Dosen Pengampu:
Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS
Disusun oleh:
S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UPN VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha dan
karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami menemukan berbagai
hambatan, mulai dari pencarian teori, pengumpulan data, dan juga penggunaan
kata-kata, serta hambatan-hambatan lain. Kami menyadari, makalah ini terbentuk
atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
banyak terutama kepada:
1. Orang tua kami, yang tak hentinya memberi motivasi dan dukungan serta
selalu mendoakan kami.
2. Ibu Ayu Anggaraeni Dyah Purbasari, SKM, MPH (M), selaku Kepala
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS selaku dosen mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan.
4. Semua pihak yang terlibat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.
Makalah yang telah kami susun ini tentunya masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami meminta maaf jika ada kesalahan di dalamnya. Dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami dapat
memperbaikinya, sekaligus bekal kami dalam menyusun dan membuat laporan
yang lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(SDMK)?
b. Bagaimana metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) tingkat Provinsi?
c. Bagaimana metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) tingkat Kabupaten/Kota?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK).
b. Untuk mengetahui metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) tingkat Kabupaten/Kota.
c. Untuk mengetahui metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) tingkat Provinsi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perencanaan kebutuhan SDMK pada umumnya disusun secara periodik dengan jangka
waktu 1 (satu) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka pendek (tahunan) dan jangka
waktu 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka menengah.
Tim perencana kebutuhan SDMK terdiri dari pemangku kepentingan terkait di tiap
jenjang administrasi pemerintahan baik pemerintah daerah kabupaten/kota maupun
pemerintah daerah provinsi yang bertanggung jawab dalam menyusun dokumen perencanaan
kebutuhan SDMK secara tepat dan berkesinambungan. Apabila dalam tiap jenjang
administrasi pemerintahan sudah terbentuk tim terkait SDMK, maka tugas dan fungsi tim
perencana kebutuhan SDMK bisa dimasukkan dalam tim tersebut. Tim Perencana tersebut di
bawah koordinasi Dinas Kesehatan.
A. LANGKAH 1
Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK
Contoh:
Tabel 1a
Penetapan Faskes dan Jenis
4
SDMK (Contoh: Puskesmas)
No. Faskes Kelompok SDMK Jenis SDMK
1 Puskesmas A 1 Dokter atau dokter layanan primer
2 Dokter gigi
3 Apoteker
4 Perawat
5 Bidan
6 Tenaga teknis kefarmasian
7 Tenaga Kesehatan Masyarakat
8 Tenaga Sanitasi Lingkungan
9 Tenaga Nutrisionis
10 Terapi Gigi dan Mulut
11 Tenaga Analis Kesehatan
12 Ahli teknik laboratoriummedik
13 dst
Keterangan: Kelompok SDMK (Tabel 1a) mengacu pada Permenkes No.56 Tahun 2014
tentang Puskesmas), seperti tabel 1c (di bawah Tabel 1b) berikut.
Tabel 1b
Penetapan Faskes dan Jenis SDMK (Contoh: Rumah Sakit Umum)
No. Faskes Unit / instalasi Jenis SDMK
1 Rumah Sakit Umum P Instalasi Bedah Sentral Dokter spesialis (bedah)
Dokter umum
Perawat
Asisten Perawat
dst
Instalasi Gawat Darurat Dokter umum
Perawat
Asisten Perawat
Dst
5
Pengelompokan SDM Kesehatan (UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan)
Data dan informasi Faskes, Unit / Instalasi, dan jenis SDMK dapat
diperoleh dari:
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) institusi
2. Data hasil Analisis Jabatan (Peta jabatan dan Informasi Jabatan)
6
B. LANGKAH 2
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
Tabel 2
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT) dalam 1
tahun
Kode Komponen Keterangan Rumus Jumlah Satuan
A B C D E F
1 5 hrkerja / mg 52 (mg) 260 hr/th
2 A Hari Kerja 52 (mg)
6 hrkerja / mg 312 hr/th
3 B Cuti pegawai Peraturan kepegawaian 12 hr/th
4 C Libur Nasional Dalam 1 th (Kalender) 19 hr/th
5 D Mengikuti Pelatihan Rata-2 dalam 1 th 5 hr/th
6 E Absen (Sakit, dll) Rata-2 dalam 1 th 12 hr/th
7 F Waktu Kerja (dalam 1 minggu) Kepres No. 68/1995 37.5 Jam/mg
8 G Jam Kerja Efektif (JKE) Permen PAN-RB 26/2011 70 x 37.5 Jam 26.25 Jam/mg
9 5 hr kerja / mg E8 / 5 5.25 Jam/hr
WK Waktu kerja (dalam 1 hari)
10 6 hr kerja / mg E8 / 6 4.375 Jam/hr
11 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6) 212 Hari/th
Waktu Kerja Tersedia (hari)
12 6 hr kerja / mg E2-( E3+E4+E5+E6) 264 Hari/th
WKT
13 5 hr kerja / mg E1-( E3+E4+E5+E6)xE9 1113 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (jam) E2-(E7+E8+E9+E10)xE10
14 6 hr kerja / mg 1155 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)..dibulatkan (dalam jam) 1200 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)..dibulatkan (dalam menit) 72000 Mnt/th
JKE (Jam Kerja Efektif) akan menjadi alat pengukur dari beban kerja yang
dihasilkan setiap Faskes.
7
C. LANGKAH 3
1.4 Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang
secara nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan
Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang
SDMK yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk
melaksanakan suatu kegiatan secara normal sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan sangat bervariasi
dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur
(SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi
SDMK itu sendiri.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan
pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh
data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan,
sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDMK yang memiliki
kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
prosedur operasional (SPO) dan memiliki etos kerja yang baik.
8
1.6 Contoh:
Tabel 3
Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma
Waktu (contoh: tugas jabatan Bidan Puskesmas)
D. LANGKAH 4
Rumus SBK
Waktu Kerja Tersedia (WKT)
1.7 Standar Beban Kerja (SBK) =
Norma Waktu per Kegiatan Pokok
9
Tujuan :
Dihasilkannya SBK SDMK untuk setiap kegiatan pokok.
1.8 Data dan informasi dapat diperoleh dari:
a. Data WKT diperoleh dari Langkah 2
b. Data Norma Waktu atau Rata-rata Waktu setiap kegiatan pokok diperoleh dari
Langkah 3
1.9 Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK) sebagai berikut:
a. Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu Kerja
Tersedia / WKT, diambil dari tabel 2 dan tabel 3.
b. Selanjutnya menghitung SBK SBK = WKT : Norma Waktu
(7) = (6) /
(4)
1.10 C
ontoh Tabel 4
Menetapkan Standar Beban Kerja
: (SBK)
Norma
Satuan WKT SBK
NO Jenis Tugas Kegiatan Waktu
(menit/Ps) (menit) (6)/(4)
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/pasien 72000 2400
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/pasien 72000 120
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/pasien 72000 1200
Tugas
1 4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/pasien 72000 1200
Pokok
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/pasien 72000 1200
6. Yan Gadar Neot 60 menit/pasien 72000 1200
7. Yan Bayi (1-4) 30 menit/pasien 72000 2400
E. LANGKAH 5
Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Tugas Penunjang
(FTP)
Tugas Penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan yang tidak
terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh
seluruh jenis SDMK.
Standar Tugas Penunjang (STP) adalah proporsi waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu (per hari atau per
minggu atau per bulan atau per semester).
a. Waktu Kegiatan = Rata-rata waktu x 264 hr, bila satuan waktu per hari
1
0
= Rata-rata waktu x 52 mg, bila satuan waktu per
minggu
= Rata-rata waktu x 12 bln, bila satuan waktu per bulan
= Rata-rata waktu x 2 smt, bila satuan waktu per smt
(6) = (4) x 264, bila satuan waktu per hari
1
1
= (4) x 52, bila satuan waktu per minggu
= (4) x 12, bila satuan waktu per bulan
= (4) x 2, bila satuan waktu per semester
b. Faktor = (Waktu Kegiatan : WKT) x 100
Tuga
s Penunjang (8) = (6) / (7) x 100
c. Standar
(FTP) = (1 / (1- FTP/100)), sebagai faktor
Tuga pengali
s
Penunjang
(STP)
Contoh:
Tabel 5
Menetapkan Standar Tugas Penunjang
(STP)
Waktu
WKT
Rata-rata Keg FTP
NO Jenis Tugas Kegiatan Satuan (mnt/
waktu (mnt/
th)
th)
(8) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(6)/(7)x100
1. Melaksanakan RR 20 Menit /hr 5280 72000 7.3
2. Melaksanakan KR 120 Menit /mg 6240 72000 8.7
3. Memberikan Yan Posyandu 180 Menit /bln 2160 72000 3.0
4. Melaksanakan Keg.UKS 180 Menit /bln 2160 72000 3.0
5. Mengikuti pertemuan bulanan 240 Menit /bln 2880 72000 4.0
Tugas 6. Memberika Pengobatan
2 20 Menit /hr 5280 72000 7.3
Penunjang Sederhana
7. Melaksanakan Mini Lokakarya 120 Menit /bln 1440 72000 2.0
8. Melakukan Penyuluhan ASI
120 Menit /mg 6240 72000 8.7
eksklusif
3960
9. Membersihkan Alat dan ruangan 15 Menit /hr 72000 5.5
3960
10. Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Menit /hr 72000 5.5
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam 55.0
Standar Tugas Penunjang (STP) =(1/(1 FTP/100) 2.22
F. LANGKAH 6
Menghitung Kebutuhan SDMK
1
3
b. Data Capaian (Cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap Faskes selama kurun waktu
satu tahun.
Rumus Kebutuhan SDMK sebagai berikut:
Capaian (1 th)
Kebutuhan SDMK = X STP
Standar Beban Kerja
1.12 Contoh:
Tabel
6
Perhitungan Kebutuhan SDMK (Bidan)
Puskesmas "A" Tahun 2013
Kebutuhan
Capaian
Jenis Tugas Kegiatan SBK SDMK
(1 th) (Bidan)
(1) (2) (3) (4) (5)
=(3)/(4)
1. Yan. ANC (K1-4) 845 2400 0.35
2. Pertolongan Persalinan 197 120 1.64
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 342 1200 0.29
Pembulatan 6
Keterangan :
1) Jumlah kebutuhan SDMK tugas pokok (Bidan) = Jumlah kebutuhan SDMK untuk
melaksanakan seluruh kegiatan tugas pokok.
2) Jumlah kebutuhan SDMK seluruhnya = (Jumlah Kebutuhan SDMK Tugas Pokok x
FTP), kemudian dilakukan pembulatan.
3) Untuk perhitungan Total Kebutuhan SDMK (Bidan) masing-masing Puseksmas se
Kabupaten/kota X dilakukan dengan cara yang sama (Puskesmas B, C, D,
1
4
s/d Puskesmas M).
1
5
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan SDMK (contoh: Bidan
Puskesmas) di atas, dapat digunakan dengan cara yang sama untuk
menghitung jenis-jenis SDMK lainnya di sebuah unit kerja Puskesmas
(Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Tanaga Gizi, Tenaga Kesling,
Tenaga Keteknisan Medis, Tenaga Keterapian Fisik, Tenaga
Laboratorium, Tenaga Teknis Kefarmasian, Tenaga Kesehatan
Masyarakat, Pekarya, dan Tenaga Non Kesehatan lainnya).
Puskesmas A 17 21 -4 Kurang
1
7
kerja melebihi dari beban kerja yang seharusnya
dilaksanakan oleh Perawat dan Bidan.
d. Kondisi pekerjaan yang dihadapi oleh Perawat dan Bidan merupakan tekanan
dalam melaksanakan pekerjaanya yang berakibat pada bekerja tergesa-gesa,
tidak sesuai dengan SPO, tidak standar dalam melaksanakan pekerjaannya.
e. Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaannya secara normal, hal ini akan
berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena beban kerja sesuai
dengan kapasitas SDMK nya.
Dengan langkah-langkah yang sama dari metode ABK Kes juga dapat
digunakan untuk menghitung 1 (satu) jenis SDMK Puskesmas, misalnya
menghitung kebutuhan Bidan seluruh Puskesmas di sebuah kabupaten
/ kota X.
Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan
Bidan seluruh Puskesmas Kabupaten/kota X, sebagai berikut.
Contoh:
Tabel
8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK
(contoh: Bidan Puskesmas) di Kabupaten/Kota X
Tahun 2013
10
Kab/kota X 126 138 -12 Kurang
10
Dari tabel di atas (contoh di kab/kota X) menunjukkan beberapa
interpretasi sebagai berikut:
a. Sebagian besar Puskesmas (7 Puskesmas) menunjukkan kekurangan SDMK
(Bidan), sebanyak 4 (empat) Puskesmas kelebihan Bidan,
b. Hanya 2 (dua) Puskesmas yang jumlah SDMK (Bidan) sesuai antara jumlah SDMK
yang ada saat ini dengan jumlah SDMK (Bidan) yang seharusnya dibutuhkan untuk
menyelesaikan beban kerja yang ada.
c. Secara keseluruhan se kabupaten/kota X, ada kesenjangan jumlah antara
jumlah SDMK (Bidan) yang ada saat ini (existing) dengan jumlah SDMK (Bidan)
sejumlah 12 Bidan.
11
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
4. Menghitung Standar Beban Kerja
5. Menghitung Standar Kegiatan Penunjang
6. Menghitung Kebutuhan SDMK Per Institusi / Fasyankes
Tabel 1
Metode Dasar Perencanaan Kebutuhan SDMK
Lingkup Data Minimal Yang
Metode Tujuan
Penggunaan Diperlukan
1. Metode berdasarkan Institusi
a. ABK Kes Merencanakan Tingkat institusi, - SOTK
(Analisis kebutuhan SDMK dan dapat dilakukan - Institusi/ Fasilitas
Beban Kerja baik di tingkat ekapitulasi di tingkat Pelayanan
Kesehatan) manajerial maupun jenjang administrasi Kesehatan
tingkat pelayanan, pemerintahan - Jenis tugas dan Uraian
sesuai dengan selanjutnya. Metode pekerjaan per jabatan
beban kerja ini juga dapat hasil analisis jabatan
sehingga diperoleh digunakan oleh - Hasil kerja/cakupan per
informasi Fasilitas Pelayanan jabatan
kebutuhan jumlah Kesehatan swasta. - Norma waktu
pegawai. - Jam kerja efektif
Waktu kerja tersedia
- Jumlah SDMK per
jabatan
1
b. Standar Merencanakan Tingkat institusi, - Jenis dan jumlah SDMK
Ketenagaan kebutuhan SDMK dan dapat dilakukan yang tersedia di Fasilitas
Minimal untuk Fasilitas rekapitulasi di tingkat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan jenjang administrasi yang akan dihitung
Kesehatan (Rumah pemerintahan kebutuhan SDMK nya
Sakit dan selanjutnya
Puskesmas) yang
akan atau baru
berdiri atau yang
berada di daerah
terpencil, sangat
terpencil,
perbatasan,
tertinggal dan
tidak diminati.
2
Berdasarkan Menghitung Tingkat wilayah - Jumlah nilai
Metode Rasio SDMK untuk terutama di tingkat tertentu (yg menjadi
terhadap memperoleh nasional dan tingkat patokan rasio) di awal
Penduduk informasi proyeksi provinsi tahun proyeksi
jumlah
ketersediaan, - Jumlah ketersediaan
kebutuhan, dan SDMK diawal tahun
kapasitas produksi
di suatu wilayah - % laju pertumbuhan nilai
pada waktu tertentu (yg menjadi
tertentu. patokan rasio)
Menghasilkan peta
proyeksi
ketersediaan, - % pegawai pengangkatan
kebutuhan, dan baru dan pindah
kapasitas produksi masuk,
(potensi) SDMK
antar wilayah pada - % pegawai yg
waktu tertentu. keluar (pensiun, pindah
keluar, meninggal, tidak
mampu bekerja karena
sakit/cacat, dan yg
mengundurkan diri
atau Dipecat.
5
penataan kelembagaan dan manajemen kepegawaian dalam meningkatkan
kinerja organisasi.
A. Susunan Organisasi Tim Perencana Kebutuhan SDMK
Tim Pengarah terdiri dari para pemangku kepentingan pada tingkat
pengambil kebijakan. Susunan personalia Tim Pengarah berasal dari
asisten daerah yang membidangi organisasi dan tatalaksana, badan
kepegawaian daerah kabupaten/kota, badan perencana dan pembangunan
daerah, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan rumah sakit umum daerah
kabupaten/kota.
Tim Pelaksana terdiri dari para pemangku kepentingan pada tingkat
pelaksana penyusun dokumen perencanaan dan penghitungan kebutuhan
SDMK tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Susunan personalia
Tim Pelaksana berasal dari badan kepegawaian daerah kabupaten/kota,
badan perencana dan pembangunan daerah, dinas kesehatan
kabupaten/kota, bagian organisasi dan tata laksana, rumah sakit umum
daerah dan UPTD kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota dan
perwakilan unsur institusi kesehatan swasta.
6
5) memberikan arahan dan dukungan dalam sinergisme dan koordinasi
para pemangku kepentingan terkait pelaksanaan rekomendasi dari
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah
kabupaten/kota.
7
Tim perencana kebutuhan SDMK memberikan bantuan teknis, fasilitasi,
dan asistensi kepada yang membutuhkan, dengan menggunakan metode
perencanaan kebutuhan SDMK yakni:
a. ABK Kesehatan
Perencanaan kebutuhan SDMK fasilitas kesehatan berdasarkan pada beban
kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMK pada tiap fasilitas kesehatan
(Faskes) sesuai dengas tugas pokok dan fungsinya. Keluaran nya berupa hasil
perhitungan kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya
per fasilitas kesehatan di pemerintah daerah kabupaten/kota dan swasta.
b. Metode Standar Ketenagaan Minimal
Pada dasarnya metode Standar Ketenagaan Minimal merupakan hasil
pengembangan dari metode Analisis Beban Kerja (ABK) yang digunakan
untuk perencanaan kebutuhan SDMK di berbagai Fasyankes seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik, dan fasyankes lainnya. Fasyankes dikelompokkan ke
dalam kelas-kelas (misalnya Rumah Sakit Kelas A, B, C, dan D) dan tipe-tipe
fasyankes (misalnya Puskesmas Kawasan Perkotaan, Puskmesmas Kawasan
Pedesaan, dan Puskesmas kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil).
Keluarannya berupa hasil perhitungan kebutuhan dan ketersediaan SDMK
menurut jenis dan jumlahnya per Fasilitas Pelayanan Kesehatan
kabupaten/kota baik yang izin baru maupun peningkatan klasifikasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota.
8
d. Data dan informasi fasilitas kesehatan kabupaten/kotai dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan vertikal di wilayah kabupaten/kota di wilayahnya;
e. Data dan informasi komposisi SDMK (jenis, jumlah, dan kualifikasi
pendidikan) yang ada di fasilitas kesehatan kabupaten kota dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan vertikal di wilayah kabupaten/kota di wilayahnya;
dan
f. Data dan informasi hasil rekapitulasi ketersediaan dan kebutuhan hasil
perhitungan kebutuhan SDMK di wilayah kabupaten/kota.
10
2.3 Metode Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan ( Provinsi)
A. Metode
1. Metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, untuk menghitung proyeksi
kebutuhan SDMK berdasarkan wilayah ( Provinsi). Metode ini digunakan untuk
proyeksi kebutuhan SDMK jangka menengah 5 atau 10 tahun, serta menggambarkan
peta distribusi ketersediaan dan kebutuhan SDMK di wilayah pemerintah daerah
kabupaten atau kota se provinsi.
2. Metode Analisis Beban Kerja (ABK) Kesehatan, untuk perencanaan keburtuhan
SDMK fasilitas kesehatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Langkah
dalam metode ABK ini adalah :
a. Menetapkan fasyankes dan jenis SDMK
Contoh : Puskesmas
No Kelompok SDMK Jenis SDMK
1. Tenaga medis a. Dokter atau dokter layanan primer
b. Dokter gigi
2. Tenaga kefarmasian a. Apoteker
b. Tenaga teknis kefarmasian
3. Tenaga keperawatan Perawat
4. Tenaga kebidanan Bidan
5. Tenaga kesehatan masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat
6. Tenaga kesehatan lingkungan Tenaga sanitasi lingkungan
7. Tenaga gizi Tenaga nutrisionist
8. Tenaga keteknisian medis a. Terapi gigi dan mulut
b. Tenaga analis kesehatan
9. Tenaga teknik biomedika Ahli teknik laboratorium medik
Ket: mengacu pada UU No.36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dan
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas
11
Berdasarkan peraturan Badan Kepegawaian Negara no.19 tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, Jam Kerja Efektif
(JKE) sebesar 1200 per tahun. Demikian juga menurut permen PA_RB No.26
tahun 2011, JKE sebesar 1200 jam per tahun baik 5 hari kerja ataupun 6 hari
kerja.
No Kode Komponen keterangan Rumus Jumlah Satuan
1. A Hari kerja a.5 hr kerja/mg 52 mg a.260 Hr/thn
b.6 hr kerja/mg b.312
2. B Cuti pegawai Peraturan 52 mg 12 Hr/thn
kepegawaian
3. C Libur Dalam 1 th 19 Hr/thn
nasional kalender
4. D Mengikuti Rata-rata dalam 1 5 Hr/thn
pelatihan thn
5. E Absen Rata rata dalam 12 Hr/thn
(sakit,dll) 1 thn
6. F Waktu kerja Kepres 37,5 Hr/thn
(1 mg) No.68/1995
7. G JKE Permen PAN-RB 70% x 37,5 26,25 Jam/mg
26/2011 jam
8. WK Waktu kerja a.5 hr/mg a. E8/5 a.5,25 Jam/hr
b.6 hr/mg b. E8/6 b.4,375
9. WKT Waktu kerja 1200 jam/ tahun
tersedia
(jam)
c. Menentapkan komponen beban kerja ( tugas pokok, tugas penunjang, uraian tugas
dan norma waktu)
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara
nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang telah ditetapkan.
12
Norma waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh SDMK yang
terdidik, terampil dan terlatih serta berdedikasi untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara formal sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku difasyankes
yang bersangkutan.
Contoh : Tugas jabatan Bidan Puskesmas
No Jenis Tugas Komponen Beban Kerja Norma Waktu Satuan
.
1. Tugas Pokok Yan. ANC (K1-4) 30 Menit/pasien
Pertolongan persalinan 600 Menit/pasien
Yan. Ibu nifas (KF1-3) 60 Menit/pasien
Yan. BBL (KNI-3) 60 Menit/pasien
Yan. Gadar obs 60 Menit/pasien
Yan. Gadar neo 60 Menit/pasien
Yan. Bayi (1-4) 30 Menit/pasien
2. Tugas Melaksanakan pencatatan dan 20 Menit/hr
Penunjang pelaporan
Melaksanakan kunjungan rumah 120 Menit/mg
Memberikan yan.posyandu 180 Menit/bln
Melaksanakan kegiatan UKS 180 Menit/bln
Mengikuti pertummuan bulanan 240 Menit/bln
Memberikan pengobatan 20 Menit/hr
sederhana
Melaksanakan mirti lokakarya 120 Menit/bln
Melakukan penyuluhan ASI 120 Menit/mg
ekslusif
Membersihkan alat dan ruangan 15 Menit/hr
Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Menit/hr
13
d. Menghitung standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama satu
tahun untuk setiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok disusu
berdasarkan waktu yangn dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan (rata-
rata waktu atau norma waktu) dan waktu kerja tersedia yang sudah ditetapkan.
14
wakt (mnt/t h)
u h)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(5)/
(6)x100
Tugas Melaksanakan RR 20 Mnt/hr 5280 72000 7.3
Penunjang Melaksanakan KR 120 Mnt/mg 6240 72000 8.7
Memberikan yan.posyandu 180 Mnt/bln 2160 72000 3.0
Melaksankan keg.UKS 180 Mnt/bln 2160 72000 3.0
Mengikuti pertemuan bulanan 240 Mnt/bln 2880 72000 4.0
Memberikan pengobatan 20 Mnt/hr 5280 72000 7.3
sederhana
Melaksankan mini lokakarya 120 Mnt/bln 1440 72000 2.0
Melakukan penyuluhan ASI 120 Mnt/mg 6240 72000 8.7
ekslusif
Membersihkan alat dan ruangan 15 Mnt/hr 3960 72000 5.5
Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Mnt/hr 3960 72000 5.5
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam % 55.0
Standar Tugas Penunjang (STP) = (1/(1-FTP/100) 2.22
15
Jenis Tugas Kegiatan Capaian SBK Keb.
(1th) SDMK
(1) (2) (3) (4) (5)
=(3)/(4)
Tugas Pokok Yan. ANC (K1-4) 845 2400 0.35
Pertolongan persalinan 197 120 1.64
Yan. Ibu nifas (KF1-3) 342 1200 0.29
Yan. BBL (KNI-3) 326 1200 0.27
Yan. Gadar obs 35 1200 0.03
Yan. Gadar neo 31 1200 0.03
Yan. Bayi (1-4) 452 2400 0.19
JKT= Jumlah Kebutuhan Tenaga Tugas Pokok (Bidan) 2.79
Tugas Penunjang Standar Tugas Penunjang (hasil dr langkah 5) 2.22
Total Kebutuhan SDMK JKT x STP 6.21
Pembulatan 6
16
3. Metode standar ketenagaan minimal, untuk perencanaan kebutuhan SDMK bagi
fasyankes baru, peningkatan klasifikasi fasyankes, dan bagi fasyankes daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah yang tidak diminati. Pengelompokan dalam
metode ini didasarkan pada jenis fasyankes yang ada.
Contoh : Penetapan Standar Ketenagaan Minimal Fasyankes di Puskesmas (menurut
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas)
No Jenis Tenaga Puskes Kawasan Puskes Kawasan Puskes Kawasan
Perkotaan Pedesaan Terpencil dan
Sangat Terpencil
Non RI RI Non RI RI Non RI RI
1. Dokter/dokter 1 2 1 2 1 2
layanan primer
2. Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3. Perawat 5 8 5 8 5 8
4. Bidan 4 7 4 7 4 7
5. Tenaga kesmas 2 2 1 1 1 1
6. Tenaga kesling 1 1 1 1 1 1
7. Ahli tek lab. medik 1 1 1 1 1 1
8. Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
9. Tenaga kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10. Tenaga administrasi 3 3 2 2 2 2
11. Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27
Tahapan dalam menyusun dokumen perencanaan kebutughan SDMK tingkat provinsi adalah
sebagai berikut:
17
Sasaran sosisalisasi adalah para pemangku kepentingan dalam perencanaan
kebutuhan SDMK. Tujuannya untuk kesamaan pemahaman terhadap kebijakan yang ada
yaitu dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang adil, merata dan
bermutu.
2. Pelaksanaan advokasi pemangku kepentingan
Sasaran advokasi adalah para pemanngku kepentingan dalam perencanaan
SDMK. Keluaran pada tahap ini adalah adanya komitmen dan dukungan dari pemangku
kepentingan terkait dengan tindak lanjut pelaksanaan kebijakan perencanaan kebutuhan
SDMK yang melibatkan lintas sector dan lintas program ditingkat Provinsi.
3. Pembentukan tim pelaksana kebutuhan SDMK tingkat provinsi
Terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Pembetukannya ditujukan untuk
penyusunan dokumen dan merumuskan usulan rekomendasi kebijakan untuk penataan
kelembagaan dan manajemen kepegawaian dalam meningnkatkan kinerja organisasi. Tim
perencana terdiri dari pemangku kepentingan yang ditetapkan melalui surat keputusan
Gubernur.
Kapasitas Tim Pelaksana : merupakan bagian dari tim pelaksana kebutuhan
SDMK tingkat daerah provinsi yang harus memiliki kemampuan untuk menghitung
rencana kebutuhan SDMK di wilayahnya. Tim tersebut juga harus mampu menjadi
fasilitator bagi Faskes yang menjadi tanggung jawab baik ditingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten di wilayahnya. Untuk mampu melaksanakan tugas dan fungsi tersebut,
maka Tim Pelaksan perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan atau kegiatan
lainnya.
4. Melakukan fasilitasi perhitungan kebutuhan SDMK
Tim perencana kebutuhan SDMK memberikan bantuan teknis, fasilitasi, dan
asisstensi kepada yang membutuhkan. Dalam hal ini diberikan kemampuan untuk
menghitung kebutuhan SDMK dengan menggunakan beberapa metode perencanaan
yakni:
a. Metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, untuk menghitung proyeksi
kebutuhan SDMK berdasarkan wilayah ( Provinsi). Metode ini digunakan untuk
proyeksi kebutuhan SDMK jangka menengah 5 atau 10 tahun, serta menggambarkan
18
peta distribusi ketersediaan dan kebutuhan SDMK di wilayah pemerintah daerah
kabupaten atau kota se provinsi.
b. Metode Analisi Beban Kerja (ABK) Kesehatan, untuk perencanaan keburtuhan
SDMK fasilitas kesehatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
c. Metode standar ketenagaan minimal, untuk perencanaan kebutuhan SDMK bagi
fasyankes baru, peningkatan klasifikasi fasyankes, dan bagi fasyankes daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah yang tidak diminati
a. Data kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya per institusi
dan fasyankes provinsi
b. Data kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya per institusi
dan fasyankes provinsi baik yang ijin baru maupun peningkatan klasifikasi dan
fasyankes didaerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan, daerah tertinggal, dan
daerah yang tidak diminati
c. Peta rasio ketersediaan penyebaran (distribusi) SDMK menurut jenis dan
jumlahnyawilayah provinsi.
5. Kompilasi hasil perhitungan kebutuhan SDMK
Dilakukan pengumpulan data dan informasi dari Faskes provinsi dan Fasyankes
vertikal. Data tersebut meliputi :
a. Hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan SDMK Faskes provinsi dan Fasyankes
vertikal di wilayah provinsi
b. Data demografi dan geografi
c. Komposisi anggaran bersumber APBD untuk belanja aparatur dan publik
d. Faskes provinsi dan Fasyankes vertikal di wilayah provinsi dan kab/kota di
wilayahnya
e. Komposisi SDMK (jenis, jumlah, dan kualifikasi pendidikan)
f. Hasil rekapitulasi ketersediaan dan kebutuhan dari hasil perhitungan kebutuhan
SDMK kab/kota di wilayahnya.
Keluaran pada tahap ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan dan ketersediaan
SDMK tingkat kab./kota di wilayahnya.
19
6. Analisis data dan informasi
Dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang sudah dikumpulkan dan
direkapitulasi dikaitkan dengan kondisi dan potensi daerah setempat. Hal yang perlu
dianalisis meliputi:
a. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes
wilayah provinsi
b. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes dan
Fasyankes di wilayah provinsi
c. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes milik
Pemda kab/kota
d. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di
Faskes/Fasyankes dengan ijin baru atau peningkatan klasifikasi
e. Distribusi anatar wilayah berdasarkan target rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
f. Rekomendasi penataan dan manajemen SDM kesehatan untuk peningkatan upaya
kesehatan di provinsi
7. Memasukkan data, Informasi, dan Hasil Analisis ke dalam Format Dokumen
Perencanaan Kebutuhan SDMK tingkat Provinsi
Disusun dalam bentuk dokumen perencanaan kebutuhan SDMK. Ada dua jenis
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK, sebagai berikut:
Dokumen kemudian dilaporkan oleh tim pelaksana perencana kebutuhan SDMK kepada
tim pengarah untuk diberikan arahan atau rekomendasi.
8. Tindak Lanjut
Hasil penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat provinsi dilaporkan
oleh tim perencana SDMK Pemda provinsi ke Sekda pemerintah provinsi untuk bahan
pertimbangan tertulis dalam manajemen SDMK di pemerintah provinsi. Kemudian
20
dokumen disampaikan kepada Menteri Kesehatan sebagai dasar manajemen SDMK di
pemerintah daerah provinsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Kurnianti, Anna, dan Ferry Effendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta:
Salemba Medika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
22