Pendahuluan
1. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan
pelanggan (ASQC dalam Wijoyo, 1999).
2. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang
dihasilkan, didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman
dan terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan
tersebut (Din ISO 8402, 1986).
3. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat
diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap
tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para
penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan
sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena
mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan
pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau
kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang
2
diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi,
dan adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber
dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan
mengurangi kerugian dari penyandang dana.
Pengertian program menjaga mutu ; Menurut Maltos & Keller, 1989, adalah
suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan
menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu
pelayanan. Kemudian menurut Joint Commission on Acreditation of Hospitals, 1988,
Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif
dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan,
menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang
diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan
Program menjaga mutu mempunyai tujuan antara yakni ingin diketahuinya mutu
pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat
dicapai apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan. Kemudian
tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya
mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini
dapat dicapai apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi.
Banyak manfaat yang akan diperoleh jika rumah sakit menjalankan program
menjaga mutu pelayanannya yaitu ;
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan
publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk
melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak
puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan
kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya.
Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena
apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada
peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan .
Beberapa dari persyaratan yang dimaksud dan dipandang penting ialah dalam
program menjaga mutu yaitu ;
a. Bersifat khas
Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam arti jelas
sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya untuk hal-hal
yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti ini, maka jelaslah untuk
dapat melakukan program menjaga mutu yang baik perlu disusun dahulu rencana
kerja program menjaga mutu.
4
Harus mampu melaporkan setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar.
Untuk ini disebut bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya
mempunyai mekanisme umpan balik yang baik.
Program menjaga mutu yang terlau kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap
perubahan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.
Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah
suatu program yang baik.
e. Mudah dilaksanakan.
Ini alasan dikembangkan program menjaga mutu mandiri atau Self assesment. Ada
baiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh
pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan .
f. Mudah dimengerti.
Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit dimengerti,
bukanlah suatu program yang baik.
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi.
Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya
pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan
standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini maka
ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada
penerapan standar serta kode etik profesi yang baik saja. Ukuran-ukuran yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien
mengenai:
Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan
dengan penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan . Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan
semua persyaratan pelayanan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini
mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu
lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian kepuasan pasien
mengenai:
Adapun strategi upaya peningkatan mutu rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu
pelayanan rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah upaya
peningkatan mutu masing masing rumah sakit.
2. Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit
termasuk kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang layak, program
keselamatan dan kesehatan kerja, program pendidikan dan pelatihan , dll.
3. Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya menyusun
program mutu rumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai sebagai
pedoman, memilih pendekatan yang akan dipakai dalam penggunaan standar
prosedur serta menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi.
1. Unsur masukan
Unsur masukan (input) adalah tenaga, dana dan sarana fisik, perlengkapan serta
peralatan. Secara umum disebutkan bahwa apabila tenaga dan sarana (kuantitas
dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standardofpersonnel and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Bruce
1990).
2. Unsur lingkungan
3. Unsur proses
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis,keperawatan atau non
medis. Secara umum disebutkan apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan
mutu pelayanan menjadi baik (Pena, 1984).
Apa hubungan standar, protocol, indicator dan criteria dengan program menjaga
mutu?
Pengertian standar itu adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi
dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal, atau disebut pula
sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima (Clinical Practice Guideline, 1990).
Lazimnya tingkat ideal tersebut tidak disusun terlalu kaku, namun dalam bentuk minimal
dan maksimal (range). Penyimpangan yang terjadi tetapi masih dalam batas-batas yang
dibenarkan disebut toleransi (tolerance).
Sedangkan untuk memandu para pelaksana program menjaga mutu agar tetap
berpedoman pada standar yang telah ditetapkan maka disusunlah protokol. Adapun
yang dimaksud dengan protokol (pedoman, petunjuk pelaksanaan) adalah suatu
pernyataan tertulis yang disusun secara sistimatis dan yang dipakai sebagai pedoman
oleh para pelaksana dalam mengambil keputusan dan atau dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan. Makin dipatuhi protokol tersebut, makin tercapai standar yang
telah ditetapkan.
Adalah yang rnenunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan
dalam :
a. Standar masukan ;
8
b. Standar lingkungan ;
c. Standar proses ;
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang harus
dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni
tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of conduct), karena baik
dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan
dengan standar proses.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka keempat standar tersebut
perlu dipantau, dan dinilai secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan
penyimpangan,perlu segera diperbaiki. Dalam pelaksanaannya pemantauan standar-
standar tersebut tergantung kemampuan yang dimiliki, maka perlu disusun prioritas.
Yaitu indikator yang menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar
masukan, lingkungan dan proses. Apabila hasil pengukuran berada di bawah
indikator yang telah ditetapkan pasti akan besar pengaruhnya terhadap mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
9
Yaitu indikator yang menunjuk pada ukuran terpenuhi atau tidaknya standar
penampilan minimal yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini
sering disebut indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap standar
penampilan berada di bawah indikator keluaran maka berarti pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan tidak bermutu.
Berdasarkan uraian di atas bisa dipahami, apabila ingin diketahui (diukur) adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), maka yang
dipergunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi apabila yang ingin diketahui
adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang dipergunakan adalah indikator
keluaran (penampilan).
Bentuk Program Menjaga Mutu dapat dibedakan atas tiga jenis (Azrul Azwar 1988) :
lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan
pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak
langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan .atau berupa pandangan
pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah :
Record review, tissue review, survei klien dan lain-lain.
Metode metode apa yang dapat digunakan pada program menjaga mutu ?
Untuk mengukur dan menilai mutu asuhan dilaksanakan melalui berbagai metoda sesuai
kebutuhan. Metoda yang digunakan adalah :
1. Audit.
2. Review.
3. Survey.
5. Observasi.
Observasi terhadap asuhan pasien, meliputi observasi terhadap status fisik dan
perilaku pasien
Mutu juga di pandang dari sudut pandang penerima jasa pelayanan yakni pasien maka
mutu juga harus memperhatikan aspek kepuasan pasien/pelanggan/klien. bagaimana
mengukurnya ?, untuk itu merujuk kepada lima dimensi ukuran jasa pelayanan
(Parasuraman et.al 1990) ; (a) kehandalan (reliability); (b). Ketanggapan
(responsiveness); (c) kepastian/jaminan (assurance); (d) empati ; (e) yang
11
berwujud/nyata (tangible), maka mutu dari aspek kepuasan pasien adalah sebagai
berikut ;
a.Kehandalan (reliability)
b.Ketanggapan (responsiveness)
c.Jaminan (assurance)
Empati
Kesediaan untuk peduli dan memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
pribadi kepada klien. Dimensi empati adalah dimensi yang memberikan peluang besar
untuk menciptakan pelayanan yang surprise yaitu tak disangka sangka/diharapkan klien
ternyata di berikan oleh penyedia jasa.
Berwujud (tangible)
Kepustakaan :