Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK”

OLEH :

MIRANDA P. ARISTA KIRA (1903020052) (Dr. ELLY LAY, M.Si)


ANGELA M. B. S. PAREIRA (1903020055) (Dr. ELLY LAY, M.Si)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pengambilan
Keputusan Dalam Kelompok”.
Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil yang
maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan
waktu yang kami miliki, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pengasuh
mata kuliah Teori Pengambilan Keputusan dan teman yang bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karenaitu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang ,10 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iv
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1. Group-Aided-Decision-Making..................................................................................3
2.2. Bahaya Dari Groupthink..............................................................................................4
2.3. Brainstorming Technique............................................................................................6
2.4. The Nominal Group Technique...................................................................................7
2.5. Delphi Technique.........................................................................................................9
2.6. Framming dan Groupthink........................................................................................12
2.7. Metode Delphy dalam Keputusan Pemasaran...........................................................13
2.8. Kualitas Pengambilan Keputusan Kelompok............................................................14
BAB III: PENUTUP...............................................................................................................17
3.1. Kesimpulan................................................................................................................17
3.2. Saran..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5.1……………………………………………………………………………………8
Gambar 2.5.2……………………………………………………………………………………8

iv
Tabel
2.7……………………………………………………………………………………..11BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagian ini membahas tentang beberapa teknik pengambilan keputusan secara
berkelompok yang dilakukan dalam organisasi. Teknik yang disajikan merupakan
teknik pengambilan keputusan kualitatif yang jarang, dan bukan tidak, menggunakan
pendekatan matematis-statistik dalam penentuan satu alternatif solusi. Sebelum
membahas mengenai teknik-teknik tersebut, landasan konsep pengambilan keputusan
secara berkelompok dan bahaya yang dapat muncul dari pengambilan keputusan secara
berkelompok disampaikan terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan gambaran
kebaikan dan keburukan dari model pengambilan keputusan ini.

Sejauh ini telah dibahas berbagai dimensi keputusan dari sudut pandang satu
Sejauh orang pengambil keputusan saja. Namun demikian, dalam banyak hal,
keputusan manajerial jarang sekali bersifat individual, bahkan untuk pengambilan
keputusan pada tingkatan manajemen puncak (top management level) sekalipun.

Manajer yang duduk di manajemen puncak (misal: manajer divisi) dalam


mengambil keputusan-keputusan yang bersifat strategis hampir selalu bersifat
antardivisi dalam sebuah forum penyusun perencanaan strategis. Para direktur pada
waktu merumuskan visi/misi dan arah perusahaan hampir dapat dipastikan berada
dalam forum dewan direksi (board of director). Demikian juga, manajer yang lebih
bawah-seperti manajer pelatihan pada divisi HRD (human resource department)-ketika
merumuskan jadwal pelatihan yang akan dijalankan pada tahun-tahun tertentu selalu
mengundang manajer dari bagian lain untuk ikut menentukan pelatihan-pelatihan apa
saja yang akan dijadwalkan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Group-Aided-Decision-Making?
2. Apa saja bahaya dari Groupthink?
3. Apa yang dimaksud dengan Brainstorming Technique?
4. Apa yang dimaksud dengan The Nominal Group Technique?

1
5. Apa yang dimaksud dengan Delphy Technique?
6. Apa yang dimaksud Framing dan Groupthink?
7. Bagaimana metode Delphy dalam keputusan pemasaran?
8. Bagaimana kualitas pengambilan keputusan kelompok?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Group-Aided-Decision-Making
2. Mengetahui bahaya dari Groupthink
3. Mengetahui Brainstorming Technique
4. Mengetahui The Nominal Group Technique
5. Mengetahui Delphy Technique
6. Mengetahui Framing dan Groupthink
7. Mengetahui metode Delphy dalam keputusan pemasaran
8. Mengetahui kualitas pengambilan keputusan kelompok

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.
2.1. Group-Aided-Decision-Making
Pengambilan keputusan secara berkelompok (group-aided decision making) pada
hakekatnya tidak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan
individu. Hal ini dikarenakan hakekat dari keputusan adalah jelas, yaitu: penentuan satu
langkah strategis guna menghadapi ketidakpastian, untuk menyelesaikan masalah.
Perbedaan utama antara keputusan individual dan kelompok dalam konteks organisasi
terletak pada proses pengambilan keputusan dan penentuan keputusan akhir. Beberapa
pandangan mengatakan bahwa pengambilan keputusan secara berkelompok dianggap
lebih baik dibandingkan pengambilan keputusan secara individual. Ketika para manajer
bekerja dalam sebuah tim untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan,
pilihan alternatif yang diajukan tidak akan memiliki bias subyektifitas. Hal ini dapat
terjadi karena pengajuan alternatif merupakan totalitas kombinasi dari kemampuan,
kompetensi dan akumulasi dari seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anggota
tim. Totalitas dan akumulasi ini meningkatkan kemampuan mereka untuk menghasilkan
alternatif yang memungkinkan. Pengambilan keputusan secara berkelompok juga
mempermudah proses pengolahan informasi dan dapat setiap pengambil keputusan
dapat saling mengoreksi kelakuan anggota lainnya. Selain itu, karena proses
pengambilan keputusan dilakukan secara berkelompok, maka keputusan final dan
implementasi atas keputusan akan lebih mudah didukung. Keputusan yang telah dibuat
secara kolektif memiliki peluang lebih untuk disetujui untuk dilaksanakan, dan setiap
orang akan berusaha untuk mewujudkan keputusan tersebut. Dengan kata lain,
pengambilan keputusan secara berkelompok cenderung lebih mening-katkan peluang
keberhasilan penerapan solusi terpilih. Artinya, keputusan yang diambil secara bersama
telah menyiratkan adanya kesepakatan untuk saling bekerja sama melaksanakan dan
mewujudkan keputusan.

Bagaimanapun juga, terdapat kelemahan dari pengambilan keputusan secara


berkelompok. Pada umumnya, proses pengambilan keputusan secara berkelompok
lebih memakan waktu, prosesnya lama dan panjang, dibandingkan proses pengambilan

3
keputusan yang dilakukan individu. Bila dalam organisasi terdapat konflik antar
kelompok dan manuver politik dalam organisasi yang dilakukan oleh setiap kelompok
atas dorongan tingkat preferensi dan vested interest masing-masing kelompok, maka
akan sulit untuk menyatukan setiap manajer guna menghasilkan kesepakatan atas satu
alternatif, pada satu keputusan akhir. Kelemahan dari pengambilan keputusan secara
berkelompok terletak pada bias yang timbul sebagai akibat adanya keterikatan pada
pemikiran kelompok, yang lebih dikenal sebagai groupthink.

Pengambilan keputusan dalam kelompok menjadi penting mengingat:

1. Tidak ada satu orang manajer pun pada berbagai tingkatan yang memahami
keseluruhan aspek-aspek operasional perusahaan.
2. Risiko atas keputusan yang diambil biasanya sedikit banyak bersifat
multidivisi. Kegagalan di satu divisi akan berimbas pada divisi lain.
3. Dampak sebuah keputusan terhadap alokasi sumber daya perusahaan akan
dirasakan sebagai keterbatasan atau kesempatan bagi berbagai divisi.
4. Dibutuhkan pengumpulan berbagai keahlian dalam memutuskan sebuah
keputusan yang bersifat strategis.

Perbedaan pengambilan keputusan dalam kelompok dengan individual bukan


pada situasi yang dihadapi, melainkan pada perbedaan sudut pandang di antara berbagai
peserta panel keputusan tentang sebuah persoalan. Apabila dilihat dari sudut situasinya,
pengambilan keputusan berkelompok atau individual relatif tidak berbeda. Artinya,
keduanya dapat bersifat melawan alam, melawan pihak lain, atau bersifat banyak
tujuan/sasaran.

Perbedaan pendapat berbagai peserta panel ini harus dibuat konvergen. Secara
sederhana, konvergensi pendapat biasa dilakukan dengan cara pemungutan suara
(voting). Namun demikian, cara ini bukanlah cara yang baik dalam mengompromikan
berbagai pendapat yang berseberangan, karena voting mengeliminasi pendapat
minoritas yang boleh jadi justru merupakan pendapat yang benar.

2.2. Bahaya Dari Groupthink


Ketika para manajer terikat pada kelompok, maka mereka pada umumnya akan
terikat pada pemikiran kelompok. Keterikatan ini sering kali menyebabkan bias sebuah

4
tindakan yang tidak didukung atau dibangun atas dasar kriteria yang pada pengambilan
keputusan, karena manajer secara kolektif terikat pada benar dalam hal penentuan
alternatif tindakan atau solusi. Pemikiran kelompok merupakan sebuah pola khas dari
kegagalan dan bias pengambilan keputusan yang muncul dalam kelompok karena para
anggotanya berusaha keras untuk meraih kesepakatan di antara mereka sendiri dengan
mengabaikan nilai informasi yang akurat tentang penentuan alternatif solusi terbaik.
Pada umumnya, perilaku dan tindakan yang ditunjukkan para anggota kelompok akan
ditujukan untuk mendorong keberhasilan tujuan kelompok dan kesuksesan ketua
kelompok. Ketua kelompok dalam organisasi merupakan orang-orang yang memegang
posisi strategis tertentu. Semenjak seluruh tindakan dipusatkan untuk mendukung dua
tujuan tersebut, maka para anggota kelompok terikat buta (blindly committed) terhadap
satu tindakan tertentu tanpa menilai tindakan secara obyektif atas dasar kepentingan
organisasi. Penilaian alternatif solusi dan tindakan dilakukan atas dasar emosi pada
kelompok dan tidak lagi pada prinsip obyektifitas.

Pemikiran kelompok juga menghasilkan bahaya lain, yaitu peluang munculnya


kelompok kuat menekan kelompok lemah. Pada bagian pertimbangan etika dalam
pengambilan keputusan, tindakan untuk menekan pihak minoritas oleh mayoritas dalam
organisasi merupakan salah satu penyebab timbulnya eskalasi keterikatan atas
kegagalan berkelanjutan. Pemikiran kelompok yang kuat, tanpa diikuti oleh
pertimbangan etika yang baik, merupakan alat untuk melegitimasi kekuasaan,
wewenang dan posisi seseorang dan kelompok dalam organisasi. Semenjak setiap
kelompok memiliki minat dan preferensi yang berbeda-beda, maka tidak aneh bila
muncul manuver politik untuk menyukseskan tujuan kelompok. Kasus meledaknya
Challenger merupakan contoh dari kehadiran groupthink dalam pengambilan
keputusan, dimana para manajer di NASA dan Morton Thioko! (tim suksesi
penerbangan) meyakinkan setiap orang di organisasi bahwa segala sesuatu berjalan
dengan baik dan tidak perlu menunda keberangkatan pesawat. Sedang kenyataan
menunjukkan bahwa terdapat sejum lah sinyal informasi yang menunjukkan bahwa
pesawat mengalami masalah dan sebaiknya ditunda keberangkatannya. Pemikiran
kelompok berpeluang besar untuk mendorong kemunculan perilaku pengabaian atas
sinyal kegagalan, dan berpeluang menghasilkan eskalasi keterikatan atas kegagalan
berkelanjutan.

5
Kehadiran dari pemikiran kelompok ini memberikan pertanyaan tentang
bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan secara
berkelompok, sehingga para manajer dapat membuat keputusan yang realistis dan
didasarkan atas evaluasi menyeluruh atas seluruh proses pengambilan keputusan. Para
ahli pengambilan keputusan telah mengembangkan tiga teknik pengambilan keputusan
yang digunakan untuk mengurangi (sulit untuk menghilangkan) cacat-cacat di atas,
yaitu: brainstorming technique, the nominal group technique dan Delphi technique.

2.3. Brainstorming Technique


Teknik ini digunakan untuk membantu setiap kelompok menghasilkan beragam
ide dan alternatif untuk menyelesaikan masalah. Teknik ini efektif dalam membantu
mengurangi gangguan (noise) dan campur tangan (interference) dalam proses
pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh kritik atau reaksi penilaian atas ide satu
orang/satu kelompok oleh kelompok lain. Ketika melakukan teknik ini, setiap manajer
dikumpulkan, dan masalah dikajiulang kembali. Setiap orang kemudian diminta untuk
mengemukakan pandangan, ide atau alternatif solusi bagi penyelesaian masalah secara
diam-diam/ tertulis. Pengajuan secara diam-diam ini direkomendasikan untuk menutupi
kelemahan praktik pencarian ide yang berlaku umum, rapat dan saling debat. Ide ini
pada umumnya menghasilkan lebih banyak pandangan dan ide unik bagi penyelesaian
sebuah masalah dibandingkan cara konvensional. Langkah selanjutnya adalah seluruh
ide yang diajukan ditulis pada papan tulis, dan kemudian para manajer diajak untuk
melakukan kritik dan evaluasi terhadap seluruh ide. Langkah-langkah dalam melakukan
teknik ini adalah:

1. Perwakilan kelompok menjelaskan dalam garis besar pandangan tentang masalah


sebenarnya yang dihadapi menurut kelompok mereka.
2. Kemudian perwakilan kelompok juga mengemukakan ide dan alternatif solusi
yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah.
3. Ketika setiap kelompok mengajukan pandangannya, kelompok lain atau anggota
lain dilarang keras untuk melakukan kritik atau menilai alternatif sampai seluruh
presentasi yang dilakukan kelompok telah selesai dilakukan.
4. Setiap anggota kelompok didorong untuk bersikap "seradikal dan seliar" mungkin
dalam mengajukan ide dan alternatif solusi. Pandangan inovatif merupakan

6
keharusan yang membantu proses pengambilan keputusan. Lebih banyak ide yang
muncul, akan lebih baik alternatif solusi terbangun.
5. Lebih lanjut, setiap kelompok diminta untuk mengakumulasikan seluruh ide
melalui teknik saling sumbang saran. Dalam hal ini, penilaian ide atas dasar
kuantitatif menjadi prioritas utama.
6. Ketika seluruh ide dan alternatif telah selesai dipaparkan, maka setiap kelompok
diminta untuk melakukan debat yang sehat dan terarah, menilai pro dan kontra
dari beberapa alternatif yang menarik, menetapkan daftar alternatif terbaik serta
mereduksi alternatif menjadi beberapa alternatif yang memungkinkan.

Teknik ini berlaku efektif dalam menghasilkan ide, namun tidak tepat untuk
menentukan satu alternatif terbaik. Karena bagaimanapun juga, keputusan final akan
berada pada pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi. Kebaikan dari teknik ini
adalah mereduksi keinginan terselubung dalam proses pengambilan keputusan.
Semenjak setiap orang yang hadir memiliki suara yang sama untk menghasilkan
sejumlah ide alternatif solusi, maka alternatif terbaik yang akan dipilih dapat dikatakan
sebagai altematif yang nenas bias, dan setiap orang memiliki kewajiban untuk
mewujudkan alternatif terpilih.

2.4. The Nominal Group Technique


Teknik ini membantu kelompok dalam menghasilkan sejumlah ide, mengevaluasi
dan memilih solusi secara lebih terstruktur dan sistematis. Dalam, teknik ini, setiap
anggota kelompok menulis ide dan solusi, membacakan ide dan solusinya kepada
anggota lain, mendiskusikan dan merangking seluruh alternatif. Teknik ini juga sangat
berguna terutama sekali bila sebuah isu merupakan isu yang kontroversial. Format
dasar dari teknik ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Sebuah kelompok dibentuk untuk mendiskusikan topik atau masalah yang spesial.
2. Setelah masalah dipahami dengan baik, setiap individu diminta untuk menuliskan
ide-idenya. Untuk menuliskan ide-ide diberikan waktu selama kurang lebih 30
atau 40 menit. Setiap orang diminta untuk inovatif dalam menghasilkan ide.
3. Kemudian, seluruh ide dituliskan pada papan tulis agar kelompok dapat
mengetahui pandangan setiap individu. Pada tahap ini, sesi diskusi, kritik, saran
dan evaluasi belum dibuka.

7
4. Seketika seluruh alternatif solusi telah dijabarkan, sesi diskusi mulai dibuka.
Setiap orang boleh mengajukan kritik dan saran, evaluasi serta perbaikan
membangun untuk setiap ide. Pada tahap ini, diskusi tentang alternatif solusi
dimulai dari alternatif atau ide yang pertama kali diajukan ditulis di papan,
dimana pengajuan dilakukan secara acak. Setiap anggota kelompok dapat
meminta klarifikasi informasi dan kritik untuk setiap alternatif guna
mengidentifikasi pandangan pro dan kontranya.
5. Setiap anggota individu yang terlibat diskusi diberikan waktu 30 detik untuk
berargumentasi, mempertahankan kebaikan idenya, atau mendukung ide tertentu
yang dianggap baik.
6. Bila seluruh alternatif telah didiskusikan, setiap anggota kelompok merangking
seluruh alternatif yang menurut pandangan mereka terbaik dan paling
memungkinkan untuk diterapkan. Contoh: pilihan 1. alternatif 5, skor 3, pilihan 2,
alternatif 3, skor 2, pilihan 3, alternatif 6, skor 1 dimana dalam hal ini pilihan
akan mengikuti jumlah ide terbaik yang ditetapkan. Misalnya jumlah alternatif
terbaik yang dipilih adalah 7 dari 20 alternatif. Jumlah pilihan yang kecil berguna
untuk memangkas waktu pengambilan keputusan.
7. Pemimpin kelompok kemudian menentukan pilihan akhir berdasarkan pilihan
alternatif tertinggi, atau alternatif pilihan yang paling banyak dipilih. Teknik ini
mengikuti teknik penentuan keputusan dengan suara terbanyak (voting). Sebelum
keputusan akhir diambil, kelompok dapat mendiskusikan kembali pilihan
alternatif terbaik pada urutan teratas (misal 3 atau 5 besar), dan kemudian
melakukan teknik voting ronde kedua.

Teknik ini dapat mengurangi hambatan terhadap pengambilan keputusan secara


berkelompok dengan: memisahkan brainstorming dari tahap evaluasi, mempromosikan
keseimbangan partisipasi diantara anggota kelompok dan memadukan teknik voting
secara matematis untuk meraih kesepakatan bersama. Hal yang perlu diingat dalam
penggunaan teknik ini adalah, pemimpin diskusi harus bertindak sebagai moderator
yang baik agar pandangan obyektif dapat muncul, sehingga setiap anggota dapat
memilih dan merangking alternatif tanpa terikat pada bias pemikiran kelompok.

8
2.5. Delphi Technique
Metode Delphy pertama kali diperkenalkan oleh Parente dan Anderson (1987)
dalam persoalan pendugaan kans situasi masa depan oleh panelis. Mereka menyarankan
agar:

1. Panelis memberikan pandangan mengenai kondisi alam (state of nature) yang


akan terjadi pada masa depan dan membahasnya tanpa melakukan pemungutan
suara hingga disepakatinya kondisi alam yang diperkirakan akan terjadi pada
masa mendatang.
2. Panelis diminta untuk memberi pandangan mengenai kemungkinan terjadinya
masing-masing kondisi alam.
3. Hasilnya dilakukan penghitungan dan umpan balik (feedback) dalam bentuk
median atau rata-rata hitung yang disampaikan kepada para panelis.
4. Hasil rata-rata hitung atau median merupakan konsensus kelompok atas nilai
kemungkinan terjadinya masing-masing kondisi alam.

Secara statistik, logikanya persimpangan pendapat para panelis terhadap


median/rata-rata hitung seharusnya merupakan bilangan yang tidak kecil. Hal ini
disebabkan oleh latar belakang para panelis yang berbeda sehingga kemungkinan untuk
memperoleh konvergensi tinggi sangat sulit untuk dilakukan. Secara praktis, angka
simpangan tersebut dapat diperoleh dengan menghitung koefisien variasi yang
merupakan hasil bagi antara standar deviasi dan rata-rata hitung panelis.

α
CV =
rata−rata h itung

Dimana CV = koefisien variasi (variation coefficient)

X1
Rata-rata hitung = ∑
N

Xi = pendapat individual peserta panel

N = jumlah peserta panel

∑( xi−rata−rata) 2 2
α =[ N −1
❑ ]❑

Sebagai contoh, enam panulis dikumpulkan untuk menduga berat sebuah meja.
Secara terpisah (tertutup), mereka memberikan pendapat individual masing masing

Gambar 2.5.1
tentang probabilitas berat meja yang berada pada kisaran 3-5 kg, 6-8 kg, atau 9-12 kg.
Hasilnya yang diperoleh dapat dilihat pada gambar 2.5.1.

Gambar 2.5.1

Jajak pendapat dianggap memenuhi syarat ketika CV (coefficient variation) tidak


melebih 10% (0,1). Pendapat-pendapat dengan nilai CV melebihi angka 10%
seharusnya diulang kembali dengan mendiskusikan mengapa masing-masingnya
memberi penilaian seperti itu, hingga tercapai sebuah kesepahaman (bukan
kesepakatan) mengenai pendapat masing-masing. Hal ini dilakukan terhadap
pendugaan berat dalam kisaran 6-8 kg dan 9-12 kg.

Ketika proses ini mencapai konvergensi maksimal yang ditunjukkan oleh


semakin mengecilnya nilai CV, probabilitas setiap kisaran berat dapat dihitung. yaitu
dengan membagi masing-masing rata-rata probabilitas panel dengan jumlah rata-rata
probabilitas panel. Jadi, probabilitas kisaran berat meja antara 3-5 kg adalah sebesar
0,69 (0,6/0,9); probabilitas berat meja pada kisaran 6-8 kg adalah 0,21 (0,2/0,9); dan
probabilitas berat meja pada kisaran 9-12kg adalah 0,1 (0,1/0,9). Dengan disepakatinya
probabilitas masing-masing kisaran berat, panelis dengan manipulasi statistik akan
mampu menduga berat meja. (Perhatikan gambar 2.5.2)

Gambar 2.5.2

MP adalah mid point atau titik tengah masing-masing kisaran berat. Perkiraan
berat dilakukan dengan menggunakan rumus Expected Value (EV) berikut.

x1
Α= ∑
N

di mana X adalah MP dan P adalah probabilitas masing-masing MP

10
Teknik Delphi dianggap sebagai teknik pengambilan keputusan yang masuk pada
wilayah tesis bounded rationality, atau kondisi pengambilan keputusan dalam kondisi
konflik. Teknik ini merupakan pendekatan proses pengumpulan ide alternatif solusi
berdasarkan atas input dari para ahli di bidang tertentu, baik dalam organisasi, maupun
luar organisasi. Konsep dasar dari teknik ini berhubungan dengan gaya pemikiran
persons atau method of authority (lihat bagian gaya pemikiran dan persepsi). Oleh
keterbatasan informasi dan pengetahuan yang dimiliki organisasi, maka dalam proses
pengambilan keputusan mereka berpegang pada kompetensi, keahlian, pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki para ahli. Teknik pengambilan keputusan secara
berkelompok ini tidak menandakan kehadiran fisik dari para ahli yang berkumpul
dalam satu ruang untuk membahas satu masalah. Tidak seperti teknik lain yang
mengharuskan pertemuan tatap muka untuk mendiskusikan alternatif solusi, maka
teknik ini mendapatkan ide masukkan dari para ahli yang dilakukan melalui kuesioner.
Kuesioner, ide tertulis, itulah satu-satunya persamaan teknik ini dengan teknik lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah:

1. Para pembuat keputusan memulai proses Delphi dengan meng identifikasikan isu
dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
2. Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai
dipilih.
3. Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik di dalam organisasi
maupun luar organisasi, yang dianggap mengetahui dan menguasai dengan baik
permasalahan yang dihadapi.
4. Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan
alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner
kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir.
5. Sebuah tim khusus dibentuk untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipan teknik ini.
6. Pada tahap ini, partisipan diminta untuk: menelaah ulang hasil rangkuman,
menetapkan skala prioritas atau memeringkat alternatif solusi yang dianggap
terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukkan terakhir
dalam periode waktu tertentu.

11
7. Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan
informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu
alternatif solusi atau tindakan terbaik.

Teknik ini menjadi teknik yang efektif dalam kondisi ketidakpraktisan teknik
diskusi tatap muka dilaksanakan., ketika ketidaksetujuan dan konflik menghalangi
komunikasi, ketika muncul dominasi mayoritas/ yang kuat (secara kekuasaan, wewena
dan pos terhadap minoritas sehingga mayoritas akan mendominasi diskusi dan ketika
pemikiran kelompok muncul dalam proses pengambilan keputusan secara kelompok.
Agar teknik ini berlaku dengan efektif, pihak manajemen harus dapat menentukan para
partisipan yang dianggap dapat berlaku obyektif dalam menilai sesuatu dan memberi
masukkan. Selain itu, teknik ini memerlukan bantuan sistem informasi, teknologi
informasi yang baik agar proses pengiriman kuesioner dan penerimaan berlangsung
dengan cepat. Teknik Delphi merupakan teknik yang sangat bergantung pada kecepatan
waktu pengolahan informasi dibandingkan teknik lainnya.

2.6. Framming dan Groupthink


Framming adalah kecenderungan untuk menggunakan cara berpikir berdasarkan
pola lama. Kahneman dan Tversky (1982) mendefinisikan framming sebagai evaluasi
subjektif yang didasari oleh frame of refference pengambil keputusan. Menurut
Svenson (1983), framming menyebabkan penyederhanaan persoalan ketika sebuah
keputusan dihasilkan. Misalnya, ketika sejumlah panelis diminta untuk memikirkan
bagaimana strategi terbaik mengalahkan lawan yang memiliki pangsa pasar yang kuat.
Jawaban yang diperoleh mayoritas memberikan jawaban agar perusahaan melakukan
analisis SWOT. Hampir dapat dipastikan bahwa para panelis dalam hal ini telah
melakukan framming, yaitu berpikir berdasarkan pola yang secara tradisional telah
dilakukan dari waktu ke waktu.
Groupthink merupakan cara berpikir kelompok yang telah sukses hidup dalam
beberapa masa dengan tingkat kohesivitas kelompok sangat tinggi. Dalam kelompok
seperti itu, biasanya telah terbentuk sebuah pemahaman yang masif tentang berbagai
hal. Itulah sebabnya, menurut Janis (1972), groupthink merupakan tekanan terhadap
ide-ide yang akan membawa arah sebuah kelompok. Misalnya, ketika ditanyakan pada
sebuah kelompok pemasaran mengenai bagaimana seharusnya meningkatkan

12
marketshare, diperoleh jawaban yang homogen tentang perlunya memberikan diskon
dan meningkatkan biaya periklanan atau melakukan pengembangan produk. Jawaban
tipikal seperti itu hampir dapat dipastikan merupakan groupthink kelompok pemasaran.
Fenomena groupthink menjadi semakin parah ketika anggota kelompok yang sama
berusaha untuk membela pendapat kawannya dan bersama-sama saling menguatkan
pendapat tersebut. Pada akhirnya, groupthink menyebabkan tertutupnya jalan pemikiran
ke arah alternatif alternatif lain yang mungkin lebih baik.
Kecenderungan penggunaan framming dan groupthink dalam pengambilan
keputusan dalam kelompok menyebabkan tertutupnya kebenaran dan mengabaikan
kemampuan kreatif secara mutlak. Yang terjadi kemudian adalah pernyataan "usual
business in different situation" yang tentu saja akan menghasilkan pengguanan sumber
daya ke arah yang salah. Polaroid pernah mengalami permasalahan seperti ini. Pada
masanya (era 1970-1980), Polaroid adalah penghasil foto instan yang tidak ada duanya.
Oleh karena itu, manajemen puncak di perusahaan itu menjadi sangat percaya diri
bahwa pada tahun-tahun mendatang, fotografi instan adalah Polaroid bahkan ketika
fotokopi memasuki dunia digital pada awal 1980.
Namun demikian, kemudian, terjadi sebuah lompatan teknologi pada saat terjadi
konvergesi antara dunia fotografi dan teknologi digital yang dipicu oleh perkembangan
teknologi telepon seluler yang menggabungkan fungsi komunikasi dan fotografi secara
integral dalam sebuah gadget. Canon : incul bagai pelopor fotografi digital yang
mengalahkan polaroid di sektor ini. Walaupun saat ini Polaroid memutuskan untuk
memasuki fotografi digital, tetapi keputusan tersebut terlambat beberapa tahun.

2.7. Metode Delphy dalam Keputusan Pemasaran


Menurut Jolson dan Rossow (1971), aplikasi metode Delphy terdahulu digunakan
secara luas dalam peramalan perkembangan teknologi dan lingkungan. Rand
Corporation pada 1954 menggunakannya untuk memprediksi keadaan dun dalam 25
tahun setelahnya melalui sejumlah panel ahli.

Dalam bidang pemasaran. The Pace Computering Corporation (The Pace). salah
sebuah pesaing IBM yang terbesar pada era 1970-an menggunakan metode ini dalam
mempertimbangkan pembukaan cabangnya di Kota New York. Pembukaan cabang ini
hanya akan dipertimbangkan apabila tersedia permintaan (demand) dalam jumlah yang

13
cukup pada sektor pendidikan. Untuk tujuan peramalan permintaan, sebuah sesi panel
ahli didesain dalam tiga ronde untuk menjawab persoalan. (Perhatikan Tabel 2.7.).

Jolson dan Rossow melaporkan bahwa validitas pendekatan Delphy ketika


diaplikasikan pada The Pace dapat dianggap baik. Dengan adanya sistem umpan balik,
peserta panel menjadi semakin realistik dengan perkiraannya. Dalam studi yang lain,
mereka berdua menunjukkan bahwa validitas ini menjadi semakin baik ketika peserta
panel Delphy adalah orang-orang yang memahami bidang yang sedang
Tabel 2.7

dipermasalahkan. (Secara konsisten, tidak baik ketika peserta panel adalah orang yang
tidak memahami bidang yang dipermasalahkan).

Pendekatan yang sama seperti yang digunakan Jolson dan Rossow bisa
bermanfaat dalam menduga besarnya pangsa pasar merek kompetitor melalui panel
Delphy. Peserta panel yang dipilih dari kelompok penjual/grosir berbagai merek
diminta untuk memberikan perbadingan penjualan per hari beberapa merek yang
bersaing. Apabila pangsa pasar sebuah merek yang telah diketahui digunakan sebagai
titik benchmark maka pangsa pasar lain yang bersaing dapat diduga dari hasil panelis
Delphy.

2.8. Kualitas Pengambilan Keputusan Kelompok


Pengambilan keputusan kelompok merupakan upaya untuk menyatukan
pemikiran-pemikiran anggota kelompok terhadap persoalan yang dihadapi. Oleh karena
itu, kualitas pengambilan keputusan kelompok sangat dipengaruhi oleh kualitas
individual dalam kelompok, kreativitas kelompok, dan kesediaan kelompok dalam

14
menerima ide-ide baru. Artinya, untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
kelompok, intervensi pada ketiga hal tersebut dibutuhkan.
kreativitas individual selain ditentukan oleh bakat dasar individu, dipengaruhi
juga oleh sikap organisasi terhadap kreativitas. Organisasi yang memiliki
kecenderungan memanipulasi kreativitas individual akan menekan tumbuhnya ide ide
kreatif. Hal ini terjadi karena para eksekutif dalam organisasi tersebut menyukai
bersikap seperi halnya "old receipe even on new environment" sehingga ketika ada
usulan baru untuk memandang sebuah persoalan, usulan tersebut dipandang secara
skeptis dan dengan serta-merta ditolak. Dapat juga terjadi ketika organisasi tidak
bersedia untuk menanggung risiko akibat ketidakpastian nilai hasil (outcome) dari
usulan baru tersebut. Bagaimanapun, kepastian-walaupun bersifat maya-tetaplah hal
yang disukai, sehingga bagaimana mungkin menghargai sebuah ketidakpastian yang
berasal dari sebuah usulan baru?
kreativitas dalam kelompok merupakan hal lain. Bahkan, apabila individu dalam
kelompok tersebut merupakan individu-individu yang kreatif sekalipun, mereka harus
belajar untuk bekerja sama menyatukan kreativitasnya sebagai kreativitas kelompok.
Hal ini tidaklah mudah. Kreativitas individu bertumpu pada dialog internal seseorang
yang menyebabkan lompatan-lompatan elektron pada otak belahan kanan, sedangkan
kreativitas kelompok bertumpu pada "brainstorming". sebuah dialog eksternal di antara
anggota kelompok.
Perdebatan, skeptisisme, bahkan kritikan dilontarkan bukan terhadap diri sendiri,
melainkan terhadap orang lain. Pada budaya simbolis yang bersifat konteks yang tinggi,
seperti Indonesia, diskusi eksternal yang diharapkan menghasilkan hal yang lebih baik
menghadapi dua kendala, yaitu (1) kritikan adalah menyakitkan dan tidak sesuai
budaya, dengan akibat orang merasa enggan melakukan kritikan yang membangun, (2)
individu merasa tidak tahan dengan kritikan. Untuk menghindari hal tersebut, langkah
yang mungkin ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Individu dilarang melakukan kritikan.
2. Individu dipaksa untuk menyajikan alternatif yang berbeda.
3. Evaluasi dilakukan dengan membahas kekuatan dan kelemahan setiap alternatif.
Penolakan kelompok dalam menerima ide-ide baru pada umumnya terjadi karena
tidak adanya budaya/norma yang mendukung untuk berpikir kreatif dan inovatif.
Apabila hal ini ditarik ke akar permasalahannya maka akan muncul sejumlah penyebab
Pertama, tidak terbiasa dengan perbedaan. Kedua, tidak adanya iklim pengambilan

15
keputusan yang mendukung. Ketiga, tidak adanya fasilitas terhadap kolaborasi, terlebih
ketika terjadi situasi konflik. Keempat, disebabkan oleh tidak terbiasa melakukan active
listening, di mana individu berusaha untuk memahami apa yang dikatakan orang lain
dan kemudian berusaha untuk membuat perbaikan atas usulan yang dibuat orang lain.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pengambilan keputusan secara berkelompok (group-aided decision making) pada
hakekatnya tidak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan
individu. Hal ini dikarenakan hakekat dari keputusan adalah jelas, yaitu: penentuan satu
langkah strategis guna menghadapi ketidakpastian, untuk menyelesaikan masalah.
Perbedaan utama antara keputusan individual dan kelompok dalam konteks organisasi
terletak pada proses pengambilan keputusan dan penentuan keputusan akhir.
Pemikiran kelompok juga menghasilkan bahaya lain, yaitu peluang munculnya
kelompok kuat menekan kelompok lemah. Pada bagian pertimbangan etika dalam
pengambilan keputusan, tindakan untuk menekan pihak minoritas oleh mayoritas dalam
organisasi merupakan salah satu penyebab timbulnya eskalasi keterikatan atas
kegagalan berkelanjutan. Pemikiran kelompok yang kuat, tanpa diikuti oleh
pertimbangan etika yang baik, merupakan alat untuk melegitimasi kekuasaan,
wewenang dan posisi seseorang dan kelompok dalam organisasi. Semenjak setiap
kelompok memiliki minat dan preferensi yang berbeda-beda, maka tidak aneh bila
muncul manuver politik untuk menyukseskan tujuan kelompok
Brainstorming Technique digunakan untuk membantu setiap kelompok
menghasilkan beragam ide dan alternatif untuk menyelesaikan masalah. Teknik ini
efektif dalam membantu mengurangi gangguan (noise) dan campur tangan
(interference) dalam proses pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh kritik atau
reaksi penilaian atas ide satu orang/satu kelompok oleh kelompok lain.
The Nominal Group Technique membantu kelompok dalam menghasilkan
sejumlah ide, mengevaluasi dan memilih solusi secara lebih terstruktur dan sistematis.
Metode Delphy pertama kali diperkenalkan oleh Parente dan Anderson (1987)
dalam persoalan pendugaan kans situasi masa depan oleh panelis. Mereka menyarankan
agar:
1. Panelis memberikan pandangan mengenai kondisi alam (state of nature) yang
akan terjadi pada masa depan dan membahasnya tanpa melakukan pemungutan
suara hingga disepakatinya kondisi alam yang diperkirakan akan terjadi pada
masa mendatang.

17
2. Panelis diminta untuk memberi pandangan mengenai kemungkinan terjadinya
masing-masing kondisi alam.
3. Hasilnya dilakukan penghitungan dan umpan balik (feedback) dalam bentuk
median atau rata-rata hitung yang disampaikan kepada para panelis.
4. Hasil rata-rata hitung atau median merupakan konsensus kelompok atas nilai
kemungkinan terjadinya masing-masing kondisi alam.
Framming adalah kecenderungan untuk menggunakan cara berpikir berdasarkan
pola lama. Kahneman dan Tversky (1982) mendefinisikan framming sebagai evaluasi
subjektif yang didasari oleh frame of refference pengambil keputusan. Menurut
Svenson (1983), framming menyebabkan penyederhanaan persoalan ketika sebuah
keputusan dihasilkan.
Groupthink merupakan cara berpikir kelompok yang telah sukses hidup dalam
beberapa masa dengan tingkat kohesivitas kelompok sangat tinggi. Dalam kelompok
seperti itu, biasanya telah terbentuk sebuah pemahaman yang masif tentang berbagai
hal. Itulah sebabnya, menurut Janis (1972), groupthink merupakan tekanan terhadap
ide-ide yang akan membawa arah sebuah kelompok.
Pengambilan keputusan kelompok merupakan upaya untuk menyatukan
pemikiran-pemikiran anggota kelompok terhadap persoalan yang dihadapi. Oleh karena
itu, kualitas pengambilan keputusan kelompok sangat dipengaruhi oleh kualitas
individual dalam kelompok, kreativitas kelompok, dan kesediaan kelompok dalam
menerima ide-ide baru. Artinya, untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
kelompok, intervensi pada ketiga hal tersebut dibutuhkan.

3.2. Saran
Demikian makalah ini kami buat guna untuk bahan diskusi dalam mata kuliah
Teori Pengambilan Keputusan, semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca pada
umumnya. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran masih sangat kami butuhkan untuk
pembuatan makalah yang lebih baik lagi dalam makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rachmadi Agus Triono, 2017, Pengambilan Keputusan Manajerial: Teori dan Praktik Untuk
Manajer dan Akademisi, Salemba Empat, Jakarta.
Rizki Dermawan, 2005, Teori Pengambilan Keputusan, Penerbit Alfabeta.

19

Anda mungkin juga menyukai