2|ALFA PRIMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tujuan yang ingin dicapai pemilik dan manajemen perusahaan dalam
menjalankan bisnis usahanya antara lain: (1) Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan
yang optimal atas usaha yang dijalankannya, dan mengharapkan hasil atas modal yang
ditanamkan sehingga mampu memberikan tambahan modal dan kemakmuran bagi pemilik dan
seluruh karyawannya. (2) Pemilik menginginkan usahanya berjalan tidak hanya dalam satu
atau beberapa periode saja tapi terus menerus dan tak akan pernah berhenti (dilikuidasi) dan
mengharapkan adanya jenjang karir yang lebih baik.
Agar tujuan tersebut tercapai, manajemen perusahaan harus mampu membuat perencanaan,
implementasi dan pengawasan yang tepat. Kemudian agar usaha yang dijalankan dapat
dipantau perkembangannya, setiap perusahaan harus mampu membuat catatan, pembukuan,
dan laporan terhadap semua kegiatan usahanya.
Pembuatan laporan keuangan dibuat sesuai dengan standar keuangan yang berlaku,
sehingga mudah dibaca, dipahami, dan dimengerti oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Laporan tersebut menunjukkan kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya pada suatu
periode tertentu.
Untuk mampu membaca, mengerti, dan memahami arti laporan keuangan, perlu dianalisis
terlebih dahulu dengan berbagai alat analisis yang digunakan. Salah satu alat analisis tersebut
dikenal dengan analisis laporan keuangan. Berdasarkan analisis laporan keuangan dapat
diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi keuangan dan kemajuan perusahaan serta
menilai kinerja manajemen. Hasil analisis ini juga memberikan gambaran dan acuan
pengambilan keputusan dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan ke depan.
3|ALFA PRIMA
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki
perusahaan pada saat tertentu.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diproleh pada saat
tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan pada suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva
dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan pada periode tertentu.
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
Secara ringkas tujuan analisa laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Selain berdasarkan prinsip akuntasi yang lazim digunakan namun pencatatan transaksi
ini juga didasarkan pada pendapat atau penilaian pribadi akuntan, yang ditentukan oleh
kemampuan dan integritas akuntan dan di kombinasikan dengan fakta yang tercatat.
4|ALFA PRIMA
E. Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut ini beberapa
keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
1. Dibuat secara periodik pada dasarnya merupaka interim report( laporan yang dibuat antara
waktu tertentu yang bersifat sementara) dan bukan merupakan laporan final.
2. Menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi
sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard dan nilai yang mungkin berbeda dan
berubah-ubah. (Going concern- perusahaan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai
berdasarkan nilai histories/ harga perolehan dengan pengurangannya merupakan akumulasi
depresiasinya, dan angka yang tercantum di laporan keuangan merupakan nilai buku yang
belum sama dengan harga pasar sekarang).
3. Berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau
tanggal yang lalu, dimana daya beli uang makin menurun dari tahun ketahun, sehingga
kenaikan nilai penjualan belum tentu merupakan kenaikan volume penjualan tapi bisa
merupakan kenaikan harga jual per unit. Sehingga perbandingan data beberapa tahun
biasanya mengalami misleading.
4. Tidak dapat dicerminkan berbagai factor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan
keuangan perusahaan karena factor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan
uang (dikuantifisir) misalnya reputasi dan prestasi perusahaan.
5|ALFA PRIMA
5. Pelanggan, digunakan untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan jikia bergantung
kepadanya atau melakukan perjanjian jangka panjang.
6. Pemerintah, berkepentingan sebagai dasar pengenaan pajak untuk menyusun pendapatan
nasional, alokasi sumber daya Negara.
7. Karyawan, untuk mengetahui kelangsungan hidup perusahaan, manfaat pension dan
kesempatan berkarir.( manajer-pengambilan keputusan)
8. Masyarakat, sebagai pengetahuan mengenai kinerja perusahaan informasi umum.
6|ALFA PRIMA
BAB II
JENIS DAN KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
B. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tentuan yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total
ekuitas pemilik.
Komponen atau isi yang terkandung dalam suatu aktiva dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Aktiva lancar
2) Aktiva tetap
3) Aktiva lainnya
Komponen kewajiban dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Kewajiban lancar
2) Kewajiban jangka panjang
Komponen ekuitas terdiri dari :
1) Modal disetor
2) Laba yang ditahan dan lainnya
7|ALFA PRIMA
Bentuk Neraca
Bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaan-perusahaan
tergantung tujuan yang akan dicapai, tetapi secara umum bentuk neraca yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Bentuk skontro (account form)
Penyajian neraca bentuk ini adalah semua aktiva tercantum disebelah kiri/debet dan
hutang sertan modal disebelah kanan/kredit. Bentuk nerava jenis ini sering juga disebut
dengan bentuk horizontal. Contoh neraca bentuk skontro sebagai berikut :
PT. ACM
NERACA
31 Desember 20X1
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Aktivitas lancer Kewajiban lancar
- Kas xxx - Utang dagang xxx
- Bank xxx - Utang wesel xxx
- Surat-surat Berharga xxx - Utang PPH xxx
- Piutang xxx - Utang jatuh tempo xxx
- Sediaan xxx Total kewajiban lancar xxxx
Total Aktiva Lancar xxxx
Investasi Kewajiban Jk. Panjang
- Saham PT. Mentari xxx - Obligasi xxxx
Aktiva Tetap Kewajiban lain-lain xxxx
- Tanah xxx
- Bangunan xxx
- Mesin xxx
- Peralatan xxx
- Akumulasi depresiasi xxx
Total Aktiva Tetap xxxx
Aktiva tak berwujud xxxx Total kewajiban xxxx
Aktiva lain-lain xxxx Ekuitas
- Modal saham xxx
- Laba ditahan xxx
8|ALFA PRIMA
PT. ACM
NERACA
31 Desember 20X1
AKTIVA
AKTIVITAS LANCAR
- Ka Rp. xxx
- Surat Berharga xxx
- Piutang Dagang xxx
- Persediaan xxx
- Persekot Biaya xxx
Total Aktiva Lancar Rp. xxxx
Investasi xxxx
AKTIVA TETAP Kewajiban lain-lain xxxx
- Tanah Rp. xxx
- Bangunan xxx
- Mesin xxx
- Mebel dan Peralatan xxx
- Akumulasi depresiasi xxx
Total Aktiva Tetap Rp. xxxx
AKTIVA TAK BERWUJUD
Patent Rp. xxx
Trade Mark xxx
Total Aktiva Tak Berwujud Rp. xxxx
AKTIVA LAIN-LAIN xxxx
TOTAL AKTIVA Rp. xxxx
EKUITAS
Modal saham Rp. xxx
Laba ditahan xxx
Rp. xxxx
Total Kewajiban & Ekuitas Rp. xxxx
9|ALFA PRIMA
3. Bentuk lainnya yang disesuaikan dengan keinginan perusahaan. Bentuk ini bertujuan
agar posisi keuangan yang dikehendaki Nampak dengan jelas, misalnya besarnya modal
kerja netto (net working capital), atau jumlah modal perusahaan. Contoh neraca seperti
ini sebagai berikut :
PT. ACM
NERACA
31 Desember 20X1
10 | A L F A P R I M A
sehingga untuk menghitung laba rugi laba rugi berish hanya memerlukan satu langkah
yaitu mengurangi total penghasilan dengan total biaya.
Bentuk tersebut adalah sebagai berikut:
PT. ACM
Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir 31 Des 20X1
Keterangan Jumlah
Pendapatan Operasional Rp xxx
Pendapatan non operasinal Rp xxx
Total pendapatan Rp xxxx
Harga pokok penjualan Rp xxx
Biaya operasional Rp xxx
Biaya non operasional Rp xxx
Total biaya Rp xxxx
Laba bersih sebelum pajak (EBT) Rp xxxx
Pajak Rp xxx
Laba bersih setelah pajak (EAT) Rp xxxx
Keterangan Jumlah
Penjualan (operasional) Rp xxx
Harga pokok penjualan Rp xxx
Laba kotor operasional Rp xxxx
Biaya operasional
Biaya umum dan administrasi Rp xxx
Biaya penjualan Rp xxx
Biaya lainnya Rp xxx
Total biaya operasional Rp xxx
Laba bersih operasional Rp xxxx
Pendapatan non operasional Rp xxx
Biaya non operasional Rp xxx
Laba bersih sebelum pajak (EBT) Rp xxxx
Pajak Rp xxx
Laba bersih setelah pajak (EAT) Rp xxxx
11 | A L F A P R I M A
dari neraca. Sebenarnya keduanya sangat diperlukna karena kedua laporan tersebut mempunyai
hubungan satu sama lainnya bukan berdiri sendiri.
Untuk mengetahuii tren bertambahnya modal atau kekayaan perusahaan diketahui dari
neraca, tetapi untuk mengetahui kemajuan dan sebab-sebab perubahan modal dan kekayaan
perusahaan dapat diketahui melalui laporan laba rugi.
12 | A L F A P R I M A
BAB III
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Proses Akuntansi
13 | A L F A P R I M A
Dasar Analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga
hasil Analisa sangat tergantung pada kualitas laporan keuangan tersebut. Penguasaan pada sifat
akuntansi, prinsip akuntansi, sangat diperlukan dalam menganalisa laporan keuangan.
14 | A L F A P R I M A
Dari sudut lain, tujuan Analisa Laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) adalah
sebagai berikut :
1) Screening
Analisa dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan
untuk memilik kemungkinan investasi atau merger
2) Forcasting
Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan
3) Diagnosis
Analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang
terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain.
4) Evaluation
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan
lain-lain.
15 | A L F A P R I M A
a. Teknis analisis perbandingan
b. Analisis Trend
c. Analisis sumber dan penggunaan dana
d. Analisis perusahaan laba kotor
2. Metode Analisis Vertikal (statis). Dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
pada tahun tertentu, yaitu dengan membandingkan pos satu dengan lainnya pada tahun
yang sama. Teknik Analisa yang termasuk didalamnya, adalah :
a. Analisis komponen (commen size)
b. Analisis ratio
c. Analisis titik impas (break even point)
17 | A L F A P R I M A
BAB IV
ANALISA PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN
PT. ACM
Neraca Perbandingan
Per 31 Des 20X1 dan 20X2
Periode Naik (turun)
Neraca Rasio
20X1 20X2 Rp %
Kas 1.300 1.200 (100) (7,69) 0,92
Piutang Dagang 1.200 1.000 (200) (16,67) 0,83
Persediaan 2.200 2.600 400 18,18 1,18
Tanah 2.300 3.700 1.400 60,87 1,61
Gedung 4.000 4.000 0 0,00 1,00
Mesin 4.000 5.000 1.000 25,00 1,25
Akumulasi depresiasi (1000) (1500) (500) 50,00 1,50
Total aktiva 14.000 16.000 2.000 14,29 1,14
Utang lancer 2.500 2.200 (300) (12,00) 0,88
Utang jk. Panjang 5.500 6.000 500 9,09 1,09
Modal 6.000 7.800 1.800 30,00 1,30
Total uang dan modal 14000 16000 2.000 14,29 1,14
18 | A L F A P R I M A
PT. ACM
Laporan Laba Rugi Perbandingan
Per 31 Des 20X1 dan 20X2
TAHUN Naik (turun)
LABA-RUGI Rasio
20X1 20X2 Rp %
Penjualan 150 200 50 33,33 1,33
Harga pokok penjualan 50 60 10 20 1,20
Laba kotor 100 140 40 40 1,40
Biaya pemasaran 25 34 8 30 1,36
Biaya administrasi 20 28 8 40 1,40
Biaya bunga 10 14 4 40 1,40
Laba sebelum pajak 45 64 19 42,22 1,42
Pajak (15%) 6,75 9,60 2,85 42,22 1,42
Laba bersih 38,25 54,40 16,15 42,22 1,42
B. Analisis Trend
Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan
selama beberapa periode, dengan menggunakan satuan presentase atas tahun dasar. Analisa
ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan
waktu yang sudah lalu dan memproyeksikan situasi masa it uke masa yang berikutnya. Analisa
trend ini bermanfaat untuk menilai situasi “trend” perusahaan yang telah lalu serta dapat
memprediksi trend perusahaan di masa yang akan dating berdasarkan garis trend yang sudah
terjadi itu.
Langkah-langkah untuk melakukan Analisa trend adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ini ditentukan dengan melihat arti dari suatu
tahun, bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau reorganisasi dan tahun bersejarah
lainnya. Pos-pos laporan keuangan tahun dasar dicatat sebagai indeks 100.
2. Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos laporan
keuangan tahun dasar sebagai penyebut.
3. Memprediksi kecenderungan yang mungkin bakal terjadi berdasarkan arah dari
kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisa.
4. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi
kecendrungan itu.
19 | A L F A P R I M A
Berikut ini ilustrasi laporan laba rugi yang disusun dalam prosentase trend (cara yang
sama juga berlaku untuk neraca)
PT. ACM
Laporan Laba Rugi Perbandingan
Periode 31 des 20X1 dan 20X5
TAHUN
20X1 20X2 20X3 20X4 20X5
Penghasilan 100 115 130 145 160
Harga Pokok Penjualan 80 92 104 116 128
Laba Kotor 20 23 26 29 32
Biaya-biaya 10 11,5 13,5 16 18
Laba bersih 10 11,5 12,5 13 14
Laporan laba rugi bila dinyatakan dalam prosentase trend dengan tahun dasar 20x1
adalah sebagai berikut:
PT. ACM
Laporan Laba Rugi Perbandingan
Periode 31 des 20X1 dan 20X5
TAHUN
20X1 20X2 20X3 20X4 20X5
Penghasilan 100 % 115 % 130 % 145 % 160 %
Harga Pokok Penjualan 100 % 115 % 130 % 145 % 160 %
Laba Kotor 100 % 115 % 130 % 145 % 160 %
Biaya-biaya 100 % 115 % 130 % 145 % 160 %
Laba bersih 100 % 115 % 130 % 145 % 160 %
Neraca yang disusun dengan common size dapat memberikan informasi sbb :
20 | A L F A P R I M A
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang
posisi relative aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal(komposisi pasiva),yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi
relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Rugi laba yang disusun dengan common size dapat menggambarkan distribusi/alokasi
setiap Rp.1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba.jika disusun komperatif
dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
Metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi
persentase dapat dilakukan sbb:
1. Nyatakan total aktiva,total pasiva,serta total penjualan netto masing-masing dengan 100%
2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan keuangan tersebut
dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan jumlah
aktivanya,jumlah rupiah masin-masing pos pasiva dengan total pasiva dan masing-
masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya,dikalikan 100%
Contoh perhitungan :
Untuk neraca
21 | A L F A P R I M A
Untuk Laba Rugi :
TAHUN Commen size (%)
LABA-RUGI
2000 2001 2000 2001
Penjualan Rp. 150.000 Rp. 200.000 100,00 100.00
Harga pokok penjualan 50.000 60.000 33,33 33,33
Laba kotor Rp. 100.000 Rp. 140.000 33,37 70,00
Biaya pemasaran 25.000 34.000 16,67 17,00
Biaya administrasi 20.000 28.000 13,33 14,00
Biaya bunga 10.000 14.000 6,67 7,00
Laba sebelum pajak Rp. 45.000 Rp. 64.000 30,00 32,00
Pajak (15%) 6.750 9.600 04,59 04,80
Laba bersih Rp. 38.250 Rp. 54.400 25,5 27,2
LATIHAN SOAL
Berikut disajikan neraca dan laba rugi PT. ACM Tk. Saudara diminta untuk membuat Analisa
perbandingan berdasarkan data laporan tersebut.
PT ACM Tbk
Neraca perbandingan
Per 31 des 2007 dan 2010
Keterangan 2007 2008 2009 2010
Aktiva
Surat Berharga 2.540 2.750 3.025 12.705
Piutang 1.800 1.625 1.869 6.988
Persediaan 18.320 16.850 18.030 57.290
Aktiva tetap Netto 27.530 26.470 32.558 76.763
Total Aktiva 31.700 30.000 28.600 70.000
Pasiva 81.890 77.695 84.082 223.746
Utang dagang 9.721 8.340 8.090 30.024
Utang wesel 8.500 5.635 6.987 29.417
Utang pajak 3.200 3.150 2.489 14.301
Utang gaji 4.102 3.750 4.313 16.689
Utang jangka panjang 22.000 24.000 25.600 68.540
Total Modal Sendiri 34.367 32.820 36.603 64.775
Total Pasiva 81.890 77.695 84.082 223.746
22 | A L F A P R I M A
PT. ACM Tbk
Laporan Laba Rugi Perbandingan
Periode 31 Des 2007 dan 2010
23 | A L F A P R I M A
BAB V
ANALISIS RASIO KEUANGAN
24 | A L F A P R I M A
1. Rasio likuiditas: rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendek
2. Rasio aktivitas: Rasio yang mengukur kemampuan perusaahaan menggunakan
asetnya dengan efisien.
3. Rasio utang (laverage): Rasio yang mengukur kemampuan perusaahaan memenuhi
total kewajiban
4. Rasio keuntungan : rasio yang mengukur kemampuan perusaahaan menghasilkan
keuntungan
Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya.
Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan
ditafsikan .
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang di sajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan
dan model prediksi (Z-score)
5. Mengstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah mempertimbangkan perusahaan secara periodik atau “time size”
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.
Keterbatasan Rasio Keuangan
Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah
dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan
pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keungan juga menjadi keterbatasan
teknik ini.
3. Jika data untuk menghitung rasio todak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
4. Sulit juka data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang di pakai
tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
B. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusaan (likuiditas perusahaan).
25 | A L F A P R I M A
Jenis-jenis Rasio likuiditas
Janis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan dalam mengukur
kemampuannya, yaitu :
1. Rasio lancer (current ratio)
Rasio ini merupakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dalam praktik seringkali bahwa rasio lancer dengan standar 200 Persen 2:1)
yang terkadang sudah dianggap ukuran yang cukup baik bagi perusahaan. Artinya dengan
capian rasio seperti itu, perusahaan sudah ,merasa berada di titik aman dalam jangka pendek.
Rumus untuk menghitung rasio lancer (current ratio) adalah sebagai berikut :
aktiva lancar
current ratio =
hutang lancar
Kas + Bank
Cash ratio
Hutang lancar
26 | A L F A P R I M A
2. Sebaliknya apabila rasio perputaran rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada
aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja
keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rumus untuk menghitung rasio perputaran kas adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih
Rasio perputaran kas =
Modal kerja bersih
Sediaan
Inventory NWC =
modal kerja bersih
C. Rasio Aktivitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat dikatakan rasi ini digunakan untuk
mengkur tingkat efesiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Dari hasil pengukuran ini
akan dapat diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga
manajemen dapat mengukur kinerja mereka ini.
Jenis-janis rasio aktivitas
Berikut ini beberapa jenis rasio aktivitas, yaitu :
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Rasio yang digunakan untuk mengukur untuk beberapa lama penagihan piutang
selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam
satu periode.
Rumus untuk menghitung perputaran piutang adalah sebagai berikut :
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
Rata − rata piutang
Atau
Penjualan Kredit
Perputaran piutang =
Piutang
27 | A L F A P R I M A
2. Hari Rata-Rata Penagihan Piutang (days of receivable)
rumus untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang (days of receivable) adalah
sebagai berikut:
Atau
Penjualan
Inventory Turnover =
Sediaan
28 | A L F A P R I M A
Penjualan bersih
Working Capital Turnover =
Modal kerja Rata − Rata
Atau
Penjuaalan bersih
Working Capital Turnover =
Modal Kerja
Penjuaalan
Fixed Asset Turnover =
Total aktiva tetap
Rumus untuk menghitung perputaran aktiva (total asset turnover) adalah sebagai
berikut:
Penjuaalan
Total Asset Turnover =
Total aktiva
D. Rasio Leverage
Rasio Leverage (solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan uang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek ataupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan.
29 | A L F A P R I M A
Rumus untuk menghitung debt to total asset ratio (DAR) adalah sebagai berikut:
Total Debt
DAR =
Total asset
EBIT
Time Interest Earned =
Biaya Bunga (interest)
Atau
EBT + Bunga
Time Interest Earned =
Biaya Bunga (interest)
30 | A L F A P R I M A
Rumusan untuk menghitung fixed charge coverage adalah sebagai berikut:
E. Rasio Profitabilitas
Rasio profibilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan. Penggunaan rasio ini dapat dilakukan dengan menggunakan
pertandingan antara komponen yang ada di laporan keuangan, terutama neraca dan laba rugi.
31 | A L F A P R I M A
3. Return on equity (ROE)
Teturn on equity (hasil pengembalian ekuitas) merupakan rasio untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi pengguanaan
modal sendiri.
Rumus untuk menghitung return on equity adalah sebagai berikut:
Net Income
EPS =
saham biasa yang beredar
1. Bagi kreditor: untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
2. Investor saham atau obligasi: untuk melihat adanya kemungkinan bangkrut atau
tidaknya perusahan yang menjual surat berharga tersebut sehingga seawall mungkin
dapat mengantisispasi kemungk9inan tersebut.
32 | A L F A P R I M A
3. Pihak pemerintah: untuk mengawasi jalannya usaha yang berada dibawah pengawan
pemerintah dan sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan bangkruit vusaha tersebut.
4. Akuntan: menilai kemampuan going concern suatu perusahaan damn menjelaskan
subsequent event yang mungkin muncul setelah hasil audoit.
5. Manajemen melakukan langkah-langkah untuk menghindari kebangkrutan antara lain
dengan melakukan merger, restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan
seperti biaya akuntan dan biaya penasihat hokum bisa dihindari.
Analisi rasio keuangan untuk memprediksoi kebangkrutan perusahaan menjadi topic
menarik setelah altman(1968) menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan
perusahaan dengan istilah yang sangat terkenal, yaitu z-score.altman mengembangkan model
kebangkrutan dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam lima
kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan aktivitas. Model altman
sebagai berikut:
Z=1,2Z1+1,4Z2+3,3Z3+0,6Z4+0,999Z5
Notasi:
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization /book valuie of debet
Z5 = Sales/total asset
33 | A L F A P R I M A
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva unt7uk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor termasuk pemegang saham dan obligasi.
Rasio Z4 = market value of equity to book value of total debt
Market value of equity to book value of total debt (nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku
dari hutang) digunakan untukl mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan
kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham
perusahaan dika;likan dengan harga pasar perlembar sahamnya.
Rasio Z5 = Sales to total asset
Sales to total asset (pebjualan terhadap total akitiva) digunakan untuk mengukur
kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio ini juga menunjukan kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan.
Kreteria kesimpulan dari perhitungan rasio tersebut adalah sebagaoi berikut:
Nilai Z Kriteria
Z > 2,99 Daerah tidak bangkrut (safe zone)
1,81 ≤ Z ≤ 2,99 Daerah rawan bangkrut (grey zone)
Z < 1,81 Daerah bangkrut(distress zone)
Formula ini digunakan pada perusahaan yang go public sedangkan untuk perusahaan yang
tidak go public, model altman sebagai berikut:
Z = 0,717 x 1 + 0,84 x 2 + 3,10 x 3 + 0,42 x 4+ 0,998 x 5
Notasi:
X1 = (aktiva lancar-utang lancar)/total aktiva
X2 = laba ditahan/total aktiva
X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva
X4 = ekuitas/nilai buku total uang
X5 = penjualan/total asset
Dengan kriteria sebagai berikut:
Nilai z kriteria
Z ˂ 2,9 Daerah tidak bangkrut (safe zone)
1,2 ≤ Z ≤ 2,9 Daerah rawan bangkrut (grey zone)
Z ˂ 1,2 Daerah bangkrut (distress zone)
34 | A L F A P R I M A
LATIHAN SOAL
Hitunglah rasio-rasio keuangan pt.acm tbk berikut ini dan berikan komentar saudara
terhadap rasio-rasio tersebut.
PT. ACM Tbk
NERACA
Per 31 desember 20X1
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas Rp 25.400.000
Surat berharga 15.200.000
Piutang dagang 42.000.000
Persediaan 4.700.000
Persekot biaya 4.900.000
Total aktiva lancar Rp 92.200.000
Investasi 16.000.000
AKTIVA TETAP
Tanah Rp 60.500.000
Bangunan 882.400.000
Mesin 18.300.000
Mebel dan peralatan 227.900.000
Akumulasi depresi (442.000.000)
Total aktiva RP 767.100.000
35 | A L F A P R I M A
KEWAJIBAN & EKUITAS
KEWAJIBAN LANCAR
Utang dagan Rp 16.500.000
Utang wesel 4.000.000
Utang pph 20.900.000
Utang biaya 800.000
Utang jatuh tempo 26.000.000
Total kewajiban lancar Rp 68.400.000
Kewajiban jk. Panjang-obligasi 486.800.000
Kewajiban lain 25.000.000
Total kewajiban Rp 580.200.000
EKUITAS
Modal saham Rp 200.000.000
Laba ditahan 120.100.000
Rp 320.100.000
Total kewajiban&ekuitas Rp 900.300.000
36 | A L F A P R I M A
PT. ACM Tbk
Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir 31 Desember 20X1
LAPORAN LABA-RUGI
Penjualan Barang Rp 1.000.000.000
Harga pokok Penjualan 600.000.000
Laba Kotor Rp 400.000.000
Beban Usaha
Biaya pemasaran Rp 25.000.000
Biaya Administrasi-Umum Rp 75.000.000
100.000.000
Laba Usaha 300.000.000
37 | A L F A P R I M A
BAB VI
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
38 | A L F A P R I M A
Tabel 6.1
Arus Kas Masuk dan Keluar dari Kegiatan Operasi, Investasi dan
Pendanaan
Aktivitas Operasi
Arus kas masuk Arus kas keluar
- Pendapatan dari penjualan - Pembayan untuk pembelian
barang persediaan
- Pendapatan dari jas - Pembayaran pajak
- Penerimaan dari piutang - Pembayaran gaji
dagang - Pembayaran bunga atas utang
- Pendapatan atas ekuitas surat perusahaan
berharga (dividen)
Aktivitas Investasi
Arus kas masuk Arus kas keluar
- Penjualan aktiva tetap - Pembelian aktiva tetap
- Penjualan surat berharga yang - Pemberian pinjaman pada
berupa investasi pihak lain
- Pendapatan dari pinjaman - Pembayaran aktiva lain,
(pokok) uangnya digunakan dalam
kegiatan produktif (paten)
Aktivitas Pendanaan
Arus kas masuk Arus kas keluar
- Pengeluaran saham - Pembayan dividen
- Pengeluaran obligasi - Pembelian saham pemilik
- Pengeluaran wesel (treasury stock)
- Pengeluaran surat utang - Pembayaran utang (pokok)
hipotik
40 | A L F A P R I M A
3. Hasil dari penjualan aktiva tetap Rp62.000.000, termasuk keuntungan Rp8.000.000
Aktivitas Pendanaan:
1. Penerimaan uang dari penjualan saham Rp101.000.000
2. Penerimaan uang dari menerbitkan utang wesel jangka panjang Rp94.000.000
3. Pembayaran utang wesel jangka panjang Rp11.000.000
4. Pembayaran dividen kas Rp17.000.000
41 | A L F A P R I M A
PT. ACM
Laporan Laba Rugi
Periode yang berakhir 31 Des 20X1
(dalam Rupiah)
Pendapatan
Pendapatan penjualan 284.000.000
Pendapatan Bunga 12.000.000
Pendapatan Deviden 9.000.000
Keuntungan Penjualan aktiva tetap 8.000.000
Total pendapatan 313.000.000
Beban-beban
Harga pokok penjualan 150.000.000
Beban gaji 56.000.000
Beban depresiasi 18.000.000
Beban operasional lainnya 17.000.000
Beban Bunga 16.000.000
Beban pajak 15.0000.000
Total beban 272.000.000
Laba bersih 41.000.000
PT. ACM
Neraca
Per 31 Des 20X1
(dalam ribuan Rupiah
20X2 20X1 Bertambah
(berkurang)
Aktiva
Aktiva Lancar
Kas 22000 42000 (20000)
Piutang Dagang 93000 80000 13000
Piutang bunga 3000 1000 2000
Persediaan 135000 138000 (3000)
Beban dibayar di muka 8000 7000 1000
Piutang jangka panjang
Dari perusahaan 11000 0 11000
Aktiva tetap bersih 453000 219000 234000
Total Aktiva 725000 487000 128000
Kewajiban
Kewajiban Lancar
Utang dagang 91000 57000 34000
Utang Bank jangka pendek 4000 6000 (2000)
Utang gaji 1000 3000 (2000)
Utang wesel jangka panjang 160000 77000 83000
Total Kewajiban 256000 143000 113000
42 | A L F A P R I M A
Dari data tersebut diatas, disusun laporan arus kas sebagai berikut:
Metode Langsung
PT. ACM
Laporan Arus Kas
Periode yang berakhir 31 Des 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Arus Kas dari aktiva Operasi
Penerimaan
Penerimaan uang dari pelanggan 271000
Penerimaan bunga atas piutang wesel 10000
Penerimaan dividen atas investasi saham 9000
Total Penerimaan Kas 290000
Pembayaran
Supplier (133000)
Karyawan (58000)
Bunga (16000)
Pajak (15000)
Total Pembayaran Kas
(222000)
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi 68000
43 | A L F A P R I M A
Metode Tidak Langsung
PT. ACM
Laporan Arus Kas
Peroide yang berakhir 31 Des 20X1
(dalam ribuan Rupiah)
Arus kas dari Aktivitas Operasi
Laba bersih 41000
Item-item yang mempengaruhi laba bersih dan
arus kas
Depresiasi 18000
Keuntungan penjualan aktiva tetap (8000)
Peningkatan piutang dagang (13000)
Peningakatan piutang bunga (2000)
Penurunan Persediaan 3000
Peningakatan beban dibayar dimuka (1000)
Peningakatan utang dagang 34000
Penurunan utang gaji (2000)
Penurunan tunggakan bank (2000)
27000
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi 68000
44 | A L F A P R I M A
D. Analis Arus Kas
Semula banyak pengguna laporan keuangan yang lebih banyak mencurahkan perhatiannya
pada laporan Laba Rugi dan Neraca. Laporan Laba Rugi penggambarkan hasil usaha
perusahaan selama periode tertentu. Sementara itu, Neraca menggambarkan posisi keuangan
pada saat tertentu. Akhir-akhir ini disadari car mengelola kas perusahaan juga perlu dievaluasi
yaitu dengan cara mengevaluasi laporan arus kas.
Ada beberapa kemungkinan pola aliran kas yang terjadi dalam perusahaa, yaitu:
1. Semua kegiatan (operasional, investasi dan pendanaan) menghasilkan aliran kas yang
positif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih besar
dari pengeluaran kas. Pada keadaan pertama semua kegiatan menghasilkan penerimaan
kas yang lebih besar daripada pengeluaran kas. Tentu dalam jangka panjang akan
terjadi saldo kas yang besar.
2. Semua kegiatan (operasional, investasi dan pendanaan) menghasilkan aliran kas yang
negatif yang berarti penerimaan kas dari masing-masing kegiatan tersebut lebih kecil
dari pengeluaran kas. Ini kebalikan pola pertama diatas, sehingga dalam jangka
panjang cadangan kas yang akan habis.
3. Kegiatan operasional positif sedangkan kegiatan investasi dan pendanaan negatif. Pada
pola ketiga, perusahaan menggunakan kas dari operasional untuk membayar
hutang/pengembalian modal/membayar deviden dan untuk investasi. Pada pola ini
dapat dikatakan ideal dan banyak pengamat mengatakan ini adalah keadaan penen kas.
4. Kegiatan operasional dan kegiatan investasi positif tetapi kegiatan pendanaan negatif.
Sedangkan pada pola hasil penjualan investasi dan operasional digunakan untuk
membayar hutnag mengembalikan modal.
5. Kegiatan operasional negatif sedangkan kegiatan investasi dan pendanaan positif. In9i
berarti perusahaan menggunakan sebagian investasi dan penarikan pinjaman modal
untuk membiayai operasional. Kegiatan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
6. Kegiatan investasi negatif sementara kegiatan operasional dan pendanan positif.
Perusahaan menggunakan cash dari operasional dan pinjaman/penarikan modal untuk
melakukan investasi.
7. Kegiatan operasional dan investasi negatif sedangkan kegiatan pendanaan positif.
Perusahaan melakukan kegiatan operasional dan investasi yang sebagian dibiayai
dengan dana pinjaman atau penarikan modal. Sebagian dana juga diguanakan untuk
operasional. Kondisi ini mungkin terjasi pada perusahaan yang sedang tumbuh.
45 | A L F A P R I M A
8. Kegiatan investasi positif tetapi kegiatan operasional dan pendanaan negatif.
Perusahaan mungkin menjuaol investasi/aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan
operasionaldan pembayaran hutang/pembayaran ke pemilik.
Dengan memperhatikan beberapa pola aliran kas diatas, maka akan dapat mengetahui
makna dari informasi arus kas dari suatu perusahaan yang dilaporkan dalam laporan arus kas
sehingga dapat mengevaluasi pengelolaan kas yang dilakukan perusahaan.
46 | A L F A P R I M A
BAB VII
ANALISIS SUMBER & PENGGUNAAN MODAL KERJA
47 | A L F A P R I M A
B. Arti Penting dan Tujuan Modal Kerja
Secara umum arti penting modal kerja bagi perusahaan, terutama bagi kesehatan keuangan
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan seorang manajer keuangan lebih banyak dihabiskan didalam kegiatan
operasional perusahaan dari waktu ke waktu. Ini merupakan manajemen modal kerja.
2. Investasi dalam aktiva lancar cepat dan sering kali mengalami perubahan serta
cenderung stabil. Sedangkan aktiva lancar tersebut dalah komponen dari modal kerja,
maka hal ini perlu mendapat perhtian lebih dari manajer keuangan.
3. Dalam praktiknya seringkali separuh dari total aktiva merupakan aktiva lancar yang
mrupakan modal kerja. Dengan kata lain jumlah aktiva lancar sama dengan atau lebih
dari 50% dari total aktiva.
4. Bagi perusahaan ynag relatif kecil modal kerja sangat penting. Perusahaan kecil amat
terbatas memasuki pasar dengan modal besr dalam jangka panjang. Pendanaan
perusahaan lebih mengandalkan hutang jangka pendek, seperti utang dagang, utang
bank satu tahun dan tentunya hal ini dapat mempengaruhi modal kerja.
5. Terdapat hubungan yang sangat erat antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan
modal kerja. Kenaikan penjualan berhubungan dengan tambahan piutang, sediaan dan
juga saldo kas. Begitu sebaliknya penurunan penjualan akan berpengaruh pada
komponen dalam aktiva lancar.
Tujuan modal kerja bagi perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi likuiditas perusahaan.
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelanggannya.
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari kreditor.
5. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat yang menarik minat pelanggan,
dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Dapat memaksimlkan penggunaan aktiva lancar u ntuk meningkatkan penjualan dan
laba.
7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar.
48 | A L F A P R I M A
1. Jenis perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri membutuhklan modal kerja yang
lebih besar sari perusahaan jasa. Pada perusahaan industri investasi dalam bidang kas,
piutang dan sediaan relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan jasa.
2. Syarat kredit
Untuk meningkatkan penjualan dilakukan dnegan berbagai cara, salah satunya dengan
penjualan kredit. Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada
konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayaran diangsur beberapa kali
dalam jangka waktu tertentu. Agar modal kerja yang diinvestasikan dalam piutang
dapat di perkecil, maka perusahaan perlu memberikan potomngan harga untuk
memperkecil kemungkinan risiko utnag yang tidak tertagih.
3. Waktu produksi
Jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang, maka semakin besar modal
kerja yang dibutuhkan, demikian juga sebaliknya.
4. Tingkat perputaran sediaan
Semakin rendah tingkat perputaran sediaan, maka kebutuhan modal kerja akan
semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karen itu, dibutuhkan perputaran
sediaan yang tinggi untuk dapat menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan
sediaan.
49 | A L F A P R I M A
E. Penggunaan Modal kerja
Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan penurunan
pasiva. Penggunaan modal kerja antara lain untuk:
1. Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya.
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.
3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.
4. Pembentukan data.
5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dll).
6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotik dan utang bank jangka panjang).
7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar.
Modal kerja suatu perusahaan tidak akan mengalami perubahan apabila:
1. Pembelian barang dagangan secara tunai.
2. Pembelian surat-surat berharga secara tunai.
3. Perubahan piutang misalnya piutang dagang menjadi piutang wesel.
50 | A L F A P R I M A
PT. ACM
Neraca Komparatif
Per 31 Des 20X1
Keterangan 20X2 20X1
Kas 47.000 36.000
Piutang dagang 26.000 18.000
Persediaan 54.000 49.000
Tanah 55.000 0
Peralatan 88.000 88.000
Akumulasi depresiasi (43.000) (35.000)
Total aktiva 227.000 156.000
Utang dagang 13.000 21.000
Utang wesel 15.000 10.000
Modal saham 150.000 100.000
Laba ditahan 49.000 25.000
Total utang dan modal 227.000 156.000
PT. ACM
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Des 20X2
Ketarangan 20X2
Penjualan 380.000
Harga pokok penjualan 196.000
Laba kotor 184.000
Biaya pemasaran (76.000)
Biaya administrasi (56.000)
Biaya depresiasi (8.000)
Laba bersih 44.000
Informasi tambahan:
1. Pembelian tanah secara tunai selama tahun 2008 berjumlah Rp 55.000
2. Selama tahun 2008 diterbitakan saham baru pada nilai nominalnya sebesar Rp 50.000
3. Pengumuman deviden kas selama tahun 2008 berjumlah Rp 20.000
Langkah 1
Keterangan 20X2 20X1 Perubahan
Kas 47.000 36.000 11.00
Piutang dagang 26.000 18.000 8.000
Persediaan 54.000 49.000 5.000
Total aktiva lancer 127.000 103.000
Utang dagang 13.000 21.000 8.000
Utang wesel 15.000 10.000 (5.000)
Total utang lancar 28.000 31.000
Modal kerja 99.000 72.000 27.000
51 | A L F A P R I M A
Langkah 2
Menganalisis perubahan rekening-rekening tak lancer yang ada pada nerac komperatif untuk
menentukan sumber dan penggunaan modal kerja. Apabila rekening-rekening tak lancar yang
harus dianalisis jumlahnya tidak terlalu banyak dapat digunakan metode langsung, kalau tidak
dapat digunakan metode kertas kerja.
1. Tanah
Pembelian tunai tanah sebesar Rp 55.000 menyebabkan penurunan kas sehingga
menyebabkan penurunan modal kerja (penggunaan Modal Kerja)
2. Peralatan
Selama tahun 2008 tidak ada mutasi atas peralatan.
3. Akum Depresiasi
Transaksi ini hanya mempengaruhi rekening tak lancer sehingga tidak mempengaruhi
modal kerja tetapi mempengaruhi perhitungan laba rugi, dimana angka ini harus
ditambah kembali sebesar Rp 8.000 pada angka laba bersih untuk menghitung sumber
modal kerja yang berasal dari operasi.
4. Modal Saham
Penerbitan saham baru menyebabkan kenaikan kas sebesar Rp 50.000. hal ini
menyebabkan kenaikan modal kerja (sumber modal kerja)
5. Laba Ditahan
Terdapat dua penyebab perubahan rekening laba ditahan selama tahu 2008 yaitu:
a. PT ACM Tbk melaporl]kan laba bersih sebesar Rp 44.000 (sumber modal kerja)
b. Deviden kas yang diumumkan dan telah dibayar tahun 2008 Rp 20.000 (penurunan
modal kerja)
Langkah 3
PT ACM
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Periode yang Berakhir 31 Des 20X2
Sumber Modal Kerja
Operasi:
Laba Bersih 44.000
Biaya depresiasi 8.000
52.000
Penerbitan Saham 50.000
Total sumber modal kerja 102.000
52 | A L F A P R I M A
4. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian produksi akibat naik turunnya harga pokok
5. Sebagai salah satu alat ukur untuk menili kinerja manajemen dalam satu periode
6. Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan
Untuk menganalisis perubahan laba rugi diatas, diperlukan tahap-tahap analisis dengan tujuan
untuk memudahkan melakukan analisis dan lebih mudah memahaminya. Tahapan tersebut
sebagai berikut:
Langkah 1 : Membuat Tabel Perubahan
Komponen 20X1 20X2 Perubahan
Penjualan bersih 100.000 165.000 65.000
Harga pokok penjualan 75.000 110.000 35.000
Laba kotor 25.000 50.000 30.000
Jumlah barang yang dijual 1000 unit 1.100 100 unit
Harga per satuan 100 150 50
Harga pokok per satuan 75 100 25
53 | A L F A P R I M A
Cara lain:
Qt (Qrt – Prt-1)
1100 (150 – 100) = 55.000
b. Harga jual
Jumlah penjualan 2007 x harga jual 2006 = 110.000
(1100 x 100)
Penjualan tahun 2006 = 100.000
Kenaikan laba kotor = 10.000
Cara lain:
Pt-1 (Qt – Qt-1)
100(1100-1000) = 10.000
2. Perubahan laba kotor karena harga pokok penjualan
Rumus yang dapat digunakan adalah:
Qt (HPPt – HPPt-1)
Notasi:
Qt-1 = jumlah atau volume produk tahun t-1
Qt = jumlah atau volume tahun t
HPPt = harga pokok tahu t
HPPt-1 = harga pokok thun t-1
a. Harga pokok penjualan
HPP tahun 2007 = 110.000
Jumlah penjualan 2007 x HPP 2006 = 82.000
(1100 x 75)
Kenaikan laba kotor = 27.500
Cara lain:
Qt (HPPt – HPPt-1)
1100 (100 – 75) = 27.500
b. Jumlah penjualan
Jumlah penjualan 2007 x HPP 2006 = 82.500
(1100 x 75)
HPP tahun 2006 = 75.000
Kenaikan laba kotor = 7.500
Cara lain:
HPPt-1 (Qt – Qt-1)
75(1100 – 1000) = 7.500
Langkah 3: Laporan Laba Kotor
54 | A L F A P R I M A
PT ACM Tbk
Laporan Perubahan Laba Kotor
Akhir Tahun 2007 dengan 2006
1. Kenaikan penjualan diakibatkan :
Kenaikan harga jual 55.000
Kenaikan kuantitas penjualan 10.000
65.000
2. Kenaikan harga pokok penjualan diakibatkan: 27.500
Kenaikan harga pokok per unit 7.500
Kenaikan kuantitas harga pokok
35.000
3. Kenaikan laba kotor 30.000
55 | A L F A P R I M A
BAB IX
ANALISIS BREAK EVEN POINT
56 | A L F A P R I M A
B. Tujuan Analisis Break even Point (BEP)
Penggunaan analisis BEP memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mendesain spesifikasi produk
2. Menentukan harga jual persatuan.
3. Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian.
4. Memaksimalkan jumlah produksi
5. Merencanakan laba yang diinginkan
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfat yang cukup banyak bagi
pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
1. Perlu asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan
2. Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu
periode tertentu
3. Tidk digunakan untuk mengambil keputusan akhir, analisis BEP hanya baik digunakan
jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan
4. Tidk menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas tilah
ditentukan melebihi akiran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-
hal lainnya dianggap sama.
5. Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan, misalnya
kenaikan harga bahan baku
C. Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa suatu kelemahan analisis BEP adalah karena
banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus
dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-
asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi-asumsi
yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan.
Oleh karena itu para manajer menganggap bahwa asumsi inin harus tetap dilakukan dan ini
merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunkannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut:
1. Biaya
Pada analisis BEP, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variable cost.
Oleh karena itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya
variabel. Artinya mengelompokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variable di sisi lain.
Dalam hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada
57 | A L F A P R I M A
biaya yang tergolong semi variable. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui
dua pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dn unsur biaya yang
terkandung satu persatu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut
b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya
tetap dan variable berdasarkan angka-angka dan data masa lampau
2. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada
perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita
menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas
produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga
menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa
atau biaya kantor.
3. Biaya variable (variable cost)
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan
volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variable berubah-ubah secara
sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Dalam hal
ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar aka nada potongan-
potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh biaya
variabel adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung dan komisi penjualan.
4. Harga Jual
Harga jual yang dimaksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga
jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual
Artinya diasumsi harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hl ini
bertentangan dengan kondisi yang sesungguhny, dimana harga jual dalam suatu periode
dapat berubah-ubah seriring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan
langsung dengan produk maupun tidak.
D. Rumus Menghitung BEP
Untuk mencari titk BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian rumus
dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakaian. Hanya saja masing-masing
rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus matematika
dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti lengkap
tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunakan. Sebagai contoh,
58 | A L F A P R I M A
dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan mengetahui
titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan informasi yang
diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP:
1. Rumus Matematik
a. Analisis titik BEP dalam unit
FC
BEP =
P − VC
Notasi:
BEP = break even point
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel
P = harga jual per unit
S = volume penjualan
FC
BEP =
VC
1 − CS
Contoh Kasus:
PT. ACM Tbk adalah perusahaan manufaktur yang mempunyai data sebagai berikut:
1. kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit.
2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp 5000,00 unit
3. Total biaya tetap sebesar Rp 150.000.000,00 dan total biaya variabel sebesar Rp
250.000.000,00
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
1. Fixed Cost
Overhead Pabrik Rp 60.000.000
Biaya distribusi Rp 65.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp 25.000.000
Total biaya tetap Rp 150.000.000
2. Variable Cost
Biaya bahan langsung Rp 70.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 85.000.000
Overhead pabrik Rp 20.000.000
Biaya distribusi Rp 45.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp 30.000.000
Total biaya variabel Rp 250.000.000
59 | A L F A P R I M A
Pertanyaan: Cara BEP dalam umit maupun rupiah
Jawab:
Kapasitas produksi 100.000 unit
Harga jual per unit Rp 5000
Total harga penjualan 100.000 unit x Rp 5000 = Rp 500.000.000
Biaya tetap unit = 150.000.000
60 | A L F A P R I M A
Q ( unit ) TR FC VC TC Laba/Rugi
10.000 50.000.000 150.000.000 25.000.000 175.000.000 (125.000.000)
20.000 100.000.000 150.000.000 50.000.000 200.000.000 (100.000.000)
30.000 150.000.000 150.000.000 75.000.000 225.000.000 (75.000.000)
40.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000 250.000.000 (50.000.000)
50.000 250.000.000 150.000.000 125.000.000 275.000.000 (25.000.000)
60.000 300.000.000 150.000.000 150.000.000 300.000.000 0
70.000 350.000.000 150.000.000 175.000.000 325.000.000 25.000.000
80.000 400.000.000 150.000.000 200.000.000 350.000.000 50.000.000
90.000 450.000.000 150.000.000 225.000.000 375.000.000 75.000.000
100.000 500.000.000 150.000.000 250.000.000 400.000.000 100.000.000
3. Dengan Grafik
Dari grafik dibawah terlihat bawa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat
informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, bisys tetsp, biaya variabel, tota biaya maupun
laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat
komponen di atas. BEF melalyui grafik tampak jelas ditunjukan baik dari segi unit maupun
rupiah yang di proleh.
Rp
Penjualan
Total biaya
300 BEP
Biaya Variabel
150
Biaya tetap
0 60
Unit
61 | A L F A P R I M A
E. Tingkat keamanan ( Mrgin of safety)
Tingkat keamanan atau margin of safety (MOS) merupakan hubungan atau selisih antara
penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada BEF. Batas aman digunakan
untuk mengetahui beberapa besar.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut:
1. Penjualan MoS yang direncanakan
Penjualan per Budget
MoS = x 100
Penjualan per titik impas
2. Penjualan MoS
Penjualan per Budget − penjualn per titik impas
MoS = x 100
Penjualan per titik budget
Dari data sebelumnya MOS dapat dicari sebagai berikut:
Rp 500.000.000
MoS = x 100 = 166,66% ≈ 176%
Rp 300.000.000
Rp 500.000.000 − Rp 300.000.000
MoS = x 100 = 40%
Rp 500.000.000
Ini berati bahwa tingkat penjualabn tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat penjualan
yang di rencanakan atau 167% dari tingkat penjualan BEF yang telah ditetapkan perusahaan.
Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagaio berikut:
Pertama : 67% x Rp.300.000.000,-= Rp201.000.000,-
Kedua : 40% x Rp.500.000.000,-= Rp200.000.000,-
62 | A L F A P R I M A
𝑅𝑝 150.000.000
𝐵𝐸𝑃 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = = 𝑅𝑝 257.142.857
𝑅𝑝 250.000.000
1 − 𝑅𝑝 600.000.000
Nilai Rp600.000.000 dapat pula di cari dari jumlah kapasitas produksi 100.000 unit kali harga
jual baru Rp6000
Dari BEP rupiah tampak terjadi penurunan sebesar Rp42.855.673 yaitu dari Rp300.000.000
menjadi Rp257.142.827.
Rp 150.000.000
BEP (unit) = = 42.858 unit
Rp 6.000 − Rp 2.500
Atau
Rp 257.142.857
BEP dalam unit = = 42.858 unit
Rp 6.000
BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari 60.000 unit menjadi
42.858 unit.
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual per unit sebesar Rp10000 misalnya dari
Rp5.000 menjadi Rp4000 BEP yang baru adalah sebagai berikut:
Rp 150.000.000
BEP rupiah = = Rp 400.000.000
Rp 250.000.000
1−
Rp 500.000.000 x 80%
Rp 150.000.000
BEP rupiah = = Rp 400.000.000
Rp 250.000.000
1−
Rp 400.000.000
Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp100.000.000 yaitu dari Rp300.000.000
menjadi Rp400.000.000.
Rp 400.000.000
BEP dalam unit = = 66.667 unit
Rp 6.000
BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari 60.000 unit menjadi
66.667 unit.
2. Pengaruh perubahan jumlah biaya tetap
Seperti diketetahui bahwa dalam analilis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan tetap
(konstan). Jadi apabila perubahan biaya tetap, otomatis BEP nya juga berubah . Dalam
praktiknya, apabila biaya tetap turun , BEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya
diakibatkan karena adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau penurunan
(efisiensi). Sebagai contoh kita ambil dari kasus diatas apabila biaya tetap berubah dari
Rp150.000.000 menjadi Rp180.000.000 berarti adanya perkembangan biaya tetap sebesar
RP30.000.000 (20%) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap.
Rp 150.000.000 + Rp 30.000.000
BEP rupiah = = Rp 360.000.000
Rp 250.000.000
1−
Rp500.000.000
63 | A L F A P R I M A
BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp 60.000.000 yaitu dari Rp 300.000.000
menjadi Rp 360.000.000
Rp 360.000.000
BEP dalam unit = = 72.000
Rp5.000
BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit yaitu dari 60.000 unit menjadi
72.000 unit
Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya tetap
sebesar 10% dari semula Rp. 150.000 menjadi Rp.135.000.000
Rp 150.000.000 x 90%
BEP rupiah = = Rp 270.000.000
Rp 250.000.000
1−
Rp500.000.000
Rp 270.000.000
BEP dalam unit = = 54.000
Rp5.000
Rp 150.000.000
BEP rupiah = = Rp 375.000.000
Rp 250.000.000 x 120%
1−
Rp500.000.000
Rp 375.000.000
BEP dalam unit = = 75.000 unit
Rp5.000
Kemuadian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20% BEP akan
berubah sebagai berikut:
Rp 150.000.000
BEP rupiah = = Rp 250.000.000
Rp 250.000.000 x 80%
1−
Rp500.000.000
Rp 250.000.000
BEP dalam unit = = 50.000 unit
Rp5.000
64 | A L F A P R I M A
berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi
dikatakan bahwa tidak ada perubahan dalam penjuala campuran sales mix-nya.
Sebagai contoh PT. ACM Tbk memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut:
Komponen Produk A Produk B Total
Sales 60.000 unit = Rp. 300 juta 40.000 unit = Rp. 300 juta Rp. 600 juta
VC 60 % = Rp. 180 juta 40% = Rp. 120 juta Rp. 300 juta
FC = Rp. 60 juta = Rp. 120 juta Rp. 180 juta
TC = Rp. 240 juta = Rp. 240 juta Rp. 480 juta
Net Profit = Rp. 60 juta = Rp. 60 juta Rp. 120 juta
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit margin
lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu sebelumnya perlu ditetapkan
penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat
dicapai sehingga bila tidak kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai.
Contoh:
Kegiatan PT. ACM Tbk pada tahun 20XI mengalami BEP pada penjualamn (S) sebesar
Rp. 300.000.000 biaya tetap (FC) yang dikeluarkan Rp. 120.000.000 diperkirakan
penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun. Untuk tahun 20X2
perusahaan menetapkan keuntungan sebesr Rp. 150.000.000
Pertanyaan:
Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan?
Jawab:
Seperti diketahui bahwa dalam keadaan BEP besarmya biaya total sama dengan penjualan.
Sales = VC + FC
VC = Sales – FC
Jadi dari soal diatas:
VC = 300.000.000 – 120.000.000 = 180.000.000
Selanjutnya terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC):
Rp 180.000.000
RVC = x 100 = 60%
Rp300.000.000
65 | A L F A P R I M A
120.000.000 + 50.000.000
Sales Minimal =
180.000.000
1 − 300.000.000
Rp 120.000.000 + Rp 50.000.000
Sales Minimal = = 𝑅𝑝 425.000.000
6
1 − 10
Jadi untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000.000 diperlukan penjualan Rp.
425.000.000
66 | A L F A P R I M A
DAFTAR PUSTAKA
67 | A L F A P R I M A
68 | A L F A P R I M A