Anda di halaman 1dari 40

STUDI KELAYAKAN BISNIS

Modul 6
ASPEK KEUANGAN (LANJUTAN)
Palupi Permata Rahmi, SP.,M.Si.
Listri Herlina, S.E., M.A.B
Dedi Gumilar, S.T., M.M

inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

A. Rasio-Rasio Keuangan Pengertian Laporan Keuangan


Bagi perusahaan yang sudah berjalan, terkadang seringkali setelah
mengalami kemajuan ingin memperluas usahanya atau melakukan usaha
yang baru. Bagi perusahaan yang memiliki modal sendiri hal ini tak menjadi
masalah, akan tetapi jika modal diperoleh dari pinjaman, maka perlu
dibuatkan laporan keuangan yang dapat meyakinkan para kreditur. Dari
laporan inilah pihak kreditur dapat menilai layak tidak suatu usaha dibiayai,
serta berapa jumlah dana yang perlu dibiayai oleh pihak kreditur.
Dalam praktiknya setiap perusahaan, baik bank maupun non bank
pada suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatankeuangannya.
Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar
yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Dalam laporan keuangan
termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis- jenis
kekayaan yang dimiliki, kewajiban-kewajiban (utang) yang dimiliki baik
jangka panjang maupun jangka pendek, serta ekuitas (modal) yang
dimilikinya. Informasi yang memuat seperti gambaran di atas tergambar
dalam neraca.
Kemudian laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-
hasil usaha yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan
biaya-biaya ata beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut.
Informasi ini akan termuat dalam laporan laba/rugi. Laporan keuangan
perusahaan juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu
perusahaan seperti yang tergambar dalam laporan arus kas.
Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan
tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu
p[erusahaan sebagai berikut:

1
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

1. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva, jenis-jenis


aktiva.
2. Jumlah kewajiban, jenis-jenis kewajiban, dan jumlah modal.
3. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermina dari
jumlah pendapatan yang diperoleh, sumber-sumber pendapatan.
4. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan dalam periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu perusahaan.
6. memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu
periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.
Dari laporan keuangan akan tergambarkan kondisi keuangan suatu
perusahaan sehingga memudahkan untuk menilai kinerja manajemen
perusahaan yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi
patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan
kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.
Terkait dengan studi kelayakan bisnis, lapotan keuangan digunakan
untuk menilai perusahaan yang sudah berjalan beberapa periode.
Tujuannya adalah untuk menilai apakah layak usaha baru tersebut dibiayai
dan berapa besar pembiayaan yang dibutuhkan. Dari laporan keuangan ini
juga tergambar kinerja manajemen masa lalu yang sekaligus merupakan
gambaran kinerja ke depan. Laporan yang disajikan akan dinilai melalui
rasio-rasio keuangan yang ada, sehingga akan mengetahui kondisi
keuangan perusahaan yang sesungguhnya

Pihak-Pihak Yang Berkepentingan


Dalam praktiknya, pembuatan laporan keuangan ditujukan untuk
memenuhi kepentingan berbagai pihak disamping pihak manajemen dan
pemilik perusahaan itu sendiri. Masing-masing pihak memiliki kepentingan

2
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

dan tujuan tersendiri terhadap laporan keuangan yang diberikan oleh


perusahaan.
Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan perusahaan sebagai berikut:
1. Kreditur
Pihak penyandang dana atau kreditur (lembaga keuangan) sangat
berkepentingan terhadap usaha yang akan dibiayainya. Bank atau
lembaga keuangan lainnya tidak mau menderita kerugian (seperti
kredit macet) sehingga bank perlu mempelajari prospek usaha
yang akan datang. Bank juga harus tahu berapa dana yang
dibutuhkan sesungguhnya, sehingga tidak terjadi dana mubazir
yang pada akhirnya akan menjadi beban nasabahnya.
2. Pemegang saham
Bagi pemegang saham yang sekaligus merupakan pemilik bank,
kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk
melihat kemajuan bank dipimpin oleh manajemen dalam suatu
periode. Kemajuan yang dilihat adalah kemampuan dalam
menciptakan laba dan pengembangan asset yang dimiliki. Dari
laporan ini pemilik juga dapat menilai sampai sejauh mana
pengembangan usaha bank tersebut telah dijalankan pihak
manajemen. Bagi pemilik dengan adanya laporan keuangan ini,
pertama akan dapat memberikan gambaran berapa jumlah dividen
yang bakal mereka terima. Kedua adalah untuk menilai knerja
pihak manajemen dalam menjalankan kepercayaan yang
diberikan.
3. Pemerintah
Bagi pemerintah, laporan keuangan digunakan untuk menilai
kejujuran perusahaan dalam melaporkan aktivitasnya, sekaligus
untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara
terutama pajak.

3
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

4. Manajemen
Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai
kinerja manajemen perusahaan dalam mencapai target-target yang
telah ditetapkan. Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen
dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Pada akhirnya,
laporan keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk
memberikan kompensasi dan karier manajemen serta
mempercayakan pihak manajemen untuk memimpin perusahaan
perusahaan pada periode berikutnya.
5. Karyawan
Bagi karyawan dengan adanya laporan keuangan juga untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya.
Dengan mengetahui ini mereka juga paham tentang kinerja
mereka, sehingga mereka juga merasa perlu mengharapkan
peningkatan kesejahteraan apabila perusahaan mengalami
keuntungan, dan sebaliknya, perlu melakukan perbaikan jika
perusahaan mengalami kerugian.

Jenis-Jenis Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan pedoman yang
telah ditetapkan. Artinya laporan keuangan dibuat sesuai dengan standard
yang telah ditentukan. Dalam praktiknya jenis-jenis laporan keuangan yang
ada sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan
adalah posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas)
suaut perusahaan. Penyusunan komponen di dalam neraca
didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

4
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

2. Laporan laba/rugi
Laporan laba/rugi merupakan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini
tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan
serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
3. Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua
aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang
berpengaruh langsung atau tidak terhadap kas. Laporan arus kas
harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
4. Laporan perubahan modal
Merupakan laporan yang berisi catatan terjadinya perubahan
modal di perusahaan.

Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan


Dari masing-masing jenis laporan keuangan di atas tentu mempunyai
bentuk-bentuk laporan keuangan tersendiri. Bentuk laporan keuangan ini
dibuat sesuai dengan keinginan pihak manajemen perusahaan, tanpa
menyalahi aturan yang berlaku. Berikut ini bentuk laporan keuangan yang
umum yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku:
1. Laporan keuangan neraca
Dalam laporan keuangan neraca terdapat tiga macam bentuk yaitu:
a. Bentuk skontro atau horizontal (account form)
Neraca dalam bentuk ini sperti huruf “T” di mana sisi aktiva di
sebelah kiri dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) di sebelah
kanan. Untuk lebih jelasnya neraca dalam bentuk skontro dapat
dilihat berikut ini:

5
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Tabel 4.13
PT DEK KALOK E, Tbk.
Neraca
Per 31 Desember 2006
AKTIVA PASIVA
Komponen Tahun Komponen Tahun
Aktiva lancar 2.000 Utang lancar 1.000
Aktiva tetap 7.500 Utang jangka 6.000
panjang
Aktiva lainnya 500 Ekuitas 3.000
Jumlah 10.000 Jumlah 10.000
aktiva pasiva

Tabel 4.14
PT DEK KALOK E, Tbk.
Neraca per 31 Desember 2006
Komponen Jumlah
AKTIVA
Aktiva lancar 2.000
Aktiva tetap 7.500
Aktiva lainnya 500
Jumlah aktiva 10.000
PASIVA
Utang lancar 1.000
Utang jangka panjang 6.000
Ekuitas 3.000
Jumlah pasiva 10.000

6
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

b. Bentuk laporan atau vertical (report form)


Neraca dalam bentuk ini tersusun dari atas ke bawah secara
berurutan mulai dari aktiva diikuti dengan kewajiban dan
terakhir ekuitas. Untuk lebih jelasnya, Tabel 4.14 adalah contoh
bentuk laporan keuangan vertical.
c. Bentuk lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan posisi
keuangan perusahaan.

2. Bentuk laporan laba/rugi


Khusus untuk laporan laba/rugi hanya memeilik dua macam yaitu:
a. Bentuk tunggal (single step system)
Dalam bentuk ini laporan laba/rugi tidak terperinci dan
ditentukan berdasarkan total pendapatan dikurangi total biaya.
Dalam bentuk ini laporan laba/rugi disusun tanpa membedakan
pendapatan dan biaya usaha dan di luar usaha. Contoh bentuk
laporan laba/rugi single step system dapat dilihat pada Tabel
4.15
b. Bentuk majemuk (multiple step system)
Merupakan bentuk yang dihitung secara terperinci dan bertahap
yaitu dengan membedakan antara pendapatan maupun biaya
dari usaha dengan di luar usaha. Table 4.16 adalah contoh
bentuk laporan laba/rugi multiple step system.

7
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Tabel 4.15
PT DEK KALOK E, Tbk.
Perhitungan Laba/Rugi
per 31 Desember 2006
Komponen Jumlah
1. Pendapatan
Pendapatan usaha 15.000
Pendapatan di luar usaha 3.500
18.500
2. Biaya-biaya
Harga pokok penjualan 11.000
Biaya umum dan administrasi 1.500
Biaya di luar usaha 1.000
13.500
3. Laba bersih sebelum pajak 5.000
4. Pajak 20% 1.000
5. Laba bersih sesudah pajak 4.000

Tabel 4.16
PT DEK KALOK E, Tbk.
Perhitungan Laba/Rugi
per 31 Desember 2006
Komponen Jumlah
1. Pendapatan dan biaya usaha
Pendapatan usaha 15.000
Biaya usaha 12.500
Laba bersih usaha 2.500
2. Pendapatan dan biaya di luar usaha
Pendapatan di luar usaha 3.500

8
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Biaya di luar usaha 1.000


2.500
3. Laba bersih sebelum pajak 5.000
4. Pajak 20% 1.000
5. Laba bersih sesudah pajak 4.000

B. Proyeksi Neraca dan Laporan Laba/Rugi


Di samping membuat cash flow perusahaan juga diminta untuk
membuat proyeksi laporan keuangannya untuk beberapa periode (biasanya
seumur proyek). Proyeksi laporan keuangan yang dibuat adalah neraca dan
laporan laba/rugi.
Dari proyeksi neraca akan tergambar berapa harta perusahaan, baik
harta lancar, harta tetap, atau harta lainnya. Kemudian juga akan tergambar
kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang serta modal yang
dimiliki dari period eke periode. Dengan demikian, suatu neraca yang dibuat
untuk beberapa periode akan tergambar apakah ada perubahan dan kalua
ada pos-pos apa saja yang berubah, sehingga dapat dianalisis mengapa
terjadi perubahan.
Adapun, proyeksi laporan laba/rugi menggambarkan besarnya
pendapatan yang diperoleh pada suatu period eke periode berikutnya.
Kemudian juga akan tergambar jenis-jenis biaya yang dikeluarkan berikut
jumlahnya dalam periode yang sama. Dari laporan ini dapat terlihat kondisi
keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam
suatu periode atau beberapa periode.
Untuk lebih memahami neraca dan laporan laba/rugi ada baiknya kita
mengulang kembali pengertian dan komponen-komponen apa saja yang
terdapat dalam dua laporan keuangan tersebut.

9
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Neraca (Income Statement)


Neraca merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi harta,
utang, dan modal perusahaan pada saat tertentu. Artinya, neraca dapat
dibuat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam waktu
tertentu setiap saat dibutuhkan.
Secara garis besar neraca menggambarkan jumlah harta di posisi
aktiva dan jumlah utang serta modal (ekuitas) di posisi pasiva. Komponen
harta yang tergambar di posisi aktiva sebagai berikut:
1. Aktiva lancar terdiri dari:
a. kas;
b. rekening pada bank (giro dan tabungan);
c. deposito berjangka;
d. surat-surat berharga;
e. piutang/kredit yang diberikan;
f. persediaan;
g. biaya yang dibayar di muka;
h. pendapatan yang masih harus diterima; dan
i. aktiva lancar lainnya.
2. Penyertaan.
3. Aktiva tetap terdiri dari:
a. Aktiva tetap berwujud yaitu:
- tanah;
- mesin;
- bangunan;
- peralatan;
- akumulasi penyusutan; dan
- aktiva tetap lainnya.
b. Aktiva tetap tidak berwujud yaitu:
- good will;
- hak cipta;

10
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

- lisensi; dan
- merek dagang.
4. Aktiva lainnya terdiri dari antara lain:
a. gedung dalam proses;
b. tanah dalam penyelesaian;
c. piutang jangka panjang;
d. uang jaminan; dan
e. uang muka investasi.

Kemudian, komponen utang (kewajiban) serta modal (ekuitas)


tergambar dalam posisi pasiva sebagai berikut:
1. Utang lancar (kewajiban jangka pendek) terdiri dari:
a. utang dagang;
b. utang wesel;
c. utang bank;
d. utang pajak;
e. biaya yang masih harus dibayar;
f. utang sewa guna usaha;
g. utang dividen; dan
h. utang lancar lainnya.
2. Utang jangka panjang terdiri dari:
a. utang hipotek;
b. utang obligasi;
c. utang bank jangka panjang; dan
d. utang jangka panjang lainnya.
3. Ekuitas terdiri dari:
a. modal saham;
b. agio saham;
c. laba ditahan; dan
d. modal sumbangan.

11
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Tabel 4.17 adalah contoh neraca PT Kecalok Igak dalam bentuk


vertical atau report form.
Tabel 4.17
Neraca PT Kecalok Igak
per 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
(dalam jutaan)
Pos-pos Neraca 2004 2005 2006
AKTIVA LANCAR
Kas 150 250 295
Giro 275 720 670
Surat-surat 140 0 0
berharga
Piutang 350 550 660
Persediaan 225 345 285
Aktiva lancar 0 165 150
lainnya
Total aktiva 1.140 2.030 2.060
lancar
AKTIVA TETAP
Tanah 1.000 1.200 1.600
Mesin 1.200 1.500 1.500
Kendaraan 1.050 1.650 2.200
Akumulasi (250) (350) (375)
penyusutan
Total aktiva tetap 3.000 4.000 4.925
AKTIVA LAINNYA
Total aktiva 150 170 100
lainnya

12
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

TOTAL AKTIVA 4.290 6.200 7.085


UTANG LANCAR
Utang bank 625 1.000 985
Utang dagang 190 550 710
Utang lainnya 0 100 0
Total utang 815 1.650 1.695
lancar
UTANG JANGKA PANJANG
Utang bank 385 830 1.250
Utang obligasi 170 470 540
Total utang 555 1.300 1.790
jangka panjang
EKUITAS
Modal setor 2.500 2.500 2.500
Cadangan laba 420 750 1.100
Total ekuitas 2.920 3.250 3.600
TOTAL PASIVA 4.290 6.200 7.085

Laporan Laba/Rugi (Balance Sheet)


Laporan laba/rugi ialah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode
tertentu. Berikut ini komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
laporan laba/rugi, antara lain:
1. Penjualan (pendapatan).
2. HPP (harga pokok penjualan).
3. Laba kotor.
4. Biaya operasi terdiri dari:
- biaya umum;
- biaya penjualan;

13
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

- biaya sewa; dan


- biaya administrasi.
5. Laba kotor operasional.
6. Penyusutan (depresiasi).
7. Pendapatan bersih operasi.
8. Pendapatan lainnya.
9. Laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (Earning Before Interest
and Tax).
10. Biaya bunga terdiri dari:
- bunga wesel;
- bunga bank;
- bunga hipotek;
- bunga obligasi; dan
- bunga lainnya.
11. Laba sebelum pajak atau EBT (Earning Before Tax).
12. Pajak (tax).
13. Laba sesudah bunga dan pajak atau EAIT (Earning After Interest
and Tax).
14. Laba per lembar saham (earning per share).

Contoh laporan rugi laba PT Kecalok Igak untuk periode 2004, 2005,
dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 4.18.

14
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Tabel 4.18
PT Kecalok Igak
Perhitungan Laba/Rugi
per 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
(dalam ribuan)
Komponen R/L 2004 2005 2006
Total penjualan 8.650.000 9.950.000 11.550.000
Harga pokok 6.250.000 7.050.000 7.850.000
penjualan
Laba Kotor 2.400.000 2.900.000 3.700.000

Biaya Operasi
Biaya umum dan 1.000.000 1.100.000 1.200.000
administrasi
Biaya penjualan 50.000 70.000 80.000
Biaya lainnya 15.000 25.000 30.000
Total biaya 1.065.000 1.195.000 1.300.000
operasi
Laba Kotor 1.335.000 1.705.000 2.400.000
Operasi

Penyusutan 200.000 200.000 200.000

Pendapatan 1.135.000 1.505.000 2.200.000


Bersih Operasi
Pendapatan 165.000 125.000 300.000
lainnya
EBIT 1.300.000 1.630.000 2.500.000

15
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Biaya Bunga
Bunga bank 300.000 300.000 300.000
Bunga obligasi 0 0 0
Total Biaya 300.000 300.000 300.000
Bunga

EBT 1.000.000 1.330.000 2.200.000


Pajak 20% 200.000 266.000 220.000
EAIT 800.000 1.064.000 1.980.000

Earning per
Share

C. Pengukuran Dengan Rasio Keuangan


Agar laporan keuangan yang disajikan dapat diartikan dari angka-
angka yang ada di laoran keuangan, maka perlu dianalisis. Alat analisis
yang dapat digunakan adalah rasio-rasio keuangan.
Rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan
data keuangan perusahaan sehingga menjadi berarti. Rasio keuangan
menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai
keadaan keuangan suatu perusahaan. Dengan menganalisis laporan
keuangan yang menggunakan alat-alat ukur melalui rasio keuangan, maka
seorang manajer bisa mengambil keputusan mengenai keuangan
perusahaan untuk masa yang akan datang.
Dalam kaitan dengan studi kelayakan bisnis, rasio keuangan yang
diperlukan bagi perusahaan yang hendak melakukan perluasan usaha,
terutama bagi perusahaan yang sudah lama beroperasi, maka penilaian
dapat dilakukan dari laporan keuangan beberapa periode sebelumnya.

16
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Bentuk Rasio Keuangan


Untuk mengukur keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-
rasio keuangan terdiri dari beberapa rasio. Setiap rasio mempunyai tujuan,
kegunaan, dan mengandung arti tertentu. Kemudian setiap rasio diukur dan
diinterpretasikan, sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan.
Untuk memudahkan pemahaman penggunaan rasio keuangan, maka
angka-angka yang digunakan adalah angka-angka yang tertera dalam
neraca dan laporan keuangan di atas. Adapun sebagian dari jenis-jenis
rasio-rasio keuangan yang dimaksud sebagai berikut:
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio Likuiditas atau liquidity ratio atau sering disebut dengan nama
rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa likuid suatu perusahaan. Caranya adalah dengan
membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan
komponen di pasiva lancar (utang jangka pendek).
Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo. Atau rasio
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memnuhi
kewajiban/utang pada saat ditagih.
Untuk mengukur rasio likuiditas dapat digunakan beberapa rasio,
antara lain:
1. Current Ratio (CR)
Current ratio merupakan rasio lancar mengukur kemampuan
perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang
segera jatuh tempo pada saat ditagih. Dengan kata lain seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tempo. CR dapat pula dikatakan
sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of
safety).

17
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Dalam praktiknya, CR 200% terkadang sudah dianggap ukuran


yang memuaskan bagi perusahaan, sekalipun ukuran yang
terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.
Rumus untuk mencari current ratio yang dapat digunakan, sebagai
berikut:
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)
Contoh:

Tabel 4.19 Komponen Current Ratio


Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar

Current Ratio dapat dicari sebagai berikut:


Untuk tahun 2004:
𝑅𝑝 1.140.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 139,8 𝑎𝑡𝑎𝑢 1,4 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 815.000

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,4 kali utang lancar, atau
setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,42 rupiah harta lancar
atau 1,4:1
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 2.030.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 123 𝑎𝑡𝑎𝑢 1,2 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 1.650.000

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,23 kali utang lancar, atau
setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,23 rupiah harta lancar
atau 1,23:1

18
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2006:


𝑅𝑝 2.060.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 121,53 𝑎𝑡𝑎𝑢 1,22 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 1.695.000

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,22 kali utang lancar, atau
setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,22 rupiah harta lancar.
Jika rata-rata industri adalah 180%, maka rasio perusahaan ini
untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 kurang baik.

2. Quick Ratio (Acid Test Ratio)


Quick ratio merupakan rasio uji cepat yang menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini
disebabkan persediaan memerlukan waktu relative lebih lama
untuk diuangkan dibandingkan dengan aset lain. Dengan kata lain,
quick ratio diukur dari total aktiva lancar kemudian dikurangi
dengan persediaan termasuk biaya yang dibayar di muka dan
dibandingkan dengan seluruh utang lancar.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari quick ratio sebagai
berikut:
𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘 + 𝐸𝑓𝑒𝑘 + 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Contoh:

Tabel 4.20 Komponen Quick Ratio


Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar
Persediaan 225.000 345.000 285.000

19
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Quick ratio dapat dicarI sebagai berikut:


Untuk tahun 2004:
𝑅𝑝 1.140.000 − 𝑅𝑝 225.000
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑄𝑅) = = 1,12 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 815.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 2.030. .000 − 𝑅𝑝 345.000
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑄𝑅) = = 1,02 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 1.650.000
Untuk tahun 2004:
𝑅𝑝 2.060.000 − 𝑅𝑝 285.000
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑄𝑅) = = 1,05 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 1.695.000

Jika rata-rata industri adalah 1 kali, maka rasio perusahaan ini


untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 cukup baik, karena mendekati
rata-rata industri.

3. Inventory to Net Working Capital


Merupakan rasio yang mengukur atau membandingkan antara
jumlah persdiaan yang ada dan modal kerja perusahaan. Modal
kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dan
utang lancar dan biasanya dinyatakan dalam desimal.
Rumusan untuk mencari inventory to net working capital dapat
digunakan sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Contoh:
Tabel 4.21 Komponen Inventory to NWC
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar

20
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Persediaan 225.000 345.000 285.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 225.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 69,23%
𝑅𝑝 1.140.000 − 𝑅𝑝 815.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 345.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 90,78%
𝑅𝑝 2.030.000 − 𝑅𝑝 1.650.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 285.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 80%
𝑅𝑝 2.060.000 − 𝑅𝑝 1.695.000

4. Cash Ratio
Cash ratio merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang
kas yang tersedia untuk membayar utang. Hal ini dapat ditunjukkan
dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti
rekening giro. Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya
bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.
Rumus untuk mencari cash ratio dapat digunakan sebagai berikut:
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑡
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

atau

𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

21
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Contoh:
Tabel 4.22 Komponen Cash Ratio
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar
Kas 150.000 250.000 295.000
Bank (giro) 275.000 720.000 670.000

Cash Ratio dapat dicari sebagai berikut:


Untuk tahun 2004:
𝑅𝑝 150.000 + 𝑅𝑝 275.000
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 52,14%
𝑅𝑝 815.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 250.000 + 𝑅𝑝 720.000

𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 58,78%


𝑅𝑝 1.650.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 295.000 + 𝑅𝑝 670.000
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 56,93%
𝑅𝑝 1.695.000

Jika rata-rata industri adalah 50 kalo, maka rasio perusahaan ini untuk
tahun 2004, 2005, dan 2006 cukup baik karena tidak terlalu jauh dari rata-
rata industri.

Leverage Ratio
Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan
utang. Seperti diketahui dalam mendanai usahanya, perusahaan
memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat
diperoleh adalah dari sumber pinjaman atau modal sendiri.

22
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal


pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan dengan rasio-
rasio.
Keuntungan dengan mengetahui leverage ratio adalah:
- Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya.
- Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap.
- Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya
aktiva tetap dengan modal.

Adapun rasio-rasio yang ada dalam leverage ratio antara


lain:
1. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total utang dan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rasio ini biasanya dinyatakan dalam persentase.
Rumusan untuk mencari debt ratio sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Contoh:
Tabel 4.23 Komponen Debt to Asset Ratio
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000
Total utang 1.370.000 2.950.000 3.485.000

23
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 1.370.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 31,93%
𝑅𝑝 4.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 2.950.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 47,58%
𝑅𝑝 6.200.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 3.458.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 49,18%
𝑅𝑝 7.085.000
Artinya untuk tahun 2004 sebanyak 31,93% dari aktiva perusahaan
didanai utang (modal pinjaman). Kemudian 2005 sebanyak 47,58%
dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman). Untuk
tahun 2006 sebanyak 49,18% dari aktiva perusahaan didanai utang
(modal pinjaman).
Jika rata-rata industri adalah 30%, maka rasio perusahaan ini untuk
tahun 2005 dan 2006 kurang baik karena para kreditur keberatan
untuk menambah pinjaman, mengingat rasio tersebut melebihirata-
rata industri. Sebaliknya, pada tahun 2004 cukup baik untuk
memperoleh pinjaman dari kreditur. Secara umum dapat diartikan
perusahaan ini didanai oleh pinjaman dari tahun ke tahun semakin
besar.

2. Debt to Equity Ratio


Rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total
utang dan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang.
Dengan kata lain, rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang dan biasanya rasio ini
dinyatakan dalam persentase. Bagi bank, semakin besar rasio ini
akan semakin tidak emnguntungkan, karena bagi semakin besar

24
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di


perusahaan, tetapi bagi perusahaan justru semakin besar rasio
akan semakin baik.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan
perbandingan antara total utang dan total modal sendiri sebagai
berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Contoh:

Tabel 4.24 Komponen Debt to Equity Ratio


Komponen 2004 2005 2006
Total utang 1.370.000 2.950.000 3.485.000
Total equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 1.370.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 59,82%
𝑅𝑝 2.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 2.950.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 90,76%
𝑅𝑝 3.250.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 3.485.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 96,80%
𝑅𝑝 3.600.000
Rasio ini menunjukkan bahwa pemberi pinjaman menyediakan
59,82% pendanaan untuk setiap rupiah yang disediakan
pemegang saham pada tahun 2004. Kemudian pemberi pinjaman
menyediakan 90,76% pendanaan untuk setiap rupiah yang
disediakan pemegang saham pada tahun 2005 dan tahun 2006
sebesar 96,80%. Artinya, dari tahun 2004-2006 kegiatan
perusahaan yang dibiayai oleh pinjaman semakin meningkat.

25
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

3. Long Term Debt to Equity Ratio


Merupakan rasio antara utang jangka panjang dan modal sendiri.
Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang
dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dan
modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan dan biasanya
dinyatakan dalam persentase.
Rumusan untuk mencari long term debt to equity ratio, bisa
digunakan perbandingan antara utang jangka panjang dan modal
sendiri sebagai berikut:
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Contoh:

Tabel 4.25 Komponen Long Term Debt to Equity Ratio


Komponen 2004 2005 2006
Total utang 555.000 1.300.000 1.790.000
jangka
panjang
Total equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 555.000
𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 = = 24,23%
𝑅𝑝 2.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 1.300.000
𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 = = 40%
𝑅𝑝 3.250.000
Untuk tahun 2006:

𝑅𝑝 1.790.000
𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 = = 49,72%
𝑅𝑝 3.600.000

26
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Perbandingan rasio ini dari tahun ke tahun semakin meningkat.


Artinya, pembayaran utang jangka panjang dibandingkan modal
sendiri juga meningkat.

4. Current Liabilities to Net Worth


Merupakan rasio antara utang lancar dan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan bahwa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada
terdapat sekian kalinya modal sendiri. Sifat rasio ini sama dengan
debt to equity ratio. Rumus untuk mencari current liabilities to net
worth dapat digunakan sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Contoh:

Tabel 4.26 Komponen Current Liabilities to Equity


Komponen 2004 2005 2006
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar
Total equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 815.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 0,36 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 2.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 1.650.000

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 0,51 𝑘𝑎𝑙𝑖


𝑅𝑝 3.250.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 1.695.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 0,47 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 3.600.000

27
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Rasio Aktivitas (Activity Ratio)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan
piutang, dan lainnya).Atau, rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan
rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya
dalam mengelola aset yang dimilikinya. Adapun sebagian dari rasio-rasio
aktivitas sebagai berikut:
1. Perputaran Piutang (Turnover Receivable)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana
yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan
rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan
semakin baik. Sebaliknya, jika rasio semakin rendah maka ada
over-investment dalam piutang.
Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara
penjualan kredit dan rata-rata piutang. Rumusan untuk mencari
turnover receivable sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Sebagai ilustrasi:
Tabel 4.27 Komponen Turnover Receivable
Komponen 2004 2005 2006
Penjualan 5.650.000 6.950.000 6.525.000
kredit
Piutang
Awal tahun 400.000 350.000 550.000
Akhir tahun 350.000 550.000 660.000

28
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2004


𝑅𝑝 440.000 + 𝑅𝑝 350.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = = 𝑅𝑝 375.000
2
𝑅𝑝 5.650.000
𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 15 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 375.000
Untuk tahun 2005

𝑅𝑝 350.000 + 𝑅𝑝 550.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = = 𝑅𝑝 450.000
2
𝑅𝑝 6.950.000
𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 15,4 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 450.000
Untuk tahun 2006

𝑅𝑝 550.000 + 𝑅𝑝 660.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 = = 𝑅𝑝 605.000
2
𝑅𝑝 6.525.000
𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 10,44 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 605.000
Dari tahun 2004 hingga 2005 rasionya semakin meningkat, ini
berarti semakin baik, karena modal kerja yang tertanam semakin
kecil. Namun tahun 2006 justru semain jelek karena perputarannya
semakin kecil.
Bagi bank yang akan memberikan kredit perlu juga menghitung hari
rata-rata penagihan piutang (days of receivable). Hasil perhitungan
ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata
tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales
uncollected. Rumus yang digunakan adalah:
𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 360
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Tahun 2004

𝑅𝑝 375.000 𝑥 360
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 23,89 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 24 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝 5.650.000
Tahun 2005
29
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6
𝑅𝑝 450.000 𝑥 360
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 23,30 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 24 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝 6.950.000
Tahun 2006
𝑅𝑝 605.000 𝑥 360
𝐷𝑎𝑦𝑠 𝑜𝑓 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 = = 34,48 ℎ𝑎𝑟𝑖 ≈ 35 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑅𝑝 6.525.000

Rasio ini sangat baik untuk tahun 2004, 2005, dan 2006 karena
kurang dari 60 hari. Artinya perusahaan ini mampu melakukan
penagihan secara cepat atau tepat waktu. Namun untuk tahun
2006 terjadi kelambatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Rasio ini dinyatakan kurang baik apabila melebihi 60 hari. Artinya
perusahaan ini kurang mampu melakukan penagihan, atau
mungkin karena syarat-syarat kredit yang lunak.

2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam satu periode.
Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan
(inventory turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah
barang persediaan diganti dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini
maka semakin jelek demikian pula sebaliknya.
Cara mencarinya adalah dengan membandingkan antara harga
pokok barang yang dijual dan rata-rata persediaan. Namun apabila
tidak ada harga pokok, maka dapat digunakan sebagai perhitungan
adalah penjualan (sales) dengan rata-rata persediaan dan
biasanya dalam hitungan tahun.
Rumusan untuk mencari inventory turnover dapat digunakan
sebagai berikut:
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑢𝑎𝑙
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

30
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Contoh:
Tabel 4.28 Komponen Inventory Turnover
Komponen 2004 2005 2006
Penjualan 5.650.000 6.950.000 6.525.000
kredit
Persediaan
Awal tahun 300.000 225.000 345.000
Akhir tahun 225.000 345.000 285.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 300.000 + 𝑅𝑝 225.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 𝑅𝑝 262.500
2
𝑅𝑝 5.650.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 21,5 𝑘𝑎𝑙𝑖 ≈ 22 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 262.500

Rasio ini menunjukkan 22 kali persediaan barang dagangan diganti


dalam satu tahun. Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-
rata persediaan tersimpan dalam gudang bisa dicari dengan cara
membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran
persediaan, yaitu: 360/22=16,4 hari atau 17 hari.

Untuk tahun 2005:


𝑅𝑝 225.000 + 𝑅𝑝 345.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 𝑅𝑝 285.000
2
𝑅𝑝 6.950.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 24,4 𝑘𝑎𝑙𝑖 ≈ 25 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 285.000

Rasio ini menunjukkan 25 kali persediaan barang dagangan diganti


dalam satu tahun. Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-
rata persediaan tersimpan dalam gudang bisa dicari dengan cara
membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran
persediaan, yaitu: 360/25=14,52 hari atau 15 hari.

31
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2006:


𝑅𝑝 345.000 + 𝑅𝑝 285.000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = 𝑅𝑝 285.000
2
𝑅𝑝 6.525.000
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 20,7 𝑘𝑎𝑙𝑖 ≈ 21 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 315.000

Rasio ini menunjukkan 21 kali persediaan barang dagangan diganti


dalam satu tahun. Kemudian untuk mengetahui berapa hari rata-
rata persediaan tersimpan dalam gudang bisa dicari dengan cara
membagikan jumlah hari dalam satu tahun dibagi perputaran
persediaan, yaitu: 360/21=17,2 hari atau 18 hari.

3. Working Capital Turnover


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam modal kerja berputar dalam satu periode
atau berapa penjualan yang dapat dicapai oleh setiap modal kerja
yang digunakan. Caranya adalah dengan membandingkan
penjualan bersih dengan modal kerja.
Rumus untuk mencari working capital turnover yang dapat
digunakan sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑁𝑊𝐶 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙
Contoh:
Tabel 4.29 Komponen Working Capital Turnover
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000

32
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 8.650.000
𝑁𝑊𝐶 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 26,6 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 1.140.000 − 𝑅𝑝 815.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 9.950.000
𝑁𝑊𝐶 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 26,18 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 2.030.000 − 𝑅𝑝1.650.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 11.950.000
𝑁𝑊𝐶 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 26,18 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 2.060.000 − 𝑅𝑝 1.650.000
Jika rata-rata industri adalah 30 kali, maka rasio perusahaan ini
untuk tahun 2004 adalah 26,6 kali, tahun 2005 adalah 26,18 dan
tahun 2006 sebanyak 32,7 dinilai semuanya kurang baik, karena
masih jauh di bawah rata-rata industri.

4. Fixed Assets Turnover


Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dan
aktiva tetap dan biasanya rasio ini dinyatakan dengan decimal.
Rumus untuk mencari fixed assets turnover dapat digunakan
sebagai berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Sebagai ilustrasi:
Tabel 4.30 Komponen Fixed Assetes Turnover
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total utang 815.000 1.650.000 1.695.000
lancar

33
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000


Fixed assets 3.000.000 4.000.000 4.925.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 8.650.000
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 2,88 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 3.000.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 9.950.000
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 2,48 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 4.000.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 11.950.000
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 2,02 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 4.925.000

5. Asset Turnover
Asset turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
penggunaan semua aktiva perusahaan. Kemudian juga mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva dan
biasanya rasio ini dinyatakan dengan decimal.
Rumus untuk mencari asset turnover sebagai berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Contoh:
Tabel 4.31 Komponen Asset Turnover
Komponen 2004 2005 2006
Total aktiva 1.140.000 2.030.000 2.060.000
lancar
Total aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000

34
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 8.650.000
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 2,02 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 4.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 9.950.000
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 1,6 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 6.200.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 11.950.000
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = = 1,4 𝑘𝑎𝑙𝑖
𝑅𝑝 7.085.000

Jika rata-rata industri adalah tiga kali, maka rasio perusahaan ini
untuk tahun 2004 hingga 2006 kurang baik, artinya perusahaan
menggunakan aktivanya kurang efisien dibandingkan dengan
perusahaan lain.

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)


Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Rasio ini terdiri dari:
1. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Rasio ini diukur antara profit margin dan penjualan, dan diukur
dalam persentase. Rumus untuk mencari profit margin sebagai
berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 (𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠)
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥
=
𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
Contoh:

Tabel 4.32 Komponen Profit Margin


Komponen 2004 2005 2006
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
EAT 800.000 1.064.000 1.980.000

35
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 800.000
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = = 9,3%
𝑅𝑝 8.650.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 1.064.000
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = = 11%
𝑅𝑝 9.950.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 1.980.000
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = = 16,5%
𝑅𝑝 11.950.000
Jika rata-rata industri adalah 15%, maka rasio perusahaan ini untuk
tahun 2004 dan 2005 adalah kurang baik, dan untuk tahun 2006
sebanyak 16,5% cukup baik.

2. Return on Investment (ROI)


Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau
suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan
hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan
mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur
dengan persentase. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari
seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal
sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin tidak baik,
demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari return on investment dapat digunakan
sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

36
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Contoh:
Tabel 4.33 Komponen Return on Investment
Komponen 2004 2005 2006
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
EAT 800.000 1.064.000 1.980.000
Total aktiva 4.290.000 6.200.000 7.085.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 800.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = = 18,7%
𝑅𝑝 4.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 1.064.000

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = = 17,2%


𝑅𝑝 6.200.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 1.980.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = = 27,7%
𝑅𝑝 7.085.000
Jika rata-rata industri adalah 20%, maka rasio perusahaan ini untuk
tahun 2004 dan 2005 kurang baik, karena masih di bawah rata-rata
industri. Namun untuk tahun 2006 cukup baik.

3. Return on Equity (ROE)


Return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk
mencari return on ewuity dapat digunakan sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

37
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

Contoh:
Tabel 4.34 Komponen Return on Equity
Komponen 2004 2005 2006
Net sales 8.650.000 9.950.000 11.950.000
EAT 800.000 1.064.000 1.980.000
Total equity 2.290.000 3.250.000 3.600.000

Untuk tahun 2004:


𝑅𝑝 800.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 34,9%
𝑅𝑝 2.290.000
Untuk tahun 2005:
𝑅𝑝 1.064.000

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 32,7%


𝑅𝑝 3.250.000
Untuk tahun 2006:
𝑅𝑝 1.980.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = = 55%
𝑅𝑝 3.600.000
Jika rata-rata industri adalah 30%, maka rasio perusahaan ini untuk
tahun 2004 – 2006 cukup baik karena di atas rata-rata industri.

38
inaba.ac.id
Studi Kelayakan Bisnis
Modul 6

DAFTAR PUSTAKA

Utama:
Kasmir & Jakfar. (2015). Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Kedua). Jakarta:
Kencana.
Komplementer:
Husnan, Suad & Suwarsono, Muhammad. (2014). Studi Kelayakan Proyek
(Edisi Kelima). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Umar, Husein. (2015). Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi Ketiga). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jrm/article/viewFile/2321/2178

39
inaba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai