Anda di halaman 1dari 41

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

AKUNTANSI LANJUTAN II

DOSEN PENGAMPU :

D.rs La Hanu, M.Si

Ulfa Nurhayani, S.E, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

MARRYSABELL NATALITA SITEPU (7193342026)

ANNISA KARTIKA SAFIRA (7181142022)

DWI MAHARANI ( 7193342003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah CBR ini bisa
selesai pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah CBR mata kuliah “Akuntansi Lanjutan II”.
Kami berharap semoga makalah CBR ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah CBR ini,
supaya makalah CBR ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah CBR ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Demikian, semoga makalah CBR ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 16 September 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar . .................................................................................................................. ii

Daftar Isi ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................................................. 1


B. Tujuan CBR ............................................................................................................... 1
C. Manfaat CBR ............................................................................................................. 1
D. Identitas Buku ........................................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Ringkasan Buku 1 ..................................................................................................... 3


B. Ringkasan Buku 2 .................................................................................................. 26

BAB III PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku ......................................................................................................... 35


B. Kekurangan Buku ...................................................................................................... 35

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 37
B. Saran .......................................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan kita. Misalnya dari segi
analisis bahasa, pembahasan penerapan pasal-pasal mengatur tentang Akuntansi di
Indonesia, oleh karena itu penulis membuat Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih referensi, terkhusus pada pokok bahasan
tentang Akuntansi Lanjutan II.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab.
4. Mengkritisi satu topik materi kuliah yaitu Akuntansi Lanjutan II.

C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang mata kuliah Akuntansi Lanjutan II.
2. Untuk mengetahui materi apa saja yang dibahas dalam buku

D. Identitas Buku
BUKU 1
1. Judul buku : Akuntansi Keuangan Lanjutan
2. Penerbit : ERLANGGA
3. Penulis : Golrida Karyawati
4. Tahun terbit : 2011
5. Tebal halaman : 248 halaman
6. ISBN : 978-979-099-763-9
2

BUKU 2
1. Judul Buku : Akuntansi Keuangan Lanjutan 2
2. Edisi :-
3. Penulis : Dy Ilham Satria, SE,. M. Si
4. Penerbit : Universitas Malikussaleh
5. Kota terbit : Aceh
6. Tahun terbit : 2016
7. Jumlah Halaman : 81 hlm
8. ISBN :-
9. Pdf : https://bit.ly/3keqJck
3

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU 1
Bab I
Komunikasi Bisnis
• Kombinasi bisnis merupakan terminologi akuntansi yang substansinya di Indonesia
dibahas dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 22 yang telah direvisi
pada tahun 2010. Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun 2010 terjadi
ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis.
Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur
kebijaksanaan keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari
aktivitas entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni entitas
pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan entitas yang
memperoleh pengendalian atas
entitas yang diakuisisi dalam transaksi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau
disebut juga entitas target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis
dikendalikan oleh entitas lain (entitas pengakuisisi). PSAK 33 direvisi taun 2010
cenderung menggunakan istilah entitas dibanding perusahaan.
• PSAK 22 tahun 1994 menggunakan istilah “perusahaan” dalam pengabungan usaha,
yang menyatakan bahwa penggabungan usaha terjadi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain. Walaupun tampaknya sama, terdapat perbedaan istilah “perusahaan”
dengan istilah “bisnis”. Bisnis merupakan substansi usaha tanpa memandang bentuk
usaha, sementara “perusahaan” mengacu pada bentuk atau badan usaha. PSAK 22
revisi 2010 mendefinisikan “bisnis” sebagai suatu rangkaian terpadu dan kegiatan dan
aset yang mampu diadakan serta dikelola dengan tujuan memberikan hasil dalam
bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau manfaat ekonomi lainnya secara
langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau peserta lainnya. PSAK 22 revisi
2010 bermaksud mencegah transaksi semacam itu. PSAK 22 revisi 2010 bermaksud
menegakkan kombinasi bisnis, yaitu mendapatkan sinergi positif dari kedua aktivitas
ekonomi (bisnis), bukan untuk menggabungkan dua badan hukum.
• Dalam kombinasi bisnis, Pengendalian dapat diperoleh dengan kepemilikan hak suara
atas entitas lain. Hak suara biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas
walaupun tidak selalyu demikian. Jika hak suara yang dimiliki sedemikian besar,
diperoleh hak pengendalian, dan pada saat itu telah terjadi kombinasi bisnis.
Kepemilikan equitas suatu entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan
pengendalian atas entitas tersebut, dan hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi
kombinasi bisnis.
• PSAK 22 revisi 2010 menjelaskan bahwa kombinasi bisnis terjadi pada saat satu
entitas mengendalikan entitas lain yang berupa bisnis. Tanggal transaksi bisnis
merupakan tanggal diperolehnya kendali atas suatu bisnis. Tanggal kombinasi bisnis
mungkin merupakan tanggal akuisisi atau tanggal ketika pihak pengakuisisi secara
hukum mengalihkan imbalan, memperoleh aset, dan mengambil alih
4

liabilitas/kewajiban pihak yang diakuisisi, atau disebut juga tanggal penutupan.


Akan tetapi, pihak pengakuisisi mungkin saja memperoleh pengendalian pada tanggal
sebelum atau setelah tanggap penutupan.
• Kombinasi bisnis melibatkan pihak pengakuisisi dan entitas target. Pihak pengakuisisi
merupakan pihak yang memeproleh kendali atas aktiva neto dna operasi pihak yang
diakuisisi. Pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis disebut induk, yang
berkewajiban menyusun laporan konsolidasi yang akan dibahas pada bab-bab
berikutnya. Pada umumnya, pihak pengakuisisi diidentifikasi sebagai pihak
yangmengalihkan kas atau aset lainnya, atau meiliki liabilitas sebagai pihak yang
mengalihkan kas atau aset lainnya, atau memiliki liabilitas atas kombinasi bisnis. Kas
atau aset lainnya akan diberikan atau dialihkan (liablilitas) kepada pemilik atau
pengendali entitas target sebelumnya.

Bab 2
Akuntansi Kombinasi Bisnis
• Metode Kombinasi Bisnis
Suatu akuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai dengan kas
dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat utang kepada
pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas yang
diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas
pengakuisisi sebagai pemilik baru. Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan
pemilik lama entitas target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang
saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru entitas
pengakuisisi, (investor). Walaupun secara hokum entitas pengakuisisi dan entitas target
merupakan entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan
demikian, pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam
entitas target meskipun ia kini terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi.
Contoh : PT. pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT.
Abunawas yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp per
lembar, agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar
saham. Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio
menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp per lembar sementara harga
pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. pinokio mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000

Model Saham Rp 1.000.000.000

Tambahan Modal Disetor 500.000.000

• Harga Akuisisi
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait
akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi
5

bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya
pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode
akuisisi.

Contoh : Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT.
andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-
pengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.

❖ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat
akuisisi Rp 200 juta
❖ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2 juta lembar
dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini
diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya konsultan dan
pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai. Dengan demikian harga perolehannya
adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai
investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000

Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp 4.0000.0000

Tambahan modal disetor Rp 1.00.000.000

Kas Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada
dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga
akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan
sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan
perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan
mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100 juta

Kas Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.
6

• Alokasi Harga Akuisisi


Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu
yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali. Harga akusisi
sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika. Karena
kepentingan nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010
maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk
20% kepentingan nonpengendali. Jika harga wajar untuk 80% hak suara adalah Rp5,6
miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan
demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan
harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan.
Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk
kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih
besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

• Goodwill dan Diskon Pembelian


Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang
diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan
induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih
lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar pepentingan
nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx

Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx

Total harga wajar xxx

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)

Goodwill xxx

Diskon Pembelian. Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan


diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang
diakuisisi dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total
ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi
keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi


menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh
dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabulitas tembahan
yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan
7

pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengkur
jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut:

(a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:


(b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbilan yang dialihkan

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi
mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.
Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

Bab 3
Laporan Keuangan Konsolidasi
• Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi
Kombinasi bisnis yang terjadi karena pengendalian tidak menyatukan operasi entitas-
entitas yang bergabung. Masing – masing entitas tetap beroperasi secara terpisah dan
independen serta membuat laporan keuangan individu. Akan tetapi, entitas-entitas
tersebut berada dalam satu pengendalian yang dilakukan oleh salah satu pihak yang
bergabung. Entitas pengendalian disebut entitas induk sedangkan entitas yang
dikendalikan disebut entitas anak. Pengendalian ini menimbulkan apa yang disebut
hubungan entitas induk-anak. Karena entitas- entitas yang bergabung dalam
pengendalian tetap beroperasi secara independen, Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
mensyaratkan disusunnya satu laporan keuangan gabungan, yang dalam istilah
akuntansi disebut Laporan Keuangan Konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi
konsolidasi ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendalian tertinggi dalam satu
kelompok usaha (grup). Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi
yang memandang makna ekonomi suatu entitas.
• Prinsip Substance Over Form dan Laporan Konsolidasi
PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan
acuan dalam menentukan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan
konsolidas. Pengendalian biasanya ada ketika entitas induk memiliki secara langsung
atau tidak langsung melalui entitas anak lebih dari setengah suara entitas lain. Akan
tetapi, PSAK 4 juga menjelaskan bahwa tidak semua kepemilikan lebih dari 50% suaru
entitas lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjukkan adanya
pengendalian. Dalam kondisi yang terjadi jarang terjadi ini, bisa saja kepemilikan di
atas 50%, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui entitas anak, tidak
menimbulkan pengendalian.
• Hak Suara dan Pengendalian
PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian. Dalam
perusahaan berbentuk perseroan terbatas, hak suara timbul dari kepemilikan saham
8

biasa. PSAK 4 tahun 1998 memberi kesan bahwa suara timbul dari kepemlikan saham
entitas anak. Dengan pengertian lain, pengendalian timbul atas kepemilikan entitas
anak yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Hak suara tidak sama dengan
kepemilikan saham biasa, walaupun kepemilikan saham biasa suatu entitas
memberikan hak suara atas entitas tersebut. Hak suara dapat diidentifikasi dari
kekuasaan mengatur kebijakan keuangan dan opersional entitas lain. Hak suara yang
sedemikian kuat akan menimbulkan hak pengendalian dalam mengatur kebijakan
keuangan dan operasional entitas lain.

Bab 4
Kertas Kerja Konsolidasi

Kertas kerja konsolidasi adalah kertas kerja laporan keuangan gabungan entitas induk
dan anak (jika entitas anak lebih dari satu) berdasarkan prosedur penyusunan yang
disyaratkan. Bab ini akan membahas kertas kerja penyusunan laporan laba- rugi, laba
ditahan, neraca, dan arus kas konsolidasi. Laporan laba-rugi,laba ditahan , dan neraca
konsolidasi disusun dalam satu kertas kerja, sedangkan kertas kerja laporan arus kas
konsolidasi disusun berdasarkan laporan laba-rugi, laba ditahan, dan neraca konsolidasi.

Telah dijelaskan dalam bab 3 bahwa akun-akun laporan konsolidasi dihasilkan dengan
menjumlahkan akun-akun dalam laporan keuangan entitas induk dan anak, kemudian
dikurangkan dengan jumlah akun antara perusahaan. Prinsip tersebut diterapkan dalam
mengembangkan format kertas kerja konsolidasi.
• Kertas Kerja Pada Tanggal Akuisis
Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya hubungan
induk-anak. PT Intiseka disebut entitas induk sejak tanggal 1 Januari 2012, sementara PT
Andaika sebagai entitas anak.

Pada tanggal akuisis, hanya neraca konsolidasi yang dapat disajikan. Laba rugi entitas
induk dan anak hanya dapat konsolidasi berdasarkan pegumuman laba-rugi entitas anak
pada periode setelah hubungan induk-anak, karena hak entitas induk atas laba dan dividen
entitas anak didasrkan pada masa kepemilikan entitas induk.

Misalkan neraca PT Intiseka dan PT Andaika pada tanggal akuisisi (1 januari 2012)
seperti disajikan dalam Peraga 4-2 (dalam ribuan).

Kertas kerja neraca konsolidasi PT Intiseka dan PT Andaika pada


tanggal 1 Januari 2012 disajikan dalam Peraga 4-3.
Penyusunan kertas kerja konsolidasi akan lebih akurat jika dilakukan eliminasi atas setiap
akun antarperusahaan terlebih dahulu. Akun antarperusahaan dalam kasus tersebut berasal
dari suatu transaksi antarperusahaan, yakni investasi PT Intiseka dan kekayaan pemegang
saham PT Andaika sebesar 80%. Akun Investasi dalam pembukuan PT Intiseka
dieliminasi dengan menempatkannya pada bagian kredit kolom eliminasi, sedangkan akun
kekayaan pemegang saham PT Andaika dieliminasi dengan menempatkannya pada kolom
9

eliminasi bagian debet. Nilai wajar entitas anak pada tanggal akuisisi harus diperhitungkan
dalam laporan konsolidasi. Karena itu, selisih investasi yang undervalue dan aset tidak
berwujud (goodwill dan lainnya) harus ditambahkan pada aset konsolidasi, sedangkan
selisih investasi akibat overvalue harus mengurangi aset atau menambah utang konsolidasi
agar laporan konsolidasi menggambarkan nilai wajar. Selisih investasi pada tanggal
akuisisi yang disebabkan oleh penilaian undervalue atas tanah dan bangunan serta aset
tidak berwujud.

PERAGA 4-3

PT Intiseka PT Andaika

Kas Rp 1.200.000 Rp 750.000


Piutang usaha 1.000.000 1.250.000
Persediaan 2.000.000 1.500.000
Bangunan 4.200.000 3.500.000
Tanah 6.000.000 2.000.000
Investasi dalam saham PT 5.600.000
Andaika Rp20.000.000 Rp 9.000.000
Total Aktiva Rp 2.000.000 Rp 500.000
Utang usaha 4.000.000 2.000.000
Utang bank 10.000.000 5.000.000
Modal saham 2.000.000 500.000
Agio saham 2.000.000 1.000.000
Laba ditahan Rp Rp9.000.000
Total Pasiva/kewajiban 20.000.000

Goodwill didebetkan untuk menambah nilai aset pada laporan konsolidasi, sedangkan
selisih yang overvalue dikreditkan untuk mengurangi nilai aset atau menambah utang
konsolidasi.Jurnal eliminasi pada kertas kerja konsolidasi adalah sebagai berikut :

Modal saham Rp 5.000.000.000

Agio saham 500.000.000

Laba ditahan 1.000.000.000

Bangunan 500.000.000

Tanah 800.000.000

Goodwill 200.000.000

Piutang usaha Rp 500.000.000


10

Persediaan 350.000.000

Utang pajak 150.000.000

Investasi 5.600.000.000

Kepentinga nonpengendali 1.400.000.000

Kepentingan nonpengendali pada tanggal akuisisi sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010
didasarkan pada nilai wajar menurut hasil penilaian independen. Sementara itu, goodwill
juga dialokasikan pada kepentingan nonpengendali. Jumlah kepentingan nonpengendali
dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika adalah Rp 1,4 miliar, yaitu 20
% dari total nilai wajar PT Andaika atau Ro 1,36 miliar ( 20 % x Rp 6,8 miliar ) dan 20
% dari goodwill yang dialokasikan pada kepentingan nonpengendali atau Rp 40 juta ( 20
% x Rp 200 juta).

PERAGA 4-3

Kertas Kerja Neraca Konsolidasi PT Intiseka dan Entitas Anak per 1/1/2012
11

Bab 5
Transaksi Antar perusahaan-Aset

Bab ini akan membahas teransaksi jual-beli aset antarperusahaan dan dampaknya
terhadap pendapatan investasi serta penyusunan kertas kerja laporan keuangan
konsolidasi. Pada pembahasan selanjutnya, penjualan yang dilakukan entitas induk
kepada entitas anak disebut downstream dan apabila entitas anak sebagai pihak penjual
disebut dengan istilah”upstream”. Aset entitas induk yang berasal dari entitas anak, dan
aset entitas anak yang berasal dari entitas induk atau dari entitas anak lainnya dalam suatu
konsolidasi disebut antarperusahaan.

❖ LABA ANTARPERUSAHAAN
Dalam bab terdahulu telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi memandang seluruh
entitas dalam hubungan induk-anak sebagai satu,sehingga setiap transaksi
antarperusahaan harus dieliminasi. Jual-beli antarperusahaan merupakan salah satu
transaksi yang harus dieliminasi dalam kertas kerja konsolidasi. Dalam sudut pandang
konsolidasi, jual-beli antarperusahaan dipandang sebagai transfer atau pindah tangan saja.
Dalam kenyataannya, secara hukum entitas induk dan anak adalah dua entitas yang
berbeda. PSAK 7 tahun 2010 mengenai pengungkapan pihak-pihak berelasi,
mensyaratkan transaksi pohak-pihak berelasi yang meliputi entitas induk dan anak
dilakukan menurut ketentuan yang setara dengan yang berlaku dengan transaksi yang
wajar. Dengan kata lain, prisip”arms length transaction” juga harus diterapkan dalam
transaksi antara entitas induk dan anak. Dengan prisip ini apabila entitas induk menjual
barang dagang kepada entitas anak atau sebaliknya, harga jual antar entitas induk dan
anak harus sama dengan harga kepada pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan
istimewa atau oihak eksternal. Keuntungan penjualan induk-anak harus sama dengan
keuntungan penjualan kepada pihak eksternal. Akan tetepi, untuk kepentingan
penyusunan laporan konsolidasi yang menganggap entitas induk dan anak satu, laba
tersebut dianggap laba atas diri sendiri sehingga harus dieliminasi.
Transfer aset mengharuskan pihak yang menerima mencatat aset itu sebesar nilai buku
yang dicatat pihak yang member. Hal ini berbeda dengan transaksi jual-beli di mana pihak
pembeli akan membukakan aset yang diperoleh sebesar harga perolehannya, yang bagi
penjualan harga tersebut merupakan harga pokok ditambah keuntungan penjualan.
Laporan konsolidasi, yang memandang transaksi jual-beli sebagai transfer atau pindah
tangan aset, mengharuskan laba pihak penjual yang melekat dalam aset yang terdapat
dalam neraca pembelian harus dieliminasi agar transaksi jual-beli antarperusahaan tersaji
sebagai transfer aset. Laba yang berasal dari jual-beli antarperusahaan yang melekat
dalam aset pembeli selanjutnya disebut laba antarperusahaan ini tidak diakui karena
sudut pandang konsolidasi yang dianggap induk-anak sebagai satu memandang laba
antraperusahaan sebagai laba dari diri sendiri.

Laba antarperusahaan ada sepanjang entitas induk atau anak memiliki aset yang
barasal dari transaksi jual-beli antarperusahaan . Misalkan pada tanggal 1/7/2011 entitas
12

induk menjual aset kepada entitas anak dengan harga Rp10 juta di mana harga pokoknya
bagi penjual adalah Rp6 juta. Entitas anak akan mencatat nilai aset yang diperoleh sebesar
harga perolehannya, yakni Rp10 juta.

1. Apabila dalam tahun bejalan (sebelum tanggal laporan konsolidasi) entitas anak
menjual aset tersebut seluruhnya kepada pihak eksternal, tidak ada laba antarperusahaan
karena aset sudah dimiliki pihak eksternal laba pihak penjual sebesar Rp4 juta telah
terealisasi dari pihak eksternal.

2. Apabila pihak pembeli masih memiliki aset antarperusahaan tersebut pada tanggal
laporan konsolidasi (tanggal 31 Desember), maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta
merupakan laba antra perusahaaan, karena pembeli dan penjual dalam hubungan induk-
anak dianggap satu dari sudut pandang konsolidasi. Aset entitas anak yang berasal dari
entitas induk atau sebaliknya dianggap sebagai pindah tempat saja, bukan dari pembelian.
Laba pihak penjual tidak diakui dari sudut pandang konsolidasi. Apabila pada tahun
berikutnya (tahun 2012) pihak pembeli menjual aset antarperusahaan tersebut kepada
pihak eksternal, maka laba pihak penjual sebesar Rp4 juta tersebut tidak lagi dianggap
laba antarperusahaan karena telah terealisasi dengan pihak eksternal.

❖ LABA ANTARPERUSAHAAN DAN PENDAPATAN INVESTASI

Laba antarperusahaan tidak diakui untuk kepentingan penyusunan laporan konsolidasi,


sehingga harus dieliminasi. Pendapatan investasi menurut metode ekuitas berasal dari
laba entitas anak. Kesalahan dalam perhitungan laba entitas anak akan menyebabkan
entitas induk melakukan kesalahan dalam pencatatan pendapatan investasi yang
melakukan koreksi. Adanya laba antarperusahaan menyebabkan entitas induk harus
melakukan koreksi atas pendapatan investasinya.
Laba antarperusahaan menyebabkan laba tercatat berlebih sehingga
pendapatan investasi juga dicatat terlalu besar dan harus dikoreksi
sebagai berikut:

Pendapatan Investasi xxx


Investasi dalam saham xxx

Koreksi pendapatan investasi secara otomatis akan mengurangi nilai investasi dalam
saham karena menurut metode ekuitas, perubahan nilai investasi dipengaruhi oleh
pendapatan investasi selain fakta-fakta lainnya seperti deviden.

Apabila pada tahun berikutnya laba antarperusahaan terealisasi karena pihak pembeli
dalam hubungan induk-anak telah menjual aset tersebut kepada pihak eksternal, maka
laba yang telah ditunda pada tahun lalu direalisasi. Entitas indukharus mengembalikan
nilai investasi yang telah dikurangi pada tahun lalu dengan jurnal penyesuaian
(adjustment) berikut:

Investasi dalam saham biasa xxx


13

Pendapatan Investasi xxx

Jurnal penyesuaian (adjustment) ini adalah kebalikan dari jurnal yang dicatat pada tahun
lalu. Jurnal ini dibuat untuk merealisasi laba antarperusahaan yang telah ditunda
sebelumnya. Dampak laba antarperusahaan terhadap investasi dan nilai investasi secara
detail dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan investasi dan nilai investasi dalam saham berkurang
- Bila terdapatpersedian akhir yang berasal dari transaksi antarperusahaan.
- Keuntungan penjualan aset tetap antarperusahaan tahunberjalan baik yang memiliki
umur ekonomis maupun tidak memiliki umur ekonomis.

b. Pendapatan investasi dan nilai investasi bertambah


- Bila terdapat persediaan awal antarperusahaan (penjualan tahun berjalan berasal dari
persediaan awal).
- Pada saat penjualan aset antarperusahaan yang tidak memiliki umur ekonomis kepada
pihak eksternal.
- Jika laba antarperusahaan diamortisasi untuk aset tetap antarperusahaan yang memiliki
umur ekonomis.

Perhitungan pendapatan investasi yang telah dijelaskan dalam Bab 2 akan lebih kompleks
bila terdapat laba antarperusahaan, yang disajikan sebagai berikut:

Laba yang diumumkan entitas anak xxx


Amortisasi selisih investasi dengan nilai buku xxx

- Undervalue xxx
- Overvalue xxx
- Intangible asset xxx
Laba-rugi antarperusahaan xxx
Amortisasi laba-rugi antarperusahaan xxx
Pendapatan investasi xxx

❖ LABA ANTARPERUSAHAAN - PENJUALAN DOWNSTREAM DAN


UPSTREAM

Koreksi atas pendapatan investasi harus dilakukan karena laba antarperusahaan


jumlahnya sama dengan dampak laba antar perusahaan terhadap pendapatan investasi.
Dampak laba antarperussahaan atas pendapatan investasi berbeda antar penjualan
14

downstream dan penjualan upstream.

Laba antarperusahaan atas penjualan downstream menyebabkan entitas induk memiliki


laba atas antarperusahaan milik anak. Misalkan PT Indira memiliki 90% saham biasa PT
Andika. Pada tahun 2012, PT Andika mengumumkan laba sebesar Rp200 juta, dan terjadi
penjualanantarperusahaan-downstream yang menghasilkan laba antarperusahaan atas
aset sebesar Rp40 juta. Hingga tanggal laporn konsolidasi, aset tersebut masih memiliki
pihak pembeli (PT ANdika).
Laba entitas induk sebesar Rp40 juta dalam penjualan downstream ini memelukan koreksi
karena aset antarperusahaan masih berada di perusahaan anak pada tanggal laporan
konsolidasi. Laba antarperusahaan ini seluruhnya dikoreksi dengan mengurangkannya
dari pendapatan investasi karena laba tersebut berasal dari entitas induk. Jadi, koreksi
pendapatan investasi dalam penjualan downstream merupakan laba antarperusahaan.
Jurnal penyesuaian (adjustment) entitas induk atas laba antarperusahaan ini adalah
sebagai berikut:

Pendapatan Investasi Rp 40.000.000

Investasi dalam saham PT Andika Rp 40.000.000

Laba antarperusahaan upstream berarti laba tersebut adalah entitas anak atas aset entitas
induk. Laba antarperusahaan dari penjualan upstream akan mempengaruhi pendapatan
investasi sebesar persentase kepemilikan entitas induk atas saham entitas anak, sehingga
pendapatan investasi harus dikoreksi sebesar:

Laba anatrperusahaan x persentase kepemilikan


entitas induk
Dalam kasus tersebut, bila laba antarperusahaan bersal dari penjualan upstream,
pendapatan investasi dikoreksi sebesar Rp36 juta (90% x Rp40 juta). Laba entitas anak
(sebagai pihak penjual) mempengaruhi pendapatan investasi 90%, sehingga koreksi laba
anatrperusahaan yang berasal dari entitas anak akan mengharuskan entitas induk
mengoreksi pendapatan investasi 90% dari laba antarperusahaan tersebut dengan jurnal
sebagai berikut:

Pendapatan Investasi Rp 36.000.000

Investasi dalam saham PT Andika Rp 36.000.000

Dampak laba antarperusahaan dalam penjualan downstream dan penjualan upstream


diperlihatkan pada peraga 5-3.

Perbedaan Laba Antarperusahaan Atas Penjualan Downstream dan Upstream


15

❖ TRANSAKSI ANTARPERUSAHAAN-ASET DAN KERTAS KERJA


KONSOLIDASI

a. Transaksi Antarperusahaan-Barang Dagang dan Aset Tetap


Kertas kerja konsolidasi harus mengeliminasi setiap transaksi antarperuahaan dan
dampaknya sehingga laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan
anak. Transaksi aset antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun-akun laporan
keuangan entitas induk dan anak dalam kertas kerja konsolidasi. Ketekaitan akun-akun
antarperusahaan itu didasarkan pada jenis aset. Penjualan barang dagang bagi pihak
penjualan menimbulkan akun “penjualan”, sedangkan bagi pihak pembeli menimbulkan
akun”pembelian” jika perusahaan menggunakan metode periodik, dan akun “persediaan”
jika perusahaan mengunakan metode perpetual. Penjualan aset tetap tidak dicatat sebagai
penjualan melainkan pengkreditan akun “aset tetap”, sedangkan pembelian aset tetap
dicatat dengan menimbulkan akun “aset tetap” sebagai pihak pembeli. Karena perbedaan
pencatatan transaksi jual-beli barang dagang dan aset tetap, pengeliminasian akun
antarperusahaan juga berbeda bagitransaksi jual-beli antarperusahaan atas kedua aset
tersebut.

b. Barang Dagang
Jual-beli barang dagang menimbulkan akun “penjualan” bagi pihak penjual. Sementara
itu, penjualan kredit akan memunculkan piutang usaha yang dicatat dengan jurnal sebagai
berikut:

Piutang Usaha xxx


Penjualan xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, maka arus keluar
persediaan dicatat sebagai berikut:
HPP xxx
Persediaan xxx
16

Sedangkan dari sisi pembeli, jual-beli barang dagang memunculkan akun pembelia yang
dicatat dengan metode periodic sebagai berikut:
Pembelian xxx
Utang Usaha xxx
Apabila perusahaan menggunakan metode perpetual, pencatatannya adalah sebagai
berikut:
Persediaan xxx
Utang Usaha xxx

Transaksi jual-beli antarperusahaan menyebabkan keterkaitan akun-akun


perusahaan dalam hubungan induk-anak:

1. Akun “penjualan” dan akun “pembelian (jika diterapkan metode periodik)” atau “HPP
(jika diterapkan metode perpetual)”

2. Akun “utang usaha” dan akun “piutang” atas penjualan-pembelian yang belum
dilunasi.
3. Laba antarperusahaan dan persediaan. Laba antarperusahaan atas persediaan pada
akhir tahun dieliminasi dengan mengurangi nilai persediaan pada harga pokoknya. Laba
penjualan akan mengecil jika HPP bertambah, sehingga laba penjualan dieliminasi
dengan mendebet HPP. Jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut:

HPP xxx
Persediaan xxx
Persediaan akhir akan menjadi persediaan awal pada tahun berikutnya dan dijual dalam
tahun berjalan. Pada saat persediaan awal dijual, laba antarperusahaan yang telah ditunda
pada tahun sebelumnya akan direalisasi.pada tahun lalu, pendapatan investasi telah
berkurang besar dampaknya laba antarperusahaan atas persediaan akhir terhadap
pendapatan investasi (jika laba antarperusahaan merupakan penjualan downstream,
pendapatan dikoreksi 100% sedangkan bila yang terjadi penjualan upstream, laba
antarperusahaan berdampak terhadap pendapatan investasi sebesar persentase
kepemilikan entitas induk atas sahamberhak suara entitas anak). Pendapatan investasi
tahun lalu telah di closing pada nilai investasi. Karena itu, nilai investasi akan tercatat
lebih kecil sebesar dampak laba antarperuahaan sehingga tidak mencerminkan kekayaan
perusahaan anak yang dimiliki. Dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi, akun
“investasi dalam saham” harus didebet sebesar laba antarperusahaan atas persediaan awal
karena persediaan awal merupakan persediaan akhir tahun sebelumnya, yang telah
menyebabkan nilai investasi tercatat terlalu kecil. Apabila persediaan awal dihasilkan dari
penjualan downstream, dibuat ayat jurnal sebagai berikut:

Investasi dalam saham xxx


HPP xxx
Sedangkan untuk penjualan upstream, ayat jurnalnya adalah sebagai berikut: Investasi
17

dalam saham biasa xxx


Kepentingan nonpengendali xxx
HPP xxx

BAB 6
TRANSLASI ANTAR PERUSAHAAN OBLIGASI

Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diperjualbelikan di pasar surat-surat
berharga. Penjualan obligasi menimbulkan hubungan antara penerbit obligasi sebagai
debitur dan pembeli obligasi yang biasa disebut investor obligasi.

Pembukuan Penerbit Obligasi


Penjualan obligasi bagi pihak penerbit menimbulkan utang obligasi. Apabila harga jual
perdana di atas atau di bawah nilai nominal, selisih harga jual dengan nominal disebut
premi atau diskon, dan di jurnal sebagai berikut:

Kas xxx

Utang obligasi xxx

Premi obligasi xxx

Apabila terjadi diskon:

Kas xxx

Diskon obligasi xxx

Utang obligasi xxx

Pembukuan Investor Obligasi


Investor atau pembeli obligasi memiliki akun “investasi dala obligasi” yang harus dicatat
pada tanggal investasi atau pembelian obligasi terjadi sebagai berikut:

Investor dalam Oblisi xxx

Kas xxx
18

OBLIGASI ANTARPERUSAHAAN DAN UNTUNG/RUGI KONSTUKTIF


Dalam pembahasan mengenai laba antar perusahan telah diasumsikan bahwa laporan
konsolidasi memandanh entitas-entitas dalam hubungan induk-anak adalah satu,sehingga
laba antar perusahaan atas jual beli antar perusahaan yang secara individual diakui untuk
penyusunan laporan konsolidasi tidak diakui dan harus dieliminasi.

Transaksi obligasi antar perusahaan terjadi apabila salah satu entitas dalam hubungan
induk-anak membeli obligasi yang diterbitkan entitas lain masih dalam hubungan induk-
anak tersebut.sebagai contoh,obligasi yang diterbitkan entitas induk di miliki oleh intitas
anak,obligasi yang di terbitkan entitas anak dimiliki oleh intitas induk,atau obligasi yang
diterbitkan satu entitas anak dimiliki oleh entitas ank lain dalam hubungan induk-
anak.apabilah PT Indi dan PT Anta pada pembahasan diatas berada dalam hubungan
induk-anak pembelian obligasi PT Indi oleh PT Anta pada tanggal 1 juli 2017 merupakan
transaksi obligasi antar perusahaan.

Transaksi obligasi antar perusahaan dari sudut pandang konsolidasi dianggab sebagai
penebusan atau penarikan utang obligasi karena laporan konsolidasi berasumsi bahwa
entitas induk-anak adalah satu kesatuan. Pada kenyataannya, penerbit tidak melakukan
penebusan atas utang obligasinya,tetapi karena pembeli obligasi berada dalam hubungan
induk-anak,maka sudut pandang konsolidasi menganggab utang obligasi tersebut dibeli
atau di tebus oleh konsolidasi sendiri. Inilah yang disebut penebusan (penarikan)
konstuktif. Harga beli inpestor obligasi di pandang oleh konsolidasi sebagai harga tebus.

UNTUNG/RUGI KONSTUKTIF DAN PENDAPATAN INVESTASI


Untung/rugi konstuktif meurpakan salah satu komponen pendapatan investasi. Jumlah
untng/rugi yang mempengaruhi pendapatan investasi entitas induk tergantung pada pihak
penerbit atau penjual obligasi. Untung/rugi konstuktif merupakan bagian dari entitas
yang menerbitkan obligasi karena konsolidasi menganggap utangnya titebus dengan
harga yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Dengan adanya untung/rugi konstruksif, pendapatan investasi menjadi sebagai berikut :
19

BAB 7
KOMBINASI BISNIS BERTAHAP DAN DIVESTASI
Bab ini membahas masalah yang timbul atas kombinasi bisnis bertahap dan investasi
saham dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi. Kombinasi bisnis bertahap dapat
terjadi jika entitas induk ingin menguasai sepenuhnya saham entitas anak. Dalam hal
ini,entitas induk melakukan transaksi dengan pemegang saham minoritas atau
nonpengendali. Dalam suatu akuisisi,apabila pemegang saham minoritas perusahaan
target tidak menyetujuinya,undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas
pasal 62,memberikan hak untuk meminta perseroan terbatas membeli sahamnya pada
harga yang wajar jika pemegang saham tidak menyetujui rencana tersebut.

PENDAPATAN PRAAKUISISI
Kewajiban penyusunan laporan konsolidasi timbul sejak terjadi pengendalian entitas
induk atas entitas anak. Hak entitas induk atas laba dan dividen entitas anak
diperhitungkan sejak tanggal akuisisi. Misalkan akuisisi saham yang menimbulkan hak
pengendalian berlaku efektif tanggl 1 april,sehingga pendapatan investasi untuk tahun
berjalan adalah 9 bulan. Jadi,laba perusahaan induk atau laba konsolidasi dari sudut
pandang perusahaan induk adalah:

Laba entitas induk + pendapatan investasi atas laba entitas anak untuk 9 bulan.

Laporan konsolidasi pada dasarnya juga dibuat atas periode 9 bulan laporan keuangan
entitas anak. Jadi,laba konsolidasi versi kertas kerja adalah:

Laba entitas induk periode 1 tahun xxx

Laba entitas anak untuk 9 bulan terakhir xxx

Laba kepentingan nonpengendali periode 9 bulan (xxx)

Laba konsolidasi tahun berjalan xxx

Perhitungan laba konsolidasi semacam itu menimbulkan masalah tersendiri karena


laporan keuangan entitas anak disusun atas dasar satu tahun, sebagaimana laporan
keuangan individu induk. Entitas induk harus memilah laporan keuangan entitas anak
untuk periode 9 bulan agar dapat dikonsolidasi dengan laporan keuangan induk. Hal ini
sering kali sulit dilakukan dan memberikan pekerjaan tambahan yang hampir tidak
mungkin dilakukan. Laporan konsolidasi lazimnya disusun dalam periode satu tahun atau
12 bulan karena salah satu atau seluruh perusahaan yang dikonsolidasikan telah ada dari
awal tahun. Apabila akuisisi terjadi bukan awal tahun,laba konsolidasi dapat dihasilkan
dari laporan konsolidasi berbasis satu tahun dengan cara sebagai berikut:
20

Laba entitas induk periode 12 xxx


tahun
Laba entitas anak periode 12 xxx
bulan
Pendapatan pra akuisisi periode 3 bulan (1/1 (xxx)
-1/4)
Laba kepentingan nonpengendalian periode 1 (xxx)
tahun
Laba konsolidasi tahun xxx
berjalan
Pendapatan pra akuisisi merupakan pendapatan yang seharusnya diperoleh entitas induk
sebelum tangga akuisisi. Misalkan entitas induk mengakuisisi 90% saham entitas anak
tanggal 1 april 2013. Laba entitas anak tahun 2013 sebesar Rp120 juta diperoleh merata
sepanjang tahun.Laba entitas induk tahun 2013 adalah Rp200 juta.peraga 7-1 menyajikan
perhitungan laba konsolidasi dasar 9 bulan dan dasar 1 tahun.
PERAGA 7-1
Dasar 9 Dasar 1Tahun
bulan
Laba entitas induk periode 1 tahun Rp Rp
Laba entitas anak 200.000.000 200.000.000
Pendapatan pra akuisisi (3/12 x 90% x 90.000.000 120.000.000
120 juta) - (27.000.000)
Laba kepentingan non pengendali (9.000.000) (12.000.000)
Laba konsolidasi Rp Rp281.000.000
281.000.000

KOMBINASI BISNIS BERTAHAP


Adakalanya pihak pengakuisisi telah memeiliki kepentingan ekuitas sebelum
pengendalian atas pihak yang diakuisisi terjadi. Misalkan PT India memiliki 45%
kepentingan ekuitas PT Armenia.pada tanggal 5 januari 2012,PT India mengakuisisi
kembali 10% kepentingan ekutitas PT Armenia yang memberikan PT India pengendalian
atas PT Armenia. Hal inilah yang disebut sebagai kombinasi bisnis yang dilakukan secara
bertahap atau disebut juga akuisisi bertahap.

PSAK 22 revisi 2010 mensyaratkan dilakukannya penilaian investasi kembali pada saat
terjadinya kombinasi bisnis bertahap. Dalam hal ini pihak pengakuisisi mengukur
kembali kepentingan ekutitas yang dimiliki sebelumnya atas pihak yang diakuisisi
sebesar nilai wajar pada tanggal akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian yang
dihasilkan dalam laporan laba rugi.
21

BAB 8
Perubahan Ekuitas Entitas Anak

Bab ini membahas dampak perubahan ekuitas entitas anak terhadap induk yang timbul
dari transaksi penjualan saham tambahan dan transaksi saham perbendaharaan entitas
anak. Perubahan ekuitas anak berdampak terhadap induk apabila transaksi tersebut bukan
merupakan transaksi terstrukturisasi entitas pengendalian yang akan dibahas pada bagian
terakhir bab ini.
TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM TAMBAHAN ENTITAS ANAK
a. Penjualan Saham Tambahan kepada Pihak Eksternal
Misalkan PT Paula memiliki 800.000 lembar dari 1.000.000 lembar saham PT Simon.
Nilai investasi sama dengan kekayaan pemegang saham PT Simon per 1 januari 2013
adalah sebagai berikut:

Modal saham biasa (1 juta Rp


lembar) 2.000.000.000
Agio saham 300.000.00
biasa 0
Laba
ditaha 200.000.00
Total kekayaan Rp
1/1/2013 2.500.000.000

Laba PT Simon tahun 2013 adalah Rp600 juta yang diperoleh merata sepanjang tahun.
Dividen sebesar Rp200 juta diumumkan pada akhir bulan Desember.Pada tanggal 1
oktober 2013, PT Simon menjual saham tambahan sebanyak 250.000 lembar kepada
pihak eksternal di mana penjualan ini mempengaruhi PT Paula sebagai brikut:
1. Pengurangan presentase kepemilikan PT Paula atas PT Simon. Sebelum PT Simon
menjual saham tambahan, PT Paula memiliki penguasaan 80% (800.000/1.000.000) atas
PT Simon menjadi 64% (800.000/1.250.000), yaitu terjadi penurunan 16%.
2. Perubahan jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk. Nilai buku kekayaan
pemegang saham PT Simon per 1 Oktober adalah Rp2.95 miliar, yakni kekayaan awal
ditambah laba hingga tanggal 1 Oktober 2013 Rp450 juta (9/12 x Rp600juta). Nilai buku
per lembar saham adalah Rp2.950 untu saham yang beredar sebanyak 1 juta lembar.
Apabila PT Siomon menjual saham tambahan pada harga yang sama dengan nilai
bukunya (Rp 2.950 per lembar) atau total harga Rp 737.500.000, tidak ada perubahan
jumlah kekayaan PT Simon yang dimiliki PT Paula yang dapat dijelaskan dengan
perhitungan sebagai berikut:

Sebelum penjualan saham (80% x Rp2.95 Rp2.360.000.0


miliar) 00
Setelah penjualan saham (64% x (Rp2,95 miliar +
737,5 juta) 2.360.000.000
Perubahan jumlah kekayaan anak yang dimiliki -
induk
22

Apabila PT Simon menjual saham tambahan yang yang berbeda dengan nilai bukunya,
hal ini akan mempengaruhi jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk. Misalkan
PT Simon menjual saham saham diatas nilai buku, yakni dengan harga perlembar
Rp3.000 atau total harga Rp750 juta (350.000 x Rp 3.000), penjualan saham tersebut
menyebabkan sisi ekuitas PT Simon menjadi Rp3,7 miliar
+ Rp750 juta).

Perubahan ekuitas ini berdampak terhadap entitas induk sebagai berikut:

Sebelum anak menjual saham (80% x Rp2,95 Rp


miliar) 2.360.000.000
Setelah penjualan saham anak (64% x Rp3,7 2.368.000.0
miliar) 00
Kenaikan Rp
kekayaan 8.000.00

Harga jual saham di atas nilai bukunya juga dinikmati induk sebesar Rp8 juta. Kenaikan
kekayaan ini menambah nilai investasi induk karena nilai investasi mencerminkan
kekayaan entitas anak. Akan tetapi, karena kenaikan investasi ini bukan bagian dari
kinerja entitas anak, maka tidak termasuk dalam komponen pendapatan investasi induk.

BAB 9
Kompleksitas Struktur Hubungan Induk-Anak

Pada masa ini akuisisi telah menjadi salah satu alternative keputusan strategis
pengembangan usaha. Kepemilikan hak suara suatu entitas selain dimaksudkan untuk
mengendalikan entitas tersebut, dalam kasus tertentu dapat juga dilakukan untuk
mengendalikan suatu entitas yang kebetulan memiliki atau mengendalikan entitas lain.
Misalkan PT A memiliki 90% saham PT B dan PT B menguasai 80% saham PT C.
Kepemilikan PT B atas saham PT C sebesar 80% menyebabkan PT A juga memiliki
pengaruh atas PT C secara tidak langsung, karena PT B yang merupakan induk PT C
adalah perusahaan anak PT A. Hak PT A atas PT C adalah 90% x 80% = 72%, sehingga
PT A tetap mengendalikan PT C. PT B disebut entitas anak dan PT C disebut entitas cucu
dari PT A. Hubungan induk-anak dapat terjadi dari penyertaan langsung, yakni dengan
kepemilikan hak suara atas entitas anak. Bab ini memperkenalkan istilah penyertaan tidak
langsung, yakni pengendalian atas entitas tertentu dengan cara melakukan penyertaan
langsung atas entitas lain yang memiliki hak suara atau mengendalikan entitas tersebut.
Dalam kasus di atas, PT A melakukan penyertaan tidak langsung dalam PT C. Jadi,
penyertaan tidak langsung atas suatu entitas hanya dapat terjadi dengan adanya
penyertaan langsung pada entitas lainnya. PT A, PT B, dan PT C dalam kasus ini adalah
satu kelompok usaha (grup) karena berada dalam suatu pengendalian, dengan PT A
sebagai pengendali tertinggi. Istilah afiliasi juga sering dipakai untuk menggambarkan
hubungan grup. Laporan konsolidasi wajib disusun oleh pengendali tertinggi.
23

Hubungan antara PT A, PT B, dan PT C merupakan bentuk hubungan induk-anak- cucu.


Dalam banyak kasus, bias juga perusahaan anak mengakuisisi saham perusahaan induk.
Dalam bahasa akuntansi, hal ini disebut kepemilikan mutual (mutual holding), yang dapat
menimbulkan permasalahan perlakuan investasi anak dalam saham induk. Perhitungan
pendapatan investasi dan nilai investasi menimbulkan permasalahan tersendiri apabila
perusahaan anak memiliki saham preferen. Dalam praktiknya, banyak terjadi hubungan
yang lebih kompleks. Peraga 9-1 menyajikan berbagai bentuk hubungan induk-anak.

PENYERTAAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG


Pendapatan investasi suatu perusahaan apabila terdapat penyertaan langsung dan tidak
langsung menjadi sebagai berikut :

Pendapatan investasi dari penyertaan langsung xxx

Pendapatan investasi atas penyertaan tidak langsung xxx

Total pendapatan investasi xxx


24

Misalkan PT Orangtua (OT) memiliki saham PT Anak pada tanggal 1/1/2011 sebesar 80%
dari saham PT Anak dengan harga Rp3.256.000.000. Harga tersebut merupakan harga
akuisisi yang wajar dari total harga untuk 100% harga akuisisi sebesar Rp4.070.000.000.
Pada tanggal tersebut kekayaan PT Anak adalah sebagai berikut :

Modal saham Rp2.500.000.000

Laba ditahan 1.320.000.000

Total kekayaan pemegang saham Rp3.820.000.000

Selisih harga akuisisi dan nilai buku PT Anak disebabkan oleh goodwill sebesar Rp250
juta, yang pada tahun 2011 diimpair senilai Rp25 juta. Kepemilikan atas saham PT Anak
ini dimaksudkan untuk menguasai saham PT Cucu, yang merupakan perusahaan anak PT
Anak. Saham PT Cucu sebesar 90% dikuasai oleh PT Anak. Investasi dalam saham PT
Cucu dilakukan pada selisih harga yang disebabkan goodwill sebesar Rp100 juta dengan
nilai buku PT Cucu yang dimiliki PT Anak. Hingga tanggal 31/12/2011, goodwill telah
diimpair Rp60 juta, termasuk penurunan nilai (impairmen) tahun 2011 sebesar Rp30 juta.
Informasi tentang laba dan dividen ketiga perusahaan yang diumumkan pada akhir tahun
2011 adalah sebagai berikut :

Laba Dividen

PT Orangtua Rp300.000.000 Rp300.000.000


PT Anak 200.000.000 80.000.000
PT Cucu 100.000.000 40.000.000

Laba bersih PT Orangtua atau laba konsolidasi tahun 2011 dapat dihitung
sebagai berikut :

Laba individu Rp300.000.000


Laba PT Anak (80% x Rp200 Rp160 juta
juta)
(20 juta) Rp140.000.000
Penurunan nilai goodwill (25 x
80%)

Penyertaan tidak langsung

Laba cucu 80% x ((90% x Rp100 juta) – Rp27 juta)


50.400.000
Rp190.400.000
Laba PT Orangtua
25

Rp490.400.000
Laba kepentingan nonpengendali dihitung sebagai berikut :

Penyertaan langsung (20% (Rp200 juta – Rp25 juta)

Rp 35.000.000 Penyertaan tidak langsung (20% x 90% x (Rp100


juta – 30 juta) 12.600.000
Laba kepentingan nonpengendali ((10% x (Rp100 juta – 30 juta) 7.000.000

Total laba kepentingan nonpengendali Rp 54.600.000

Perhitungan laba konsolidasi akan lebih mudah dengan tabel pembantu


yang disajikan dalam Peraga 9-2.

Dalam kasus tersebut, PT Orangtua merupakan pengendali tertinggi yang diwajibkan


menyusun laporan konsolidasi. Kertas kerja konsolidasi yang disusun PT Orangtua
memuat kolom PT Cucu karena PT Orangtua juga mengendalikan PT Cucu (kepemilikan
tidak langsung 72%). Nilai investasi PT Orangtua atas saham PT Anak per 31/12/2011
adalah :

Investasi awal Rp3.256.000.000

Pendapatan investasi 190.400.000


26

Dividen (64.000.000)

Investasi 31/12/2011 Rp3.382.400.000

Nilai investasi atas saham PT Cucu yang tersaji dalam pembukuan PT


Anak per 31/12/2011 adalah sebagai berikut :

Kekayaan PT Cucu per 31/12/2011 dimiliki (90% x Rp2 miliar) Rp1.800.000.000

Saldo goodwill (90% x Rp40 juta) 36.000.000

Nilai investasi dalam saham PT Cucu 31/12/2011 Rp1.836.000.000

B. RINGKASAN ISI BUKU 2

BAB I
(PENGGABUNGAN USAHA)
Penggabungan Usaha (Business combination)
Penggabungan Usaha (Business combination) adalah Penyatuan dua atau lebih perusahaan
yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan
lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Sifat penggabungan usaha
1. Integrasi Horisontal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau
pasar yang sama.
2. Integrasi vertical adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih dengan operasi yang
berbeda secara berturut-turut, tahapan produksi atau distribusinya.
3. Integrasi konglomerasi adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk atau
jasa yang tidka saling berhubungan dan bermacam-macam.
Bentuk penggabungan usaha
Adapun bentuk-bentuk dari penggabungan usaha dalam segi hukum dapat dilihat pada bagan
berikut ini:
27

Untuk memperjelas perbedaan antara merger dan konsolidasi, kita cermati gambar berikut ini:

Kondisi sebelum, sesudah dan sesaat setelah penggabungan usaha

BAB II
(LAPORAN KONSOLIDASI HUBUNGAN PERUSAHAAN INDUK DAN ANAK)
Pencatatan Investasi Pada Perusahaan Anak
Pemilikan saham-saham oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Di antara cara – cara yang paling sering dijumpai adalah pembelian
langsung (tunai), pertukaran dengan kekayaan (aktiva) lainnya atau pertukaran dengan surat –
surat berharga.
Dalam hal saham – saham diperoleh dengan jalan membeli secara tunai, investasi tersebut
dicatat sebesar harga perolehannya yaitu sebesar jumlah uang yang diperlukan (yang
dikeluarkan) untuk memperoleh saham-saham tersebut.

Contoh : PT. X bertempat kedudukan di Yogjakarta, bermaksud untuk membuka sebuah kantor
cabangnya di Jakarta pada tanggal 1 Januari 2005. Untuk meksud tersebut PT. X telah mengirim
uang tunai dan barang dagangan masing – masing sebesar Rp. 100.000,- dan Rp. 400.000,-.
Berikut ini Neraca PT. X dan Kantor Cabang Jakarta, sesaat setelah terjadinya transaksi
tersebut:
28

PT. X
Kantor Pusat Yogyakarta
Neraca per 1 Januari 2005
AKTIVA Kewajiban dan Ekuitas
- Kas - Utang Dagang 300.000
200.000 - Modal Saham 3.000.000
- Piutang Dagang 400.000 - Agio Saham 1.000.000
- Persediaan Barang Dagangan 1.500.000 - Laba Yang Ditahan 700.000
- Kantor Cabang Jakarta 500.000 —————
- Aktiva Tetap (Nilai Buku) 2.400.000 4.700.000
————— —————
Jumlah Aktiva
5.000.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
5.000.000

PT. X
Kantor Cabang Jakarta
Neraca per 1 Januari 2005
AKTIVA Kewajiban dan Ekuitas
- Kas - Kantor Pusat 500.000
100.000 —————

- Persediaan Barang Dagangan 400.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas


500.000
—————
Jumlah Aktiva
5.000.000
29

PT. X dan Kantor Cabngnya


Daftar Lajur Untuk Penyusunan
Neraca Gabungan per 1 Januari 2005

Rekening Neraca Kantor Pusat Kantor Cabang Eliminasi Neraca Gabungan


D K D K
Debit :
- Kas 200.000 100.000 300.000
- Piutang Dagang 400.000 400.000
400.000
- Persediaan Barang 1.500.000 1.900.000
Dagangan 500.000 500.000
- Kantor Cabang 2.400.000 2.400.000
- Aktiva Tetap 5.000.000 500.000

Kredit : 300.000 300.000


- Utang Dagang 500.000 500.000
- Kantor Pusat 3.000.000 3.000.000
- Modal Saham 1.000.000 1.000.000
- Agio Saham 700.000 700.000
- Laba Ditahan
5.000.000 500.000 500.000 500.000 5.000.000 5.000.000

PT. X
Neraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang
Per 1 Januari 2005
AKTIVA
Aktiva Lancar :
- Kas 300.000
- Piutang Dagang 400.000
- Persediaan Barang 1.000.000
—————
Jumlah Aktiva Lancar 2.600.000
Aktiva Tetap (Neto) 2.400.000
—————
Jumlah Aktiva 5.000.000
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban :
- Utang Dagang 300.000

Ekuitas :
- Modal Saham 3.000.000
- Agio Saham 1.000.000
- Laba Yang Ditahan 700.000
—————
4.700.000
—————
Jumlah Kewajiban & Ekuitas 5.000.000
30

BAB III
(LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DENGAN METODE EQUITY)
Metode Ekuitas
Akuntansi metode ekuitas berdasarkan PSAK No. 4 pada dasarnya adalah akuntansi akrual
untuk investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang
signifikan terhadap perusahaan investi. Berdasarkan metode ekuitas, investasi dicatat pada biaya
perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan deviden. Perusahaan investor
melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan investi sebagai pendapatan
investasi dan bagian bebannya dari kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi.
Rekening investasi ditambah dengan pendapatan investasi dan dikurangi dengan kerugian
investasi. Dividen yang diterima dari perusahaan investi adalah disinvestasi berdasarkan metode
ekuitas, dan dividen tersebut dicatat sebagai pengurang rekening investasi. Maka pendapatan
investasi pada metode ekuitas merefleksikan bagian investor atas laba bersih perusahaan investi,
dan rekening investasi merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investi

Metode Biaya
Berdasarkan metode biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari
laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu pengecualian, dividen yang
diterima melebihi bagian laba investor setelah saham diperoleh, dianggap sebagai pengembalian
modal (atau likuidasi dividen) dan dicatat sebagai pengurang terhadap rekening investasi.
Pencatatan dengan Metode Ekuitas
1. Laba perusahaan anak
Investasi saham perusahaan anak xxx
Laba-rugi xxx
(% kepemilikan x laba perusahaan anak)
2. Rugi perusahaan anak
Laba-rugi xxx
Investasi saham perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x rugi perusahaan anak)
3. Dividen perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Investasi saham perusahaan anak xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan anak)
Pencatatan dengan Metode Biaya
1. Laba perusahaan anak
Tidak dijurnal
2. Rugi perusahaan anak
Tidak dijurnal
3. Dividen perusahaan anak
Piutang dividen/kas xxx
Pendapatan dividen xxx
(% kepemilikan x dividen perusahaan anak)
31

BAB IV
(LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DENGAN PERSOALAN KHUSUS)
Masalah Khusus
1) Laba antar perusahaan (intercompany profits)
2) Obligasi antar Perusahaan (intercompany bond holdings)
3) Saham prefferen dan saham biasa anak (subsidiaries with preffered and common stock)
4) Deviden saham anak (stock deviden by subsidiary)

Laba Antar Perusahaan


1. Laba atas sediaan
2. Laba atas aktiva yang disusutkan

Laba Atas Sediaan


a. Penjualan oleh Induk
1) Penguasaan 100%
2) Penguasaan <100%
Semua penguasaan di atas, baik menggunakan metode equity maupun metode cost, system
pencatatannya adalah sama, sebagai berikut :
Contoh :
Induk menjual kepada anak barang dagangan seharga Rp. 10.000,- (harga perolehannya adalah Rp.
6.000). Yang berarti labanya adalah Rp. 4.000.
Keterangan Induk Anak Eliminasi Neraca Gabungan
D K D K
Debit :
Sediaan 10.000 4.000 6.000

Kredit : 4000
LYD Induk

BAB V
(LABA RUGI, LABA DITAHAN DAN LAPORAN KEUANGAN YANG
DIKONSOLIDASIKAN)
Laporan laba rugi ditahan dan laporan yang dikonsolidasikan
Definsi laporan konsilidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi adalah Laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil
operasi untuk induk perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih anak perusahaan (entitas
yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau
perusahaan satu perusahaan.

Sifat-Sifat Laporan Keuangan Yang Dikonsolidasikan


1. Laporan keuangan konsolidasi adalah model laporan akuntansi untuk menunjukkan
pengaruh ekonomi dari penggabungan dua atau lebih perusahaan yang tersendiri, yang
32

didasarkan atas pemilikan dan pengendalian bersama meskipun peleburan secara hukum
tidak dilakukan.
2. Dalam menyusun neraca konsolidasi untuk perusahaan induk dan anak, perusahaan anak ini
dipandang seakan-akan sebagai cabang; aktiva dan kewajiban masingmasing perusahaan
anak digabungkan dengan aktiva dan kewajiban perusahaan induk; pos-pos silang yang
tidak mempunyai arti penting apabila kesatuan usaha bersangkutan dipandang sebagai
kesatuan usaha tunggal harus dihapuskan.
3. Neraca perusahaan induk yang melaporkan saham perusahaan anak sebagai investasi, dan
neraca perusahaan anak yang melaporkan kepentingan yang dipegang oleh perusahaan
induk sebagai modal saham

Masalah-Masalah Umum Yang Dihadapi Dalam Penyusunan Laporan Keuangan


Konsolidasi
Ada beberapa masalah umum yang senantiasa timbul di dalam rangka penyusunanneraca
konsolidasi. Masalah-masalah tersebut antara lain timbul dan dipengaruhi oleh :
1. Periode di mana laporan / neraca konsolidasi tersebut disusun.
Misalnya : penyusunan neraca konsolidsi sesaat setelah terjadi pemilikan sahamsaham,
berbeda dengan neraca konsolidasi yang disusun satu tahun (periode) kemudian
berhubung telah terjadinya perubahan-perubahan di dalam pos-pos neraca.
2. Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan induk, dan harga perolehan (pengorbanan)
yang telah dikeluarkan untuk memperoleh saham tersebut.
Misalnya : penyusunan neraca knsolidasi di mana saham-saham dibeli dengan harga di
atas nilai bukunya berbeda dengan penyusunan neraca konsoidasi apabila saham-
saham diperoleh dengan harga yang sama dan kurang dari nilai bukunya.

Teknik Dan Prosedur Konsolidasi


Prosedur Konsolidasi diatur dalam PSAK No. 4 (Paragraf 8,21 & 23) antara lain dinyatakan
bahwa dalam menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan Induk Perusahaan
(Parent Company) dan Anak Perusahaan (Subsidary Company) digabungkan satu persatu dengan
menggabungkan unsure-unsur yang sejenis dari Aktiva, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan dan
Beban.
Adapun prosedur penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Dijelaskan lebih terperinci lagi,
yaitu:
1. Mengeliminasi semua rekening timbal balik (Recipocal Account)
Eliminasi dilakukan melalui jurnal eliminasi dengan mengeliminasi rekening rekening
yang bersifat rekening timbal balik, yaitu suatu rekening yang dicatat oleh kedua belah
pihak (induk dan anak) untuk suatu transaksi yang sama.
2. Menyusun Kertas Kerja (Worksheet)
Worksheet digunakan untuk memepermudah penyusunan laporan keuangan Prosedur
penyusunan worksheet tergantung pada dasar yang dipakai, yaitu Laporan Keuangan
Individual atau Neraca Saldo Individual.
33

Dalam penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi antara Induk Perusahaan dan Anak
Perusahaan dapat digunakan 3 (dua) metode yaitu:
1. Metode Ekuitas (Equity Method)
2. Metode Ekuitas Tidak Lengkap
3. Metode Harga Perolehan (Cost Method)

BAB VI
(LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PERUSAHAAN ANAK DI LUAR
NEGERI)
Penyusuna Laporan Konsolidasi Perusahaan Luar Negeri
Penyusunan laporan keuangan yang dikonsolidasi antara perusahaan induk dengan perusahaan
anaknya, yang bertempat kedudukan di luar negeri dilakukan melalui 2 (dua) tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah menjabarkan saldo rekening-rekening yang ada pada laporan keuangan
perusahaan anak yang dinyatakan dalam mata uang asing ke dalam mata uang dalam negeri
(rupiah). Penjabaran rekening-rekening yang dinyatakan dalam mata uang asing ke dalam mata
uang mata uang dalam negeri , biasanya dilakukan dengan bertitik tolak dari saldo rekening-
rekening didalam neraca sisa setelah penyesuaian (Adjusted Trial Balance)
2. Tahap kedua setelah penjabaran rekening-rekening didalam neraca sisa (setelah penyesuaian)
tersebut, adalah melakukan eliminasi terhadap saldo hak-hak pemilikan perusahaan induk pada
perusahaan anak, saldo rekening-rekening hutang-piutang serta (laba) dari hasil transaksi antar
kedua perusahaan afiliasi tersebut, sesuai dengan metode pencatatan yang dipakai (terhadap
investasi saham-saham pada perusahaan anak) dan bagian pemilikannya.
Akuntansi yang Dilakukan Perusahaan Anak Diluar Negeri Perusahaan anak di luar negeri dan
laporan arus kas konsolidasi. Saling memiliki saham dapat diartikan dalam hubungan afiliasi
perusahaan induk dan anak sama-sama memiliki saham afiliasinya, atau dapat dikatakan
perusahaan induk punya saham perusahaan anak dan begitu pula sebaliknya. Jika dalam hubungan
afiliasi perusahaan anak berada di luar negeri sehingga dalam laporan individual anak
menggunakan kurs mata uang negara lain maka saat akan menyusun laporan keuangan konsolidasi
harus dirubah dulu menggunakan kurs mata uang perusahaan induk.

Akuntansi Perusahaan Anak Di Luar Negeri


Perusahaan anak di luar negeri dan pelaporan arus kas konsolidasi. Saling memiliki saham dapat
di artikan dalam hubungan afilisiasi perusahaan induk dan anak sama sama memiliki saham
afisiliasinya, atau dapat dikatan perushaan induk punya saham perusahaan ank dan begitu pula
sebaliknya. Jika dalam hubungan afilisiasi perushaan anak berada di luar negeri sehinnga dalam
laporan individual anak menggunakan kurs mata uang Negara lain maka saat akan menysun
laporan keuangan konsolidasi harus dirubah dulu menggunakan kurs mata uang perusahaan induk.
Prosedur dan Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan untuk masing-masing entitas pelaporan dan entitas akuntansi setidak-tidaknya
terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
2. Neraca,
3. Laporan Arus Kas (LAK), dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
34

Manfaat Laporan Konsolidasi


Adapun manfaat yang akan di dapat dari laporan konsolidasi antara lain adalah :
1. Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil gabungan
dibawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor dan penyedian dana
lainnya.
2. Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai operasi
gabungan dan entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang membentuk
entitas konsolidasi

Hubungan Perusahaan Induk dan Anak


Adapun hubungan perusahaan induk dan anak antara lain :
1. Pengendalian terhadap perusahaan lain melalui pemilik saham
2. Hubungan perushaan induk dan anak di sebut hubungan afilisiasi
3. Perusahaan induk (parent company adalah perusahaan yang memegang saham perusahaan lain
dan mengendalikan kegiatanperusahaan
4. Holding Company adalah perusahaan yang didirikan dengan tujuan sepenuhnya untuk
memegang saham perusahaan lain yang mengawasi kegiatan perusahaan.
35

BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Buku
• BUKU 1
➢ Kelebihan dari buku ini yaitu pembahasan pada buku ini didasarkan pada PSAK
seperti pengertian, jenis, karakteristik dan sebagainya sehingga materi yang ada
lebih bersifat aktual dan sesuai peraturan yang ada karena setiap pengertian yang
ada di dalam akuntansi di atur dalam PSAK dan buku ini menggunakan PSAK
sebagai acuan dalam membahas setiap materi yang ada pada buku ini.
➢ Pembahasan dalam buku ini cukup ringkas namun jelas sehingga cukup mudah
untuk di pahami. Dan materi yang ada pada buku ini juga saling berkesinambungan
setiap babnya dan setiap memasuki bab baru setiap pembahasan awal selalu
membahas sedikit materi dari bab sebekumnya untuk mengingatkan kembali
sehingga pembaca dapat mengingat materi sebelumnya dengan mudah.
➢ Pada buku ini juga terdapat peraga – peraga atau contoh dari setiap materi seperti
materi perhitungan atau materi kertas kerja konsolidasi terdapat contoh dari
perhitugan dan contoh dari laporannya. Sehingga setiap kita membahas mengenai
praktik dalam akuntansi keuangan 3 dengan buku ini selalu terdapat contoh
praktiknya yang disertai penjelasan sehingga mudah untuk di pahami.
➢ Pada akhir bab buku ini juga terdapat soal atau pertanyaan seputar meteri dari setiap
bab yang di bahas sehingga dapat mengevaluasi pengetahuan pembaca
mengenai pemahaman pembaca terhadap bab tersebut.

• BUKU 2

➢ Pada buku “Akuntansi Keuangan Lanjutan” sudah cukup relevan bagi para pembaca
dan mahasiswa karena Buku ini menyajikan materi yang mendalam dan bisa
digunakan oleh mahasiswa dengan materi yang tidak sulit untuk dipahami dan
melampirkan gambar yang menjadi salah satu penarik perhatian pembaca, telah
dilengkapi dengan rangkuman, sumber referensi yang memadai, serta soal-soal
yang berupa pertanyaan untuk menguji wawasan kita di setiap akhir bab.

➢ Bahasa yang digunakan pun cukup mudah dipahami.Banyak penjelasan mengenai


para ahli beserta contohnya.

A. Kekurangan Buku
• BUKU 1
➢ Kekurangan dari buku ini menurut kelopok kami hanya tidak adanya soal atau
pertanyaan yang berkenaan dengan praktik dalam akutansi keuangan 3 seperti tidak
ada soal transaksi yang akan disusun kedalam laporan keuangan atau yang akan di
catat sesuai praktik padahal materi praktik pada buku ini cukup banyak dan cukup
36

baik karena di berikan contoh yang mendukung. Namun jika pembaca ingin
mengetahui atau mengevaluasi kemampuannya dalam segi praktik pencatatan
akuntansi dalam akuntansi keuangan 3 ini maka pembaca harus mencari dari sunber
lain karena soal evaluasi untuk menguji kemampuan pembaca dalam pencatatan
akuntansi pada akuntansi keuangan 3 ini tidak ada.
.
• BUKU 2
➢ Buku pembanding tidak memiliki banyak referensi yang mendukung dan juga
tidak meletakkan menurut pendapat ahli agar pembaca bisa lebih menambah
wawasan.
37

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai sumber belajar di perguruan tinggi, sebaiknya buku ini dimiliki oleh setiap
mahasiswa dan dijadikan pegangan dalam belajarkedua buku tersebut diterbitkan dengan
tujuan agar bisa dijadikan salah satu pedoman mahasiswa pada semua bidang studi yang
berkaitan dengan Akuntansi Keuangan Lanjutan.

B. Saran
Setelah membaca kedua buku yang sudah diringkas pada makalah ini, Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yangmembaca makalah CBR ini,
agar pembuatan makalah kedepannya lebih baik lagi.
38

DAFTAR PUSTAKA

Karyawati , Golrida. (2011). “Akuntansi Keuangan Lanjutan”. Erlangga : Jakarta.

Ilham, Satria. (2016). “Akuntansi Keuangan Lanjutan 2”. Universitas Malikussaleh : Aceh.

Anda mungkin juga menyukai