Anda di halaman 1dari 25

MATERI 12

MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN

Dosen Pengasuhn: 1. Dr. Pius Bumi Kellen,MM. dan 2. Richa M. Syafariah, S.AB, M.Sc

Oleh Kelompok-12

No Nama Mahasiswa NIM Dosen Wali

1. Dea Putri Widyasari 1903020005 Dr. Elly Lay M.Si


2. Miranda Pramesthi A. Kira 1903020052 Dr. Elly Lay M.Si
3. Angela Merici B. S. Pareira 1903020055 Dr. Elly Lay M.Si

SEMESTER V-A

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
DAFTAR ISI

BAB I. MANAJEMEN KAS

9.1 Latar Belakang


9.2 Materi
9.2.1 Pengertian
9.2.2 Risiko Menahan Saldo Kas
9.2.3 Manajemen Kas
9.2.4 Memiliki Uang Kas Di Luar Negeri
9.3 Kesimpulan atau Resume
9.4 Soal Latihan atau Bahan Diskusi
DAFTAR PUSTAKA
9.1 LATAR BELAKANG

Pada tingkat yang dominan, likuiditasnya perusahaan ditentukan oleh kemampuan


manajer keuangan mengelola arus kas dan surat berharga. Dewasa ini makin banyak pilihan
yang merasakan makin pentingnya manajemen kas terutama dalam hal tingginya suku
bunga untuk kepentingan investasi jangka pendek.

Jika di satu pihak terdapat keharusan menahan sejumlah uang tunai di perusahaan
untuk pembayaran biaya-biaya tertentu, dipihak lain menahan uang tunai yang besar dikas
perusahaan sering dipandang sebagai tindakan yang tidak tepat. Berarti kiatnya adalah bagi
manajer keuangan untuk memiliki jumlah uang tunai yang memadai. Kiat memadai perlu
dikuasai dan didasarkan pada empat motif tertentu, yaitu motif transaksi, motif berjaga-
jaga, motif pemenuhan kebutuhan masa depan dan motif saldo kompensasi.

Pentingnya manajemen surat berharga juga harus mendapatkan perhatian seorang


manajer keuangan karena berbagi bentuk surat berharga itu dapat berperan sebagai
pengganti uang tunai di kas dan sebagai investasi sementara. Oleh karena itu, seorang
manajer keuangan harus memahami betul kriteria yang tepat untuk digunakan dalam
pemilikan berbagai jenis surat berharga, terutama dilihat dari segi risiko pemilikannya,
seperti risiko keuangan, risiko suku bunga, risiko daya beli, risiko mudah tidaknya
dicairkan, beban pajak yang harus dipikul dan hasil bunga relative.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen arus kas merupakan salah
satu kegiatan manajer keuangan yang tidak kalah penting dibandingkan dengan segi-segi
manajemen keuangan lainnya.
9.2. MATERI
9.2.1. PENGERTIAN
Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam perusahaan
beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat
pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya.
Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening-
rekening giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan.
Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk:
a. Membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari
b. Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap
c. Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain.

1. Aliran Kas
Proses aliran kas yang terjadi di perusahaan adalah terus-menerus sepanjang
hidup perusahaan yang bersangkutan terdiri dari aliran kas masuk (cash flow)
dan aliran kas keluar (cash outflow).
Aliran kas masuk terdiri dari:
a. Hasil penjualan produk/jasa perusahaan secara tunai
b. Penagihan piutang dari penjualan kredit
c. Penjualan aktiva tetap ada
d. Pananaman investasi dari pemilik atau pemilik saham bila perseroan
terbatas
e. Pinjaman/utang dari pihak lain
f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain-lain
Dari sejumlah aliran kas masuk tersebut mempunyai sifat terus-menerus
sepanjang waktu dan aliran kas pada saat-saat tertentu saja (incidental).
Faktor yang mempengaruhi penerimaan kas:
a. Budget penjualan
b. Keadaan dan posisi pesaing
c. Syarat pembayaran tunai maupun kredit
d. Kebijaksanaan dalam penagihan piutang
e. Budget perubahan aktiva tetap
f. Rencana penerimaan nonoperating
g. Kebijaksanaan penjualan surat-surat berharga
Sedangkan aliran kas keluar terdiri dari:
a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik
lain-lain (overhead)
b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan
c. Untuk pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran kembali utang-utang perusahaan
e. Pembayaran Kembali investasi dari pemilik perusahaan
f. Pembayaran sewa, pajak, dividen, bunga, dan pengeluaran lain-lain
Sifat dari aliran kas ini juga terus-menerus dan ada pula yang hanya saat-saat
tertentu atau insidentil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas
a. Budget biaya bahan baku
b. Budget biaya tenaga kerja langsung
c. Budget lain-lain (overhead)
d. Budget biaya administrasi umum dan administrasi penjualan
e. Budget penambahan aktiva tetap
f. Budget pengeluaran nonoperating

2. Saldo Kas
Apabila aliran kas masuk (cash flow) lebih besar dari aliran kas keluar (cash
outflow) pada suatu saat tertentu maka akan terjadi saldo kas (pro-ceeds) dan
sebaliknya bila aliran kas masuk lebih kecil dari aliran kas keluar pada suatu
saat tertentu maka akan terjadi defisit kas (kekurangan kas). Jumlah besarnya
saldo kas yang akan terjadi di dalam perusahaan akan sangat tergantung tiga
motif di dalam pemahaman uang kas yaitu:
a. Motif transaksi. Suatu perusahaan membutuhkan uang kas untuk
membayar transaksi harian. Semakin meningkatnya luas usahan akan
meningkatkan pula transaksi finansial, dan akan menuntut kenaikan
uang kas yang dibutuhkan. Transaksi tersebut dapat berupa pembayaran
utang dagang atau pembelian bahan, pembayaran upah/gaji, asuransi,
tarif pemakaian listrik, pajak, dividen dan lain-lain
b. Motif spekulasi. Dalam motif ini, memegang uang dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan dari kenaikan harga baik harga barang
ataupun harga atau nilai uang itu sendiri. Apabila harga-harga barang
naik maka jelas memiliki uang. Di samping itu apabila tingkat bunga di
bank tampak akan turun maka uang akan banyak dibelikan surat-surat
berharga atau mungkin dalam bentuk barang
c. Motif berjaga-jaga. Karena keadaan yang tidak pasti maka pengusaha
akan selalu memperhitungkan ketidakpastian tersebut dan berjaga-jaga
untuk menjamin likuiditas perusahaan apabila penerimaan kas tidak
terjadi seperti yang direncanakan sebelumnya, maka harus dijaga agar
terdapat safety cash balance (persediaan bersih kas)
Perlu diingat dalam hal ini bahwa hasil hanya akan diperoleh apabila
uang itu diinvestasikan dan apabila tidak (hanya disimpan saja dikantong atau
di almari besi) maka tentu saja tak akan diperoleh hasil apa-apa. Oleh karena
itu maka manajer mengusahakan agar jumlah uang yang harus disimpan dalam
bentuk uang kas dapat sekecil mungkin tanpa mengurangi pertimbangan
likuiditas.
Suatu keadaan yang ideal dalam hal ini adalah adanya pengaturan
terhadap aliran kas dimana aliran uang masuk dapat menutup segala aliran kas
keluar tanpa ada yang tersisa. Apabila terjadi surplus maka haruslah segera
dicairkan bentuk investasinya sehingga menimbulkan aliran kas masuk
dikemudian hari yang lebih besar lagi. Oleh karena itu pengawasan dan
pengamanan terhadap cash flow akan sangat penting terutama untuk menjaga
terjadi kebocoran-kebocoran terhadap aliran kas. Kebocoran aliran uang kas
masuk dapat terjadi dalam 3 bentuk:
a. Kurang pengamanan. Seringkali terjadi, bahwa hasil penjualan tidak
seluruhnya tercatat atau sengaja tidak dicatatkan. Hal ini berarti tidak
seluruh uang dapat dimasukkan ke kas perusahaan. Oleh karena itu haruslah
selalu diusahakan perbaikan system pengawasan dan pengamanan terhadap
kebocoran kas seperti itu.
b. Kurangnya pengaturan pelayanan. Sering pula terjadi bahwa took yang
sangat sibuk dan langganan menjadi antri terlalu lama untuk menunggu
pelayanan. Hal ini dapat menimbulkan ketidaksabaran para langganan dan
akhirnya lalu pindah ke perusahaan atau toko lain. Oleh karena itu
pengaturan terhadap pelayanan kepada langganan harus diperhatikan untuk
menjamin timbulnya aliran kas masuk yang besar dan kontinyu.
c. Kesalahan pekerja. Semakin sibuknya seseorang pekerja melakukan
pekerjaan dapat menimbulkan kesalahan misalnya saja kesalahan hitung
dalam penerimaan uang, maka hal ini dapat pula menimbulkan hilangnya
aliran kas masuk bagi perusahaan.
Disamping kebocoran dalam aliran uang masuk maka kebocoran dapat pula
terjadi dalam aliran uang keluar yang berupa diperbesarnya laporan
(catatan) uang keluar dari pengeluaran yang sesungguhnya. Oleh karena itu
pula perlu diciptakan pula sistem dan prosedur yang dapat menjaga
pengamanan terhadap kebocoran ini pula.

9.2.2. RISIKO MENAHAN SALDO KAS


Akan tetap menahan uang tunai tidak akan terlepas dari risiko pula. Risiko
tersebut yang terpenting adalah berasal dari turunnya nilai tukar dari uang tersebut
serta, baik nilai tukar terhadap barang dan jasa, maupun nilai tukar terhadap valuta
asing. Dalam keadaan inflasi maka, tingkat inflasi itu adalah merupakan risiko yang
harus diperhitungkan sebagai biaya untuk menahan uang tunai. Dalam masa inflasi
maka uang tunai dan begitu pula saldo kas di bank serta surat-surat berharga akan
dengan cepat merosot nilainya.

9.2.3. MANAJEMEN KAS


Manajemen kas pada dasarnya meliputi kegiatan dalam:
1. Perencanaan Kas
Yang dimaksud sebagai perencanaan kas atau budget kas yaitu
perkiraan/estimasi terhadap posisi kas pada suatu saat tertentu dalam satu
periode tertentu yang akan datang. Tujuan perencanaan kas:
a. Untuk mengetahui kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi
perusahaannya
b. Untuk mengetahui kemungkinan adanya saldo kas atau defisit (kekurangan)
kas dari rencana operasi dan nonoperasional
c. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan dana beserta saat-saat kapan dana
itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas
d. Untuk mengetahui saat-saat dana itu diinvestasikan pada kegiatan lain bila
ternyata terjadi saldo kas yang relatif tinggi
e. Sebagai penentuan saat-saat kredit harus dibayar kembali
f. Sebagai dasar permintaan kredit kepada Lembaga-lembaga keuangan
g. Sebagai dasar dalam pengendalian/pengawasan posisi kas yang sedang
berjalan

Tahap Penyusunan Perencanaan Kas


a. Menyusun estimasi/perkiraan penerimaan kas baik dari kegiatan
operasional perusahaan maupun nonoperasional, dengan rincian seperti
tersebut dalam aliran kas masuk
b. Menyusun estimasi/perkiraan pengeluaran kas baik dari kegiatan
operasional perusahaan maupun nonoperasional dengan rincian seperti
tersebut dalam aliran kas keluar
c. Menghitung selisih antara perkiraan penerimaan kas dan perkiraan
pengeluaran kas dan diketahui adanya saldo kas atau defisit/kekurangan kas
pada suatu saat tertentu dalam satu periode yang akan dating
d. Apabila terjadi saldo kas yang berlebihan kemudian direncanakan untuk
investasi atau kegiatan yang lain untuk menghindari terjadinya idle cash/kas
yang menganggur
e. Apabila terjadi defisit/kekurangan kas maka akan diperkirakan besarnya
kebutuhan dana yang akan dipenuhi dari kredit pada Lembaga-lembaga
diluar perusahaan dan perkiraan pembayaran Kembali kredit pinjamannya
f. Menyusun Kembali perkiraan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran kas
setelah adanya transaksi finansial baik penanaman investasi maupun
perencanaan kredit dari pihak lain. Hasil aktiva penyusunan Kembali ini
merupakan budget kas/perencanaan kas yang purna

Penetapan Persediaan Kas


Saldo kas yang juga merupakan persediaan kas apabila jumlahnya
terlalu banyak berakibat banyak uang yang menganggur sehingga akan timbul
risiko-risiko dan memperkecil keuntungan pada perusahaan. Tetapi sebaiknya
bila terlalu kecil maka kondisi perusahaan dalam keadaan ilikuid bila sewaktu-
waktu terjadi penagihan dari utang-utangnya tidak dapat membayarnya.
Jumlah persediaan kas yang sebelumnya harus dipertahankan, ratio
standard yang bersifat umum belum ada rumusnya tetapi HG. Guthman
menuliskan bahwa jumlah kas yang sebaiknya dipertahankan perusahaan yang
dalam posisi keuangan yang baik hendaknya tidak kurang dari 5% - 10% dari
jumlah aktiva lancar.
Contoh:
Aktiva Lancar:
- Kas Rp 700.000,00
- Piutang dagang 3.200.000,00
- Piutang wesel 500.000,00
- Persediaan 3.000.000,00
- Persekot biaya 70.000,00 +
Jumlah Aktiva Lancar Rp 7.670.000,00

Maka persediaan kas yang “Well Finance” adalah antara Rp


383.500,00 sampai dengan Rp 767.000,00

2. Pengendalian Kas
Menahan uang sebenarnya menanggung suatu biaya (cost). Dengan
konsep opportunity cost maka biaya menahan uang tunai adalah berupa laba
yang sebenarnya dapat diperoleh apabila dana tersebut digunakan untuk
penggunaan untuk investasi.
Apabila perusahaan dapat menghasilkan 20% dari investasi dananya,
maka penghasilan tersebut adalah merupakan biaya yang dipikul didalam
mempertahankan saldo kas yang besar. Biaya tersebut mungkin dapat
Sebagian ditutup dari hasil penanaman dalam bentuk surat-surat berharga atau
bunga simpanan rekening koran di bank, akan tetapi jumlah tersebut adalah
sangat kecil. Kecuali apabila terdapat alas an-alasan (motif) khusus seperti
diterangkan dimuka, maka menahan uang tunai yang berlebihan menunjukkan
tidak adanya manajemen keuangan yang baik. Sebaiknya begitu pula bila
terjadi kekurangan saldo uang kas yang mencolok. Pengendalian uang tunai
dan setengah tunai didasarkan pada ramalan jangka pendek atas kebutuhan
uang tunai. Ramalan ini akan membantu menentukan kebutuhan minimum dan
maksimum akan uang tunai selama periode tertentu. Apabila terjadi
perubahan-perubahan karena dengan musim atau lainnya, maka pola ramalan
kebutuhan uang tunai dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar dibawah
ini

Dalam gambar tersebut, kurva AA menunjukkan pola uang selama


periode tertentu dengan gelombang pengaruh musim tampak di situ.
Apabila pembelanjaan permanen dinaikkan sampai melebihi tingkat yang
ditunjukkan oleh garis BB, maka uang itu akan menganggur sepanjang
tahun, sebesar jumlah kelebihannya. Sedangkan apabila dana permanen
dinaikkan untuk menutup kebutuhan CB, maka dana itu hanya akan
dipergunakan pada sebagian dari tahun/periode itu dan sisanya akan
menganggur dan hanya memperoleh hasil yang sangat kecil.
Apabila dana jangka panjang tidak menutup kebutuhan paling tidak
sampai sebesar A, maka hal ini berarti bahwa dana jangka pendek telah
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Keadaan seperti
ini dapat menimbulkan bahaya likuiditas. Yang paling ideal adalah
membelanjai kebutuhan uang tunai sampai A dengan sumber dana jangka
panjang, sedangkan kebutuhan variabel antara A dan B dengan pinjaman
jangka pendek. Di samping itu dalam memenuhi kebutuhan variabel ini
terdapat pula prinsip optimum modal yang perlu diperhitungkan.

Kebutuhan manajemen mungkin jauh lebih terbatas dari yang


digambarkan di atas, karena adanya dua faktor sebagai berikut:

a. Dana jangka panjang biasanya diperoleh melalui saluran yang besar


dengan jarak yang panjang sehingga mungkin hanya beberapa tanun
sekali
b. Untuk memperoleh dana jangka panjang diperlukan pengaturan wa agar
biaya menjadi minimal

Dalam mempertimbangkan sampai di mana tingkat kebutuhan uang


tunai harus dibelanjai dengan dana jangka panjang, manajemen harus
mendasarkan keputusannya atas faktor-faktor berikut ini:

a. Perubahan persentase biaya emisi apabila kebutuhan modal kerja jangka


panjang dipenuhi dengan banyak emisi dalam nilai yang kecil-kecil agar
pengumpulan dana lebih sesuai dengan kebutuhan dana, maka biaya
akan menjadi lebih tinggi.
b. Manfaat-manfaat potensial dari penentuan waktu pengumpulan dana
apabila biaya dana jangka panjang historis memang rendah.
c. Perbandingan biaya dan tersedianya dana jangka pendek dan jangka
panjang.
d. Hilangnya penghasilan karena dana jangka panjang untuk jangka
pendek dengan bunga yang rendah.
e. Risiko likuiditas apabila dana jangka pendek dipergunakan untuk
keperluan jangka panjang.
f. Berubah-ubahnya situasi sektor industri, dalam mana perusahaan
melakukan operasinya.
g. Akibat terlalu besarnya penggunaan dana jangka pendek terhadap
tingkat kelayakan kredit perusahaan yang bersangkutan.

Kebijaksanaan manajemen harus diarahkan pada tercapainya


keseimbangan optimal antara faktor-faktor tersebut dengan memasukkan
sekadarnya sikap mau menanggung risiko. Pokok permasalahannya ialah
bahwa keputusan yang tepat tidak mungkin diambil jikalau kebutuhan uang
tunai dari keputusan-keputusan tersebut tidak diketahui dan didasarkan atas
pengetahuan itu, disusun suatu kebijaksanaan untuk memenuhi kebutuhan
uang tunai yang sudah ditentukan dalam batas-batas biaya/risiko yang
sudah diketahui. Siasat ini kemudian dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk menyusun anggaran uang tunai, untuk mengendalikan peredaran
uang tunai dan untuk mengadakan tindakan korektif.

3. Pengelolaan Saldo Kas

Teori pengelolaan saldo kas, disajikan tiga model yang dikembangkan oleh
William J. Boumol, Merton H. Miller dan Daniel Orr, serta William Beranek. Dalam
model-model tersebut akan ditentukan besarnya saldo kas yang optimum. Masing-
masing model diuraikan sebagai berikut:

Model W.J Boumol

Tentang manajemen saldo kas yang disusun oleh W.J Boumol sesuai dengan model
EOQ khusus untuk permasalah manajemen kas. Boumol mengakui ada kesamaan
antara persediaan dan kas bila dilihat dari aspek keuangan. Dalam hal persediaan,
biaya pesan dan biaya kehabisan barang mengakibatkan kebijakan untuk tidak
menyimpan persediaan, namun ada juga biaya penyimpanan, sehingga kebijakan yang
optimal adalah menyeimbangkan biaya pesan dan biaya penyimpanan di mana kedua
biaya tersebut arahnya berlawanan.
Situasi serupa terjadi pada kas dan surat berharga.

Biaya pesan: Berupa biaya pekerjaan administrasi komisi pedagang efek yang
dikeluarkan untuk mentransfer uang kas menjadi surat berharga dan
sebaliknya.

Biaya Penyimpanan : Antara lain berupa hasil bunga yang hilang karena
perusahaan menyimpan uang tunai yang besar.

Disamping itu ada biaya bunga karena kehabisan uang tunai pada suatu saat.
Dalam hal manajemen kas menentukan saldo kas optimum yang kemudian
mengakibatkan biaya-biaya minimum. Untuk memperhitungkan Boumol
mengasumsikan saldo kas perusahaan selalu memiliki pola yang seperti mata gergaji,
yang digambarkan:

Penerimaan uang terjadi secara periodik, yaitu pada suatu waktu 0, 1, 2 dan 3
seterusnya, sementara pengeluaran berlangsung sepanjang waktu. Dalam teori ini
menganggap adanya suatu kepastian, sehingga perusahaan dapat menetapkan kebijakan
optimum dengan cara menanam sebesar 1 pada portofolio investasi jangka pendek pada
setiap awal periode kemudian menarik portofolio sebanyak C untuk keperluan kas dan
terjadi setiap interval selama periode tertentu.
Dalam hal ini mempertimbangkan biaya transaksi untuk investasi dan biaya yang
terjadi karena menahan sejumlah saldo kas. Perusahaan mempunyai uang tunai sejumlah
T yang diperlukan untuk transaksitransaksi selama periode tertentu. Sejumlah R disimpan
dalam uang tunai dan sisanya untuk investasi (1) dalam portofolio jangka pendek yang
menghasilkan bunga (i). Dari sejumlah investasi 1 akan ditarik sebesar C yang
dipergunakan dalam periode waktu tertentu.

Kalau digambarkan:

Jadi yang disimpan dalam bentuk kas sebesar R cukup untuk periode to-t₁ dan saat
t₁, t2,t3,t4, akan menarik investasi sebesar masing masing C dan seterusnya berlangsung
pada periode berikutnya.

Uang tunai yang ditahan sebesar R = T - 1 digunakan untuk pembayaran selama


(𝑇−𝐼)
periode tertentu antara penerimaan yang satu dengan yang berikutnya sama dengan
𝑇
(𝑇−𝐼)
dikalikan dengan lamanya periode. Jumlah kas rata-rata yang ditahan sebesar maka
2
biaya bunga (biaya kesempatan) untuk mempertahankan kas =

(𝑇−𝐼) (𝑇−𝐼)
i
𝑇 2
I= merupakan tingkat suku bunga dari uang yang ditahan untuk keperluan investasi sebesar
1, dikeluarkan biaya:

Biaya menanam (biaya per deposito) = bd + kd I

bd = biaya dasar per deposit.

kd = biaya variabel sesuai besarnya deposit.

Biaya penarikan dari surat berharga menjadi kas =

bw + kw C

bw = biaya tetap untuk penarikan.

kw C = biaya variable untuk penarikan.

Jadi biaya untuk memperoleh uang tunai/kas yang diperlukan:


𝐶 𝐼 𝐼
i + (bw + kw C)
2 𝑇 𝐶

𝐶 𝐼
i adalah biaya bunga untuk menahan kas rata-rata
2 𝑇

𝐼
(bw + kw C) 𝐶 adalah biaya komisi pedagang efek untuk menarik dana dari
investasi. Lalu keseluruhan biaya memiliki fungsi:

(𝑇−𝐼) (𝑇−𝐼) 𝐶 𝐼 𝐼
z= i + bd + kd 1 + 2 i + (bw – kw C) 𝐶
2 𝑇 𝑇

Nilai optimum C ditemukan dengan menurunkan (derivatif) dan persamaan z dan


kemudian hasil turunannya dengan nol:

√2 𝑏𝑤 𝑇
C= 𝑖

Besarnya R yaitu saldo kas optimum yang ditetapkan dari pene rimaan awal dapat
dicari dengan turunan persamaan z, menjadi:

𝑘𝑤+𝑘𝑑
R=T–I=C+T 𝐼
Pada akhirnya agar didapatkan biaya minimum, manajer keuangan harus
menetapkan untuk kas awal sebanyak R yaitu untuk menutup pengeluaran pada awal
periode, lalu menarik kembali menjadi kas sebesar C dari portofolio investasi setiap
𝐼
periode dan sebanyak periode dan sebanyak 𝐶 kali.

Contoh:

Perusahaan memiliki saldo kas Rp12.000.000,00 per tahun dan se terusnya biaya-
biaya untuk keperluan penanaman investasi serta sebalik nya adalah sebagai berikut:

bd = Rp100,00

kd = 0.00

I = 10% per tahun

bw = Rp. 260,00

kw = 0

Dari data tersebut dapat diperhitungkan :

√2×𝑅𝑝.260,00+12.000.000,00
C= 0.10

Jadi dari saldo kas Rp12.000.000,00 atau Rp1.000.000,00 tiap bulan akan terjadi
optimum, bila penarikan kas sebesar Rp250.000,00 atau empat kali dalam satu bulan.
0=0
Besarnya R= Rp. 250.000,00 + Rp. 1.000.000,00 0,10

= Rp. 250.000,00

Dari sejumlah saldo kas Rp12.000.000,00 akan ditahan dalam awal periode
Rp250.000,00 dan ditanam ke dalam portofolio (investasi) sebesar Rp11.750.000,00
seterusnya dari investasi tersebut diambil setiap periode (±7½ hari) sebesar Rp250.000,00.

Besarnya keseluruhan biaya =

𝑅𝑝.250.000,00 0,10 𝑅𝑝.250.000,00 𝑅𝑝.250.000,00


Z= + Rp. 100, 00 + =
2 2 𝑅𝑝.100.000,00 2
0,10 𝑅𝑝.750.000,00 𝑅𝑝.750.000,00
+ Rp. 26,00 𝑅𝑝.100.000,00
12 𝑅𝑝.100.000,00

Z = (Rp125.000,00) (0,00833) (0,25) + Rp100,00 +

(Rp125.000,00) (0,00833) (0,75)+ (Rp16,00) (3)

= Rp260,3125+ Rp100,00+ Rp780,9375 + Rp78,00

= Rp1219,25.

Kelemahan dari model Boumol ini adalah pada asumsi atau anggapan dasarnya
bahwa kondisi penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu kepastian. Apabila pada
kenyataan tidak demikian maka sulit untuk diterapkan.

Model Miller Orr

Miller dan Orr mengembangkan model Boumol pada tahun 1966 dengan
memasukkan proses stochastik atas perubahan-perubahan saldo kas yang terjadi secara
periodik. Arus kas berfluktuatif dan perubahan saldo kas selama periode tertentu tidak
menentu besar atau arahnya, perubahan tersebut mempunyai distribusi normal bila
perubahannya semakin banyak.

Dalam model ini mengandung ketentuan bahwa perubahan yang terjadi pada suatu
waktu tertentu mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk bersifat positif maupun
negatif. Jika kondisi itu digambarkan tampak sebagai berikut :
Model Miller Orr ini diperuntukkan mengetahui waktu dan besamya transfer antara
investasi surat berharga dan uang tunai. Sebagaimana tersebut dalam Gambar 4-4 di atas,
saldo kas boleh saja terus bertambah sampai pada tingkat tertentu (h) yaitu pada saat t₁,
dalam keadaan ini jumlahnya dikurangi sampai titik z yang disebut sebagai titik balik,
dengan cara menanamkan uang kas sebesar (h-z) ke dalam portofolio investasi.

Sesudahnya saldo kas bergerak tak terarah mencapai titik terendah pada r pada saat
b. Dalam keadaan t₂ sebagian portofolio investasi dicair kan kembali menjadi uang tunai
(kas) sehingga posisi saldo kas kembali ke titik z. Miller Orr menetapkan periode t yang
dikembangkan menjadi 1/t adalah sebagian kecil dari satu hari kerja sehingga terjadi
beberapa kali transaksi kas dalam satu hari. Dalam setiap periode yang pendek tersebut
terjadi perubahan saldo kas, perubahan naik sebanyak m dengan probabilitas sebesar p dan
perubahan turun sebanyak m dengan probabilitas z = (1-p). Dasar analisa ini adalah
"penyimpangan simetris" di mana p = z = 1/z varians dari perubahan saldo kas harian sama
dengan m2t. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya untuk melakukan transaksi dari dan
ke uang tunai serta biaya kesempatan untuk menahan kas. Batas atas (h) adalah batas
maksimum dari saldo kas, dan titik balik (z) dihitung sedemi kian rupa sehingga fungsi
biaya kas dapat minimum.

Fungsi biaya dinyatakan:

E (C) = b.E (N) T + iE (m)

E(N) = Perkiraan jumlah transfer antara kas dan portofolio pasar sela ma
periode perencanaan tertentu.

b= Biaya per transfer.

T= Jumlah hari selama periode perencanaan.


E (m)=Perkiraan saldo kas rata-rata harian.

I= Hasil bunga per hari yang diperoleh dari investasi.

Fungsi biaya E (C) dibuat minimum dengan Batasan h dan z sebagai batas
atas dan batas bawah, maka didapatkan rumus:

Z = (3𝑏4𝑖𝛼 2) 1/3

Variasi dari perubahan saldo kas per hari dinyatakan dalam α²4, biaya
transfer yang lebih tinggi (b) atau variasi (α2) akan menggambarkan selisih yang
lebih besar antara batas atas dan batas bawah. Dalam hal yang khusus, di mana p
(probabilitas bahwa saldo kas akan naik) sama dengan 0,5 dan z (probabilitas
bahwa saldo kas akan turun) juga sama dengan 0,5 dan r = 0, maka batas atas sama
dengan:

h = 3z

(batas atas tiga kali lebih besar dari batas bawah)

Contoh Perhitungan:

b = Rp25,00

m = Rp10,00

t=8

i = 20%

r=0

α² = m²t = 800

3𝑏 𝛼 2 1/3
maka besarnya = ( 4𝑖 )

3(𝑅𝑝.25,00)(800) 1/3
=( 0,20 )
4( 365 )
(𝑅𝑝.60.000,00 1/3
= (0,0021917800)

= (Rp. 27.375.000,001/3

= Rp301,38 (dibulatkan menjadi Rp300,00)

Jadi h = 3z = 3 (Rp301,38)

= Rp904,14

(dibulatkan menjadi Rp900,00)

Apabila r = 200, maka z = Rp200,00 + Rp200,00

= Rp500,00

Sedangkan h = Rp200,00+ Rp900,00

= Rp1.100,00

Model Beranek

Beranek (1963) dalam buku Analysis for Financial Decesions, membahas


mengenai penetapan alokasi yang optimal dari dana yang ada, dari yang berupa
kas dan yang berupa surat berharga. Dalam model Beranek variabel keputusan
adalah alokasi dana untuk kas dan investasi surat berharga pada awal periode.
Sedangkan penarikan dari surat berharga menjadi kas dianggap hanya terjadi pada
akhir periode.

Dalam hal ini pengeluaran kas dianggap terjadi sekali-kali dapat


dikendalikan secara langsung oleh manajemen, sedangkan pemasukan kas
dianggap sulit dikendalikan dan terjadi terus-menerus. Untuk waktu yang akan
dating dianggap adanya suatu kepastian sehingga perilaku kas kalua digambarkan
seperti kebalikan daripada pola mata gergaji.

Pola penerimaan dan pengeluaran kas model Beranek:


Pengeluaran kas yang diakibatkan adanya kebiasaan atau peraturan tertentu
akan terjadi pada interval waktu yang teratur. Untuk pembayaran gaji dan upah
dapat dilakukan tiap minggu atau bulanan, pembayaran bahan baku dan mengikuti
waktu tertentu dari leveransir dan sebagainya, sehingga dapat direncanakan
mengenai kebutuhan kas untuk periode yang akan datang dan diperhitungkan juga
kas yang dapat ditanamkan dalam investasi karena tidak dipergunakan untuk
pengeluaran kas.

Dalam model ini, perusahaan dianggap memiliki semua sumber daya uang
(k) di awal periode, dengan mengharapkan arus kas bersih (baik positif maupun
negatif) sebesar y diakhir periode dan memiliki distribusi probabilitas 2 (y).

Tujuan memaksimumkan hasil keuntungan dari investasi yang berupa surat


berharga ternyata dibatasi oleh biaya transaksi dan oleh risiko kehabisan uang pada
saat dana dibutuhkan untuk menutup pengeluaran.

Pendapat dari Beranek bahwa biaya kehabisan kas terdiri dari:

a. Hilangnya peluang memperoleh potongan kas.


b. Turunnya kepercayaan pemberi kredit bila perusahaan tidak mampu
membayar pada waktunya.
Tetapi akan lebih realitis bagi kita apabila biaya kehabisan kas dilihat
sebagai biaya meminjam pada plafon kredit, karena perusahaan akan memiliki
untuk meminjam utang jangka pendek, daripada kehilangan potongan kas atau
turunnya kepercayaan kreditur. Dengan diketahui distribusi probabilitas tertentu
untuk arus kas bersih, biaya kehabisan kas dan biaya kesempatan untuk menahan
kas, dikembangkan suatu fungsi biaya dan kemudian mendeferensiasikan
(membuat turunan) untuk mencari jumlah saldo kas yang optimal.

Saldo kas optimal adalah merupakan jumlah kas yang harus tersedia pada
awal periode. Saldo kas harus ditentukan sedemikian rupa sehingga begitu tingkat
kritis ditemukan, probabilitas kumulatif dari kekurangan kas sama dengan rasio d/a,
dengan

d = hasil pengembalian atas portofolio investasi.

a = biaya tambahan untuk setiap nilai satuan uang kekurangan kas.

9.2.4. MEMILIKI UANG KAS DI LUAR NEGERI


Pedoman-pedoman bagi manajer untuk mengendalikan arus uang tunai dalam transaksi
internasioanal sangat sukar diberikan karena kepentingan perusahaan mungkin tidak
sejalan dengan kepentingan nasional. Dalam mengatur kewajibannya dengan luar negeri,
manajemen harus selalu waspada terhadap perkembangan dalam pasar uang dan neraca
perdagangan internasional. Dengan kewaspadaan tersebut perusahaan dapat mengetahui
dalam hal-hal manakah perusahaan harus mengadakan peninjauan kembali dan tindakan
yang perlu baik secara keseluruhan maupun dalam bidang tertentu. Bidang-bidang pokok
di mana harus ada suatu kebijaksanaan tertentu yang mempunyai akibat lebih umum,
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Piutang yang timbul karena penjualan ke Luar Negeri
2. Kewajiban-kewajiban yang harus dibayar ke Luar Negeri
3. Membelanjai kewajiban, dan sebagainya, dengan membeli valuta asing terlebih dahulu
4. Uang tunai yang dimiliki oleh kelompok perusahaan di Luar Negeri
5. Harta-harta lain yang dimiliki di Luar Negeri
BAB III

PENUTUP

9.3 Kesimpulan

Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling
lancar), yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial
perusahaan.

Kas yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi


perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aktiva
tetap, memiliki sifat kontinyu (untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan
gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk
pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb). Tujuan perusahaan
menyimpan/membutuhkan kas (John Maynard Keynes) adalah kebutuhan kas
untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha perusahaan),
kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan
keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan), kebutuhan kas untuk
berspekulasi.

Anggaran kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode
tertentu yang akan datang. Hal ini penting karena berkaitan dengan likuiditas
perusahaan, juga akan diketahui kapan perusahaan mengalami defisit dan kapan
surplus.
9.4 SOAL LATIHAN ATAU BAHAN DISKUSI

1. PT. ALFA memprediksi permintaan kas tahun 2010 sebesar Rp. 200 juta. Biaya konversi
setiap kali konversi Rp. 25.000. Biaya kesempatan jika memegang kas 10% per tahun.
Tentukan total biaya kas yang minimum!
Jawaban:
ECQ = √ 2x25000x200.000.000/0,1
= Rp 10.000.000
Konversi dilakukan = 200.000.000/10.0000.000
= 20 kali
Total biaya konversi = 25.000 x 20
= Rp 500.000
Total biaya kesempatan = ECQ/2 x 10%
= (10.000.000/2)x10%
= Rp 500.000
Total biaya kas = biaya konversi + biaya kesempatan
= Rp 500.000 + Rp 500.000
= Rp 1.000.000

Contoh Soal: The Boumol Model


2. Kebutuhan kas perusahaan selama satu bulan Rp 20 juta. Perusahaan memperoleh kas
dengan menjual surat berharga. Biaya transaksi perolehan kas adalah Rp10 ribu.Sedangkan
biaya beban tetap atau bagi hasil adalah berkisar 18% per tahun, atau 1.5% per bulan.

• Jumlah saldo kas


C = (2 bT/i)

[(2 𝑥 10.000 𝑥 20.000.000)/0,015]


= 5.163.978
Jika perusahaan menambahkan "saldo kas basi" sebesar Rp. 5.000.000, Maka
saldo kas baru sebesar Rp. 5.163.978 + Rp. 5.000.000,- Rp. 10.163.978.00,

Contoh soal: The Miller-Orr Model


3. Deviasi aliran kas bersih harian Rp 2.000,00.
Biaya modal 10 per tahun.
Biaya transaksi pembelian dan penjualan surat berharga sebesar Rp 100.000,
Satu tahun 365 hari.
Biaya modal per hari 0.1/365-0.000274

Rumus:

Z = (3𝑏4𝑖𝛼 2) 1/3

H = 3Z
C = 4Z/3
Keterangan:
Z = batas bawah yang akan dicari
B = biaya transaksi (tetap) pembelian / penjualan surat berharga
h = batas atas
α² = varian aliran kas bersih harian
C = rata rata saldo kas

Jawab:
3 𝑥 100.000 𝑥 4.000.000 1/3
Z=( (4 𝑥 0,000274)
)
Z = 103.071.00
H = Rp 103,071,00 x 3
= Rp 309.213,00,
C = (4 x Rp 103.071)/3
= Rp 137.428
DAFTAR PUSTAKA

Indriyo Gitosudarmo dan H. Basri, 2002. Manajemen Keuangan, Edisi 4,


Jogyakarta: BPFE

Badnur, Irfandi. (2019). Contoh Soal. Diakses pada 4 September 2021, dari
https://www.scribd.com/document/401153628/Contoh-soal

Windayak. (2020). Contoh Soal Manajemen Kas. Diakses pada 4 September 2021,
dari https://www.coursehero.com/file/70854226/Contoh-Soaldocx/

Anda mungkin juga menyukai