Anda di halaman 1dari 27

BAB 7 MANAJEMEN PIUTANG

A. Pengertian Piutang
Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan dimana pembayarannya tidak
dilakukan secara tunai, namun bersifat bertahap.
Piutang beserta berbagai bentukknya Subramanyam dan Jhon J. Wild memberikan
pendapatnya sebagai berikut :
Piutang (receivable) merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang
atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang
berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha (account recevable) mengacu
pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara
kredit. Wesel tagih (notes recevable) mengacu pada janji tertulis untuk membayar.
Dalam kebijakan perusahaan piutang terbesar itu terlihat pada piutang dagang (account
receivable), dan piutang dagang itu tercipta karena daya tarik yang tinggi konsumen pada
produk hasil ciptaan perusahaan.
B. Hubungan Piutang dan Bed Debt
Menurut Subramanyam dan Jhon J.Wild Pengalaman menunjukan bahwa perusahaan
tidak dapat menagih semua piutangnya. Dalam hal ini perusahaan berarti harus
menyediakan cadangan piutang tak tertagih (uncollectible account resever).
Persolan yang sering terjadi pada saat angka penjualan kredit diperbesar menjadi seiring
dengan meningkatnya piutang ragu-ragu (bad debt), dan semakin besar piutang ragu-ragu
semakin besar permasalahan yang harus ditanggung oleh perusahaan di kemudian hari,
dan ini lebih jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima.
Dua hal yang sering dikhawatirkan berkenan dengan piutang :
i.
Peningkatan piutang yang pesat dari peningkatan penjualan ;
ii.
Cadangan piutang tak tertagih yang relative tidak berubah.
Suatu piutang yang bersifat bed debt timbul disebabkan oleh beberapa sebab, antara lain :
a. Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
Otomatis menaikkan jumlah bed debt, dan begitu pula sebaliknya.
b. Perusahaan dalam memperbesar penjualan dengan menaikkan penjualan produk
secara non tunai. Maka angka piutang tak tertagih otomatis akan membesar dengan
sendirinya.

c. Penjulan produk yang bersifat non tunai dilakukkan secara tidak hati-hati. Ambisi
untuk meningkatkan penjualan lebih dominan dibandingkan menerapkan manajemen
resiko, dan keinginan mengejar bonus yang begitu tinggi.
d. Perusahaan memiliki kewajiban atau tagihan dalam bentuk kredit kepada suatu
perbankan. Uang kas perusahaan yang tidak lagi mencukupi mengharuskan
perusahaan mengantisipasinya dengan melakukan penjualan non tunai yang akan
dipakai oleh perusahaan untuk membayar kewajibannya ke perbankan.
Karena piutang usaha bisa di masukkan kedalam kelompok asset lancar dan asset tidak
lancar.
1. Cara-cara Memperkecil Bed Debt
Beberap acuan yang harus di terapkan oleh suatu perusahaan untuk memperkecil
resiko timbulnya bed debt, yaitu :
a. Menghindari keputusan penjualan produk pada pasar dalam kondisi fluktuaktif atau
akan berada dalam kondisi menuju krisis moneter
b. Membatalkan penjualan produk pada konsumen yang memiliki reputasi buruk dalam
dunia bisnis
c. Menghindari produksi dan pemerimaan order pada saat pasar tidak menentu
d. Melakukan dan menerapkan tindakan prudential principle (prinsip kehati-hatian) pada
saat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, dan inovasi produk perusahaan
berlangsung secara lambat
e. Ada ukuran presentase yang layak diterapkan untuk besaran piutang.
Dalam praktiknya, perusahaan melaporkan piutang sebesar nilai realisasi bersih (net
realizable value) jumlah piutang total di kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Memang
manajemen bagian penjualan sudah melakukan analisis secara sangat mendalam dalam
menentukan pihak-pihak mana yang paling tepat menerima order penjualan

C. Pengertian Cash Conversion Cycle dan Manajemen Piutang


Cash conversion cycle atau siklus konversi kas, menyangkut bagaimana suatu perusahaan
mengusahakan agar pengeluaran kas terpergunakan sesuai dengan waktunya. Jika waktu
yang dipergunakan lebih singkat maka itu artinya adalah semakin efisien, dan begitu pila
sebaliknya.

Menurut Lukas Setia Atmaja Cash Conversion Cycle (CCC) adalah waktu rata-rata
antara penjualan kas untuk sumber daya produktif dengan penerimaan kas dari penjualan
produk. Dalam neraca posisi kas menduduki tempat tertinggi atau tempat yang dianggap
paling likuid.
Adapun pengertian dari conversion (konversi) yang dikemukakan oleh Joel G. Siegel dan
Jae K.Shim :
a. Tindakan mengubah satu kelas surat berharga perusahaan menjadi kelas surat
berharga lainnya.
b. Membuat penilaian pengganti untuk yang lain.
c. Pengiriman saham dana bersama dari dana yang satu ke dana lain dalam satu jenis.
d. Menukar mata uang dari yang satu ke yang lainnya dengan menggunakan rasio
pertukaran (kurs).
Sedangkan untuk penafsiran Cash Conversion Cycle disini dapat diterjemahkan sebagai
dana kas yang dipakai untuk menghasilkan produk atau membeli bahan mentah atau
bahan setengah jadi atau bahan jadi untuk selanjutnya diproses dan dijual kembali dengan
harga yang lebih menguntungkan.
Untuk menghitung cash conversion cycle kita dapat mempergunakan rumus sebagai
berikut :
Cash Conversion Cycly = ICP + RCP + PDP
Dimana :
CCC = Cash Conversion Cycle (siklus konversi kas)
ICP = Inventory Conversion period (periode konversi persediaan)
RCP = Receivable collection period
PDP = Payable deferral period (periode penundaan piutang)
Adapun pengertian dari ICP, RCP, dan PDP yang dikemukakan oleh Lukas Setia Atmaja :
a. Inventory conversion period adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengubah
bahan mentah menjadi produk jadi dan kemudian dijual kembali. Rumus untuk
menghitung ICP adalah :
Inventory Conversion Period = 360
= 360 X Persediaan
HPP/Persediaan
HPP

b. Receivable collection period adalah waktu rata-rata untuk mengubah piutang menjadi
kas. Rumus untuk menghitung RCP adalah :
Receivable Collection Period = Piutang
=
360 X Piutang
Penjualan/360
HPP
c. Payable differal period adalah waktu rata-rata antara pembelian bahan baku dan
tenaga kerja dengan waktu pembayarannya.
2. Unsur-unsur kredit
a. Kepercayaan (trust) adalah sesuatu yang paling utama karena tanpa ada saling
percaya antara kreditur dan debitur sebagai mitra bisnis maka akan sangat sulit
terwujud suatu sinergi kerja yang baik.
b. Waktu (time) adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak analis
finance khususnya oleh analis kredit. Analis waktu bagi pihak kreditur
menyangkut dengan analis dalam bentuk calculation of time value of money
(hitungan nilai waktu dari uang) yaitu nilai uang pada saat sekarang adalah
berbeda dengan nilai uang pada saat yang akan datang.
c. Risiko disini menyangkut persoalan seperti degree of risk. Disini yang paling
dikaji adalah pada keadaan yang terburuk yaitu pada saat kredit tersebut tidak
kembali atau timbulnya kredit macet. Jadi sisi kajian resiko disini menjadi bagian
yang paling penting untuk dikaji, sehingga dengan begitu muncullah penempatan
jaminan (collateral) dalam pemberian kredit.
d. Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditur untuk
diberikan kepada debitur. Maka bagi pihak kreditur akan sangat menilai tindakan
yang dilakukan oleh pihak debitur dalam menjalankan usahanya atau prestasinya
dalam mengelola kredit yang diberikan tersebut. Jadi disini dikaji dari segi
prestasi dan wanprestasi.
e. Adanya kreditur. Kreditur yang dimaksud disini adalah pihak yang memiliki uang
(money), barang (goods), atau jasa (service) untuk dipinjamkan kepada pihak lain,
dengan harapan dari pinjaman itu akan diperoleh keuntungan dalam bentuk
interest (bunga) sebagai balas jasa dari uang, barang, atau jasa yang telah
dipinjam tersebut.
f. Adanya debitur. Debitur yang dimaksud disini adalah pihak yang memerlukan
uang (money), barang (goods), atau jasa (service) dan berkomitmen untuk mampu
mengembalikannya tepat sesuai dengan waktu yang di sepakati serta bersedia

menanggung berbagai resiko jika melakukan keterlambatan sesuai dengan


ketentuan administrasi dalam kesepakatan perjanjian yang tertera disana.
3. Jenis Kredit dan Jangka Waktunya
1. Kredit berdasarkan jenisnya :
Kredit konsumtif (consumptive credit) adalah kredit yang diajukan oleh
seorang debitur kepada kreditur guna memenuhi kebutuhan pribadinya.
Kredit produktif (productive credit) adalah umumnya diajukan dalam
dunia usaha atau mereka yang mempunyai bisnis dan membutuhkan dana
dalam usahanya yang bertujuan untuk meningkatkan grafik hasil yang
diperoleh menjadi lebih tinggi, menghasilkan produk baru/tambahan,
membuka kantor cabang baru (brand office).
Umumnya kredit ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Kredit investasi (investment credit) adalah kredit yang saat diajukan
oleh seorang debitur ke kreditur dengan tujuan akan dipergunakan
untuk membeli barang-barang modal (capital goods)
b. Kredit modal kerja (working capital credit) adalah kredit yang saat
diajukan

oleh debitur kepada

kreditur

dengan tujuan akan

dipergunakan dananay khusus untuk membeli bahan baku (material)


atau kebutuhan suku cadang (spare part).
Kredit perdagangan (trade credit) kredit perdagangan diajukan dengan
maksud agar barang yang telah diproduksi menjadi lebih berguna dan bisa
dipakai oleh banyak orang dari tempat yang berbeda baik daerah, negara,
kawasan dan juga budaya, untuk membuat barang tersebut memiliki
peningkatan utility of place dari suatu barang.
Umumnya kredit perdagangan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Kredit perdagangan dalam negeri, dan
Kredit perdagangan luar negeri atau ini biasa disebut dengan
kredit ekspor dan impor (export and import).
2. Kredit menurut jangka waktu :
a. Kredit jangka pendek (short term credit) kredit ini memiliki jangka waktu
maksimum 1 (satu) tahun. Kredit ini dipergunakan oleh mereka yang becocok
tanam yang usia pertanamannya dalam kurun waktu satu tahun.
b. Kredit jangka menengah (medium term loan) kredit ini memiliki jangka waktu
antara 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun. Debitur biasanya

mempergunakan kredit ini untuk keperluan yang menyangkut working capital


yaitu seperti membeli bahan baku (material), membayar upah buruh, membeli
suku cadang (spare part) dan lain-lain.
c. Kredit jangka panjang (long term loan) kredit ini memiliki jangka waktu yang
lebih dari 3 (tiga) tahun. Debitur biasanya mengajukan kredit ini untuk
keperluan investasi, penambahan produksi, produksi bisnis yang sudah mulai
memasuki pasar luar negeri (international trade).
3. Kredit berdasarkan jaminan
Keputusan untuk menetapkan jaminan (secure) pada setiap debitur yang
mengajukan pinjaman kepada lembaga pemberi pinjaman dengan tujuan untuk
melindungi keberadaan dana yang telah diberikan tersebut. Bank akan cepat
melakukan proses pencairan kredit jika jaminannya adalah berharga dua kali lipat
dari jumlah angka kredit yang diajukan, kredit dicairkan dengan nilai 50% dari
nilai jaminan. Kedudukan jaminan dalam kredit bertujuan memperkecil risiko
yang akan diterima dikemudian hari.

4. Bentuk Kredit Berdasarkan Jaminan


a. Kredit dengan jaminan (secured loans) kredit dengan jaminan ini merupakan kredit
yang kepemilikan dananya berasal dari bank dan debitur bertugas untuk menjamin
risiko yang akan timbul ke depan nantinya.
Kredit ini terdiri atas :
Jaminan kebendaan yang bersifat tangible, ini terdiri dari benda-benda
bergerak seperti mesin, kendaraan bermotor dan benda yang tidak
bergerak seperti tanah (land), bangunan (building).
Jaminan perseorangan (borgtocht) yaitu kredit yang jaminannya dijamin
oleh seseorang atau badan dimana ia bertindak sebagai pihak yang
bertanggungjawab untuk menjamin bahwa kredit tersebut akan mampu
untuk dilunasi tepat pada waktunya.
Jaminan berbentuk commercial paper (surat berharga) seperti saham
(stock), obligasi (bond) yang didaftarkan dan diperdagangkan di bursa
efek.
b. Kredit tanpa jaminan (insecure loans), sering disebut kredit blanko. Kredit ini
diberikan kepada debitur tanpa adanya jaminan tapi atas dasar kepercayaan saja
karena debitur dianggap mampu untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

c. Jenis kredit berdasarkan kualitas, pada saat kredit sudah disalurkan artinya pihak bank
telah melakukan kebijakan perputaran piutang (receivable turnover) dalam jumlah
tertentu dan siap untuk melakukan penarikan receivable dengan ditambah keuntungan
dalam bentuk bunga (interest) yang akan diterimanya setiap bulan. Kajian kelancaran
kredit bagi pihak perbankan memposisikan kredit tersebut berdasarkan pada kualitas
kredit. Sehingga secara umum ada dua jenis kredit berdasarkan kualitas yaitu :
1. Kredit performing (performing credit) ini dikategorikan pada dua kualitas yaitu
pertama kredit dengan kualitas lancar dan kedua kredit dengan kualitas yang
harus mendapat perhatian khusus.
2. Kredit nonperforming (nonperforming credit) ini adalah kredit yang dikategorikan
dalam tiga kualitas yaitu pertama kredit dengan kualitas yang kurang lancar,
kedua kredit dengan kualitas yang diragukan, dan ketiga kredit macet (bad debt).
5. Persyaratan Umum Untuk Mengajukan Kredit
Untuk mengajukan pinjaman kredit ke suatu lembaga perbankan, ada beberapa
persyaratan yang haru dipenuhi oleh calon debitur sebagai syarat administrasi,
yaitu :
a. Foto copy KTP
b. Foto copy KK (Kartu Keluarga)
c. SK 80% dan 100%
d. NPWP (Nomor Pajak Wajib Pajak)
e. Sertifikat kepemilikan rumah dan tanah sebagai jaminan, atau BPKB
f.
g.
h.
i.
j.

kendaraan
Buku tabungan
Surat keterangan tempat bekerja (bagi pegawai kontrak)
Slip gaji 3 atau 4 bulan terakhir
Mengisi Formulir Pengajuan Kredit sesuai permintaan
Surat keterangan sanggup membayar cicilan kredit dengan baik jika masa
pension kerja semakin dekat.

6. Penilaian Kredit
a. Character (karakterietik)
Ini menyangkut dengan sisi psikologi calon penerima kredit itu sendiri, yaitu
karkteristik atau sifat yang dimilikinya, seperti latar belakang keluarganya,
hobi, cara hidup yang dijalani, kebiasaan-kebiasaannya. Tinjauan karakteristik
ini bisa dilihat pada bagaimana ia melakukan keputusan bisnis selama ini
dalam hal ketepatan waktu yang menyangkut dengan perjanjian yang telah

dilakukan selama ini. Pada prinsipnya jika suatu perusahaan benar-benar


dinilai dari karakteristik ini maka ini semua tertuju pada penilaian kejujuran
pihak manajemen perusahaan dalam mengelolah perusahaan selama ini. Maka
analisis dengan pendekatan human resource dan aspek psikologi memang
tidak bisa dikesampingkan. Secara umum tujuan memahami karakteristik ini
adalah juga menyangkut dengan persoalan seperti kejujuran seorang nasabah
dalam urusannya untuk berusaha memenuhi kewajibannya atau dengan istilah
lainnya adalah willingness to pay.
b. Capacity (kemampuan)
Capacity adalah menyangkut dengan business record atau kemampuan
seorang pembisnis mengelola usahanya terutama pada masa-masa sulit
sehingga nanti akan terlihat ability to pay atau kemampuan membayar. Ada
sebuah nasehat dari para pebisnis adalah jangan menjadi peternak lebah jika
anda tidak tahu bagaimana cara menjaga lebah, atau ini dapat dianalogikan
secara sederhana yaitu jangan menjadi pedagang yang menjual barang yang
bukan sesuai dengan kemampuan yang kita miliki karena itu akan berisiko
nantinya. Maka begitu juga bagi pihak perbankan ia akan melakukan analisis
secara mendalam sebelum permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah
tersebut layak untuk dicairkan.
c. Capital (modal)
Ini menyangkut dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh seseorang pada
saat ia melaksanakan bisnisnya tersebut. Seorang analis senior pada Dun dan
Bradsreets Analytical Service, Bila dikelola dengan baik, utang dapat sangat
bermanfaat, karena merupakan cara yang baik untuk menjadikan uang bekerja
untuk anda. Anda meningkatkan harta anda, sehingga anda dapat meghasilkan
lebih banyak uang dari pada yang dibayarkan untuk bunga. Meskipun
demikian utang yang berlebihan dapat merusak bisnis.
d. Collateral (jaminan)
Collateral (jaminan) adalah barang atau sesuatu yang dapat dijadikan jaminan
pada saat seseorang akan melakukan pinjaman dana dalam bentuk kredit ke
sebuah perbankan.
e. Condition of economy (kondisi perekonomian)
Kondisi perekonomian yang tengah berlangsung disuatu Negara seperti
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi, angka inflasi, jumlah

pengangguran, purchasing power parity (daya beli), penerapan kebijakan


moneter sekarang dan yang akan datang, dan iklim dunia.
Pasar oligopoly adalah dimana suatu kondisi hanya ada beberapa pasar hanya memiliki
sedikit penjual yang mana para penjual ini tidak melakukan persaingan secara agresif. Kondisi
pasar yang bersifat oligopoly jelas membuat para konsumen akan sangat dirugikan dan produsen
begitu sangat diuntungkan karena public tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan
produk tersebut. Sehingga dalam kondisi oligopoly sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah
sebagai pemegang otoritas kekuasaan untuk campur tangan yaitu dengan mengeluarkan
kebijakannya atau aturan agar kondisi yang sifatnya persaingan semu tidak tercipta begitu lama.
Negara indonesia miliki peraturan yang menjelaskan mengenai oligopoly yaitu Undangundang nomor 5 tahun 1999 tentang praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat.
Kajian 5C ini secara umum dapat dijadikan patokan penilaian untuk merealisasikan
pemberian atau pencarian kredit tersebut.

10. Pengawasan Kredit


Pada saat kredit sudah diberikan kepada debitur maka sudah menjadi kewajiban juga bagi
pihak perbankan untuk mengawasi kelancaran terselesaikannya kredit tersebut hingga lunas.
Karena tujuan dari pemberian kredit adalah terhindar dari timbulnya kredit macet.
Ada dua bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak perbankan dalam bidang
pengawasan kredit yaitu :
a. Pengawasan dengan model preventif control
Pengawasan model ini adalah dilakukan oleh pihak perbankan sebelum kredit tersebut
dicaikan atau diberikan kepada calon debitur. Tujuannya adalah guna menghindari kesalahan
yang lebih fatal di kemudian hari. Jadi di sini akan dilihat mulai dari kelengkapan berkas
yang diajukan hingga survey ke lapangan seperti jaminan dan bentuk usaha yang akan
dilakukan.
b. Pengawasan dengan model represif control

Pengawasan model ini adalah dilakukakn pada saat kredit tersebut telah diberikan ke pada
debitur. Pengawasan di sini diberikan dnegan tujuan agar kreditur tersebut terbangun
kedisiplinan yang kuat untuk melunasi setiap pinjamannya secara tepat waktu.
11. Tingkat Kolektibilitas Kredit ( Collectability Credit )
Bank Indonesia yang juga disebut sebagai the last of resort dalam surat keputusan Direksi
Bank Indonesia No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva
Produktif pasal 6 ayat 1 membagi tingkat kolektibilitas kredit ke dalam 5 jenis yaitu :
a. Kredit lancar
b. Kredit dalam perhatian khusus
c. Kredit keraguan, dan
d. Kredit macet
12. Menghitung Receivable Turnover dan Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang
Dalam konsep piutang (receivable concept) semakin tinggi perputaran maka semakin baik,
namun begitu pula sebaliknya semakin lambat perputaran piutang maka semakin tidak baik,
karena bagi perusahaan unutk menaikkan angka penjualan caranya dengan menerapkan
kebijakan piutang, termasuk memperlunak jangka waktu piutang. Misalnya 40 hari menjadi 55
hari, dan itu diikuti juga dengan memperbesar penjualan kredit misalnya 400 juta menjadi 650
juta.
Adapun rumus untuk menghitung receivable turnover adalah :
Receivable Turnover = Net Credit Sales
Average Receivable
Selanjutnya perusahaan dapat menghitung hari rata-rata pengumpulan piutang dengan
mempergunakan piutang dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :
Hari rata-rata Pengumpulan Piutang = 360
Receivables Turnover
Hari rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan :
Hari rata-rata pengumpulan piutang = 360 x Average Receivables
Net Credit Sales
Contoh soal :
Seorang manajer keuangan PT Sentosa Sejahtera sedang melakukan analisis pada
manajemen piutang yang sudah berlangsung selama ini, dimana hasil analisis terlihat bahwa
perusahaan memiliki rata-rata pengumpulan piutang adalah 75 hari, dan rata-rata pembayaran

utang dagang adalah 55 hari, serta rata-rata inventory turnover (perputaran persediaan) adalah 96
hari. Maka hitunglah cash conversion cycle PT Sentosa Sejahtera.
Jawaban :
Untuk menghitung cash conversion cycle dapat mempergunakan rumus dibawah ini :
Cash conversion cycle = ICP + RCP + PDP
Maka :
Cash conversion cycle = ICP + RCP + PDP
= 96+75+55
= 226 hari
Perhatikan tabel di bawah ini :
Uraian
Net Credit Sales
Receivable :
Awal tahun
Akhir tahun
Average receivables
Receivable Turnover
Average collection period

Tahun
2008
Rp 50.000.000,-

2009
Rp 54.000.000,-

2010
Rp 58.000.000,-

Rp 12.000.000,Rp 18.000.000,Rp 15.000.000,6x


120 hari

Rp 18.000.000,Rp 22.000.000,Rp 17.500.000,7x


130 hari

Rp 22.000.000,Rp 27.000.000,Rp 19.000.000,9x


145 hari

Berdasarkan data di atas maka hitunglah receivable turnover dan hari rata-rata pengumpulan
piutang.
Jawaban :
Receivables Turnover = Net Credit Sales
Average Receivables
*tahun 2008
Receivable Turnover = 50.000.000,15.000.000,= 3,3333
= 333,33%
*tahun 2009
Receivable Turnover = 54.000.000,17.500.000,=3,0857
= 308,57%
*tahun 2010
Receivable Turnover = 58.000.000,= 19.000.000,-

= 3,0526
= 305,26%

BAB 8 MANAJEMEN UTANG


1. Definisi Utang
Utang adalah kewajiban ( liabilities). Maka utang merupakan kewajiban yang dimiliki
oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber
pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya.
Karena suatu kewajiban, mewajibkan bagi perusahaan melaksanakan kewajiban
tersebut, dan jika kewajiban tersebut tidak dilaksanakan secara tepat waktu akan memungkinkan
bagi suatu perusahaan menerima sanksi dan akibat. Sanksi dan akibat yang diperoleh tersebut
berbentuk pemindahan kepemilikan asset pada suatu waktu. Karena bagi beberapa kreditur yang
memberikan pinjaman kepada debitur menginginkan adanya jaminan dari setiap pinjaman
tersebut, seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan berbagai bentuk aktiva lainnya khususnya
aktiva tetap.
Setiap keputusan yang menyangkut dengan pengambilan dan penambahan utang harus
dilihat dari 2 (dua) perspektif, yaitu :
Perspektif manajemen perusahaan
Dari sudut manajemen perusahaan utang dilihat sebagai sumber dana alternatif yang
mampu memberikan solusi bersifat konstruktif, baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
Karena harus diingat manajemen perusahaan adalah mereka yang harus memiliki sifat
dinamis,krteatif, dan inovatif dalam bekerjatermasuk mampu memberikan kenaikan perolehan
keuntungan setiap waktunya, dan manajemen perusahaan adalah mampu memberikan
kemakmuran maksimal kepada para pemegang saham.
Perspektif para pemegang saham
Dari sudut pandang pemegang saham, utang adalah sumber pendanaan eksternal yang lebih
disukai karena mempunyai dua alasan sebagai berikut :

1. Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil daripada
pengembalian atas asset operasi bersih, selisih pengembalian tersebut akan menjadi
keuntungan bagi investor ekuitas.
2. Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan deviden tidak.
Dalam konsep psikolohis kepemilikan utang mampu memberikan motivasi untuk bekerja
secara lebih kreatif dan inovatif. Bagi pemegang saham dengan kebijakan mendapatkan
tambahan dana yang berasal dari pinjaman mampu memberi pengaruh positif bagi peningkatan
kinerja para manajemen perusahaan. Atas dasar alasan logika seperti itu maka dari sudut
perspektif pemegang saham kebijakan penerbitan dan penjualan right issue dianggap sebagai
alternatif keputusan kedua setelah kebijakan utang ( liabilities tidak memungkinkan atau
infeasible ( tidak layak ) untuk diterapkan.
Sebagaimana dikatakan oleh Smith dan Skousen bahwa, suatu utang adalah akibat dari
transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian di waktu yang lampau.
Secara umum liabilities ( utang ) terbagi dalam 2 ( dua ) golongan, yaitu :
1. Current Liabilities atau Short-term liabilities ( utang jangka pendek ) atau utang lancar,
dan
2. Non Current Liabilities atau Long-term liabilities atau long-term debt ( utang jangka
panjang )
1. Current Liabilities atau Short-term Liabilities
Short term liabilities ( utang jangka pendek ) sering disebut dengan utang lancar
( Current liabilities ). Penegasan utang lancar karena sumber utang jangka pendek dipakai
untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendukung aktivitas perusahaan yang
segera dan tidak bisa ditunda, dan utang janngka pendek umumnya harus dikembalikan
kurang dari 1 ( satu ) tahun.
Contoh kategori umum yang termasuk dalam utang lancar atau jangka pendek adalah :
Utang dagang
Utang wesel
Utang pajak
Utang gaji
Utang gaji lembur
Beban yang masih harus dibayar
Bagian gaji dianggap bagian dari beban operasi perusahaan, atau yang biasa disebut
dengan beban operasi akrual lainnya. Beban operasi perusahaan dianggap menjadi sebagai
bentuk tanggung jawab perusahaan untuk menjaga dan mempertahankan perusahaan agar
tetap berlangsung. Bagi perusahaan pengeluaran jangka pendek dan khususnya yang

berhubungan dengan biaya operasional disebuty juga dengan pengeluaran yang bersifat
tetap ( fixed cost ). Berikut posisi utang lancar ( Current Liabilities ) di Neraca

PT XYZ
Neraca
Aktiva
Aktiva lancar

Aktiva tetap

Utang
Utang lancar
Utang dagang
Utang wesel
Utang pajak
Utang gaji
Utang gaji lembur
Beban yang masih harus dibayar
Utang jangka panjang
Modal sendiri

Kewajiban lancar dibagi menjadi dalam 2 (dua) jenis, sebagaimana dikatakan oleh
Subramanyam dan Jhon J Wild, yaitu jenis pertama timbul dari aktivitas operasi meliputi utang
pajak, pendapatan diterima di muka (unearned revenue), uang muka, utang usaha, dan beban
operasi. Jenis kedua kewajiban lancar timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka
pendek, bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Subramanyam dan Jhon J. Wild mengatakan pada akhirnya, kewajiban lancar dicatat
pada nilai jatuh temponya, nilai sekarang karena pendeknya waktu penyelesaian utang.
Dalam konsep keunagan syariah pada sisi current liabilities (Utang Lancar) masuk zakat.
a. Beberapa Permasalahan Umum dalam Current Liabilities
Adapun urusan yang menyangkut dengan persoalan internal dan eksternal perusahaan
adalah :
1) Persoalan dan tanggung jawab internal perusahaan meliputi,
Membayar gaji karyawan
Membayar gaji lembur
Membayar uang makan karyawan.
2) Persoalan dan tanggungjawab eksternal perusahaan meliputi :
Utang bunga perbankan
Utang bunga leasing

Utang dagang
Secara umum ada beberapa permaslahan yang dihadapi oleh pihak perusahaan
dalam hubungannya dengan current liabilities, yaitu :
1) Kondisi keterlambatan dalam membayar cicilan bunga kredit kepada pihak
perbankan, leasing dan sejenisnya secara tepat waktu tiap bulannya.
2) Kondisi timbulnya keterlambatan membayar utang dagang yang berakibat pada
turunnya kepercayaan perusahaan di mata mitra bisnis.
3)
Kondisi keterlambatan membayar bunga obligasi sehingga menyebabkan
perusahaan harus melakukan negosiasi dengan pemegang obligasi, sehingga jika ini
terus terlambat memungkinkan pemegang obligasi beralih menjadi menjadi
pemegang saham. Ini dikenal dengan istilah obligasi konversi.
4) Keterlambatan membayar deviden pemegang preferrent stock ( saham istimewa)
secara semesteran, sehingga menyebabkan turunnya kredibilitas perusahaan dimata
publik.
5) Terlambat dalam membayra gaji karyawan secara tepat waktu, misalnya gaji
seharusnya diterima tanggal 29 tiap bulannya namun dibayar tanggal 4 pada bulan
berikutnya. Kondisi ini menyebabkan perusahaan telah mengalami kondisi tandatanda kesulitan keuangan, dan jika ini terus berlanjut bahkan lebih parah dimana
keterlambatan bisa sampai beberapa bulan, maka memungkinkan timbulnya
demonstrasi buruh dan karyawan. Bahkan lebih jauh karyawan dengan bakat
keahlian tinggi akan meninggalkan perusahaan tersebut, dengan alasan perusahaan
tersebut tidak lagi menjamin.
b. Solusi Mengatasi Permasalahan dalam Current Liabilities
Secara umum ada beberapa solusi yang bisa dijadikan bahan rekomendasi oleh pihak
manajer keuangan untuk menghindari timbulnya permasalahan dalam bidang current
liabilities, yaitu :
1) Kewajiban perusahaan untuk selalu mampu membayar angsuran bunga kredit
secara tepat waktu, yaitu menyediakan alokasi dana unutk membayar kredit
tersebut secara sistematis.
2) Kewajiban perusahaan untuk selalu mampu mempertahankan posisi keseimbangan
antara kewajiban yang harus tetap dibayar dan sejumlah dana yang harus dipakai
untuk mengaktifkan operasional perusahaan secara berkelanjutan.
3) Manajer keuangan berkewajiban secara disiplin untuk mengawasi penggunaan
alokasi utang jangka pendek yang hanya dipasok dari sumber dana jangka pendek

saja, artinya pinjaman jangka pendek untuk kebutuhan jangka pendek saja, jangan
memakai dana pinjaman jangka pendek untuk kebutuhan jangka pendek.
4) Manajer perusahaan melakukan pengawasan secara ketat terhadap kewajiban
membayar gaji karyawan, beban listrik, beban telepon, beban PDAM/air minum
secara tepat waktu dan sesuai dengan tanggal jatuh temponya.
2. Non Current Liabilities atau Long-term Liabilities
Non current liabilities atau long-term liabilities (utang jangka panjang) sering disebut
dengan utang tidak lancar. Penyebutan utang tidak lancar karena dana yang dipakai dari
sunber utang ini dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka panjang.
Alokasi pembiayaan jangka panjang biasanya bersifat tangible asset (aset yang bisa
disentuh), dan memiliki nilai jual tinggi jika suatu saat dijual kembali, karena itu
penggunaan dana utang jangka panjang ini dipakai untuk kebutuhan jangka panjang,
seperti pembangunan pabrik, pembelian tanah, gedung, dan sebagainya.
Adapun yang termasuk dalam kategori utang jangka panjang (long-term liabilities)
adalah :
Utang obligasi
Wesel bayar
Utang perbankan yang kategori jangka panjang.
Bagi suatu perusahaan harus mampu membangun keseimbangan yang sesuai antara
kebutuhan dengan kondisi serta kemampuan perusahaan dalam terutang. Sebab
pengalokasian penggunaan utang haruslah tepat sasaran, jika kebutuhan dana bersifat
jangka panjang maka harus dicari dari sumber dana jangka panjang, namun jika
kebutuhan dana bersifat jangka pendek maka harus dicari dari sumber dana jangka
pendek. Permasalahan yang terjadi pada beberapa perushaan adalah ketika kebutuhan
dana jangka pendek diambil dari sumber dana jangka panjang, dan begitulah pula
sebaliknya. Kondisi seperti ini menjadi wala mulai timbulnya kredit macet.
Berikut posisi utang lancar (current liabilities) di neraca :

Aktiva
Aktiva lancar

PT XYZ
Neraca
Utang
Utang lancar

Aktiva tetap

Utang jangka panjang

Utang obligasi
Wesel bayar
Utang jangka panjang lainnya
Modal sendiri
a. Beberapa permasalah umumdalam Non current Liabilities
Ada beberapa permasalahan umum yang timbul dalam bidang non current liabilities atau
long-tern debt (utang jangka panjang) ini, yaitu:
1. Para manajer keuangan melakukan tindakan gegabah yang tidak terencana dengan
mengambil dana jangka panjang untuk membiayai proyek yang tidak memiliki nilai
profitable. Atau membiayai proyek yang tidak memiliki nilai profitable. Atau membiayai
proyek yang tidak memiliki nilai prospek di masa yang akan datang. Sehingga bukan
untung yang diperoleh namun malah kerugian yang akan diterima. Ini timbul karena
perencanaan yang dibuat tidak matang atau mempergunakan perhitungan formula yang
tidak layak(infeasible) namun dipaksakan untuk jadi dilaksanakan.
2. Pihak manajer keuangan memberikan rekomendasi yang bersifat mengejar keuntungan
jangka pendek, namun telah menimbulkan dampak jangka panjang. Misalnya melakukan
penciptaan prooduk yang bersifat trend atau musiman dalam jumlah yang banyak, namun
tidak memikirkan akan muncul pesaing. Sehingga perusahaan mengalami overproduction
dan ada beberapa produk yang tidak terjual sehingga harus dijual murah. Apalagi untuk
menciptakan produk tersebut berasal dari mesin yang diciptakan khusus. Dan dana yang
dipakai untuk membeli mesin serta bahan mentah lainnya adalah bersumber dari
pinjaman jangka panjang.
3. Pada saat perusahaan mengalami himpitan akibat kewajiban untuk membayar utang yang
jatuh tempo dan dana untuk itu belum ada, maka manajer keuangan mempergunakan
alokasi sumber dana jangka panjang untuk membayar utang tersebut. Padahal seharusnya
alokasi dana pinjaman jangka panjang hanya boleh dipakai untuk membelanjai proyek
jangka panjang.
b. Solusi mengatasi permasalahan dalam Non Current Liabilities
Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam bidang non
current liabilities atau long-term debt (utang jangka panjang), yaitu:
1. Menghindari penggunaan jangka panjang untuk kebutuhan jangka pendek. Misalnya
memakai dana hasil penjualan obligasi untuk membayar gaji, membayar listri,telepon,
dan sejenisnya.
2. Menghindari keputusan yang bersifat gegabah dan tidak cermat. Namun mengedepankan
prinsip kehati-hatian (prudential principle) yang tinggi serta dengan konsep manajemen
yang terukur.
3. Menghindari menciptakan produk yang tidak memiliki nilai jual secara jangka panjang,
namun mengedepankan produk yang bersifat realistis.
4. Memahami kondisi mikro dan makro ekonomu secara jangka panjang baik dalam negri
maupun luar negri.

4. Likuiditas dan Financial Distress


Jika suatu perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas maka sangat memungkinkan
perusahaan tersebut mulai memasuki masa kesulitan keuangan (financial distress), dan jika
kondisi kesulitan tersebut tidak cepat diatasi maka ini bisa berakibat kebangkrutan usaha
(bankruptcy). Untuk menghindari kebangkrutan ini dibutuhkan berbagai kebijakan, strategi
dan bantuan, baik bantuan dari pihak internal maupun eksternal. Contohnya bantuan likuiditas
bank indonesia (BLBI) yang memberikan kepada beberapa bisnis yang dianggap layak
(feasible) untuk menerimanya. Walaupun beberapa bentuk bantuan BLBI dianggap memiliki
sisi permasalahan seperti kasus pemberian BLBI kepada Bank Century.
Pada saat ini banyak formula yang telah dikembangkan untuk menjawab berbagai
permasalahan tentang bankruptcy ini, salah satu yang dianggap populer dan banya
dipergunakan dalam berbagai penelitian serta analisis secara umum adalah model
kebangkrutan altman. Model altman ini atau lebih umum publik menyebut model Z-score
Altman dengan mempergunakan pendekatan analisis diskriminan. Untuk persoalan financial
distress secara kajian umum ada 4 katagori pengolongan yang bisa kita buat yaitu,
a. Pertama, financial distress katagori A atau sangat tinggi dan benar-benar
membahayakan. Katagori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada
diposisi bangkrut atau pailit. Pada katagori ini memungkinkan pihak perusahaan
melaporkan ke pihak terkait seperti pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam
posisi bankruptcy (pailit). Dan menyerahkan berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak
luar perusahaan.
b. Kedua, financial distress katagori B atau tinggi dan dianggap berbahaya. Pada posisi ini
perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam menyelamatkan berbagai
asset yang dimiliki, seperti sumber-sumber asset yang ingin dijual dan tidak
dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan begagai dampak jika dilaksanakan
keputusan merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan). Salah satu dampak
yang sangat nyata terlihat pada posisi ini adalag perusahaan mulai melakukan PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja) dan pensiunan dini pada beberapa karyawannya yang
dianggap tidak layak (infeasible) lagi untuk dipertahankan.
c. Ketiga, financial distress katagori C atau sedang, dan ini dianggap perusahaan masih
mampu/bisa menyelamatkan diri dengan tindakan tambahan dana yang bersumber dari
internal dan eksternal. Namun di sini perusahaan sudah harus melakukan perombakan
berbagai kebijakan dan konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu
melakukan perekrutan tenaga ahli baru yang memiliki kompetensi yang tinggi untuk
ditempatkan diposisi-posisi strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan
perusahaan, termasuk target dalam menggenjot perilehan laba kembali. Dimana salah
satu tugas manajer baru tersebut adalah jika perolehan laba telah kembali diperoleh maka
jika perusahaan pernah melakukan keputusan penjualan saham, maka memungkinkan
dana keuntungan yang diperoleh tersebut dialokasikan sebagian untuk membeli kembali
saham yang sudah dijual kepada publik atau yang dikenal dengan istilah stock repurchse

atau buy back. Keputusan untuk membeli kembali saham yang sudah dijual ke pasaran
mengandung berbagai arti bagi suatu perusahaan, antara lain:
1. Perusahaan memiliki kembali saham yang sudah diedarkan dipasaran
2. Perusahaan telah memberi sinyal positif ke pasaran, bahwa memiliki kemampuan
finansial yang cukup,
3. Diharapkan dengan membeli saham, Earning pershare (EPS) diharapkan market price
pershare juga akan mengalami kenaikan.
4. Dengan terjadinya peningkatan Earning pershare (EPS) diharapkan market price pershare
juga akan mengalami kenaikan.
d. Keempat, financial distress kategori D atau rendah. Pada kategori ini perusahaan dianggap
hanya mengalami fluktuasi finansial temporer yang disebabkan oleh berbagai kondisi
eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu
tepat. Dan ini umumnya bersifat jangka pendek, sehingga kondisi ini bisa cepat diatasi, seperti
dengan mengeluarkan financial reserve (cadangan keuangan) yang dimiliki, atau mengambil
dari sumber-sumber dana yang selama ini memang dialokasikan untuk mngatasi persoalanpersoalan seperti itu. Keputusan menyelesaikan financial distress juga bisa dilakukan dengan
menjual obligasi atau menerbitkan saham baru, meminjam keperbankan atau menerbitkan
right issue. Right issue adalah penjualan saham terbatas yang hanya dikhususkan kepada
pemilik saham lama saja, dengan tujuan menghindari masuknya pemilik saham baru.
Ada bentuk-bentuk keuntungan dan kerugian/ kelemahan pada saat suatu perusahaan berusaha
menyelesaikan persoalan financial distress dan memperkuat likuiditasnya dengan menjual
obligasi dan menerbitkan saham baru atau meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue.
Dan setiap keputusandalam memutuskan apakah menjadi obligasi, meminjam ke perbankan, dan
menerbitkan obligasi dalam kondisi financial distress sangat dipengaruhi oleh kekuatan analisis
yang dimiliki oleh manajer keuangan (financial manager) perusahaan. Sehingga wajar disebuah
perusahaan jika manajer keuangan memiliki pengaruh besar dalam menentukan berbagai
keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.1: keuntungn dan kerugian bagi perusahaan yang menjual obligasi dan
menerbitkan saham baru.
Obligasi
dan
saham
1.Obligasi

Keuntungan

Kerugian

a. Obligasi tanpa ada jaminan


dan ada yang ada jaminan.
Namun jaminan tersebut tetap
disimpan diperusahaan penerbit
obligasi.
b. biaya cetak obligasi lebih
murah.

a. Obligasi konversi yaitu pada saat bunga


obligasi tidak sanggup dibayar secara tepat
waktu dan sering terlambat maka pemegang
obligasi akan dirubah menjadi pemegang
saham.
b. perusahaan berkewajiban membayar
bunga obligasi tiap waktunya

2. Saham

c. kebutuhan dana dalam jumlah


yang
besar
dan
pihak
perbankkan
tidak
mampu
menyediakannya maka obligasi
menjadi salah satu pilihan yang
realistis.
a. Perusahaan bisa memperkecil
resiko yang timbul karena
permasalahan dapat diselesaikan
dengan pembagian dividen
b.
Perusahaan
dapat
mempublikasikan
kinerjanya
secara jauh lebih sistematis
c. Jika harga saham cenderung
diminati oleh publik maka citra
perusahaan sebagai perusahaan
yang bonafid akan dipercaya
oleh publik.

c.
perusahaan
harus
mempertanggungjawabkan
kinerjanya
kepada publik secara sistematis dan publik
selalu mangamatinya secara komprehensif.

a. Biaya cetak kertas saham sangat tinggi dan


dalam jumlah yang banyak

b. Jika pembayaran dividen terlambat


dibayar maka publik akan menangkap itu
sebagai sinyal yang negatif.
c. Menerbitkan saham baru harus dibahas
dalam RUPS secara serius dan ini
menyangkut persoalan waktu dan biaya,
terutama untuk meyakinkan pihak0pihak
yang berkepentingan jika itu kurang
disetujui.

Selanjutnya dalam keputusan menyelesaikan financial distress dan memperkuat likuiditas


dengan meminjam ke perbankan dan menerbitkan right issue dapat kita lihat keuntungan dan
kerugiannya pada tabel dibawah ini.
Tabel 8.2: Keuntungan dan Kerugian Menerbitkan Right Issue dan Pinjaman ke
Perbankan
No
Right
issue

Keuntungan
Tidak harus meminjam ke bank dan kalau
meminjam ke bank maka membutuhkan jaminan
(collateral), maka dengan menerbitkan right
issue tidak perlu.
Tidak ada perhitungan suku bunga seperti pada
pinjaman karena dibayar dalam bentuk dividen

Kerugian
Harus membayar dividen

Harus menanggung biaya


untuk mencetak saham baru
bertambah
Untung maupun rugi pihak manajemen Biaya
untuk
membuat
perusahaan hanya berhubungan dengan pemilik pertemuan dengan antara
saham tidak dengan pihak lain
manajemen perusahaan dan
dewan komisaris

Pinjaman
perbankan

Setiap permasalahan bisa diselesaikan secara Memberi informasi kepada


internal tanpa harus melibatkan pihak eksternal. publik bahwa perusahaan
telah
mengalami
kesulitan/kendala
dalam
keuangan.
Pencairan dana akan diterima sesuai dengan Harus memiliki jaminan
tanggal sesuai dengan tanggal yang ditetapkan (collateral) yang sewaktuoleh pihak perbankan
waktu pada saat tidak mampu
untuk dibayar kembali maka
jaminan tersebut harus di
ambil
Perhitungan bunga adalah sudah diperhitungan Kewajiban untuk selalu
dengan baik oleh pihak analis kredit dan mebayar angsuran tepat pada
dipahami juga secara bersama oleh pihak waktunya, jika terlambat
analisis keuangan perusahaan dengan dasar maka pihak perbankan akan
asumsi melihat pada kondisi ekonomi mikro dan mengenakan sanksi seperti
makro.
denda, teguran lisan/tertulis
dan sebagainya. Bahkan
agunan bisa diambil dan
selanjutnya dilelang atau
dijual oleh perbankan.
Jika pinjaman pada perbankan syariah maka Jika sistem perhitungan
perhitungan pinjaman menggikuti mekanisme bunga secara efektif atau
perbankan syariah. Walau saat ini penyaluran berubah-ubah
verdasrkan
dana yang dilakukan oleh perbankan syariah kondisi keadaan maka ini
adalah masih terbatas pada bentuk-bentuk usaha akan menyebabkan pihak
tertentu.
manajemen perusahaan akan
kewalahn dalam usahanya
membayar angsuran.
Jika kredit telah lunas dibayar atau bahkan bisa Jaminan (collateral) yang
dipercepat
pelunasannya
maka
jaminan telah diberikan kepada pihak
(collateral) tersebut bisa diambil kembali
perbankan tidak akan bisa
diambil kembali jika ternyata
nantinya pihak perusahaan
tidak
mampi
untuk
melunaskan angsuran secara
tepat waktu.
Jika pihak perusahaan telah melunasi pinjaman Jika pihak debitur sering
7-% dari jangka waktu atau minimal 60% dan bertindak wanprestasi maka
pihak perbankan atau kreditur menganggap kemungkinan untuk di black
bahwa debitur sangat baik dan tepat waktu list adalah bisa terjadi. Dan

dalam melunaskan setiap angsuran maka


memungkinkan
jika
debitur
tersebut
mengajukan tambahan dana pinjaman untuk
disetujui oleh pihak perbankan

data itubisa menyebar ke


seluruh perbankan lainnya,
karena setiap perbankan
memiliki
kerjasama
informasi

Dari penjelasan yang ada pada 2 tabel diatas maka menjadi tanggung jawab bagi seorang
manajer keuangan untuk menganalisis serta mengkondisikan dengan realita mikro dan makro
ekonomi yang terjadi saat ini, manakah yang sebaiknya dilaksanakan atau dianggap paling
realistis. Termasuk melihatnya dari segi jangka panjang.
5. Utang dan Nilai Perusahaan
Keputusan berutangdianggap sebagai salah satu solusi umtuk mempercepat aktivitas
produksi dan juga mempertahankan posisi perusahaan untuk terus bisa beroperasi. Namun setiap
manajer keuangan tidak bisa memberikan prediksi kondisi keuangan dalam bentuk stabilitas
mikro dan makro ekonomi bersifat selalu sesuai prediksi. Sering keputusan investasi dengan
dibuat dengan memprediksi jika inflasi, pertumbuhan ekonomi, purchasing power parity,
consumer behavior, pesaing, dan lain sebagainya bersifat stabil.
Utang yang terus tumbuh tanpa pengendalian hanya akan menimbulkan penurunan nilai
perusahaan. Artinya publik akan ragu ketika perusahaan memiliki kondisi utang yang extreme
leverage,, apakah utang itu bisa dilunaskan atau tidak. Dan di saat itu bisa dilunaskan atau tidak.
Dan di saat keyakinan publik menurun maka reaksi negatif dari para pemegang saham akan
terlihat yaitu dalam bentuk pelepasan saham. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada grafik
dibawah ini.

Gambar 8.4: utang dan nilai perusahaan


Pada gambar diatas kita bisa melihat pada saat kebijakan utang ditempuh maka diposisi awal
dianggap efektif mampu menaikkan nilai perusahaan. Namun pada saat utang terus ditambah dan
perusahaan terjebak pada kondisi extreme leverage maka ini akan menimbulkandampak lain
pada menurunnya nilai perusahaan.
6. Menghitung Perputaran Aktiva dan Tingkat Keuntungan Berdasarkan Aktiva
Bagi suatu perusahaan sangat penting memperhitungkan dan mengetahui tingkat
perputaran aktiva serta mengetahui tingkat perputaran aktiva serta mengetahui tingkat

keuntungan-keuntungan berdasarkan aktiva. Karena dengan mengetahui persoalan seperti itu


diharapkan manajemen perusahaan bisa menghubungkan dengan kondisi utang yang dimiliki.
Karena utang jika sudah lunas dibayar juga akan berubah menjadi aktiva. Contohnya kebijakan
perusahaan membeli mobil dengan berutang, maka pada saat lunas dibayar artinya mobil
tersebut telah menjadi aktiva perusahaan, khususnya aktiva tetap (fixed asset).
Rumus untuk menghitung perputaran aktiva dapat kita pergunakan rumus dibawah ini
PA=

PJL
TA

Dimana:
PA =PERPUTARAN AKTIVA
PJL = PENJUALAN
TA = TOTAL AKTIVA
Untuk total aktiva kita dapat mempergunakan rumus dibawah ini:
TA=FA+CA
Dimana:
TA = Total Asset (Total Aktiva)
FA = Fixed Asset ( Aset Tetap)
CA = Current Asset (Aset Lancar)

Rumus untuk menghitung tingkat keuntunganberdasarkan aktiva dapat kita pergunakan rumus di
bawah ini.
TK BA =

P JL
100
TA

Dimana:
TK BA

= Tingkat Keuntungan berdasarkan aktiva

Istilah penting dalam bab ini


Financial distress
Financial reserve
Liabilities
Pinjaman perbankan
Right issue
Stock
Unearned revenue

Soal dan Jawaban


1. pada bulan februari 2012 manajer keuangan PT Sepatu Alam Jaya sedang melakukan kajian
dengan seluruh staf bagian keuangan, dimana hasil kajian memperlihatkan penjualan sebesar Rp
2.430.000.000 Dengan penghasilan laba operasi dari penjualan sebesar 12,5%. Dalam rangka
meraih dan memperoleh penjualan tersebut, pihak manajemen perusahaan memperhatikan
kondisi neraca yang ada. Dimana kondisi neraca ringkas perusahaan adalah sebagai berikut,
Balancesheet
PT Sepatu Alam Jaya
December 2011
Asset
Current asset
Cash............................................Rp
128.000.000
Commercial
paper......................Rp
188.000.000
Receivable
................................
Rp
204.000.000
Total
current
assets
................Rp
520.000.000
Non current assets
Land
..........................................Rp
500.000.000
Build..........................................Rp
600.000.000

Liabilities
Current liabilities
Payable.......................................Rp
196.000.000
Accrued
expense........................Rp
160.000.000
Other
current
liabilities........
.....Rp
184.000.000
Total current liabilities..........
Rp
340.000.000
Non current liabilities
Long tern lease obligation......... Rp
230.000.000
Other
non
current
liabilities.......Rp
330.000.000

Machine
....................................Rp
150.000.000
Total
non
current
assets
........Rp
1.250.000.000
Total
assets
..............................Rp
1.770.000.000

Total
non
current
liabiliti...........Rp
560.000.000
Total
liabilities...........................Rp
900.000.000
Shareholders Equity
Capital
stock..............................Rp
384.000.000
Retained
earnings......................Rp
496.000.000
Total
shareholders
equity......Rp
870.000.000
Total liabilities
dan
shareholders
equity........Rp
1.770.000.000

Lebih jauh diinfokan bahwa dari jumlah tersebut Rp 52.000.000 adalah aktiva likuid. Sehingga
berdasarkan data diatas diminta untuk ,
a. Menghitung perputaran aktiva perusahaan
b. Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki
Jawaban:
a. Menghitung perputaran aktiva perusahaan
TA = FA + CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000
TA = 1.770.000
Selanjutnya dapat menghitung perputaran aktiva perusahaan sebagai berikut:
PA=

2.430 .000.000
1.770 .000.000

PA=1,37

b. Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva

TK BA =

P JL
100
TA

TK BA =

2.430 .000 .000


100
1.770 .000 .000

TK BA =137
2. Apabila kondisi penjualan terjadi peningkatan menjadi Rp 3.100.000.000 atau terjadi
penurunan Rp 2.100.000.000,- maka hitunglah perputaran aktiva dan tingkat keuntungan
berdasarkan aktiva pada PT Sepatu Alam Jaya tersebut.
Jawaban :
Pada kondisis terjadi peningkatan sebesar Rp 3.100.000.000,Menghitung perputaran aktiva perusahaan.
TA = FA + CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000.000
TA = 1.770.000.000
Selanjutnya dapat dihitung perputaran aktiva perusahaan sebagai berikut,
PA=

2.430 .000.000
1.770 .000.000

PA=1,75 x
Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki.
TK BA =

P JL
100
TA

TK BA =

3.100 .000 .000


100
1.770 .000 .000

TK BA =175

Pada kondisi terjadi penurunan sebesar Rp 2.100.000.000,Menghitung perputar aktiva perusahaan.


TA = FA + CA
TA = 1.250.000.000 + 520.000.000
TA = 1.770.000.000
Selanjutnya dapat dihitung perputaran aktiva perusahaan sebagai berikut,
PA=

2.100 .000.000
1.770 .000.000

PA=1,18 x
Tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang dimiliki.
TK BA =

P JL
100
TA

TK BA =

2.100 .000 .000


100
1.770 .000 .000

TK BA =188
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi penjualan maka semakin tinggi tingkat
perputaran dan perolehan tingkat keuntungan berdasarkan jumlah aktiva yang akan dimiliki oleh
perusahaan PT Sepatu Alam Jaya. Sehingga dengan begitu sebaiknya pihak manajer perusahaan
melakukan berbagai terobosan dan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki, termasuk
mampu mengendalikan utang dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai