Anda di halaman 1dari 17

KONSEP HUTANG DAN EKUITAS

PEMILIK : KONSEP HUTANG DAN


KONSEP EKUITAS

OLEH KELOMPOK 2 :
BARTEN ANGELIA
SINTIA KAHIKING
ANGEL TATAMBIHE
HENGKI RARAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Terima kasih kepada dosen kami Mner Alfian
atas bimbingan dan arahan sehingga kami kelompok bisa menyelesaikan tugas kami makalah
tentng Konsep Hutang Dan Ekuitas Pemilik : Konsep Hutang Dan Konsep Ekuitas dengan baik

Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, dan mohon maaf
apabila ada kesalahan maupun kekurangan.

Terima Kasih Tuhan Yesus Memberkati.

Hormat kami,

Kelompok 2
I. PENGERTIAN HUTANG
Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat
transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994) definisi hutang
(kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi (paragraph 62).
Menurut Soemarso (2008 : 81) Kewajiban (hutang) adalah pengorbanan ekonomi yang
harus dilakukan perusahaan dimasa mendatang karena tindakan atau transaksi sebelumnya.
Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau dilakukannya
pekerjaan tertentu. Tindakan atau transaksi itu dapat berupa diterimanya uang, barang atau jasa,
diakuinya suatu biaya atau kerugian. Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan
hak kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Kewajiban biasanya dapat ditentukan
jumlahnya atau mudah ditaksir dan dinyatakan dalam satuan uang.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas hutang/kewajiban adalah suatu
pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan dimasa yang akan datang yang timbul dari
aktivitas transaksi sebelumnya. Pengorbanan tersebut dapat berupa penyerahan uang, barang atau
jasa yang diakui sebagai biaya atau kerugian.

II. KLASIFIKASI HUTANG


Sama dengan halnya aktiva hutang juga memiliki dua kelompok utama. Kedua jenis
hutang tersebut dalah hutang lancar dan hutang jangka panjang. Berikut uraian satu persatu
mengenai hutang tersebut.
1. Hutang jangka pendek
Menurut Lubis (2017 : 240) Hutang lancar adalah kewajiabn-kewajiban yang akan jatuh
tempo dalam satu tahun selama satu siklus kegiatan normal perusahaan. Satu siklus normal
adalah periode waktu yang diperlukan dari sejka kas dibayarkan untuk pembelian barang atau
jasa yang dibutuhkan untuk produksi sampai dengan kas dari hasil penjualan produk perusahaan
diterima. Karena hutang melibatkan pengorbanan dimasa ang akan datang maka hutang lancar
mengandung unsur ketidakpastian.
Hutang jangka pendek memiliki dua manfaat, yaitu fleksibilitas dan biaya yang lebih
murah.
1) Fleksibilitas, hutang jangka panjang bersifat fleksibel, dapat digunakan kapan saja
perusahaan membutuhkannya. Apalagi perusahaan lebih kerap dihadapkan pada
kebutuhan jangka pendek.
2) Biaya lebih murah, Pada umumnya suku bunga hutang jangka pendek lebih rendah
daripada hutang jangka panjang, karena semakin panjang periode hutang, maka semakin
besar bunganya.
Selain memiliki manfaat hutang jangka panjang juga memiliki kelemahan, kelemahan
hutang jangka pendek yaitu:
a) Likuiditas, hutang jangka pendek memiliki likuiditas lebih buruk dibanding jangka
panjang. Likuiditas hutang jangka panjang lebih mantab terjamin, sedangkan hutang
jangka pendek debitur harus sering menyediakan dana untuk melunasinya, atau
membayar bunganya dan memperpanjang pinjaman pokoknya berulang-ulang.
b) Ketidakpastian biaya/bunga, bunga hutang jangka panjang senantiasa mudah berubah
sesuai dengan suku bunga rata-rata pasar yang berlaku dan persepsi kreditur terhadap
tingkat risiko perusahaan debitur.
Kelompok atau jenis hutang jangka pendek meliputi :
a. Hutang dagang, hutang yang timbul akibat terjadi pembelian barang dagangan.
b. Hutang wesel, janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal
tertentu dimasa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau transaksi
lainnya.
c. Biaya yang masih harus dibayar, penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang
belum terealisasi. Seperti hutang gaji, bunga dan lain-lain.
d. Hutang bank merupakan kewajiban jangka pendek atau jangka panjang kepada bank atau
lembaga keuangan yang disebabkan pinjaman yang diterima oleh perusahaan.
e. Hutang deviden merupakan sejumlah yang terutang oleh peusahaan kepada para
pemegang saham karena adanya distribusi yang telah diumumkan oleh dewan komisaris.
Setlah pengumuman perusahaan berhutang kepada pemegang saham. Biasanya deviden
tersebut akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun. Oleh karena itu dikelompokkna
sebagai hutang jangka pendek. Hutang deviden dalam bentuk tambahan lmbar saham
tidak diakui sebagai hutang karena tidak memerlukan pengeluaran harta atau jasa dimasa
yang akan datang.
2. Hutang jangka panjang
Menurut Lubis (2017 : 240) Hutang jangka panjang merupakan hutang yang memiliki
waktu pembayaran lebih dari satu tahun atau melebihi siklus operasi perusahaan.
Hutang jangka panjang meliputi:
a. Hutang obligasi
Obligasi merupakan instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke
investor. Perusahaan mengeluarkan surat berharga yang menjanjikan pembayaran pada periode
tertentu dan surat tersebut memuat beberapa perjanjian yang spesifik.
b. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh
pendapatan dari dividen dan capital gain.
c. Hipotek
Hipotek merupakan instrumen utang dengan pemberian hak tanggungan atas properti dan
pinjaman kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya.
d. Hutang dari lembaga keuangan
Hutang bisa langsung diperoleh melalui bank atau lembaga nonbank. Pinjaman dari
lembaga keuangan memiliki karakteristik adanya amortisasi dan jaminan. Pinjaman langsung
dibayar dengan cara amortisasi, yaitu secara bertahap sehingga akan mengurangi beban
pembayaran yang besar jika dilakukan pelunasan sekaligus.
e. Modal ventura
Modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal dari perusahaan pembiayaan kepada
perusahaan yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu.
f. Hutang wesel jangka panjang
Merupakan surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari bank penerbit draftkepada
pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang
ditunjuknya pada waktu yang telah ditentukan.
g. Hutang sewa guna
Merupakan kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
h. Hutang pensiun
Merupakan perjanjian dimana perusahaan akan memberikan pembayaran kepada karyawan
setelah mereka berhenti bekerja untuk jasa yang telah diberikan pada masa bekerja,
Penggunaan hutang jangka panjang akan lebih menguntungkan apabila terjadi kondisi-
kondisi berikut:
1. Penjualan dan pendapatan relatif stabil, kenaikan besardalam penjualan dan pendapatan
yang akan datang diharapkan memberikan keuntungan besar dari penggunaan leverage.
2. Apabila diharapkan adanya kenaikan besar dalam tingkat harga diwaktu yang akan datang,
maka perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan berhutang yang akan dibayar
kembali dengan uang yang lebih murah (karena inflasi).
3. Rasio hutang yang ada sekarang adalah relatif rendah bagi lini bisnis.
4. Manajemen berpendapat bahwa harga saham biasa dalam hubungannya dengan obligasi,
adalah ditekan untuk sementara.
5. Penjualan saham biasa akan menimbulkan persoalan mengenai pemeliharaan pola
pengendalian yang berlaku sekarang dalam perusahaan.

III. KARAKTERISTIK HUTANG


Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat
transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994)definisi hutang
(kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi (paragraph 62).
Dari pengertian tersebut komponen utama hutang antara lain:
1. Kewajiban Sekarang
Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang
tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. Objek hutang yang sebenarnya adalah
kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena itu, menurut Kam (1990: p.111) definisi
hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit usaha yang
merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain di
masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.
Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:
1) Kewajiban pada kreditor/hutang
2) Kewajiban kepada pemilik
Meskipum kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya memiliki hak
yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus likuidasi.
Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah kewajiban
terhadap kreditor terpenuhi.
2. Hasil Transaksi Masa Lalu
Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut
menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk
memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai hutang dalam neraca.

IV. TERJADINYA HUTANG


Intrepretasi terhadap terjadinya hutang cenderung didasarkan konsep economic substance
over legal form bukan semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan demikian, apabila dinilai dari
substansi ekonomi suatu transaksi/peristiwa memenuhi kriteria hutang, otomatis hutang akan
diakui dan disajikan dalam neraca.
1. Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang
Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat tergantung pada
kemampuan untuk menafsurkan transaksi/kejadian yang emnimbulkannya. Namun demikian,
ditinjau dari penafsiran sematik apabila suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka
yang paling penting adalah mencatat hal tersebut sebagaisuatu hutang tanpa memperhatikan
bagaimana terjadinya.
Kohler, (1970: hal.263) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar
dalam bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. terjadi/telah terjadi
b. terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang
c. terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang.
Hutang dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:
1) Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan
hukum untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa) kepada entitas tertentu.
2) Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/kondisi
tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar
sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
3) Kewajiban equitable
Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh
perusahaan karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.
2. Unconditional Right Of Offset
Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di
masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang.
Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang
atau jasa telah diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak
ada satu pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum barang
tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk
menerima barang tersebut. Dalam kondidi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas
pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan bila kewajiban terhadap komitmen pembelian
tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan yang material
terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka panjang ditandatangani, maka
kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian. Oleh
karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang terjadi dari
pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang
timbul. Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa mendatang
akan dilakuka atau akan terjadi
2) Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti
Menurut Kam (1990) hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:
1. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk mengakui
hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.
2. Pemakaian prinsip konservatisme
Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan. Jadi
rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap
rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
3. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat segera
diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang sangat
subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam
neraca.
V. PENGUKURAN HUTANG
Dasar pengukuran hutang adalah jumlah rupiah sumber ekonomi yang harus dikorbankan
apabila pada saat penilaian (pelaporan), hutang dilunasi. Dengan demikian, dasar penilaian yang
digunakan adalah nilai sekarang pengeluaran kas/pengorbanan sumber ekonomi masa mendatang
untuk melunasi hutang tersebut sampai tanggal jatuh tempo. Besarnya nilai hutang tersebut harus
didiskontokan dengan tingkat bunga tertentu dengan rumus sebagai berikut:

PV = F (1 + r)-1

Ket:
PV = Nilai sekarang dari hutang pada tanggal penilaian
F = Aliran kas masa mendatang pada periode t dari tanggal penilaian
r = tingkat bunga
Dasar penilaian tersebut berlaku untuk semua hutang. Weil (1990) menyebutkan bahwa
pendiskontoan terhadap elemen laporan keuangan hanya dapat dilakukan bila:
a. Elemen tersebut menunjukkan klaim kepada atau kewajiban untuk membayar sejumlah
tertentu yang dapat ditaksir dengan cukup pasti
b. Perusahaan akan membayar jumlah tersebut dalam periode lebih dari satu tahun setelah
tanggal neraca
c. (1) Klaim /kewajiban timbul dari transaksi, kecuali transaksi executor contract, (2)
perusahaan telah merevaluasi elemen neraca karena adanya informasi baru.
VI. PENYELESAIAN HUTANG
IAI (1994: paragraf 62) salam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa
kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat
masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada
sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
 Pembayaran kas
 Penyerahan aktiva
 Pemberian jasa
 Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,
 Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban juga dapat dihapus dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan
haknya.
1. In-Subsance Defeseance
In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang debitur
menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko pada kuasa badan
perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.
Gambaran tentang pelunasan hutang dengan cara In-Subsance Defeseance dapat dilihat pada
contoh berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan tingkat
bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A membeli
sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka
waktu pelunasannya 10 tahun. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total
pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian diserahkan pada badan
perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pada saat pembelian:
Investasi sertifikat Bank Indonesia Rp. 10.000.000
Kas Rp. 10.000.000

Pada saat penempatan sertifikat Bank Indonesia pada badan perwakilan:


Hutang Obligasi Rp. 10.000.000
Investasi sertifikat Bank Indonesia Rp. 7.500.000
Untung (extraordinary) Rp. 2.500.000
Keuntungan PT. A dalam melakukan transaksi semacam itu adalah:
1) Hutang akan berkurang sehingga rasio debt equity menjadi lebih baik
2) Laba bersih tahun berjalan akan meningkat
3) Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui
4) Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk menutup biaya
bunga atas hutang obligasi

2. Kredit Tangguhan (Deferred Credit)


Dalam laporan keuangan sering kali timbul masalah yang berkaitan dengan perlakuan
kredit tangguhan tertentu yang dimasukkan sebagai hutang misalnya uang muka yang dibayar
pembeli tetapi produk belum diserahkan kepada pembeli. Kasus demikian menunjukkan adanya
kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada masa mendatang kepada pembeli. Dengan
demikian transaksi tersebut jelas dianggap sebagai hutang. Kredit tangguhan yang sering menjadi
masalah laba kotor belum direalisir yang timbul dari penjualan angsuran. Apabila prinsip
pengakuan pendapatan atas penjualan angsuran diterapkan, laba hanya akan diakui bila terdapat
kas yang diterima atas penjualan angsuran tersebut. Laba kotor yang belum direalisir merupakan
perbedaan nantara penjualan dan cost barang terjual atas penjualan angsuran.
3. Hutang Dan Rugi Kontijensi (Contingent loss/Liabilities)
Dalam FASB Statement No. 5 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kontijensi adalah
suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan
hutang atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut tergantung pada
terjadi atau tidaknya suatu hutang terutama menyangkut kewajiban sekarang atau masa
mendatang.

VII. KONSEP EKUITAS


 Teori Ekuitas
Teori ekuitas adalah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam
akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandangyang
digunakan yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
 Teori Proprietary
Teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan, jenis modal,
makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian
tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang
digunakan adalah :

Aktiva – hutang = modal

Aktiva merupakan kekayaan pemilik, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik.


Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru
dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka nilai
perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi prive
untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma
oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen perusahaan
dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah setiap
periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur kenaikan
bersih kekayaan.
 Makna laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara
biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan
kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik
1. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary.
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan
menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat
pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan
dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas
didasarkan atas persamaan akuntansi:

Aktiva = Hutang = Modal


Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)

Jadi hutang adalah kewajiban khusus perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan
menerima barang dan jasa khusus atau manfaat lainnya
Ada 2 versi teori entitas, yaitu:
1) Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity holders)
yaitu pihak yang memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus
melaporkan status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik
2) Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkentingan
terhadap kelangsungan hidupnya sendiri.
Meskipun kedua pandangan diatas memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha ( entitas
yang independen), namun pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai partner
dalam kegiatan usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang ekuitas
sebagai pihak luar perusahaan. Oleh karena pemilik dan kreditor merupakan pemegang ekuitas
yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas

Atas dasar teori entitas, neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
o Aktiva perusahaan menyajikan informasi langsung mengenai nilai unit usaha
o Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung terhadap jumlah nilai yang sama
o Aktiva adalah milik perusahaan
o Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan kewajiban pemilik
o Aktiva non moneter lebih relevan bila diukur dengan cost histories karena nilai total
aktiva sama dengan umlah pasivanya.
 Makna laba
Dalam pendekatan entitas ini, laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca, alasannya:
o Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang merupakan hasilm dari investasi mereka
o Perusahaan didirikan dengan maksud mencari laba
o Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih perusahaan
o Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena transaksi yang dilakukan perusahaan
o Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang digunakan perusahaan dalam rangka
menghasilkan pendapatan
 Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional:
o Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan atas pemakaian pinjaman modal bukan
biaya bagi kreditor
o Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi pemilik saham
o Pajak penghasilan merupakan distribusi laba ditahan
Menurut pandangan baru :
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan pajak
penghasilan dianggap sebagai biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit usaha
tersebut
2. Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual
merupakan salah satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori entitas,
pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas lainnyan, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam
pandangan ini persamaan akuntansinya menjadi:

Aktiva – Ekuitas khusus = Ekuitas Residual

Ekuitas khusus meliputi klaim kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun
demikian pada kasus khusus dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami
kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau
pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan pendekatan ekuitas residual
adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa dalam rangka
pengambilan keputusan investasi. Pemegang saham biasa pada umumnya dianggap memiliki
ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh
karena laporan keuangan umumnya disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang
disajikan dalam kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi dividen
masa datang bagi pemegang saham biasa
3. Teori Enterprise
Teori enterprise suatu perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori
entitas. Di dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam teori
enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan dalam rangka
memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam arti luas pihak-pihak yang
berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur, pegawai, konsumen, pemerintah dan
masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari teori enterprise dapat dipandang sebagai teori
akuntansi sosial
4. Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi
personifikasi perusahan sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori entitas.
Menurut teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit aktivitas operasi ini
disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi atau batasan-batasan yang
menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori dana berdasarkan pada persamaan
akuntansi sebagai berikut :

Aktiva = Restriksi Aktiva

Aktiva menggambarkan jasa prospektif kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan
retriksi aktiva khusus atau umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi
legal atau financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di
sektor pemerintah dan lembaga nir laba.
 Posisi FASB
Financial Accounting Standard Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori ekuitas
residual ketika berhubungan dengan ekuitas pemilik yang menyatakan“ hak residual pada aktiva
suatu entitas yang tersisa setelah di kurangi hutang”. Pandangan ini sejalan dengan tujuan
akuntansi yang dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan informasi khususnya kepada investor
atau lebih khusus kepada peemegang saham biasa.
DAFTAR PUSTAKA
https://dexsuar.wordpress.com/2013/09/18/konsep-hutang-dan-ekuitas/
http://ourintias.blogspot.com/2017/11/makalah-konsep-hutang-dan-ekuitas.html

Anda mungkin juga menyukai