dari perbankan adalah menjadi lembaga yang menjebatani mereka yang surplus dana
pihak yang defisit. Mereka yang surplus menempatkan dana dalam bentuk seperti:
a. Deposito (time deposit)
b. Tabungan (saving)
c. Obligasi (bonds)
d. Saham (stock)
e. dan lain-lainnya.
Adapun mereka yang defisit menjadikan bank sebagai lembaga pencar. solusi untuk
mengajukan permohonan pinjaman kredit. Proses pinjaman tersebut baru akan diberikan umumnya
setelah melewati berbagai tahap analisis yang dilakukan oleh pihak appraisal credit (penilai kredit).
Dan dalam proses penilaian berbagai kriteria menjadi acuan analisis bagi pihak bank, termasuk bisa
saja kredit tersebut dibatalkan atau ditunda dahulu, tentunya semua itu diikuti dengan advise (nasehat)
dan berbagai arahan lainnya sebagai bentuk perhatian perbankan pada calon debiturnya.
Dalam perspektif prinsip "the prudential principle of banking" atau prinsip kehati-hatian
perbankan maka seluruh keputusan harus dilakukan dengan mengacu pada prinsip kehati-hatian
terutama setiap keputusan yang berhubungan dengan pengeluaran uang seperti penyaluran kredit atau
penjualan obligasi serta saham. Kasus kredit macet hingga menyebabkan collaps-nya sebuah bank
menjadi bukti akan ketidak hati-hatian tersebut terjadi.
Dalam kasus penjualan obligasi maka disana ada kewajiban untuk mengembalikan bunga
obligasi secara tepat pada waktunya, dan jika pengembalian bunga obligasi tersebut sering mengalami
penundaan atau keterlambatan maka citra dan nama baik bank akan turun dimata publik termasuk
khususnya pada mitra bisnis. Dalam konsep manajemen keuangan ketika pembayaran bunga obligasi
sering terlambat maka memungkinkan terjadinya konversi (pengalihan) dari pemegang obligasi
kepada pemegang saham.
Pada prinsipnya setiap penyaluran kredit, penjualan obligasi.Pada prinsipnya setiap penyaluran kredit,
penjualan obligasi, danpenjualan saham serta menerima tabungan deposito, maka disana mengandung
liability (kewajiban) yang harus dijawab oleh bank tersebut secara tepat waktu. Dan jika kewajiban
tidak bisa dilaksanakan secara tepatwaktu, misalnya pada saat deposan yang memiliki deposito
sebesar 700juta dan ingin mengambil uang tersebut maka bank meminta waktu 3 s/d 4 hari maka
artinya kas perusahan perbankan tersebut sedang kosong. Seharusnya ia dapat menyediakan dana
tersebut secara tepat. Disisi lain boleh jadi nasabah tersebut menganggap bahwa bank tersebut sedang
mengalami masalah kekurangan dana dana jika seandainya teriadi rush (penarikan besar-besaran)
terhadap simpanan deposito dari para nasabah maka memungkinkan bank tersebut mengalami
kegoncangan hebat.
4. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan bank
Tidak dapat dipungkiri jika saat ini peran bank dan lembagan keuangan bukan bank begitu
dirasakan manfaatnya. Masyarakat sebagai pengguna jasa mereka bisa melihat jika seandainya bank
dan lembaga keuangan bank tidak bisa menialankan peran dan fungsinya, dengan baik maka
memungkinkan terjadi kepanikan. Karena peran mereka telah dianggap sangat sistematis dan urgen.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting dalam sistem keuangan,
yaitu:
a. Pengalihan aset (asset transmutation)
Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai pengalih aset yang
likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).
b. Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi
untuk melakukan transaksi barang
dan jasa.
c. Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro,
tabungan, deposito dan sebagainya.
Produk-produk tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
d. Efisiensi (efficiency)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan
pelayanan.

5. Jasa dan Fungsi Perbankan


Publik sudah mengenal jasa perbankan sebagai tempat untuk mempertemukan mereka yang surplus
finansial dan defisit finansial, namun sebenarnya ada banyak jasa lain yang diberikan oleh bank yang
belum diketahui oleh publik. Jasa perbankan lainnya antara lain meliputi.
• Jasa Pemindahan Uang (Transfer)
• Jasa Penagihan (Inkaso)
• Jasa Kliring (Clearing)
• Jasa Penjualan Mata Uang Asing (Valas)
• Jasa Safe Deposit Box
• Traveller's Cheques
• Bank Card
• Bank Draft
• Letter of Credit (L/C)
• Bank garansi dan Referensi Bank
Secara realita pemberian jasa setiap perbankan bisa berbeda-beda. Perbedaan tersebut sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya bank tersebut, artinya semakin besar bank tersebut maka semakin
besar atau beragam pelayanan jasa yang bisa diberikan. Misalnya kategori bank devisa dan nondevisa,
tentunya jasa bank devisa jauh lebih besar ruang lingkup aktivitas dengan begitu fasilitas pelayanan
yang mampu diberikan juga lebih besar. Salah satu contoh ukuran besar kecilnya bank juga dapat
dilihat dengan jumlah kantor di seluruh wilayah beroperasinya bank tersebut, seperti memiliki:
• Kantor pusat (head office)
• Kantor cabang (brand office)
• Kantor cabang pembantu (sub brand office), dan
• Kantor kas (cash office).
Semakin besar stau banak jurnlah kantor yang diriliki maka sernakin besar jurnlah biaya vane,
dikelvarkan. Artinya biaya operasional yang, mencakup berbagai bentuk biaya, seperti:
• gall karyawan,
• listrik,
• telepon,
• air minum (PDAM),
• biaya harían, dan lain-lain
Sehingga wajar jika sebuah lembaga perbankan melihat tidak efektif membuka kantor cabang atau
kantor cabang pembantu disuatu daerah maka ia tidak akan memaksa untuk membukanya dengan
tujuan untuk menghindari terjadinya over cost (kelebihan biaya) yang tidak terkendali.
Termasuk untuk menjaga efisiensi ditingkat yang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Bahwa
efisiensi dilihat dari segi biaya dan efektifitas dilihat dari segi waktu. Maka penting bagi manajemen
bank menyeimbangkan kedua ini secara stabil apalagi untuk jangka panjang.
Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 UU Perbankan yang menyatakan
bahwa, "Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin fungi Dari jasa perbankan diatas maka ada beberapa jenis
jasa perbankan yang perlu dijelaskan agar ada kejelasan yang lebih dalam, yaitu:

a. Jasa Kliring (Clearing).


Kliring (clearing) adalah tata cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat-surat dagang
dan surat-surat berharga antara bank-bank peserta kliring dengan maksud agar perhitungan utang
piutang itu terselengara secara mudah, cepat dan aman. Pelaksanaan perhitungan tersebut diatur oleh
suatu lembaga yang berada di bawah Bank Indonesia, yaitu disebut Lembaga Kliring.
b. Jasa Safe Deposit Box
Jasa safe deposit box merupakan suatu jasa yang diberikan oleh suatu lembaga perbankan
untuk menyimpan sesuatu benda atau barang-barang yang dianggap berharga. Dimana ukuran kotak
yang disediakan ada yang kecil, sedang dan besar. Kerahasian safe deposit box sangat dijaga artinya
bank sendiri tidak boleh memeriksa isi dari barang yang disimpan, namun boleh diperiksa jika
ternyata ada suatu pengusutan karena faktor surat perintah pemeriksaan dari pengadilan. Misalnya
pada kasus korupsi yang dianggap uang hasil korupsi yang dilakukan oleh koruptor disimpan disana.
Barang-barang yang diizinkan untuk disimpan dalam kotak pengaman adalah terbatas pada barang-
barang, sebagai berikut:
1. Mata uang, barang-barang berharga, logam mulia.
2. Kertas berharga, sertifikan, atau dokumen penting lainnya.
3. Barang-barang lain yang disetujui oleh bank secara tertulis.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa safe deposit box memiliki dua anak kunci, yang satu berupa
kunci cadangan (safe guard key) yang disimpan oleh bank, dan kunci yang satu lagi disimpan oleh
penyewa.
c. Traveller's Cheques
Traveller's Cheques (cek bepergian) adalah alat pembayaran semacam cek, diciptakan untuk orang
bepergian dan dapat diuangkan pada kantor-kantor bank yang mengeluarkannya atau pada pihak-
pihak yang ditunjuk. Cek bepergian dikeluarkan dalam pecahan tertentu.
d. Bank Draft
Bank draft (wesel bank) adalah cek yang ditarik oleh suatu bank atas dananya yang disimpan pada
bank lain. Adapun pengertian khusus dari draft itu sendiri juga menjadi penting untuk dipahami. Draft
(wesel) adalah perintah tertulis tapa syarat dari seseorang yang ditunjukkan kepada pihak lain, untuk
melakukan pembayaran sejumlah uang sewaktu diperlihatkan, atau pada waktu yang ditentukan, atau
beberapa waktu setelah tanggal diterbitkannya perintah-perintah tersebut.
e. Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit (L/C) merupakan salah satu jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar arus barang (ekspor-impor) termasuk barang dalam negeri (antar pulau).2) Kegunaan
Letter of Credit adalah untuk menampung dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dari pihak pembeli
(importir) maupun penjual (eksportir) dalam transaksi dagangannya.27)

6. Jenis Perbankan dan Perbedaan Fungsinya


Jika kita melihat Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 maka jenis bank itu ada
banyak sekali jenisnya. Namun setelah keluarnya UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan
terdiri dari:
a. Bank Umum
B. Bank Perkreditan Rakyat
Dengan kata lain beberapa bank yang dahulunya ada banyak jenisnya tersebut melebur kepada dua
bentuk bank tersebut. Peleburan dari banyak bentuk bank dan hanya menjadi dua bentuk itu saja
diharapkan terjadi pembentukan manajemen pengelolaan perbankan yang lebih sederhana dan juga
lebih efisien, termasuk memudahkan bagi pihak konsumen dalam
menentukan pilihan secara lebih cepat dan tepat. Dimana Bank Pembangunan dan Bank Tabungan
berubah fungsinya menjadi Bank Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan
Bank Pegawaimenjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

7. Bank Perkreditan Rakyat dan Aturannya


Pemahaman dan penafsiran tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat kita lihat pada Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 Pasal 13 yang selanjutnya telah diubah dengan Undang-undang No. 10
Tahun 1998. Dimana pada pasal 13 isinya adalah ;
Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan,
dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Saat ini perkembangan aktivitas dari Bank Perkreditan Rakyat begitu berkembang dengan
pesat dan keberaaaan mereka ada di berbagai wilayah mulai di perkotaan hingga di pedesaan.
Masyarakat sudah merasa peran dan fungsi dari BPR begitu terasa termasuk dalam urusan kebutuhan
dana dalam bentuk pengajuan bantuan pinjaman kredit. Artinya ketika bank umum dianggap tidak
begitu mampu memberikan solusi maka BPR dapat dianggap sebagai alternatif solusi dalam
memecahkan masalah.
Selanjutnya kegiatan yang dilarang bagi Bank Perkreditan Rakyat seperti yang termuat dalam Pasal
14 UU No. 7/92 setelah diubah dengan UU No.
10/98 yaitu:
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
c. Melakukan penyertaan modal
d. Melakukan usaha perasuransian
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13.

8. Bank Konvensional dan Bank Syariah


Perkembangan zaman yang begitu cepat telah membentuk pola piki-masyarakat untuk
memilih lembaga keuangan yang sesuai dengan pilihan dan kenvamanan/ya. Umat Islam sebagai
umar yang memenga teguh alaran Islam meninginkan ada lembaga keuangan yang berasaskan pada
nilai-nilai Islam, sehingga keputusan mendirikan lembaga perbankan syariah juga bagian dari
keinginan menjawab pertanyaan tersebut.
Ada perbedaan pandangan yang begitu jelas dalam memahami persoalan perbankan
konvensional dan syariah yaitu pada persoalan bunga (interest). Perbankan konvensional
diperkenalkan oleh dunia barat yang berpaham pada sistem ekonomi kapitalis, dan perbankan syariah
diperkenalkan oleh negara-negara Timur Tengah yang berpahamkan pada hukum Islam.
Disini kita menyadari bahwa kegiatan usaha yang diinspirasikan oleh sistem ekonomi
kapitalis ini adalah dengan jalan menarik keuntungan usahanya terutama dari bunga kredit yang
dimanfaatkannya melalui dana simpanan masyarakat yang kemudian dipinjamkan kembali kepada
masyarakat dengan tambahan berupa bunga.
Memang para pakar bidang ekonomi telah memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam
melihat bank konvensional dan syariah ini. Perbedaan pandangan tersebut mengharapkan agar krisis
moneter yang pernah terjadi tidak terulang kembali, dan saat ini memang harus diakui jika bank
syariah dianggap sebagai solusi alternatif dalam menghindari berbagai pertanyaan yang menganggap
perbankan konvensional tidak tepat atau memiliki kelemahan.
Dan pembahasan tentang bank syariah ini nantin akan dibahas khusus dalam satu bab tersendiri agar
para pembaca dapat memahami perbankan syariah tersebut secara lebih dalam dan komprehensif.
9. Lembaga Pembiayaan
Di samping bank yang bertugas sebagai agent of development maka ada lembaga lain yang
juga ikut bertugas sebagai agent of development, yaitu mereka yang masuk dalam kategori lembaga
pembiayaan. Ada beberapa bentuk lembaga pembiayaan di negara Indonesia. Keberadaan lembaga
pembiayaan ini memiliki tugas dan fungsi yang hampir sama dengan perbankan dan bisa dikatakan
mereka ini juga bagian yang turut mempercepat kemajuan dalam dunia bisnis.Lembaga pembiayaan
diatur dalam keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988, dan dijabarkan
lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember
1988 junc to Keputusan Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan."S) Dimana lembaga pembiayaan ini secara umum ada 6
(enam) buah.
Menurut ketentuan pasal 1 ayat (2) keputusan presiden tersebut diatas, lembaga pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.36) Lebih lanjut, Keputusan Presiden No.
61 Tahun 1988 menetapkan pula bidang usaha lembaga pembiayaan, yang meliputi antara lain:
a. Perusahaan sewa guna usaha (leasing company)
b. Perusahaan modal ventura (venture capital company)
c. Perusahaan jasa anjak piutang (factoring company)
d. Perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company)
e. Perusahaan kartu kredit (credit card company)
f. Perusahaan perdagangan surat berharga (securities company)
10. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
Untuk mewujudkan lembaga perbankan yang tahan dan stabil dalam berbagai kondisi serta
situasi perekonomian maka dibentuklah konsep API atau Arsitektur Perbankan Indonesia. Gagasan
pembentukan API ini mulai mengemuka pada saat berbagai perbankan di tanah air mengalami kondisi
bermasalah bahkan ada yang merger hingga diakulsisi olen perbankan lain. Sehinga untuk mengatasi
kondisi seperti ini agar tidak terulang lagi untur masa yang akan datang dibentuklah API. Definisi API
menurut BI.
Laporan Bank Indonesia menyebutkan bahwa Arsitektur Perbankan Indonesia adalah suatu kerangka
dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memk rikan arah, bentuk, dan tatanan
industri perbankan selama lima sampai sepuluh tahun mendatang. (Laporan BI, tahun 2004).
Bank Indonesia (BI) adalah induknya perbankan yang paling bertanggungjawab untuk selalu
berusaha menciptakan stabilitas keseimbangan moneter yang stabil secara jangka pendek dan panjang.
Saat ini disamping BI ada lembaga lain yang ikut serta menjaga stabilitas kondisi Reuangan di
Indonesia yaitu Otoritas lasa Keuangan Indonesia (OJK). Baik lembaga Bank Indonesia dan OJK
serta perbankan lainnya saling bahu-membahu meniaga kondisi stabilitas keuangan di negara
Indonesia.
Untuk mewudjudkan pelaksanaan API maka dibutuhkan keseriusan yang tinggi dari pihak terkait.
Program kegiatan harus dilakukan secara koprehensif dan menyeluruh dan telah diklasifikasikan
menjadi 6 (enam) pilar API sebagai berikut:
a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
seta mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
b. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu ke standard
internasional.
c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam menghadapi risiko.
d. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan
nasional.
e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang
sehat.
f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan nasabah pengguna jasa perbankan.
Salah satu tujuan pembentukan API adalah untuk mewujudkan kekuatan moneter Indonesia secara
stabil untuk jangka panjang dan juga mampu memberi pengaruh positif kepada para investor dan
pebisnis internasional untuk yakin berinvestasi di Indonesia. Dan pembuktian menunjukkan bahwa
pada tahun terakhir ini ketika Negara Yunani dan beberapa kawasan negara di Eropa mengalami krisis
meneter dampak dari efek krisis Yunani, namun kondisi moneter Indonesia tetap stabil walaupun ada
beberapa goncangan namun itu sangat tidak terasa jika kita membandingkan apa yang pernah terjadi
di tahun 1997/1998 yang lalu.

11. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Untuk memahami definisi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini dapat kita lihat pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Bab
Pasal 1 berbunyi Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini. Salah satu tugas utama OK adalah mengatur dan mengawasi seluruh iasa keuangan yang
berada di negara Indonesia baik perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Lembaga keuanga
lainnya meliputi perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan
lainnya, termasuk pasar modal.
Independensi OJK ini sangat dijaga dan ini terlihat penegasannya pada UU RI No. 21 tahun 2011 Bab
II Pasal 2 ayat 2 berbunyi OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam Undang-Undang ini.
Tujuan independensi OJK ini diperlukan agar kemampuan dalam mengatur dan mengawasi jalannya
lembaga keuangan di Indonesia dapat dilakukan dengan baik dan tegas. Karena kita bisa mencatat
bagaimana banyak bank yang mengalami masalah karena disebabkan oleh lemahnya control dari
lembaga terkait. Kasus Bank Century yang menyeret berbagai pihak, kasus bangkrutnya Bank Dagang
Negara, Bank Bumi Daya.

Anda mungkin juga menyukai