Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP HUTANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

Dosen Pengampu: Asep Komaruddin, SE., M.Si

Nama :
NPM :

Program Studi Akuntansi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi La Tansa Mashiro

2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan selalu bertujuan untuk memaksimalkan laba yang mereka peroleh. Maka
dari itu manajemen perusahaan harus menetapkan kebijakan-kebijakan untuk bisa mencapai
tujuan tersebut. Dari setiap manajer yang ada, salah satu yang berperan penting yaitu
manajer keuangan. Seorang manajer keuangan bertanggung jawab pada pada pengumpulan
dana dan pengelolaan dana.
Kebijakan yang ditetapkan seorang manajer keuangan sangat penting dalam kegiatan
perusahaan. Seorang manajer keuangan bertugas untuk dana yang digunakan dapat
memberikan tingkat pengembalian yang lebih dari harga pasar. Maka dari itu seorang
manajer keuangan harus memiliki ketepatan melihat peluang dan hebat dalam melakukan
analisis. Karena sering kali perusahaan dihadapkan masalah pengelolaan dana yaitu
kekurangan ataupun kelebihan dana.
Masalah pengelolaan dana ini tidak terlepas dari sumber dana tersebut berasal yaitu dari
internal maupun eksternal. Sebuah perusahaan memang diharuskan mendapatkan dana dari
kedua sumber tersebut. Karena sebuah perusahaan tidak bisa hanya bermodalkan dari
modal pribadi saja. Perusahaan juga membutuhkan dana dari pihak luar untuk membuat
perusahaan berkembang. Pada praktiknya perusahaan cenderung mencari dana dari pihak
eksternal yaitu melalui penerbitan surat berharga maupun hutang. Salah satu factor penting
bagi keberlangsungan perusahaan yaitu mengenai besaran hutang.
hutang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga yang dibayar dengan cara
menyerahkan aktiva dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi masa lalu.
Perusahaan yang kekurangan dana biasanya melakukan pinjaman ke bank sebagai pihak
ketiga yang akan dibayar dikemudian hari. Maka dari itu perusahaan harus mampu
mengelola utangnya dengan baik agar kegiatan perusahaan berjalan dengan baik, dan tetap
mampu melakukan pembayaran pinjaman.
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut.
Pertama, masih banyaknya perusahaan yang melakukan pinjaman (utang) untuk
menjalankan kegiatannya. Kedua, masih kurangnya perusahaan dalam melakukan
pengelolaan piutang dengan baik.
Permasalahan mengenai penglolaan utang sangat menarik untuk dibahas. Maka dari itu
penulis tertarik untuk menuangkannya dalam sebuah makalah yang berjudul. “konsep
utang”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan
yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep hutang?
2. Bagaimana pengelolaan hutang yang baik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi hutang
Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board) dalam SFAC No.6, hutang
didefinisikan sebagai berikut “Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai
akibat transaksi masa lalu.”
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994) mendefinisikan
hutang (kewajiban) sebagai berikut “Keawajiban merupakan hutang masa kini yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (paragraph 62).”
Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Menurut Munawir (2004) hutang adalah
semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana
hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Hutang merupakan pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang mungkin timbul
karena kewajiban sekarang. Dalam pengambilan keputusan penggunaan hutang perlu
dipertimbangkan biaya tetap yang timbul akibat dari hutang tersebut, yaitu berupa bunga
hutang yang menyebabkan semakin meningkatnya laverage keuangan.
B. Jenis hutang
Hutang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hutang jangka pendek dan hutang
jangka panjang.
1. Hutang jangka pendek
Hutang jangka pendek merupakan hutang yang memiliki waktu 1 tahun dalam
pelunasannya. Hutang jangka pendek memiliki dua manfaat, yaitu fleksibilitas dan biaya
yang lebih murah.
a. Fleksibilitas, hutang jangka panjang bersifat fleksibel, dapat digunakan kapan saja
perusahaan membutuhkannya. Apalagi perusahaan lebih kerap dihadapkan pada
kebutuhan jangka pendek.
b. Biaya lebih murah, Pada umumnya suku bunga hutang jangka pendek lebih rendah
daripada hutang jangka panjang, karena semakin panjang periode hutang, maka
semakin besar bunganya.
Selain memiliki manfaat hutang jangka panjang juga memiliki kelemahan, kelemahan
hutang jangka pendek yaitu:
1) Likuiditas, hutang jangka pendek memiliki likuiditas lebih buruk dibanding jangka
panjang. Likuiditas hutang jangka panjang lebih mantab terjamin, sedangkan hutang
jangka pendek debitur harus sering menyediakan dana untuk melunasinya, atau
membayar bunganya dan memperpanjang pinjaman pokoknya berulang-ulang.
2) Ketidakpastian biaya/bunga, bunga hutang jangka panjang senantiasa mudah berubah
sesuai dengan suku bunga rata-rata pasar yang berlaku dan persepsi kreditur terhadap
tingkat risiko perusahaan debitur.
Jenis hutang jangka pendek meliputi:
a. Hutang dagang, hutang yang timbul akibat terjadi pembelian barang dagangan.
b. Hutang wesel, janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu
tanggal tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau
transaksi lainnya.
c. Penghasilan dibayar dimuka, biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum
dilakukan pembayarannya.
d. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, sebagian hutang jangka panjang
yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena segera jatuh tempo
pembayarannya.
e. Biaya yang masih harus dibayar, penerimaan uang untuk penjualan barang atau
jasa yang belum terealisasi.
2. Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki waktu pembayaran lebih dari
satu tahun sejak tanggal neraca dan sumber-sumber untuk melunasi hutang jangka panjang
yang bukan bersumber dari aktiva lancar.
Hutang jangka panjang meliputi:
a. Hutang obligasi
Obligasi merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual
ke investor. Perusahaan mengeluarkan surat berharga yang menjanjikan pembayaran pada
periode tertentu dan surat tersebut memuat beberapa perjanjian yang spesifik.
b. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh
pendapatan dari dividen dan capital gain.
c. Hipotek
Hipotek merupakan instrumen utang dengan pemberian hak tanggungan atas properti
dan pinjaman kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya.
d. Hutang dari lembaga keuangan
Hutang bisa langsung diperoleh melalui bank atau lembaga nonbank. Pinjaman dari
lembaga keuangan memiliki karakteristik adanya amortisasi dan jaminan. Pinjaman
langsung dibayar dengan cara amortisasi, yaitu secara bertahap sehingga akan mengurangi
beban pembayaran yang besar jika dilakukan pelunasan sekaligus.
e. Saham preferen
Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi memiliki karakteristik obligasi, saham
preferen memperoleh deviden yang besarnya tetap. Biasanya sejumlah presentase tertentu
dari nominal saham preferen untuk setiap periode.
f. Modal ventura
Modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal dari perusahaan pembiayaan
kepada perusahaan yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu.
Penggunaan hutang jangka panjang akan lebih menguntungkan apabila terjadi kondisi-
kondisi berikut:
1) Penjualan dan pendapatan relatif stabil, kenaikan besardalam penjualan dan
pendapatan yang akan datang diharapkan memberikan keuntungan besar dari
penggunaan laverage.
2) Apabila diharapkan adanya kenaikan besar dalam tingkat harga diwaktu yang akan
datang, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan berhutang yang
akan dibayar kembali dengan uang yang lebih murah (karena inflasi).
3) Rasio hutang yang ada sekarang adalah relatif rendah bagi lini bisnis.
4) Manajemen berpendapat bahwa harga saham biasa dalam hubungannya dengan
obligasi, adalah ditekan untuk sementara.
5) Penjualan saham biasa akan menimbulkan persoalan mengenai pemeliharaan pola
pengendalian yang berlaku sekarang dalam perusahaan.
C. Komponen Hutang
Dari definisi yang dikemukakan, pengertian hutang memiliki dua komponen utama
yaitu :
1. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa
mendatang dari penyerahan barang atau jasa.
2. Berasal dari transaksi/peristiwa masa lalu (telah terjadi).
1. Kewajiban Sekarang
Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul karena pada saat
sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak dapat dihindari untuk
menyerahkan barang/jasa. Kewajiban tersebut mungkin timbul dari pembelian barang/jasa,
kerugian-kerugian yang dialami dan harus ditanggung oleh perusahaan dan lain-lain.
Kewajiban yang masih tergantung pada peristiwa masa mendatang tidak boleh diakui
sebagai hutang kecuali ada suatu kemungkinan yang cukup besar bahwa peristiwa tersebut
akan terjadi.
Definisi tentang hutang pada dasarnya serupa dengan definisi aktiva, yaitu tidak
mengarah pada sesuatu yang ada di dunia nyata pada saat sekarang. Definisi tersebut di atas
lebih didasarkan pada peristiwa masa mendatang yang belum diketahui terjadinya. Oleh
karena pengorbanan tersebut belum benar-benar terjadi, maka pengorbanan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang nyata.
Obyek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh
karena itu menurut Kam (1990: p.111) definisi hutang yang lebih menunjukkan kondisi
pada saat sekarang adalah : “Kewajiban suatu unit usaha yang merupakan keharusan bagi
unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain dimasa mendatang
sebagai akibat transaksi masa lalu.”
Hutang sering juga disebut dengan Klaim/Hak tertentu pihak lain terhadap aktiva suatu
perusahaan. Hal ini disebabkan suatu unit usaha dapat memliki aktiva/jasa karena adanya
pihak lain yang menyediakan dana untuk memperoleh aktiva/jasa tersebut. Oleh karena itu,
jumlah aktiva yang ada pada neraca pada dasarnya merupakan klaim pihak lain terhadap
sumber ekonomi (aktiva), sehingga entitas memiliki kewajiban untuk untuk menyerahkan
aktiva/jasa pada pihak lain tersebut. Kewajiban tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua
jenis yaitu :
 Kewajiban pada kreditor/hutang
 Kewajiban pada pemilik (owners equity)
Meskipun kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva namun keduanya memiliki
hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus
likuidasi. Klaim pelunasan tersebut cenderung bersifat pasti, baik jumlah maupun waktu
pembayarannya. Sedang untuk pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva
setelah kewajiban tehadap kredito dipenuhi. Konsekuensinya, jika kewajiban (misalnya ada
pengumuman pembagian deviden), entitas tersebut memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi (berupa hutang deviden).
2. Hasil Transaksi Masa Lalu
Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut
menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk
memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai hutang dalam
neraca.
Syarat ini membutuhkan adanya suatu criteria khusus untuk menentukan apakah suatu
kewajiban telah terjadi atau belum, misalnya suatu perusahaan melakukan pemesanan
pembelian barang secara kredit dengan supplier tertentu, aturan yang sekarang ada
menjelaskan bahwa pada saat pemesanan tersebut dilalukan belum terjadi adanya kewajiban
yang harus diakui sampai barang yang dibeli benar-benar diterima oleh perusahaan atau
telah terjadi perpindahan hak milik atas barang tersebut, jadi dalam hal ini yang dikatakan
sebagai peristiwa masa lalu adalah saat penerimaan barang, bukan saat dilakukannya
pemesanan.
Kasus unformed executory contact merupakan bukti mengenai arti penting interpretasi
terhadap makna “transaksi masa lalu”. Executoru contract pada dasarnya merupakan
kontrak yang belum dijalankan oleh kedua belah pihak, masalahnya, apakah
penandatanganan kontrak secara otomatis dapat menimbulkan hutang? Contoh dari
executory contract adalah perjanjian pembelian jangka panjang (long-term purchase
agreement). Kontrak pembelian ini merupakan perjanjian antara pembeli dan supplier
dimana pembeli setuju membayar sejumlah tertentu uang secara periodik setiap kali
menerima barang/jasa dari supplier dan pembayarannnya tidak tergantung pada kondisi
apakah pembeli mengambil pengiriman tersebut. Jadi karena, executory contract adalah
kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua pihak, maka kontrak ini dapat dijadikan dasar
untuk mengakui hutang.
D. Terjadinya Hutang
Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang
Definisi yang kemukakan FASB diatas merupakan upaya untuk memberikan penafsiran
semantic (interpretatif) bagi suatu unit usaha. Dua karakteristik yang penting adalah
kewajiban tersebut sudah ada pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu.
Jadi timbulnya hutang bergantung pada terjadinya suatu transaksi / kejadian yang bersifat
eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian yang bersifat
eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non-keuangan
seperti timbulnya kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk menggantikan suatu
kerusakan.
Barang/jasa yang diperoleh oleh suatu unit usaha merupakan transaksi yang dapat
menimbulkan kewajiban untuk membayar kepada pihak lain. Sebaliknya kewajiban untuk
membayar suatu barang / jasa yang diperoleh di masa yang akan datang tidak dapat
dipandang sebagai hutang. Jadi untuk menentukan sebuah transaksi sebagai hutang atau
bukan sangat tergantujg pada kema mpuan untuk menafsirkan transaksi/kejadian yang
menimbulkannya. Namun demikian, ditinjau dari penafsiran semantic apabila suatu
kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka yang paling penting adalah mencatat
hal tersebut sebagai suatu utang tanpa memperhatikan bagaimana terjadinya.
Kohler, (1970: hal,263) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus
dibayar dalam bentuk uang, barang atau jasa khususnya hutang yang memiliki kinerja
sebagai berikut :
a. Terjadi/telah terjadi (current liability)
b. Terjadi pada saat tertentu dimasa mendatang misalnya hutang untuk pembiayaan
(funded debt), hutang yang masih harus dibayar (accured liability)
c. Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan dimasa yang akan datang,
misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability)
Atas kejadian diatas, maka dapat dirumuskan bahwa hutang dapat terjadi karena
beberapa faktor berikut ini :
1. Kewajiban Legal/Kontrak (contractual liabilites)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa
peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang/jasa kepada entitas
tertentu. Misalnya hutang dagang dan hutang bank. Hutang atas dasar hukum merupakan
pandangan terhadap hutang yang paling sempit
2. Kewajiban Konstruktif (constructive Liabilities)
Kewajiban konstruktif terjadi karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk
tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis
untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang. Misalnya bonus yang akan
diberikan kepada karyawan dapat dipandang sebagai kewajiban sekarang suatu entitas
untuk menyerahkan suatu barang/jasa dimasa mendatang sehingga menimbulkan adanya
hutang (hutang bonus).
3. Kewajiban Ekuitabel
Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil
oleh perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara
umum. Ekuitabel dapat dianggap sebagai kewajiban oleh kedua belah pihak yang terlibat
meskipun terjadinya tidak melalui proses hukum. Jadi kewajiban /hutang yang dicatat
dalam laporan keuangan tidak harus berasal dari kewajiban/hutang yang sah menurut aturan
hukum. Biasanya kewajiban ini timbul karena adanya keharusan untuk membuat
pembayaran dimasa mendatang demi hubungan bisnis yang baik atau karena kebiasaan
pelaku bisnis yang dianggap baik. Misalnya adalah hutang garansi yang timbul karena
alasan moral dimana perusahaan diharapkan tidak merugikan konsumen sehingga perlu
memberikan garansi atas setiap produk yang terjual.
4. Unconditional Right Offfset.
Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang/jasa
dimasa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan
hutang. Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi
usaha dan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang,
apabila suatu barang/jasa telah diterima.
Sebelum barang benar-benar ada dan terikat dengan kontrak, maka terdapat satu hak tak
bersyarat untuk menguasai aktiva. Sebaliknya jika satu barang/jasa tersebut terikat menurut
kontrak, pembeli tidak dapat membatalkan kontrak tanpa membayar barang/jasa yang
disepakati dalam kontrak, meskipun barangnya belum diterima. Misalnya hutang yang
timbul dalam proyek konstruksi jangka panjang dan kontrak beli sewa (lease) atas aktiva
dalam jangka panjang.
Apabila diperhatikan, definisi hutang yang dikemukakan dalam SFAC No.3 tampaknya
tidak memasukkan kewajiban yang tunduk pada hak penguasaan aktiva tidak bersyarat.
Namun demikian, kewajiban tersebut sebenarnya dapat dimasukkan dalam definisi ini
karena muncul transaksi/kejadian di masa lalu dan ketidakpastian mengenai keberadaan
hutang tersebut tidak begitu signifikan. Oleh karena pelaksanaan kontrak biasanya
mempengaruhi arus kas di masa mendatang, maka pengungkapan terhadap hal tersebut
akan relevan bagi investor dan kreditor.
Atas dasar berbagai sumber terjadinya hutang diatas, maka secara umum dapat
dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan apabila memenuhi kriteria
berikut ini :
1. Adanya kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaatt ekonomi masa
mendatang akan dilakukan atau akan terjadi.
2. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti
Sementara itu Kam (1990) mengatakan bahwa hutang dapat diakui berdasarkan kondisi
berikut ini :
a. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hukum yang menyebabkan terjadinya hutang merupakan syarat legal
untuk mengakui hutang meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban ekuitabel
b. Pemakaian prinsip konservatisme
Prinsip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian daripada
keuntungan. Jadi rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi.
Pencatatan terhadap rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
c. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonomisnya telah terjadi, maka hutang
dapt segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Substansi ekonomi berkaitan
dengan relevansi informasi akuntansi.
d. Kemampuan mengukur nilai hutang.
Kriteria ini berkaitan dengan reliabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutan
sangat subyektif/arbitrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak
dicatat dalam neraca.
E. Kebijakan utang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari
eksternal. Kebijakan hutang menggambarkan hutang jangka panjang yang dimiliki oleh
perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan. Penentuan kebijakan hutang
berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam
srruktur modal.
Menurut Mamduh (2004) perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi hutang
yang besar pada struktur modal, tetapi bila perusahaan menggunakan hutang yang kecil
atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal
eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
Kebijakan hutang sering diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio (DER), yaitu
perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Semakin rendah
DER maka semakin kecil tingkat hutang yang digunakan perusahaan dan kemampuan
untuk membayar hutang semakin tinggi.
Begitu juga sebaliknya semakin tinggi DER semakin tinggi hutang yang digunakan dan
semakin tinggi risiko yang dimiliki perusahaan. Kebijakan ini menimbulkan konflik dan
biaya keagenan, karena dengan hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran
periodik atas bunga dan pakok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak
pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunan dana yang tersedia.
Kebijakan hutang berfungsi sebagai monitoring atau pengontrolan terhadap tindakan
manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.
Keputusan pendanaan melalui hutang memiliki batas hingga seberapa besar dana dapat
digali, biasanya memiliki standar rasio tertentu untuk menentukan rasio hutang tertententu
yang tidak boleh dilampaui. Apabila hutang melewati standar rasio ini, maka biaya akan
meningkat, dan mempengaruhi struktur modal perusahaan.
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat hutang adalah Long Term Debt Ratio
(LDE) yang menunjukan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal perusahaan atau
seberapa besar porsi hutang dibannding dengan modal perusahaan, agar aman porsi hutang
harus lebih kecil dari modal perusahaan.
Jika perusahaan menggunakan banyak hutang akan meningkatkan beban bunga dan
pokok pinjaman yang harus dibayar, hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan
mengalami default, yaitu tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada
waktunya akibat dari kewajiban yang semakin besar.
Sebagian besar perusahaan lebih memilih menggunakan hutang dibanding penerbitan
saham baru untuk mendapatkan dana tambahan, ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan
lebih kecil. Terdapat dua alasan mengapa perusahaan lebih suka menggunakan dana
eksternal dalam bentuk hutang dibanding bentuk lain.
Pertama, pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi akan lebih murah daripada
biaya emisi saham baru. Hal ini dikarenakan penerbitan saham baru akan menurunkan
harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan dianggap sebagai
kabar buruk oleh para pemodal dan membuat saham akan turun. Hal ini dikarenakan oleh
kemungkinan adanya asimetri informasi antara pihak manajer dan pihak pemodal.
F. Pengukuran dan Pengakuan Hutang
Hutang diakui bila transaksi yang menimbulkan kewajiban telah terjadi APB (APB
Statement nomor. 4 paragraph 181) dan FASB (SFAC 5 paragraf 67) menyatakan bahwa
hutang diukur berdasarkan jumlah uang pada suatu transaksi. Kewajiban baru dapat diakui
bila memenuhi kriteria definisi, dapat diukur, relefan, dan dapat diandalkan. Suatu
perbedaan dapat dilakukan antara kewajiban sekarang dan masa yang akan datang.
Kewajiban biasanya timbul dan diakui hanya kalau aktiva telah diserahkan atau perusahaan
telah membuat perjanjuan yang tidak dapat dibatalkan untuk membeli aktiva.
secara umum saat pengakuan dan pengukuran kewajiban cukup jelas, karena kewajiban
timbul dari perjanjian yang jumlah saat pembayarannya tercantum dalam perjanjian
(kontrak).
Dengan demikian, besarnya nilai hutang tersebut harus didiskontokan dengan tingkat
bunga tertentu dengan rumus :
PV = F (1+r)-1
PV = Nilai sekarang dari hutang pada tanggal pembelian
F = Aliran kas masa mendatang pada periode t dari tanggal penilaian
r = Tingkat bunga

Pendiskontoan terhadap elemen laporan keuangan menurut Weil (1990), hanya


dapat dilakukan antara lain bila :
1. Elemen tersebut menunjukkan kewajiban untuk membayar sejumlah tertentu
yang dapat ditaksir dengan cukup pasti
2. Perusahaan akan membayar jumlah tersebut dalam periode lebih dari satu tahun
setelah tanggal neraca
G. Penyelesaian Hutang
IAI (1994) dalam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiban masa kini biasanya
melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa
depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dengan :
1. Pembayaran kas
2. Penyerahan aktiva
3. Pemberian jasa
4. Penggantian kewajiban dengan kewajiban yang lain
5. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
In- Subtance Defeseance
Alternative yang dapat melunasi hutang menurut FSB statement FASB Statement
nomor 76 yaitu dengan cara Insubtance Defeseance. Insubtance Defeseance suatu rencana
perjanjian dimana seorang debitur menempatkan jumlah tertentu harga moneter secukupnya
yang bebas resiko pada kuasa badan perwalian (Trust) tertentu untuk digunakan sebagai
pembayaran hutang dimasa mendatang.
Kredit Tangguhan (Defered Credit)
Dalam APB nomot.4, hutang didefinisikan sebagai kewajiban ekonomi yang diakui dan
diukur sesuai dengan prinsip akuntansi. Definisi tersebut meliputi juga kredit tangguhan
yang bukan merupakan kewajiban ekonomi.
Hutang dan Rugi Kontijensi (Contigent Loss/Liabilities)
Suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya
kemungkinan hutang/rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut
tergantung pada terjadinya/tidaknya satu peristiwa atau lebih dimasa mendatang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian bab kedua diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut.
1. Hutang merupakan kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang untuk
memberikan sejumlah asset sebagai akibat dari transaksi masa lalu. Hutang dibagi
menjadi hutang jangka panjang dan hutang pendek.
2. Kebijakan pengelolaan hutang harus diliat dengan menggunakan ratio debt to equity
ratio. baik karena hutang merupakan bagian dari struktur modal perusahaan.
B. Saran
1. Saran kepada perusahaan.
Apabila ingin menggunakan hutang sebagai sumber permodalan. Maka sebaiknya
dianalisis mengenai skema pembiayaan agar perusahaan tidak terlalu terbebani untuk
membayar bunga dari utang tersebut.
2. Saran kepada pembaca
Hutang merupakan salah satu dari komponen struktur permodalan. Maka dari itu
sebaiknya pelajari dan dalami mengenai hutang agar dapat bijak dalam melakukan
pinjaman.
DAFTAR PUSTAKA
Rusmiyatun 2013. Konsep hutang dan ekuitas. https://www.slideshare.net/rose_mia/konsep-
hutang-dan-ekuitas diakses tanggal 26/10/17
http://digilib.unila.ac.id/7932/17/BAB%20II.pdf diakses tanggal 26/10/17

Anda mungkin juga menyukai