Anda di halaman 1dari 45

PERENCANAAN SDM II

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


KESEHATAN

Dosen Pengampu:
Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS

Disusun oleh:

KELOMPOK 4 KESMAS AKK PROMKES SEMESTER 5

1510713014 INDY AINUN RAHMA


15107130 TYAS AYU DESIANA
15107130 ANITA NURHIDAYAH

S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UPN VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat ridha dan
karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami menemukan berbagai
hambatan, mulai dari pencarian teori, pengumpulan data, dan juga penggunaan
kata-kata, serta hambatan-hambatan lain. Kami menyadari, makalah ini terbentuk
atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
banyak terutama kepada:
1. Orang tua kami, yang tak hentinya memberi motivasi dan dukungan serta
selalu mendoakan kami.
2. Ibu Ayu Anggaraeni Dyah Purbasari, SKM, MPH (M), selaku Kepala
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.
3. Ibu Evindiyah Prita Dewi, SKM, MARS selaku dosen mata kuliah
Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan.
4. Semua pihak yang terlibat yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.
Makalah yang telah kami susun ini tentunya masih banyak kekurangan,
maka dari itu kami meminta maaf jika ada kesalahan di dalamnya. Dan kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, sehingga kami dapat
memperbaikinya, sekaligus bekal kami dalam menyusun dan membuat laporan
yang lebih baik lagi.

Depok, 24 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.3 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.5 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) ........ 3

2.3 Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Tingkat Kabupaten / Kota .................................................................................. 4

2.3 Metode Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan (Provinsi) .................. 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21

3.2 Saran .................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki suatu sistem
yang dikenal dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah suatu tatanan yang
menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna
menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. SKN memiliki enam subsistem, salah
satunya yaitu subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).
Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga
kesehatan strategis) dan tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja
serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan (Perpres 72, 2012).
SDMK dapat dikatakan merupakan jantung dari Sistem Kesehatan nasional (SKN). Tanpa
adanya tenaga yang menjadi penggerak dan melayani, maka pilar-pilar yang lain dalam SKN
menjadi tidak berjalan, begitu juga sebaliknya (Kemkes dalam Anna Kurnianti, 2012).
SDMK merupakan salah satu sumber daya di bidang kesehatan yang sangat strategis.
Tersedianya SDMK yang bermutu dapat mencukupi kebutuhan, terdistribusi secara adil dan
merata, serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya mutlak diperlukan secara berkesinambungan (PMK, 2015). Untuk itu
diperlukan keseriusan dalam perencanaan kebutuhan SDMK. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia telah mengatur tentang tata cara perencanaan kebutuhan SDMK yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No. 33 Tahun 2015 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan. Pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan bagi
setiap satuan kerja dari tingkat institusi, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional dalam
melaksanakan penyusunan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih jauh
mengenai metode perencanaan SDMK sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
(PerMenKes) No. 33 Tahun 2015.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(SDMK)?
b. Bagaimana metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) tingkat Provinsi?
c. Bagaimana metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) tingkat Kabupaten/Kota?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK).
b. Untuk mengetahui metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) tingkat Kabupaten/Kota.
c. Untuk mengetahui metode penyusunan perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan (SDMK) tingkat Provinsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)


Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya disingkat SDMK adalah seseorang
yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.
Perencanaan Kebutuhan SDMK adalah proses sistematis dalam upaya menetapkan
jumlah, jenis, dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu wilayah
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Perencanaan Kebutuhan SDMK bertujuan untuk menghasilkan rencana kebutuhan
SDMK yang tepat meliputi jenis, jumlah, dan kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi
berdasarkan metode perencanan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Perencanaan SDMK dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi unit organisasi
maupun bagi pegawai. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
1) Manfaat bagi institusi
bahan penataan/penyempurnaan struktur organisasi;
bahan penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit;
bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;
bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan;
bahan penyusunan standar beban kerja; jabatan/kelembagaan;
penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai dengan beban kerja
organisasi;
bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang berlebihan ke unit yang
kekurangan;
bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan pendayagunaan sumber daya
manusia.
2) Manfaat bagi wilayah
Bahan perencanaan distribusi;
Bahan perencanaan redistribusi (pemerataan);
Bahan penyesuaian kapasitas produksi;
Bahan pemenuhan kebutuhan SDMK;
3
Bahan pemetaan kekuatan/potensi SDMK antar wilayah;
Bahan evaluasi dan penetapan kebijakan pemerataan, pemanfaatan, dan
pengembangan SDMK.

Perencanaan kebutuhan SDMK pada umumnya disusun secara periodik dengan jangka
waktu 1 (satu) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka pendek (tahunan) dan jangka
waktu 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka menengah.

Tim perencana kebutuhan SDMK terdiri dari pemangku kepentingan terkait di tiap
jenjang administrasi pemerintahan baik pemerintah daerah kabupaten/kota maupun
pemerintah daerah provinsi yang bertanggung jawab dalam menyusun dokumen perencanaan
kebutuhan SDMK secara tepat dan berkesinambungan. Apabila dalam tiap jenjang
administrasi pemerintahan sudah terbentuk tim terkait SDMK, maka tugas dan fungsi tim
perencana kebutuhan SDMK bisa dimasukkan dalam tim tersebut. Tim Perencana tersebut di
bawah koordinasi Dinas Kesehatan.

Metode Perencanaan Kebutuhan SDMK

Metode perencanaan SDMK dikelompokkan sebagai berikut:

1. Metode berdasarkan institusi, yang digunakan adalah:


a. Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes);
Metode ABK Kes adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDMK
berdasarkan pada beban kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMK
pada tiap fasilitas kesehatan (Faskes) sesuai dengas tugas pokok dan fungsinya.
Metode ini digunakan untuk menghitung semua jenis SDMK.

LANGKAH-LANGKAH METODE ABK Kes


1. Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK

A. LANGKAH 1
Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK
Contoh:
Tabel 1a
Penetapan Faskes dan Jenis
4
SDMK (Contoh: Puskesmas)
No. Faskes Kelompok SDMK Jenis SDMK
1 Puskesmas A 1 Dokter atau dokter layanan primer
2 Dokter gigi
3 Apoteker
4 Perawat
5 Bidan
6 Tenaga teknis kefarmasian
7 Tenaga Kesehatan Masyarakat
8 Tenaga Sanitasi Lingkungan
9 Tenaga Nutrisionis
10 Terapi Gigi dan Mulut
11 Tenaga Analis Kesehatan
12 Ahli teknik laboratoriummedik
13 dst
Keterangan: Kelompok SDMK (Tabel 1a) mengacu pada Permenkes No.56 Tahun 2014
tentang Puskesmas), seperti tabel 1c (di bawah Tabel 1b) berikut.

Tabel 1b
Penetapan Faskes dan Jenis SDMK (Contoh: Rumah Sakit Umum)
No. Faskes Unit / instalasi Jenis SDMK
1 Rumah Sakit Umum P Instalasi Bedah Sentral Dokter spesialis (bedah)
Dokter umum
Perawat
Asisten Perawat
dst
Instalasi Gawat Darurat Dokter umum
Perawat
Asisten Perawat
Dst

5
Pengelompokan SDM Kesehatan (UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan)

No. Faskes Kelompok SDMK Jenis SDMK


1 Puskesmas A Tenaga Medis Dokter atau dokter layanan primer
Dokter Spesialis
Dokter gigi
Dokter Gigi Spesialis
Tenaga Psikologi Klinis Psikologi Klinis
Tenaga Kefarmasian Apoteker
Tenaga Teknis Kefarmasian
Tanaga Keperawatan Perawat
Tenaga Kebidanan Bidan
Tenaga Kesehatan Masyarakat Epidemiolog Kesehatan
Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Tenaga Biostatistik dan Kependudukan
Tenaga Pembimbing Kesehatan Kerja
Tenaga Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Tenaga Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Tenaga Kesehatan Lingkungan Tenaga Sanitasi Lingkungan
Tenaga Entomolog Kesehatan
Tenaga Mikrobiolog Kesehatan
Tenaga Gizi Tenaga Nutrisionis
Tenaga Dietisien
Tenaga Keterapian Fisik Fisioterapis
Okupasiterapis
Terapis Wicara
Tenaga Keterapian Medis Radioterapis
Terapi Gigi dan Mulut
Teknisi Gigi
Teknisi Elektromedis
Analis Kesehatan
Refraksionis
Optisien
Otorik Prostetik
Teknisi Transfusi Darah
Perekam Medis
Tenaga Teknik Biomedika Radiografer
Elektomedis
Ahli teknik lab.medik
Radioterapis
Ortotik prostetik
Tenaga Kesehatan Tradisional TKT "Ramuan"
TKT "Keterampilan"
Tenaga Kesehatan Lainnya Asisten Perawat / Pembantu Perawat
Asisten Bidan / Pembantu Bidan
Asisten Gizi

Data dan informasi Faskes, Unit / Instalasi, dan jenis SDMK dapat
diperoleh dari:
1. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) institusi
2. Data hasil Analisis Jabatan (Peta jabatan dan Informasi Jabatan)

6
B. LANGKAH 2
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Waktu Kerja Tersedia (WKT) adalah waktu yang dipergunakan oleh


SDMK untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun
Dalam Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan
jam kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik
untuk yang 5 (lima) hari kerja ataupun yang 6 (enam) hari kerja
sesuai dengan yang ditetapkan Kepala Daerah masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19
Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan
Pegawai Negeri Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1200 jam per
tahun. Demikian juga menurt Permen PA-RB No. 26 tahun 2011,
Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1200 jam per tahun atau 72000
menit per tahun baik 5 hari kerja atau 6 hari kerja.

Tabel 2
Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT) dalam 1
tahun
Kode Komponen Keterangan Rumus Jumlah Satuan
A B C D E F
1 5 hrkerja / mg 52 (mg) 260 hr/th
2 A Hari Kerja 52 (mg)
6 hrkerja / mg 312 hr/th
3 B Cuti pegawai Peraturan kepegawaian 12 hr/th
4 C Libur Nasional Dalam 1 th (Kalender) 19 hr/th
5 D Mengikuti Pelatihan Rata-2 dalam 1 th 5 hr/th
6 E Absen (Sakit, dll) Rata-2 dalam 1 th 12 hr/th
7 F Waktu Kerja (dalam 1 minggu) Kepres No. 68/1995 37.5 Jam/mg
8 G Jam Kerja Efektif (JKE) Permen PAN-RB 26/2011 70 x 37.5 Jam 26.25 Jam/mg
9 5 hr kerja / mg E8 / 5 5.25 Jam/hr
WK Waktu kerja (dalam 1 hari)
10 6 hr kerja / mg E8 / 6 4.375 Jam/hr
11 5 hr kerja / mg E1-(E3+E4+E5+E6) 212 Hari/th
Waktu Kerja Tersedia (hari)
12 6 hr kerja / mg E2-( E3+E4+E5+E6) 264 Hari/th
WKT
13 5 hr kerja / mg E1-( E3+E4+E5+E6)xE9 1113 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (jam) E2-(E7+E8+E9+E10)xE10
14 6 hr kerja / mg 1155 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)..dibulatkan (dalam jam) 1200 Jam/th
Waktu Kerja Tersedia (WKT)..dibulatkan (dalam menit) 72000 Mnt/th

JKE (Jam Kerja Efektif) akan menjadi alat pengukur dari beban kerja yang
dihasilkan setiap Faskes.

7
C. LANGKAH 3
1.4 Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu

Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang
secara nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan
Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang
SDMK yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk
melaksanakan suatu kegiatan secara normal sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.
Kebutuhan waktu untuk menyelesaiakan kegiatan sangat bervariasi
dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur
(SOP), sarana dan prasarana medik yang tersedia serta kompetensi
SDMK itu sendiri.
Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan
pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama. Agar diperoleh
data rata-rata waktu yang cukup akurat dan dapat dijadikan acuan,
sebaiknya ditetapkan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh SDMK yang memiliki
kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar pelayanan, standar
prosedur operasional (SPO) dan memiliki etos kerja yang baik.

1.5 Data dan informasi dapat diperoleh dari:


a. Komponen Beban Kerja dapat diperoleh dari Standar Pelayanan dan Standar
Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan oleh Institusi yang berwenang.
b. Norma Waktu atau Rata-rata Waktu tiap kegiatan pokok dapat diperoleh dari
data Analisis Jabatan (Anjab) Faskes yang bersangkutan.
c. Bilamana Norma Waktu atau Rata-rata Waku per kegiatan tidak ada dalam Anjab
institusi, dapat diperoleh dengan pengamatan atau observasi langsung pada
SDMK yang sedang melaksanakan tugas dan kegiatan.

Penetapan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu dapat dilihat


dalam penentuan Komponen Beban Kerja pada Bidan Puskesmas,
sebagai berikut:

8
1.6 Contoh:
Tabel 3
Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma
Waktu (contoh: tugas jabatan Bidan Puskesmas)

NO JenisTugas Komponen Beban Kerja (Kegiatan) Norma waktu Satuan

1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/pasien


2. PertolonganPersalinan 10 menit/pasien
3. Yan. IbuNifas (KF1-3) 600 menit/pasien
1 Tugas Pokok 4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/pasien
5. Yan. GadarObs 60 menit/pasien
6. Yan GadarNeot 60 menit/pasien
7. Yan Bayi (1-4) 30 menit/pasien

1. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan 20 menit/hr


2. Melaksanakan kunjungan rumah 120 menit/mg
2 3. Memberikan Yan Posyandu 180 menit/bln
Tugas Penunjang
4. Melaksanakan Keg.UKS 180 menit/bln
5. Mengikuti pertemuan bulanan 240 menit/bln
6. Memberikan Pengobatan Sederhana 20 menit/hr
7. Melaksanakan Mini Lokakarya 120 menit/bln
8. Melakukan Penyuluhan ASI EXSLUSIF 120 menit/mg
9. Membersihkan Alat dan ruangan 15 menit/hr
10. Melakukan pertemuan kelas ibu 15 menit/hr
Catatan: Uraian tugas pokok dan tugas penunjang didasarkan pada
pedoman atau ketentuan yang berlaku.

D. LANGKAH 4

Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Standar Beban Kerja (SBK) adalah volume/kuantitas beban kerja selama


1 tahun untuk tiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan
setiap kegiatan (Rata-rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu Kerja
Tersedia (WKT) yang sudah ditetapkan.

Rumus SBK
Waktu Kerja Tersedia (WKT)
1.7 Standar Beban Kerja (SBK) =
Norma Waktu per Kegiatan Pokok

9
Tujuan :
Dihasilkannya SBK SDMK untuk setiap kegiatan pokok.
1.8 Data dan informasi dapat diperoleh dari:
a. Data WKT diperoleh dari Langkah 2
b. Data Norma Waktu atau Rata-rata Waktu setiap kegiatan pokok diperoleh dari
Langkah 3
1.9 Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK) sebagai berikut:

a. Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu Kerja
Tersedia / WKT, diambil dari tabel 2 dan tabel 3.
b. Selanjutnya menghitung SBK SBK = WKT : Norma Waktu
(7) = (6) /
(4)

1.10 C
ontoh Tabel 4
Menetapkan Standar Beban Kerja
: (SBK)
Norma
Satuan WKT SBK
NO Jenis Tugas Kegiatan Waktu
(menit/Ps) (menit) (6)/(4)
(menit)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Yan. ANC (K1-4) 30 menit/pasien 72000 2400
2. Pertolongan Persalinan 600 menit/pasien 72000 120
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 60 menit/pasien 72000 1200
Tugas
1 4. Yan. BBL (KN1-3) 60 menit/pasien 72000 1200
Pokok
5. Yan. Gadar Obs 60 menit/pasien 72000 1200
6. Yan Gadar Neot 60 menit/pasien 72000 1200
7. Yan Bayi (1-4) 30 menit/pasien 72000 2400

E. LANGKAH 5
Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Tugas Penunjang
(FTP)
Tugas Penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan yang tidak
terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh
seluruh jenis SDMK.
Standar Tugas Penunjang (STP) adalah proporsi waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu (per hari atau per
minggu atau per bulan atau per semester).

1.11 Langkah-langkah perhitungan, sebagai berikut (lihat Tabel 5):

a. Waktu Kegiatan = Rata-rata waktu x 264 hr, bila satuan waktu per hari
1
0
= Rata-rata waktu x 52 mg, bila satuan waktu per
minggu
= Rata-rata waktu x 12 bln, bila satuan waktu per bulan
= Rata-rata waktu x 2 smt, bila satuan waktu per smt
(6) = (4) x 264, bila satuan waktu per hari

1
1
= (4) x 52, bila satuan waktu per minggu
= (4) x 12, bila satuan waktu per bulan
= (4) x 2, bila satuan waktu per semester
b. Faktor = (Waktu Kegiatan : WKT) x 100
Tuga
s Penunjang (8) = (6) / (7) x 100
c. Standar
(FTP) = (1 / (1- FTP/100)), sebagai faktor
Tuga pengali
s
Penunjang
(STP)
Contoh:
Tabel 5
Menetapkan Standar Tugas Penunjang
(STP)
Waktu
WKT
Rata-rata Keg FTP
NO Jenis Tugas Kegiatan Satuan (mnt/
waktu (mnt/
th)
th)
(8) =
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(6)/(7)x100
1. Melaksanakan RR 20 Menit /hr 5280 72000 7.3
2. Melaksanakan KR 120 Menit /mg 6240 72000 8.7
3. Memberikan Yan Posyandu 180 Menit /bln 2160 72000 3.0
4. Melaksanakan Keg.UKS 180 Menit /bln 2160 72000 3.0
5. Mengikuti pertemuan bulanan 240 Menit /bln 2880 72000 4.0
Tugas 6. Memberika Pengobatan
2 20 Menit /hr 5280 72000 7.3
Penunjang Sederhana
7. Melaksanakan Mini Lokakarya 120 Menit /bln 1440 72000 2.0
8. Melakukan Penyuluhan ASI
120 Menit /mg 6240 72000 8.7
eksklusif
3960
9. Membersihkan Alat dan ruangan 15 Menit /hr 72000 5.5
3960
10. Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Menit /hr 72000 5.5
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam 55.0
Standar Tugas Penunjang (STP) =(1/(1 FTP/100) 2.22

F. LANGKAH 6
Menghitung Kebutuhan SDMK

Data dan informasi yang dibutuhkan per Faskes, sebagai berikut:


a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :
Waktu kerja tersedia (WKT)
1
2
Standar Beban Kerja (SBK) dan
Standar Tugas Penunjang (STP)

1
3
b. Data Capaian (Cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap Faskes selama kurun waktu
satu tahun.
Rumus Kebutuhan SDMK sebagai berikut:

Capaian (1 th)
Kebutuhan SDMK = X STP
Standar Beban Kerja

1.12 Contoh:
Tabel
6
Perhitungan Kebutuhan SDMK (Bidan)
Puskesmas "A" Tahun 2013
Kebutuhan
Capaian
Jenis Tugas Kegiatan SBK SDMK
(1 th) (Bidan)
(1) (2) (3) (4) (5)
=(3)/(4)
1. Yan. ANC (K1-4) 845 2400 0.35
2. Pertolongan Persalinan 197 120 1.64
3. Yan. Ibu Nifas (KF1-3) 342 1200 0.29

A. Tugas Pokok 4. Yan. BBL (KN1-3) 326 1200 0.27


5. Yan. Gadar Obstetri 35 1200 0.03
6. Yan. Gadar Neonatus 31 1200 0.03
7. Yan Bayi (1-4) 452 2400 0.19
JKT = Jumlah Kebutuhan Tenaga Tugas Pokok (Bidan) 2.79

B. Tugas Penunjang Standar Tugas Penunjang (hasil dari Langkah 5) 2.22


Total Kebutuhan SDMK (Bidan)= (JKT x STP) 6.21

Pembulatan 6

Keterangan :
1) Jumlah kebutuhan SDMK tugas pokok (Bidan) = Jumlah kebutuhan SDMK untuk
melaksanakan seluruh kegiatan tugas pokok.
2) Jumlah kebutuhan SDMK seluruhnya = (Jumlah Kebutuhan SDMK Tugas Pokok x
FTP), kemudian dilakukan pembulatan.
3) Untuk perhitungan Total Kebutuhan SDMK (Bidan) masing-masing Puseksmas se
Kabupaten/kota X dilakukan dengan cara yang sama (Puskesmas B, C, D,
1
4
s/d Puskesmas M).

1
5
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan SDMK (contoh: Bidan
Puskesmas) di atas, dapat digunakan dengan cara yang sama untuk
menghitung jenis-jenis SDMK lainnya di sebuah unit kerja Puskesmas
(Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Tanaga Gizi, Tenaga Kesling,
Tenaga Keteknisan Medis, Tenaga Keterapian Fisik, Tenaga
Laboratorium, Tenaga Teknis Kefarmasian, Tenaga Kesehatan
Masyarakat, Pekarya, dan Tenaga Non Kesehatan lainnya).

Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan SDMK


di sebuah Puskesmas.
Contoh:
Tabel 7
Rekapitulasi Kebutuhan SDMK berdasarkan
ABK Kes di Puskesmas A

Jumlah Jumlah Kesenjangan


No. Jenis SDMK SDMK SDMK yang SDMK Keadaan
saat ini seharusnya (6) = (5) - ( 4)
(1) (2) (4) (5) (6) (7)
1 Dokter Umum 1 1 0 Sesuai
2 Perawat 3 5 -2 Kurang
3 Bidan 4 6 -2 Kurang
4 Tenaga Kesling 1 1 0 Sesuai
5 Tenaga Gizi 1 1 0 Sesuai
6 Tenaga Teknis kefarmasian 1 1 0 Sesuai
7 Tenaga Kesehatan masyarakat 1 1 0 Sesuai
8 Tenaga Keteknisan medis 1 1 0 Sesuai
9 Tenaga Keterapian fisik 1 1 0 Sesuai
10 Tenaga laboratorium 1 1 0 Sesuai
11 Tenaga administrasi tata usaha 1 1 0 Kurang
12 Pengemudi 1 1 0 Sesuai g

Puskesmas A 17 21 -4 Kurang

Dari tabel di atas (contoh di Puskes A) menunjukkan, bahwa:


a. Secara keseluruhan kekurangan SDMK sebanyak 4 orang
b. Puskesmas A masih kekurangan Perawat dan Bidan masing-masing sebanyak 2
orang.
c. Bilamana kekurangan tersebut tidak dipenuhi, maka mutu pelayanan
1
6
keperawatan dan kebidanan menjadi berkurrang karena volume beban

1
7
kerja melebihi dari beban kerja yang seharusnya
dilaksanakan oleh Perawat dan Bidan.
d. Kondisi pekerjaan yang dihadapi oleh Perawat dan Bidan merupakan tekanan
dalam melaksanakan pekerjaanya yang berakibat pada bekerja tergesa-gesa,
tidak sesuai dengan SPO, tidak standar dalam melaksanakan pekerjaannya.
e. Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaannya secara normal, hal ini akan
berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena beban kerja sesuai
dengan kapasitas SDMK nya.
Dengan langkah-langkah yang sama dari metode ABK Kes juga dapat
digunakan untuk menghitung 1 (satu) jenis SDMK Puskesmas, misalnya
menghitung kebutuhan Bidan seluruh Puskesmas di sebuah kabupaten
/ kota X.
Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan
Bidan seluruh Puskesmas Kabupaten/kota X, sebagai berikut.
Contoh:
Tabel
8
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK
(contoh: Bidan Puskesmas) di Kabupaten/Kota X
Tahun 2013

Juml.SDMK Kebutuhan Kesenjangan


Puskes- Keadaan
No (Bidan) saat SDMK (6)=(4)-(5)
mas
ini (Bidan)
(2) seharusnya
(1) (4) (5) (6) (7)
1 A 4 6 -2 Kurang
2 B 8 8 0 Sesuai
3 C 9 11 -2 Kurang
4 D 8 7 +1 Lebih
5 E 16 16 0 Sesuai
6 F 10 8 +2 Lebih
7 G 8 7 +1 Lebih
8 H 5 6 -1 Kurang
9 I 15 14 +1 Lebih
10 J 11 14 -3 Kurang
11 K 12 14 -2 Kurang
12 L 11 14 -3 Kurang
13 M 9 13 -4 Kurang

10
Kab/kota X 126 138 -12 Kurang

10
Dari tabel di atas (contoh di kab/kota X) menunjukkan beberapa
interpretasi sebagai berikut:
a. Sebagian besar Puskesmas (7 Puskesmas) menunjukkan kekurangan SDMK
(Bidan), sebanyak 4 (empat) Puskesmas kelebihan Bidan,
b. Hanya 2 (dua) Puskesmas yang jumlah SDMK (Bidan) sesuai antara jumlah SDMK
yang ada saat ini dengan jumlah SDMK (Bidan) yang seharusnya dibutuhkan untuk
menyelesaikan beban kerja yang ada.
c. Secara keseluruhan se kabupaten/kota X, ada kesenjangan jumlah antara
jumlah SDMK (Bidan) yang ada saat ini (existing) dengan jumlah SDMK (Bidan)
sejumlah 12 Bidan.

Melihat kondisi diatas, maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai


berikut:
a. Melakukan redistribusi SDMK (Bidan) antar Puskesmas di Kab/kota X, dari
Puskesmas-Puskesmas yang kelebihan ke Puskesmas-Puskesmas yang kekurangan
SDMK (Bidan)
b. Meningkatkan kinerja bagi Puskesmas-Puskesmas yang kelebihan SDMK (Bidan)
sehingga kualitas dan kuantitas capaian meningkat.
c. Dengan adanya penambahan SDMK (Bidan) pada Puskesmas yang kekurangan
SDMK, maka akan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas capaian kinerja.
d. Melakukan usulan alokasi formasi kebutuhan SDMK (Bidan) kepada Pemerintah
Daerah untuk diterukan ke Kementerian PANRB.
e. Melaporkan peta distribusi SDMK di daerahnya kepada baik Pemda Kab/kota,
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sebagai bahan masukan untuk
kebijakan SDMK.

11
2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
4. Menghitung Standar Beban Kerja
5. Menghitung Standar Kegiatan Penunjang
6. Menghitung Kebutuhan SDMK Per Institusi / Fasyankes

b. Standar Ketenagaan Minimal.


2. Metode berdasarkan wilayah
Metode yang digunakan adalah metode rasio penduduk yakni rasio
tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk di suatu wilayah.

Tabel 1
Metode Dasar Perencanaan Kebutuhan SDMK
Lingkup Data Minimal Yang
Metode Tujuan
Penggunaan Diperlukan
1. Metode berdasarkan Institusi
a. ABK Kes Merencanakan Tingkat institusi, - SOTK
(Analisis kebutuhan SDMK dan dapat dilakukan - Institusi/ Fasilitas
Beban Kerja baik di tingkat ekapitulasi di tingkat Pelayanan
Kesehatan) manajerial maupun jenjang administrasi Kesehatan
tingkat pelayanan, pemerintahan - Jenis tugas dan Uraian
sesuai dengan selanjutnya. Metode pekerjaan per jabatan
beban kerja ini juga dapat hasil analisis jabatan
sehingga diperoleh digunakan oleh - Hasil kerja/cakupan per
informasi Fasilitas Pelayanan jabatan
kebutuhan jumlah Kesehatan swasta. - Norma waktu
pegawai. - Jam kerja efektif
Waktu kerja tersedia
- Jumlah SDMK per
jabatan

1
b. Standar Merencanakan Tingkat institusi, - Jenis dan jumlah SDMK
Ketenagaan kebutuhan SDMK dan dapat dilakukan yang tersedia di Fasilitas
Minimal untuk Fasilitas rekapitulasi di tingkat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan jenjang administrasi yang akan dihitung
Kesehatan (Rumah pemerintahan kebutuhan SDMK nya
Sakit dan selanjutnya
Puskesmas) yang
akan atau baru
berdiri atau yang
berada di daerah
terpencil, sangat
terpencil,
perbatasan,
tertinggal dan
tidak diminati.

2. Metode berdasar Wilayah

2
Berdasarkan Menghitung Tingkat wilayah - Jumlah nilai
Metode Rasio SDMK untuk terutama di tingkat tertentu (yg menjadi
terhadap memperoleh nasional dan tingkat patokan rasio) di awal
Penduduk informasi proyeksi provinsi tahun proyeksi
jumlah
ketersediaan, - Jumlah ketersediaan
kebutuhan, dan SDMK diawal tahun
kapasitas produksi
di suatu wilayah - % laju pertumbuhan nilai
pada waktu tertentu (yg menjadi
tertentu. patokan rasio)
Menghasilkan peta
proyeksi
ketersediaan, - % pegawai pengangkatan
kebutuhan, dan baru dan pindah
kapasitas produksi masuk,
(potensi) SDMK
antar wilayah pada - % pegawai yg
waktu tertentu. keluar (pensiun, pindah
keluar, meninggal, tidak
mampu bekerja karena
sakit/cacat, dan yg
mengundurkan diri
atau Dipecat.

- Target rasio SDMK


terhadap nilai tertentu
(2014, 2019, 2025)
(pensiun, pindah keluar,
meninggal, tidak
mampu bekerja karena
sakit/cacat, dan yang
mengundurkan diri atau
dipecat.

- Target rasio SDMK


terhadap nilai tertentu
(2014, 2019, 2025)

Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan


3
dua pendekatan:
1. Perencanaan dari atas (Top Down Planning) yakni Pusat menetapkan
kebijakan, menyusun pedoman, sosialisasi, pelatihan, TOT, dan lokakarya
secara berjenjang. Dengan pendekatan ini maka diharapkan kebijakan
penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK dapat terimplementasikan oleh
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
2. Perencanaan dari bawah (Bootom Up Planning), yakni Perencanaan
kebutuhan SDMK dimulai dari institusi kesehatan kabupaten/kota yang
dilaksanakan oleh suatu tim perencana yang dibentuk dan ditetapkan dengan
keputusan pejabat yang berwenang pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pemanfaatan hasil perencanaan kebutuhan SDMK diadvokasikan kepada para
pemangku kepentingan di tiap jenjang administrasi pemerintahan.

2.2 Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan


Tingkat Kabupaten / Kota
Pemerintah daerah kabupaten / kota bertanggung jawab dan berwenang
dalam perencanaan, pengadaan, pendayagunaan SDMK. Penanganan bidang
kesehatan merupakan urusan wajib yang kewenangannya sudah diserahkan
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 14
ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan
merupakan kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang dari Pemerintah Daerah
Kabupaten /Kota yang bersangkutan.

Penyusunan rencana kebutuhan SDMK merupakan langkah strategis yang


perlu dilaksanakan dalam upaya mendukung pembangunan kesehatan.
Perencanaan SDMK dimaksudkan untuk memperoleh jumlah tenaga yang tepat
dalam keterampilan, pengalaman dan kompetensi yang dibutuhkan dalam
tugasnya dan dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain melakukan
perencanaan SDMK pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Pegawai Negeri Sipil diwajibkan melakukan penataan SDM termasuk
SDMK di lingkungannya untuk memperoleh sumber daya manusia yang tepat
4
baik secara kuantitas, kualitas, komposisi, dan distribusinya secara proporsional.
Hal tersebut penting karena SDMK merupakan komponen yang sangat penting
dalam penyelenggaraan semua urusan pembangunan kesehatan. Manajemen
SDMK yang baik harus diawali dengan sebuah perencanaan SDMK yang baik
pula.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 tahun 2015 tentang pedoman


penyusunan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan, di dalamnya
terdapat pedoman yang bertujuan sebagai acuan dalam menyusun dokumen
perencanaan kebutuhan SDMK di tingkat pemerintah daerah kabupaten/ kota.
Sasaran dari pedoman tersebut adalah para pemangku kepentingan yang
mempunyai tanggung jawab dan kewenangan dalam manajemen SDMK tingkat
pemerintah daerah kabupaten / kota dan perencana kebutuhan SDMK di institusi
kesehatan milik pemerintah maupun swasta.

Dalam menyusun dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat


kabupaten/kota diperlukan tahapan-tahapan yang terdiri dari:

1. Melaksanakan advokasi kepada pemangku kepentingan terkait

Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan


untuk mempengaruhi pemangku kepentingan (tim advokasi tingkat Provinsi
integrasi lintas sector terkait, dinas kesehatan provinsi, Badan Kepegawaian
Daerah, Biro Organisasi dan Tata laksana, sekretariat daerah, dan para peseerta
pemangku kepentingan terkait di tingkat kabupaten / kota) agar memberikan
komitmen, dukungan, dan tindak lanjut terkait perencanaan kebutuhan SDMK.

2. Membentuk tim perencana kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah


kabupaten/ kota
Tim perencana kebutuhan SDMK tingkat pemerintah kabupaten/ kota
ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati / Walikota, tim tersebut terdiri dari
tim pengarah dan tim pelaksana. Pembentukannya ditujukan untuk menyusun
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah
Kabupaten/ kota dan merumuskan urusan rekomendasi kebijaka untuk

5
penataan kelembagaan dan manajemen kepegawaian dalam meningkatkan
kinerja organisasi.
A. Susunan Organisasi Tim Perencana Kebutuhan SDMK
Tim Pengarah terdiri dari para pemangku kepentingan pada tingkat
pengambil kebijakan. Susunan personalia Tim Pengarah berasal dari
asisten daerah yang membidangi organisasi dan tatalaksana, badan
kepegawaian daerah kabupaten/kota, badan perencana dan pembangunan
daerah, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan rumah sakit umum daerah
kabupaten/kota.
Tim Pelaksana terdiri dari para pemangku kepentingan pada tingkat
pelaksana penyusun dokumen perencanaan dan penghitungan kebutuhan
SDMK tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Susunan personalia
Tim Pelaksana berasal dari badan kepegawaian daerah kabupaten/kota,
badan perencana dan pembangunan daerah, dinas kesehatan
kabupaten/kota, bagian organisasi dan tata laksana, rumah sakit umum
daerah dan UPTD kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota dan
perwakilan unsur institusi kesehatan swasta.

B. Tugas dan Fungsi Tim Perencana Kebutuhan SDMK.

Tugas dan fungsi dari Tim Pengarah sebagai berikut:

1) memberikan arahan tentang prioritas kebijakan pengembangan SDMK


dalam mendukung pembangunan kesehatan;
2) memberikan arahan dalam sinergisme dan koordinasi para pemangku
kepentingan terkait penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan
SDMK tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota;
3) memberikan arahan dalam penyusunan dokumen perencanaan
kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota;
4) memberikan arahan dukungan kebijakan terkait usulan rekomendasi
penataan kelembagaan dan manajemen kepegawaian; dan

6
5) memberikan arahan dan dukungan dalam sinergisme dan koordinasi
para pemangku kepentingan terkait pelaksanaan rekomendasi dari
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah
kabupaten/kota.

Tugas dan fungsi dari Tim Pelaksana sebagai berikut:

1) mengidentifikasi institusi kesehatan dan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan milik pemerintah maupun swasta yang harus menghitung
kebutuhan SDMK;
2) mengoordinir pengumpulan data untuk perencanaan kebutuhan
SDMK dari masing-masing institusi kesehatan dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik pemerintah maupun swasta;
3) memfasilitasi institusi kesehatan dan milik pemerintah maupun swasta
dalam menghitung kebutuhan SDMK;
4) mengompilasi hasil perhitungan kebutuhan SDMK dari masing-
masing institusi kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik
pemerintah maupun swasta;
5) menyusun rekapitulasi hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan
SDMK dari institusi kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
milik pemerintah maupun swasta;
C. Kapasitas Tim Perencana
Tim Perencana Kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah
kabupaten/kota perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam hal perencanaan
SDMK melalui pelatihan atau kegiatan lainnya. Sedangkan Tim Pelaksana
yang merupakan bagian dari Tim Perencana harus memiliki kemampuan
untuk menghitung rencana kebutuhan SDMK di wilayahnya dan mampu
menjadi fasilitator bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik pemerintah dan
swasta yang berada di wilayahnya.

3. Melakukan Fasilitasi Perencanaan Kebutuhan SDMK

7
Tim perencana kebutuhan SDMK memberikan bantuan teknis, fasilitasi,
dan asistensi kepada yang membutuhkan, dengan menggunakan metode
perencanaan kebutuhan SDMK yakni:
a. ABK Kesehatan
Perencanaan kebutuhan SDMK fasilitas kesehatan berdasarkan pada beban
kerja yang dilaksanakan oleh setiap jenis SDMK pada tiap fasilitas kesehatan
(Faskes) sesuai dengas tugas pokok dan fungsinya. Keluaran nya berupa hasil
perhitungan kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya
per fasilitas kesehatan di pemerintah daerah kabupaten/kota dan swasta.
b. Metode Standar Ketenagaan Minimal
Pada dasarnya metode Standar Ketenagaan Minimal merupakan hasil
pengembangan dari metode Analisis Beban Kerja (ABK) yang digunakan
untuk perencanaan kebutuhan SDMK di berbagai Fasyankes seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik, dan fasyankes lainnya. Fasyankes dikelompokkan ke
dalam kelas-kelas (misalnya Rumah Sakit Kelas A, B, C, dan D) dan tipe-tipe
fasyankes (misalnya Puskesmas Kawasan Perkotaan, Puskmesmas Kawasan
Pedesaan, dan Puskesmas kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil).
Keluarannya berupa hasil perhitungan kebutuhan dan ketersediaan SDMK
menurut jenis dan jumlahnya per Fasilitas Pelayanan Kesehatan
kabupaten/kota baik yang izin baru maupun peningkatan klasifikasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan pemerintah daerah kabupaten/kota.

4. Mengompilasi Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK


Mengumpulkan data dan informasi dari setiap institusi kesehatan milik
pemerintah maupun swasta. Data dan informasi yang harus dikumpulkan yaitu:
a. Data dan informasi hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan SDMK
fasilitas kesehatan provinsi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan vertikal di
wilayah kabupaten/kota;
b. Data dan informasi umum wilayah kabupaten/kota yang meliputi data
demografi dan geografi;
c. Data dan informasi komposisi anggaran bersumber APBD untuk belanja
aparatur dan publik;

8
d. Data dan informasi fasilitas kesehatan kabupaten/kotai dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan vertikal di wilayah kabupaten/kota di wilayahnya;
e. Data dan informasi komposisi SDMK (jenis, jumlah, dan kualifikasi
pendidikan) yang ada di fasilitas kesehatan kabupaten kota dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan vertikal di wilayah kabupaten/kota di wilayahnya;
dan
f. Data dan informasi hasil rekapitulasi ketersediaan dan kebutuhan hasil
perhitungan kebutuhan SDMK di wilayah kabupaten/kota.

5. Menganalisis Data dan Informasi


Tim Perencana Kebutuhan SDMK melakukan analisis terhadap data dan
informasi yang sudah dikumpulkan dan direkapitulasi dikaitkan dengan kondisi
dan potensi wilayah setempat. Hal-hal yang perlu dihasilkan dari proses analisis
sekurang-kurangnya memuat informasi sebagai berikut:
a. kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di
institusi kesehatan milik pemerintah pada tingkat pemerintah daerah
kabupaten/kota;
b. kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di
institusi kesehatan milik pemerintah pada tingkat institusi; dan
c. analisis distribusi SDMK menurut jenis dan jumlahnya antar institusi,
Fasilitas Pelayanan Kesehatan , dan unit kerja di wilayah pemerintah daerah
kab/kota.

6. Menyusun Dokumen Perencanaan Kebutuhan SDMK tingkat Kabupaten/Kota


Data, informasi, dan hasil analisis kemudian disusun dalam bentuk
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tahunan, yang disusun setiap tahun.

Hasil dari penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat


pemerintah daerah kabupaten / kota di laporkan oleh tim perencana kebutuhan
SDMK pemerintah daerah kabupaten / kota ke sekretaris daerah pemerintah
daerah kabupaten / kota untuk bahan pertimbangan tertulis dalam manajemen
SDMK di kabupaten / kota. Setelah mendapat pertimbangan tertulis, dokumen
perencanaan kebutuhan SDMK diproses untuk mendapatkan penetapan dari
9
Bupati / Walikota melalui Surat Keputusan. Setelah itu, Dokumen perencanaan
kebutuhan SDMK tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota yang sudah
ditetapkan oleh bupati/walikota disampaikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
sebagai dasar manajemen SDMK di tingkat pemerintah daerah propinsi.

10
2.3 Metode Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan ( Provinsi)
A. Metode
1. Metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, untuk menghitung proyeksi
kebutuhan SDMK berdasarkan wilayah ( Provinsi). Metode ini digunakan untuk
proyeksi kebutuhan SDMK jangka menengah 5 atau 10 tahun, serta menggambarkan
peta distribusi ketersediaan dan kebutuhan SDMK di wilayah pemerintah daerah
kabupaten atau kota se provinsi.
2. Metode Analisis Beban Kerja (ABK) Kesehatan, untuk perencanaan keburtuhan
SDMK fasilitas kesehatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Langkah
dalam metode ABK ini adalah :
a. Menetapkan fasyankes dan jenis SDMK
Contoh : Puskesmas
No Kelompok SDMK Jenis SDMK
1. Tenaga medis a. Dokter atau dokter layanan primer
b. Dokter gigi
2. Tenaga kefarmasian a. Apoteker
b. Tenaga teknis kefarmasian
3. Tenaga keperawatan Perawat
4. Tenaga kebidanan Bidan
5. Tenaga kesehatan masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat
6. Tenaga kesehatan lingkungan Tenaga sanitasi lingkungan
7. Tenaga gizi Tenaga nutrisionist
8. Tenaga keteknisian medis a. Terapi gigi dan mulut
b. Tenaga analis kesehatan
9. Tenaga teknik biomedika Ahli teknik laboratorium medik
Ket: mengacu pada UU No.36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dan
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas

b. Menetapkan waktu kerja tersedia

11
Berdasarkan peraturan Badan Kepegawaian Negara no.19 tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, Jam Kerja Efektif
(JKE) sebesar 1200 per tahun. Demikian juga menurut permen PA_RB No.26
tahun 2011, JKE sebesar 1200 jam per tahun baik 5 hari kerja ataupun 6 hari
kerja.
No Kode Komponen keterangan Rumus Jumlah Satuan
1. A Hari kerja a.5 hr kerja/mg 52 mg a.260 Hr/thn
b.6 hr kerja/mg b.312
2. B Cuti pegawai Peraturan 52 mg 12 Hr/thn
kepegawaian
3. C Libur Dalam 1 th 19 Hr/thn
nasional kalender
4. D Mengikuti Rata-rata dalam 1 5 Hr/thn
pelatihan thn
5. E Absen Rata rata dalam 12 Hr/thn
(sakit,dll) 1 thn
6. F Waktu kerja Kepres 37,5 Hr/thn
(1 mg) No.68/1995
7. G JKE Permen PAN-RB 70% x 37,5 26,25 Jam/mg
26/2011 jam
8. WK Waktu kerja a.5 hr/mg a. E8/5 a.5,25 Jam/hr
b.6 hr/mg b. E8/6 b.4,375
9. WKT Waktu kerja 1200 jam/ tahun
tersedia
(jam)

c. Menentapkan komponen beban kerja ( tugas pokok, tugas penunjang, uraian tugas
dan norma waktu)
Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang secara
nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang telah ditetapkan.

12
Norma waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh SDMK yang
terdidik, terampil dan terlatih serta berdedikasi untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara formal sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku difasyankes
yang bersangkutan.
Contoh : Tugas jabatan Bidan Puskesmas
No Jenis Tugas Komponen Beban Kerja Norma Waktu Satuan
.
1. Tugas Pokok Yan. ANC (K1-4) 30 Menit/pasien
Pertolongan persalinan 600 Menit/pasien
Yan. Ibu nifas (KF1-3) 60 Menit/pasien
Yan. BBL (KNI-3) 60 Menit/pasien
Yan. Gadar obs 60 Menit/pasien
Yan. Gadar neo 60 Menit/pasien
Yan. Bayi (1-4) 30 Menit/pasien
2. Tugas Melaksanakan pencatatan dan 20 Menit/hr
Penunjang pelaporan
Melaksanakan kunjungan rumah 120 Menit/mg
Memberikan yan.posyandu 180 Menit/bln
Melaksanakan kegiatan UKS 180 Menit/bln
Mengikuti pertummuan bulanan 240 Menit/bln
Memberikan pengobatan 20 Menit/hr
sederhana
Melaksanakan mirti lokakarya 120 Menit/bln
Melakukan penyuluhan ASI 120 Menit/mg
ekslusif
Membersihkan alat dan ruangan 15 Menit/hr
Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Menit/hr

13
d. Menghitung standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama satu
tahun untuk setiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok disusu
berdasarkan waktu yangn dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan (rata-
rata waktu atau norma waktu) dan waktu kerja tersedia yang sudah ditetapkan.

Rumus SBK: Waktu Kerja Tersedia/Norma Waktu per Kegiatan Pokok

Contoh: Menetapkan Standar Beban Kerja

No. Jenis Kegiatan Norma Satuan Waktu SBK


Tugas Waktu (menit)
(menit)
1 Tugas Yan. ANC (K1-4) 30 Menit/ps 72000 2400
Pokok Pertolongan persalinan 600 Menit/ps 72000 120
Yan. Ibu nifas (KF1-3) 60 Menit/ps 72000 1200
Yan. BBL (KNI-3) 60 Menit/ps 72000 1200
Yan. Gadar obs 60 Menit/ps 72000 1200
Yan. Gadar neo 60 Menit/ps 72000 1200
Yan. Bayi (1-4) 30 Menit/ps 72000 2400

e. Menghitung standar kegiatan penunjang


Tugas penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan yang tidak
terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh SDMK.
Standar Kegiatan Penunjang adalah proporsi waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu (per hari/per minggu/per
bulan/persemester)

Jenis Kegiatan Rat- satuan Wakt Waktu FTP %


Tugas rata u keg. (mnt/t

14
wakt (mnt/t h)
u h)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(5)/
(6)x100
Tugas Melaksanakan RR 20 Mnt/hr 5280 72000 7.3
Penunjang Melaksanakan KR 120 Mnt/mg 6240 72000 8.7
Memberikan yan.posyandu 180 Mnt/bln 2160 72000 3.0
Melaksankan keg.UKS 180 Mnt/bln 2160 72000 3.0
Mengikuti pertemuan bulanan 240 Mnt/bln 2880 72000 4.0
Memberikan pengobatan 20 Mnt/hr 5280 72000 7.3
sederhana
Melaksankan mini lokakarya 120 Mnt/bln 1440 72000 2.0
Melakukan penyuluhan ASI 120 Mnt/mg 6240 72000 8.7
ekslusif
Membersihkan alat dan ruangan 15 Mnt/hr 3960 72000 5.5
Melakukan pertemuan kelas ibu 15 Mnt/hr 3960 72000 5.5
Faktor Tugas Penunjang (FTP) dalam % 55.0
Standar Tugas Penunjang (STP) = (1/(1-FTP/100) 2.22

f. Menghitung kebutuhan SDMK per institusi atau fasyankes


Data dan informasi yang dibutuhkan per faskes, sebagai berikut:
a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya, yaitu:
Waktu Kerja Tersedia (WKT)
Standar Beban Kerja (SBK)
Standar Tugas Penunjang (STP)
b. Data capaian (cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap faskes selama kurun
waktu satu tahun

Keb.SDMK= capaian(1th)/standar beban kerja x STP

15
Jenis Tugas Kegiatan Capaian SBK Keb.
(1th) SDMK
(1) (2) (3) (4) (5)
=(3)/(4)
Tugas Pokok Yan. ANC (K1-4) 845 2400 0.35
Pertolongan persalinan 197 120 1.64
Yan. Ibu nifas (KF1-3) 342 1200 0.29
Yan. BBL (KNI-3) 326 1200 0.27
Yan. Gadar obs 35 1200 0.03
Yan. Gadar neo 31 1200 0.03
Yan. Bayi (1-4) 452 2400 0.19
JKT= Jumlah Kebutuhan Tenaga Tugas Pokok (Bidan) 2.79
Tugas Penunjang Standar Tugas Penunjang (hasil dr langkah 5) 2.22
Total Kebutuhan SDMK JKT x STP 6.21
Pembulatan 6

16
3. Metode standar ketenagaan minimal, untuk perencanaan kebutuhan SDMK bagi
fasyankes baru, peningkatan klasifikasi fasyankes, dan bagi fasyankes daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah yang tidak diminati. Pengelompokan dalam
metode ini didasarkan pada jenis fasyankes yang ada.
Contoh : Penetapan Standar Ketenagaan Minimal Fasyankes di Puskesmas (menurut
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas)
No Jenis Tenaga Puskes Kawasan Puskes Kawasan Puskes Kawasan
Perkotaan Pedesaan Terpencil dan
Sangat Terpencil
Non RI RI Non RI RI Non RI RI
1. Dokter/dokter 1 2 1 2 1 2
layanan primer
2. Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3. Perawat 5 8 5 8 5 8
4. Bidan 4 7 4 7 4 7
5. Tenaga kesmas 2 2 1 1 1 1
6. Tenaga kesling 1 1 1 1 1 1
7. Ahli tek lab. medik 1 1 1 1 1 1
8. Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
9. Tenaga kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10. Tenaga administrasi 3 3 2 2 2 2
11. Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27

Tahapan dalam menyusun dokumen perencanaan kebutughan SDMK tingkat provinsi adalah
sebagai berikut:

1. Sosialisasi kebijakan perencanaan kebutuhan SDMK :

17
Sasaran sosisalisasi adalah para pemangku kepentingan dalam perencanaan
kebutuhan SDMK. Tujuannya untuk kesamaan pemahaman terhadap kebijakan yang ada
yaitu dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang adil, merata dan
bermutu.
2. Pelaksanaan advokasi pemangku kepentingan
Sasaran advokasi adalah para pemanngku kepentingan dalam perencanaan
SDMK. Keluaran pada tahap ini adalah adanya komitmen dan dukungan dari pemangku
kepentingan terkait dengan tindak lanjut pelaksanaan kebijakan perencanaan kebutuhan
SDMK yang melibatkan lintas sector dan lintas program ditingkat Provinsi.
3. Pembentukan tim pelaksana kebutuhan SDMK tingkat provinsi
Terdiri dari tim pengarah dan tim pelaksana. Pembetukannya ditujukan untuk
penyusunan dokumen dan merumuskan usulan rekomendasi kebijakan untuk penataan
kelembagaan dan manajemen kepegawaian dalam meningnkatkan kinerja organisasi. Tim
perencana terdiri dari pemangku kepentingan yang ditetapkan melalui surat keputusan
Gubernur.
Kapasitas Tim Pelaksana : merupakan bagian dari tim pelaksana kebutuhan
SDMK tingkat daerah provinsi yang harus memiliki kemampuan untuk menghitung
rencana kebutuhan SDMK di wilayahnya. Tim tersebut juga harus mampu menjadi
fasilitator bagi Faskes yang menjadi tanggung jawab baik ditingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten di wilayahnya. Untuk mampu melaksanakan tugas dan fungsi tersebut,
maka Tim Pelaksan perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan atau kegiatan
lainnya.
4. Melakukan fasilitasi perhitungan kebutuhan SDMK
Tim perencana kebutuhan SDMK memberikan bantuan teknis, fasilitasi, dan
asisstensi kepada yang membutuhkan. Dalam hal ini diberikan kemampuan untuk
menghitung kebutuhan SDMK dengan menggunakan beberapa metode perencanaan
yakni:
a. Metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, untuk menghitung proyeksi
kebutuhan SDMK berdasarkan wilayah ( Provinsi). Metode ini digunakan untuk
proyeksi kebutuhan SDMK jangka menengah 5 atau 10 tahun, serta menggambarkan

18
peta distribusi ketersediaan dan kebutuhan SDMK di wilayah pemerintah daerah
kabupaten atau kota se provinsi.
b. Metode Analisi Beban Kerja (ABK) Kesehatan, untuk perencanaan keburtuhan
SDMK fasilitas kesehatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
c. Metode standar ketenagaan minimal, untuk perencanaan kebutuhan SDMK bagi
fasyankes baru, peningkatan klasifikasi fasyankes, dan bagi fasyankes daerah
terpencil, sangat terpencil dan daerah yang tidak diminati

Keluaran pada tahap ini meliputi :

a. Data kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya per institusi
dan fasyankes provinsi
b. Data kebutuhan dan ketersediaan SDMK menurut jenis dan jumlahnya per institusi
dan fasyankes provinsi baik yang ijin baru maupun peningkatan klasifikasi dan
fasyankes didaerah terpencil, sangat terpencil, perbatasan, daerah tertinggal, dan
daerah yang tidak diminati
c. Peta rasio ketersediaan penyebaran (distribusi) SDMK menurut jenis dan
jumlahnyawilayah provinsi.
5. Kompilasi hasil perhitungan kebutuhan SDMK
Dilakukan pengumpulan data dan informasi dari Faskes provinsi dan Fasyankes
vertikal. Data tersebut meliputi :
a. Hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan SDMK Faskes provinsi dan Fasyankes
vertikal di wilayah provinsi
b. Data demografi dan geografi
c. Komposisi anggaran bersumber APBD untuk belanja aparatur dan publik
d. Faskes provinsi dan Fasyankes vertikal di wilayah provinsi dan kab/kota di
wilayahnya
e. Komposisi SDMK (jenis, jumlah, dan kualifikasi pendidikan)
f. Hasil rekapitulasi ketersediaan dan kebutuhan dari hasil perhitungan kebutuhan
SDMK kab/kota di wilayahnya.

Keluaran pada tahap ini adalah rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan dan ketersediaan
SDMK tingkat kab./kota di wilayahnya.

19
6. Analisis data dan informasi
Dilakukan analisis terhadap data dan informasi yang sudah dikumpulkan dan
direkapitulasi dikaitkan dengan kondisi dan potensi daerah setempat. Hal yang perlu
dianalisis meliputi:
a. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes
wilayah provinsi
b. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes dan
Fasyankes di wilayah provinsi
c. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di Faskes milik
Pemda kab/kota
d. Kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDMK yang bekerja di
Faskes/Fasyankes dengan ijin baru atau peningkatan klasifikasi
e. Distribusi anatar wilayah berdasarkan target rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
f. Rekomendasi penataan dan manajemen SDM kesehatan untuk peningkatan upaya
kesehatan di provinsi
7. Memasukkan data, Informasi, dan Hasil Analisis ke dalam Format Dokumen
Perencanaan Kebutuhan SDMK tingkat Provinsi

Disusun dalam bentuk dokumen perencanaan kebutuhan SDMK. Ada dua jenis
dokumen perencanaan kebutuhan SDMK, sebagai berikut:

a. Dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tahunan


b. Dokumen perencanaan kebutuhan SDMK jangka menengah 5 atau 10 tahun

Dokumen kemudian dilaporkan oleh tim pelaksana perencana kebutuhan SDMK kepada
tim pengarah untuk diberikan arahan atau rekomendasi.

8. Tindak Lanjut
Hasil penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDMK tingkat provinsi dilaporkan
oleh tim perencana SDMK Pemda provinsi ke Sekda pemerintah provinsi untuk bahan
pertimbangan tertulis dalam manajemen SDMK di pemerintah provinsi. Kemudian

20
dokumen disampaikan kepada Menteri Kesehatan sebagai dasar manajemen SDMK di
pemerintah daerah provinsi.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

21
DAFTAR PUSTAKA

Kurnianti, Anna, dan Ferry Effendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta:
Salemba Medika.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

22

Anda mungkin juga menyukai