“ANALISIS SWOT”
Dosen Pembimbing: Ibu Renny Listiawaty, SKM, M.K.M
Disusun Oleh :
GAMBAR 5.1
MATRIK KEKUATAN DAN KELEMAHAN ORGANISASI
PERFORMANCE
Baik
Buruk
Penting
A B
IMPORTANCE
D C
Tidak Penting
GAMBAR 5.2
MATRIK KESEMPATAN ORGANISASI
ATTRACTIVENES
Tinggi
Rendah
Tinggi
A B
SUCCES
PROBABILITIES
D C
Rendah
GAMBAR 5.3
MATRIK KELEMAHAN ORGANISASI
PROBABILITY OF OCCURANCE
Sering
Jarang
Serius
A B
SERIOUSNESS
D C
Tidak Serius
Misi/Tujuan
Faktor Faktor
Intern Ekstern
SWOT
Strength
Weakness
Opportunity
Treath
Target
Anggaran Operasional
Dari gambar tersebut kita dapat mengetahui proses perencanaan
produksi dengan berbagai kaitan antara variabel-variabel yang perlu diperhatikan
dalam proses perencanaan itu.
Pada gambar dapat dilihat bahwa tujuan perusahaan merupakan arah
sasaran yang paling utama dimana tujuan bagian produksi harus disesuaikan
dengan tujuan perusahaan. Kemudian dalam tahap pencapaian tujuan bagi
perusahaan,maka perlu dilihat kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada
serta tekanan-tekanan (threats) dari luar yang dialami perusahaan itu.
Setelah itu analisa intern terhadap faktor-faktor produksi akan
menghasilkan rumusan tentang kekuatan-kekuatan (strengths) yang dimiliki serta
kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada. Dari hal tersebut haruslah
ditentukan strategi pemanfaatan faktor-faktor produksinya untuk meraih
kesempatan yang ada dengan kekuatan, kelemahan serta tekanan-tekanan yang
dialaminya.
b. Weakness (kelemahan)
i. Visi, misi dan tujuan Puskesmas belum dipahami sepenuhnya oleh
pimpinan dan staf Puskesmas. Hal tersebut dapat melemahkan
komitmen, dukungan dan keikutsertaan pegawai dalam
mengembangkan fungsi Puskesmas. Mereka terperangkap oleh
tugas-tugas rutin yang bersifat kuratif yang kebanyakan dilakukan di
dalam gedung Puskesmas. Akibatnya, kegiatan Puskesmas di luar
gedung yang bersifat promotif dan preventif kurang mendapatkan
perhatian.
ii. Beban kerja Puskesmassebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
kesehatan kabupaten atau kota terlalu berat. Pertama karena rujukan
kesehatan dan dari Dinas kesehatan kabupaten atau kota kurang
berjalan. Keduakarena Dinas kesehatan kabupaten atau kota yang
sebenarnya bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh di wilayah kabupaten
atau kota lebih banyak melaksanakan tugas-tugas administratif.
iii. Puskesmas masih bersifat sentralistis, dimana Puskesmas belum
memiliki keleluasaan menetapkan kebijakan program yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat.
iv. Waktu kerja pegawai Puskesmas kurang efektif dan kurang optimal.
v. Ketidakefisienan Puskesmas juga tampak dari pemanfaatan ruang
rawat inap di beberapa Puskesmas dengan tempat perawatan.
Kurang tegasnya pemisahan antara tugas pokok untuk melakukan
perawatan pasien rawat inap dengan pelayanan kesehatan
masyarakat merupakam salah satu kendala pengembangan upaya
kesehatan promotif dan preventif di Puskesmas dengan tempat
perawatan.
vi. Citra Puskesmas masih kurang baik, utamanya yang berkaitan mutu,
penampilan fisik Puskesmas kurah bersih, nyaman, disiplin
profesionalisme, dan keramahan petugas dalam pelayanan
kesehatan yang masih lemah.
vii. Belum tersedianya sumber daya Puskesmas yang memadai seperti
ketersediaan tenaga belum sesuai standar ketenagaan Puskesmas
dan Penyebaran tidak merata, kemampuan dan kemauan petugas
belum memadai, penanggung jawab program Puskesmas belum
memiliki kemampuan manajerial program, pengembangan sumber
daya tenaga kesehatan tidak berorientasi pada kebutuhan
Puskesmas atau program, namun seringkali merupakan keinginan
dari pegawai yang bersangkutan: kurangnya tanggung jawab,
motivasi, dedikasi,loyalitas dan kinerja petugas Puskesmas.
viii. Ketersediaan obat-obatan baik jenis maupun jumlahnya terbatas, alat
kesehatan juga kurang memadai, dana operasional maupun program
sangat kurang dan hanya bersumber dari presentase pengembalian
retribusi Puskesmas dengan besaran yang bervariasi di setiap
kabupaten atau kota.
ix. Belum tersedianya data dan informasi registrasi vital tentang
kependudukan dan program kesehatan yang sahid dan akurat.