Anda di halaman 1dari 12

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran:” Jakarta

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UJIAN TENGAH SEMESTERGANJIL 2022/2023

MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN


WAKTU : 120 MENIT
PROGRAM STUDI : S2 MANAJEMEN
HARI/TANGGAL : SENIN/ 24 OKTOBER 2022
WAKTU : 150 MENIT
DOSEN : Dr. SRI MULYANTINI,SE,MM
SIFAT UJIAN : Study Kasus/Project/Seminar/Essay*
Pilih sesuai insrumen Ujian
NAMA : Mufti Wita Kusuma
NIM : 2210121031
I. Analisis Kinerja Perusahaan

a. Proses Go Public
Semua perusahaan memiliki kesempatan untuk menjadi perusahaan publik dengan
menawarkan dan menjual sebagian sahamnya kepada publik dan mencatatkan sahamnya di
PT Bursa Efek Indonesia (“Bursa”). Proses tersebut disebut dengan “Go Public”. Keputusan
untuk Go Public merupakan keputusan bisnis yang dipilih setelah memperhitungkan
berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan ketika menjadi perusahaan yang Go Public namun ada pula beberapa
konsekuensi yang harus dipertimbangkan.

Jika saya memutuskan untuk membeli saham sebuah perusahaan ada beberapa hal yang
perlu diketahui seperti :

 Sumber Dana

Sebagai pembeli harus menggetahui sumber pendanaan yang diperoleh oleh


perusahaan Go Public tersebut, karena ketika perusahaan sudah Go Public, segala
Informasi keuangan diumumkan di dalam Bursa. Jadi, dengan keterbukaan informasi
tersebut perusahaan dapat lebih dikenal di komunitas keuangan

 Competitive Advantage

Sebagai pembeli harus mengetahui competitive advantages yang dimiliki oleh


perusahaan dalam pengembangan usaha di masa yang akan datang, seperti :

1. Penjualan saham kepada para partner kerjanya seperti pemasok (supplier)


dan pembeli (buyer)untuk turut menjadi pemegang saham perusahaan.

2. Rencana peningkatan kualitas kerja operasionalnya, seperti dalam hal


pelayanan kepada pelanggan ataupun kepada para stakeholders lainnya,
sistem pelaporan, dan aspek pengawasan.

 Merger atau akuisisi perusahaan


Harus mengetahui pengembangan usaha dari perusahaan tersebut melalui merger atau
akuisisi. Karena dengan merger atau akuisisi perusahaan dapat mempercepat
pengembangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan
di Bursa memiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang
sahamnya diperdagangkan di Bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih
mudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger
atau akuisisi tersebut.

 Going Concern
Sebagai pembeli harus mengetahu kemampuan perusahaan dalam going concern. Dalam
hal ini perusahaan memiliki kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi
apapun termasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan,
seperti terjadinya kegagalan pembayaran utang kepada pihak ketiga, perpecahan di
antara para pemegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika
pasar yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tetap dapat bertahan di
bidang usahanya.

 Company Image
Harus mengetahui bagaimana cara perusahaan dalam membangun image yang baik dan
bagaimana perusahaan tersebut akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas
keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk mendapat
publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra
tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa
depan.

 Company Value
Sebagai pembeli harus bisa menganalisa perusahaan publik yang sahamnya
diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan.
Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan
mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.

b. Likuiditas Perusahaan
Likuiditas merupakan istilah dimana kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang akan jatuh tempo. Jika bank memiliki sejumlah alat pembayaran pada saat
tertentu, ini disebut sebagai kekuatan membayar. Namun, memiliki kekuatan membayar
tidak selalu berarti memiliki kemampuan likuiditas.
Untuk menjaga likuiditas supaya selalu berada dalam posisi aman, ada beberapa strategi
yang dilakukan oleh bank, seperti :

 Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank. Hal ini perlu dilakukan kecuali
tingkat bunga cenderung menurun.

 Melakukan diversifikasi sumber dana bank

 Menjaga keseimbangan jangka waktu aset dan kewajiban

 Memperbaiki posisi likuiditas. Caranya adalah mengalihkan aset yang


kurang marketable menjadi lebih marketable.
Selain itu, ada tiga strategi yang bisa dilakukan untuk menjaga agar likuiditas bank tetap
berjalan dengan baik :

 Pertama, strategi preventif yaitu menjauhi unsur-unsur spekulatif sehingga masalah


likuiditas dapat dihindari.

 Kedua, strategi represif yaitu langkah yang dilakukan apabila bank telanjur mengalami
masalah likuiditas. Langkah tersebut adalah meminjam dari pasar uang,
mengkonversikan dana valuta asing yang dimiliki, dan meminjam valuta asing dari pasar
internasional.

 Ketiga, strategi profitabilitas yaitu kesanggupan dalam memperoleh laba. Pendapatan


bank merupakan sasaran utama yang harus dicapai sebab bank didirikan untuk
mendapatkan profit. Laba didapatkan dari selisih antara biaya dana dengan pendapatan
bunga yang diterima para debitur.

c. Peningkatan Keuntungan Perbankan


Pada saat ini perbankan tidak hanya mengandalkan pendapatan yang dihasilkan dari
bunga kredit atau dikenal dengan pendapatan bunga kredit, akan tetapi juga utnuk
meningkatkan profitabilitas, maka perbankan harus pintar atau jeli dengan berupaya
mencari sumber-sumber atau produk-produk diluar dari kegaitan perkreditan, seperti dari
jasa-jasa perbankan yang diberikan atau yang lebih dikenal dengan fee based income, hal ini
menjadi pilar pembentuk profit bagi perbankan. Dengan adanya fee based income, maka
pendapatan menjadi naik dan kinerja keuangan menjadi semakin baik, hal ini dapat dilihat
dengan adanya perubahan pada return on assets yang semakin meningkat.

II. Modal kerja dan strategy pengelolaan modal kerja

a. Neraca Aktiva, Hutang dan milik sendiri


Modal pada dasarnya adalah faktor pokok yang harus dimiliki oleh pemilik perusahaan baik
dalam bentuk uang maupun barang yang akan digunakan untuk memproduksi lebih lanjut
yang ditunjukkan dalam pos neraca perusahaan. Prakteknya kadang-kadang nampak adanya
suatu klasifikasi di dalam neraca yang pada umumnya membingungkan pembaca (sulit untuk
ditafsirkan) dengan nama reserve (cadangan). Seharusnya cadangan ini diklasifikasikan
sesuai dengan klasifikasi neraca yaitu aktiva, hutang dan milik sendiri (modal) sehingga pada
prinsipnya juga terdiri dari 3 golongan yaitu :

 Cadangan sebagai pengurangan aktiva


 Cadangan sebagai hutang (liability reserve)5
 Cadangan yang merupakan surplus, yang betul-betul merupakan hak para pemilik
perusahaan

Sesuai dengan perkembangan fungsi pembelanjaan perusahaan, pengertian pembelanjaan


mengalami perkembangan, mulai dari pembelanjan yang hanya mengutamakan
mendapatkan dana sampai kepada penggunaan dana. Dana yang diterima oleh perusahaan
digunakan untuk membeli aktiva tetap untuk memproduksi barang atau jasa, membeli
bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang dagang, untuk
mengadakan persedian kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek atau
sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan.

Dalam melakukan bisnis setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil (technical
expertise), merek dagang (trade-mark) dan patent. Untuk memperoleh aktiva rill tersebut,
perusahaan harus mencari uang untuk membayarnya antara lain dengan cara menjual
saham, obligasi bagi perusahaan. Sekuritas tersebut yang berupa sepotong kertas itu disebut
aktiva keuangan (financial assets). Dilihat dari suatu saat tertentu, kelompok dana yang ada
dalam perusahaan bersifat statis, yang mencerminkan keadaan pada suatu saat, yaitu yang
tercermin pada jumlah aktiva lancar dan jumlah sumber dana jangka panjang yang
digunakan untuk membelanjai atau menandai aktiva tersebut pada saat tertentu.

b. Permasalahan dalam pengelolaan modal kerja


Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk
menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu.
Perubahan modal kerja dalam periode tertentu tersebut biasanya menjadi masalah, karena
dengan kenaikkan aktiva lancar dan penurunan utang lancar dinilai amat baik apabila berasal
dari hasil operasi perusahaan yang bersangkutan dapat dinilai kurang baik bila modal kerja itu
berasal dari utang jangka panjang. Untuk dapat mengetahui perubahan modal kerja maka
dapat dengan membandingkan dua neraca dari dua tahun yang berurutan dan kemudian
diperhitungkan perubahan kenaikan atas penurunan modal kerjanya.
c. Model Manajemen Modal Kerja

Modal Kerja

Konsep Kuantitatif Konsep Kualitatif Konsep Fungsional

d. Penjelasan

 Konsep modal kerja konsep kuantitatif

Konsep kuantitatif pada manajemen modal kerja adalah pada kuantitas ataupun
jumlah biaya yang terdapat di dalam unsur aktiva lancar. Aktiva lancar juga
mempunyai dana yang berputar kembali dalam waktu yang cenderung lebih pendek
ataupun dalam bentuk semulanya. Jadi, modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah
seluruh jumlah dari aktiva lancar milik perusahaan. modal kerja dalam makna ini juga
dikenal dengan modal kerja bruto.

 Konsep modal kerja konsep kualitatif

Bila pada konsep kualitatif hanya berkaitan dengan jumlah aktiva lancar saja, nah
dalam konsep kualitatif ini modal kerja akan sangat berkaitan dengan jumlah utang
lancar ataupun utang yang pembayarannya harus segera dibayarkan. Untuk itu,
sebagian aktiva lancar harus tersedia agar bisa membiayai kewajiban finansial
perusahaan yang harus segera dilakukan, tidak boleh digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan.Tujuan utamanya adalah agar pihak perusahaan mampu
menjaga tingkat likuiditasnya. Modal kerja kualitatif pun sering disebut dengan
modal kerja neto.

 Konsep fungsional
Dasar utama dalam konsep fungsional adalah biaya yang tersimpan sebagai modal
dan juga dana yang dikeluarkan mempunyai fungsi dalam memperoleh pendapatan
bisnis. Konsepnya adalah sebagai biaya akan digunakan agar bisa menghasilkan
pendapatan dalam periode akuntansi atau yang biasa disebut dengan current
income. Jadi, sebagian biaya lain juga digunakan pada periode akuntansi ini, namun
tidak semua dana tersebut digunakan agar bisa mendapatkan current income.
Sebagian dari dana tersebut juga digunakan untuk bisa menghasilkan pendapatan
ataupun untuk periode akuntansi selanjutnya yang umumnya dikenal dengan future
income.

Contohnya : Jika ada bisnis pakaian, Bisnis ini sebenarnya dibuat untuk melakukan
perdagangan pakaian, bukan untuk melakukan investasi. Jadi, dana yang
diinvestasikan pada instrumen obligasi tersebut nantinya dapat diinvestasikan dalam
bisnis tekstilnya, seperti pengembangan bisnis dengan cara membeli suatu mesin
ataupun bahan baku baru. Jadi, dana inilah yang dikategorikan sebagai modal kerja
potensial ataupun potential working capital.
3. Time Value of Money & Discounted Cash Flow Valuation

A. Bank BRI menetapkan suku bunga 8% untuk kredit korporasi & Mandiri menetapkan
6% pertahun. Estimasi Pinjaman adalah 50jt.
Rumus Bunga Per bulan:
(Pokok pinjaman x Suku bunga x Total waktu kredit) : Jumlah bulan dalam jangka
waktu kredit
Perhitungan Bank BRI :

 Pokok pinjaman per bulan = Rp50 juta : 48 = Rp1.041.666,66

 Bunga per tahun = Rp50 juta x 8% = Rp4.000.000

 Bunga per bulan = Rp 4 juta : 48 = Rp 83.333,33

Dengan demikian, cicilan per bulan yang wajib dibayarkan adalah:

Rp1.041.666,66 + Rp 83.333,33 = Rp 1.124.999,99

Perhitungan Bank Mandiri:

 Pokok pinjaman per bulan = Rp50 juta : 48 = Rp1.041.666,66

 Bunga per tahun = Rp50 juta x 6% = Rp3.000.000

 Bunga per bulan = Rp 3 juta : 48 = Rp 62.500

Dengan demikian, cicilan per bulan yang wajib dibayarkan adalah:

Rp1.041.666,66 + Rp 62.500 = Rp 1.104.166,66

Dengan perhitungan diatas, maka saya lebih memilih meminjam di Bank Mandiri,
dikarenakan suku bunga nya yg terhitung lebih kecil. karena dengan selisih 2%
tersebut sebagai owner dari sebuah perusahaan, saya dapat memutarkan selisih
tersebut untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
B. Shalahuddin Haikal (2006:349) mengatakan present value adalah jumlah yang
dihitung dengan mendiskontokan aliran arus kas masa depan dari proyek dengan
menggunakan suku bunga yang setara dengan tingkat pengembalian yang
diinginkan.Studi kasus :

Bisnis Pertama : Properti

Bisnis Kedua : FnB (Restaurant)

Dalam hal ini saya ingin mengembangkan bisnis property saya. Saya ingin
membangun sebuah gedung baru di 2 tahun mendatang. Setelah dihitung-hitung,
ternyata saya membutuhkan total 600 miliar. Jika saya menempatkan anggaran
pembangunan di bank dengan bunga (rate of turn) 2% per tahun. Supaya dapat
menentukan PV untuk uang yang akan kita miliki 2 tahun kemudian adalah dengan
menggunakan perhitungan dibawah ini :

PV = FV/(1+r)^n

= Rp600M / (1+0,02)^2
= Rp600M / (1.0404)
= Rp576M

Jadi, dengan menempatkan 2% pertahunnya, dalam jangka 2 tahun saya blum bisa

untuk memiliki dana pembangunan sebesar 600 miliar. Oleh karena itu rate of turn nya

harus melebihi dari 2%. Jadi, dengan menempatkan 2% pertahunnya, dalam jangka 2

tahun saya blum bisa untuk memiliki dana pembangunan sebesar 600 miliar.

Oleh karena itu rate of turn nya harus melebihi dari 2%. Deposito di bank merupakan

salah satu bagian dari ROA (Return of Aset). ROA adalah perbandingan antara

pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets). Rasio ini

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh

keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank

tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah:

ROA=Laba Bersih/Total Activa

Estimasi perhitungan supaya dalam 2 tahun bisa mendapatkan 600M adalah katakanlah
tahun ini mendapat laba bersih sebesar Rp75.000.000.000, sedangkan total aset pada
akhir tahun mencapai Rp600.000.000.000

Cara menghitung ROA yakni membagi laba Rp100.000.000.000 tersebut dengan total
aset Rp750.000.000.000, hingga akhirnya mendapat angka 0,125

Kalikan nilai tersebut dengan 100 dan bulatkan hingga dua angka setelah koma. Maka,
kamu akan mendapatkan nilai ROA perusahaanmu sebesar 12,5%.

Angka ini menunjukkan kepadamu bahwa untuk setiap rupiah dalam aset yang dimiliki
oleh perusahaanmu, bisnismu memperoleh keuntungan dalam persentase tersebut.
4. Risk and Return dalam keputusan investasi

Smartfren XL
Tahun Harga Persatuan (Rp) Tahun Harga Persatuan (Rp)
2017 Pembukaan Tertinggi Terendah Penutupan 2017 Pembukaan Tertinggi Terendah Penutupan
Q4 49.804.962 49.804.962 49.804.962 49.804.962 Q4 3.080.000.000 3.150.000.000 2.810.000.000 2.960.000.000
2018 2018
Q1 49.804.962 49.804.962 49.804.962 49.804.962 Q1 2.970.000.000 2.980.000.000 2.420.000.000 2.520.000.000
Q2 98.613.831 99.609.924 70.723.045 75.703.545 Q2 2.100.000.000 2.910.000.000 2.100.000.000 2.520.000.000
Q3 115.547.516 127.500.710 94.629.433 112.559.219 Q3 3.130.000.000 3.160.000.000 2.750.000.000 2.760.000.000
Q4 81.000.000 88.000.000 73.000.000 78.000.000 Q4 2.000.000.000 2.100.000.000 1.875.000.000 1.980.000.000
2019 2019
Q1 284.000.000 352.000.000 280.000.000 312.000.000 Q1 2.410.000.000 2.760.000.000 2.310.000.000 2.680.000.000
Q2 284.000.000 336.000.000 284.000.000 320.000.000 Q2 2.860.000.000 3.050.000.000 2.810.000.000 2.980.000.000
Q3 134.000.000 179.000.000 115.000.000 170.000.000 Q3 3.500.000.000 3.660.000.000 3.150.000.000 3.440.000.000
Q4 125.000.000 152.000.000 119.000.000 138.000.000 Q4 3.360.000.000 3.430.000.000 3.150.000.000 3.150.000.000
2020 2020
Q1 99.000.000 100.000.000 50.000.000 62.000.000 Q1 2.600.000.000 2.610.000.000 1.315.000.000 2.000.000.000
Q2 97.000.000 118.000.000 93.000.000 97.000.000 Q2 2.590.000.000 2.820.000.000 2.430.000.000 2.770.000.000
Q3 92.000.000 96.000.000 70.000.000 75.000.000 Q3 2.490.000.000 2.490.000.000 1.920.000.000 2.030.000.000
Q4 67.000.000 84.000.000 64.000.000 67.000.000 Q4 2.470.000.000 2.980.000.000 2.380.000.000 2.730.000.000
2021 2021
Q1 77.000.000 95.000.000 74.000.000 77.000.000 Q1 2.200.000.000 2.320.000.000 2.010.000.000 2.090.000.000
Q2 87.000.000 137.000.000 82.000.000 118.000.000 Q2 2.480.000.000 2.800.000.000 2.370.000.000 2.670.000.000
Q3 134.000.000 135.000.000 105.000.000 112.000.000 Q3 2.680.000.000 3.080.000.000 2.550.000.000 3.040.000.000
Q4 89.000.000 98.000.000 83.000.000 87.000.000 Q4 3.070.000.000 3.240.000.000 3.020.000.000 3.170.000.000

Tahun Smartfren XL
2017 49.804.962 2.960.000.000
2018 78.000.000 1.980.000.000
2019 138.000.000 3.150.000.000
2020 67.000.000 2.730.000.000
2021 87.000.000 3.170.000.000

Expected Return 83.960.992 2.798.000.000


Rp90.792.198 Rp2.765.600.000

Standar Deviasi 4.419.293.015.857.150 962.280.000.000.000.000


1.104.823.253.964.290 240.570.000.000.000.000
33238881,66 490479357,4

Koefisien Variance 0,395884812 0,175296411


39,59% 17,53%

Dari perhitungan diatas data diketahui bahwa Smartfren memiliki presentase yang
lebih besar dibandingkan dengan XL. Jadi dengan presentase yang semakin besar dapat
dikatakan modal yang dimiliki oleh Smartfren lebih besar dibandingkan dengan XL.

Anda mungkin juga menyukai