OLEH KELOMPOK 6 NAMA ANGGOTA 1. CORNELIS MAGE 2. IMMANUELA CH. DAMI 3. MARTINI MALAIKOSA 4. MEISY M. FALLO KELAS/SEMESTER : C/4
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERUSAHAAN POLITEKNIK NEGERI KUPANG TAHUN 2023 PEMBAHASAN
1. Manajemen Likuiditas Perbankan
Manajemen likuiditas perbankan adalah kemampuan suatu lembaga perabankan dalam memenuhi kebutuhannya yang bersifat jangka pendek. Kemampuan tersebut antara lain adalah : a. Kemampuan menyediakan dana pada saat nasabah memerlukan penarikan dana depositonya b. Kemampuan menyediakan dana pada saat memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan, dan c. Kemampuan suatu perbankan dalam menjaga kondisi aktvitas operasional tetap likuid
2. Teori Manajemen Likuiditas Perbankan
Ada beberapa teori yang berhubungan dengan likuiditas perbankan yaitu, a. Theory of shiftability to the Market Teori ini mengemukakan bahwa kondisi suatu perbankan akan terjamin jika bank tersebut menempatkan salah satu kebijakan finansialnya dengan membeli dan memiliki commercial paper (surat berharga) dari perusahaan atau negara dan juga daerah yang menjual obligasi, dimana commercial paper yang dibeli tersebut memiliki prospek dan kondisi yang baik, yang selanjutnya kepemilikan portofolio coomercial paper tersebut akan menjadi current asset perusahaan yang sewaktu-waktu bisa diuangkan atau bisa diubah untuk mendukung likuiditas perusahaan. Permasalahan yang timbul adalah apabila pada saat kondisi ekonomi sedang berada dalam kondisi ekonomi sedang berada dalam krisis moneter (monetary crisis) dan bank memutuskan untuk menjual commercial paper-nya ini akan sulit untuk terjual secara cepat di pasar. b. The Anticipated Income Theory Teori ini mendasarkan pada kemampuan seorang debitur dalam membayar pinjamannya dengan melihat pada future income debitur yang bersangkutan. Dengan future income seorang debitur yang semakin baik maka akan menjamin kelancaran pembayaran secara tepat waktu dan terkendali, sehingga dampak lebih jauh likuiditas bank selalu terjaga. Dengan kata lain skedul pembayaran seorang debitur dilihat dari segi future income dan yang harus di ingat bahwa tidak setiap debitur adalah selalu bersifat self liquiditing, yaitu bisa saja tiba-tiba debitur yang bersangkutan terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). c. Commercial Loan Theory Commercial loan theory disebut juga dengan productivity theory of credit atau banyak juga yang menyebut dengan real bills doctrine. Teori ini memfokuskan pada kondisi aktiva suatu lembaga perbankan yang terdapat di balancesheet dalam usahanya menjaga kondisi likuiditas bank secara stabil. Teori ini bisa belaku apabila kredit yang bersifat jangka pendek (short term credit) atau yang bersifat self liquidating yang disalurkan tersebut berlangsung secara normal. d. Theory Doctrine of Assets Shiftability Theory doctrine of assets shiftability adalah suatu kondisi dimana pasar keuangan sudah berada dalam kondisi yang benar-benar stabil sesuai dengan yang diharapkan, dalam artian demand and supply yang masuk ke pasar pasti selalu terserap atau dapat diserap oleh pasar. 3. Likuiditas dan Financial Distress Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat memungkinkan perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial distress), dan jika kondisi kesulitan tersebut tidak cepat diatasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha (bankruptcy). Untuk menghindari kebangkrutan ini dibutuhkan berbagai kebijakan, strategi dan bantuan, baik bantuan dari pihak internal maupun eksternal. Contohnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan kepada beberapa bisnis yang dianggap layak (feasible) untuk menerimanya. Walaupun beberapa bentuk bantuan BLBI dianggap memiliki sisi permasalahan seperti kasus pemberian BLBI kepada Bank Century. Menurut Plat dan Plat mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuiditasi. Financial distress dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas. Permasalahan terjadinya insolvency bisa timbul karena faktor berawal dari kesulitan likuiditas. Stock-based insolvency adalah kondisi yang menunjukkan suatu kondisi ekuitas negative dari neraca perusahaan (negative net worth), sedangkan flow-based insolvency ditunjukkan oleh kondisi arus kas operasi (operating cash flow) yang tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban lancar perusahaan. Sebuah perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan secara tiba-tiba, namun dalam proses waktu yang berlangsung lama, dan itu dapat dilihat dari tanda-tanda. Karena itu bagi seorang peneliti, manajer, dan investor akan melihat dari berbagai sudut pandang kajian yang berbeda-beda. Secara umum ada 2 (dua) model sudut pandang kajian, yaitu : a. Model kajian perspektif teoritis. Model ini menggunakan metode deduksi dalam kajiannya. Penurunan model ini dimulai dengan meneliti kondisi normatif suatu perusahaan yang pailit. b. Model kajian perspektif empiris (empirical perspective). Model ini menggunakan metode induksi. Biasanya, model yang berbentuk dari pendekatan empiris diturunkan dari rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang terlebih dahulu diawali dengan suatu pemisahan kelompok pailit dan non pailit secara legal (legal bankruptcy). Untuk persoalan financial distress secara kajian umum ada 4 (empat) kategori pengolongan yang kita buat, yaitu, a. Pertama, financial distress kategori A atau sangat tinggi dan benar-benar membahayakan. Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut atau pailit. Pada kategori ini memungkinkan perusahaan melaporkan pihak terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam posisi bankruptcy (pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar perusahaan. b. Kedua, financial distress kategori B atau tinggi dan dianggap berbahaya . pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber asset yang ingin dijual dan tidak dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan berbagai dampak jika dilaksanakan keputusan merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan). Salah satu dampak yang sangat nyata terlihat pada posisi ini adalah perusahaan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan pensiunan dini pada beberapa karyawannya yang dianggap tidak layak (infeasible) lagi untuk dipertahankan. c. Ketiga, financial distress kategori C atau sedang, dan ini dianggap perusahaan masih mampu/bisa menyelamatkan diri dengan tindakan tambahan dana yang bersumber dari internal dan eksternal . d. Keempat, financial distress kategori D atau rendah. Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakn keputusan yang kurang begitu tepat. Dan ini umumnya bersifat jangka pendek, sehingga kondisi ini bisa cepat diatasi, seperti dengan mengeluarkan financial reserve (cadangan keuangan) yang dimiliki, atau mengambil dari sumber-sumber dana yang selama ini memang dialokasikanuntuk mengatasi persoalan-persoalan seperti itu. Keputusan menyelesaikan financial distress juga bisa dilakukan dengan menjual obligasi atau menerbitkan saham baru, meminjam ke perbankan atau menerbitkan right issue. Right issue adalah penjualan saham terbatas yang hanya dikhususkan kepada pemilik saham lama saja, dengan tujuan menghindari masuknya pemilik saham baru. Ada bentuk-bentuk keuntungan dan kerugian/kelemahan pada saat suatu perusahaan berusaha menyelesaikan persoalan financial distress dan memperkuat likuiditasnya dengan menjual likuiditasnya dengan menjual obligasi dan menerbitkan saham baru atau meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada table dibawah ini Obligasi Keuntungan Kerugian dan saham Obligasi a. Obligasi tanpa ada jaminan a. Obligasi konversi. Obligasi konversi da nada yang ada jaminan. yaitu pada saat bunga obligasi tidak Namun jaminan tersebut sanggup dibayar secara tepat waktu tetap disimpan di dan sering terlambat maka perusahaan penerbit obligasi pemegang obligasi akan dirubah menjadi pemegang saham b. Biaya cetak obligasi lebih b. Perusahaan berkewajiban membayar murah bunga obligasi tiap waktunya c. Kebutuhan dana dalam c. Perusahaan harus jumlah yang besar dan mempertanggungjawabkan pihak perbankan tidak kinerjanya kepada publik secara mampu menyediakannya sistematis dan publik selalu maka obligasi menjadi salah mengamatinya secara komprehensif. satu pilihanyang realistis Saham d. Perusahaan bisa d. Biaya cetak kertas saham sangat memperkecil yang timbul tinggi dan dalam jumlah yang karena permasalahandapat banyak. diselesaikan dengan pembagian deviden e. Perusahaan dapat e. Jika pembayaran dividen terlambat mempublikasikan dibayar maka public akan kinerjanya secara jauh lebih menangkap itu sebagai sinyal yang sistematis negative f. Jika harga saham cenderung f. Menerbitkan saham baru harus diminati oleh public maka dibahas dalam RUPS secara serius citra perusahaan sebagai dan ini menyangkut persoalan perusahaan yang bonafit waktu dan biaya, terutama untuk akan dipercaya oleh publik. meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan jika itu kurang disetujui.
Selanjutnya dalam keputusan menyelesaikan financial distress dan memperkuat likuiditas
dengan meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue dapat kita lihat keuntungan dan kerugiannya pada table dibawah ini. No Keuntungan Kerugian Right Issue Tidak harus meminjam ke bank dan Harus membayar dividen kalau meminjam ke bank maka membutuhkan jaminan(collateral), maka dengan menerbitkan right issue tidak perlu. Tidak ada perhitungan suku bunga Harus menanggung biaya untuk seperti pada pinjaman karena dibayar mencetak saham baru bertambah dalam bentuk dividen Untung maupun rugi pihak Biaya untuk membuat pertemuan manajemen perusahaan hanya dengan antara manajemen perusahaan berhubungan dengan pemilik saham dan dewan komisaris. tidak dengan pihak lain. Setiap permasalahan bisa Memberi Informasi kepada public diselesaikan secara internal tanpa bahwa perusahaan telah mengalami harus melibatkan pihak eksternal. kesulitan/kendala dalam keuangan Pinjaman Pencairan dana akan diterima sesuai Harus memiliki jaminan (collateral) Perbankan dengan tanggal yang ditetapkan oleh yang sewaktu-waktu pada saat tidak pihak perbankan. mampu untuk dibayar kembali maka jaminan tersebut harus diambil Perhitungan bunga adalah sudah Kewajiban untuk selalu membayar diperhitungan dengan baik oleh ansuran tepat waktunya, jika pihak analisis kredit dan dipahami terlambat maka pihak perbankan akan juga secara bersama oleh pihak mengenakan sanksi seperti denda, analisis keuangan perusahaan dengan teguran lisan/tertulis dan sebagainya. dasar asumsi melihat pada kondisi Bahkan agunan bisa diambil dan ekonomi mikro dan makro selanjutnya dilelang atau dijual oleh perbankan. 4.