Anda di halaman 1dari 18

KONSEP PENDAPATAN

MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pengampu
R. Neneng Rina Andriyani., S.E., M.M., Ak., CA

Disusun oleh:
Fikri Haikal Djasri 193403014
Risma Priatna Nugraha 193403038
Dimas Alfrian Santana 193403097
Rai Cahya Ramadhan 193403110
Muhamad Syahrul Suhanda 193403143

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KONSEP PENDAPATAN” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan
mata kuliah Teori Akuntansi yang diampu oleh Ibu R. Neneng Rina Andriyani.,
S.E., M.M., Ak., CA di Jurusan Akuntansi Universitas Siliwangi.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan
makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami sangat terbuka apabila ada penyempaian kritik maupun saran nya
yang bersifat membangun. Semoga apa yang kami paparkan dalam makalah ini
memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan.

Tasikmalaya, 13 Februari
2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................
1.4 Keguaan Makalah .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................
2.1 Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Pendapatan .................................
2.2 Pengukuran Pendapatan ............................................................................
2.3 Pembentukan dan Realisasi Pendapatan ...................................................
2.4 Pengakuan Pendapatan..............................................................................
2.5 Penilain Pendapatan ..................................................................................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan
lantaran dengan Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan
kondisi perusahaan yang kita jalani, apakah memperoleh keuntungan atau
menderita kerugian. Dengan akuntansi kitapun sanggup memperoleh
informasi yang nantinya bermenfaat untuk pemakainya, baik itu pihak
ekstern maupun intern.
Teori akuntansi adalah bentuk pengertian atau penjelasan yang
digunakan untuk menunjukan spekulasi, metodologi, dan bentuk kerangka
kerja serta mempelajari bentuk laporan keuangan.
Dalam penjelasan tersebut diterangkan bahwa perusahaan memerlukan
proses untuk mencapai laporan keuangan dari suatu perusahaan dan
bagaimana suatu perusahaan tersebut menyampaikan lapran dengan
menggunakan cara dan strategi yang tepat.
Laporan keuangan perusahaan akan ada diakhir masa periode
akuntansi yang biasanya ada pada akhir tahun, dalam masa periode
tersebut perusahaan akan ada perhitungan-perhitungan yang diperlukan
sebagai suatu proses untuk mencapai perhitungan laba yang salah satunya
adalah konsep pendapatan yang akan dipelajari pada makalah ini.
Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 ialah sebagai berikut:
Pendapatan ialah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
acara normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
menjadikan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari bantuan penanaman
modal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memutuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan?
2. Bagaimana pengukuran pendapatan?
3. Bagaimana pembentukan dan realisasi pendapatan?
4. Bagaimana pengakuan pendapatan
5. Bagaimana penilaian pendapatan?

1.3 Tujuan Masalah


Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan:
1. Untuk mendeskripsikan pendapatan serta mengetahui karakteristik
dan klasifikasi pendapatan.
2. Untuk mengetahui pengukuran pendapatan.

1
3. Untuk mengetahui pembentukan dan realisasi pendapatan.
4. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan.
5. Untuk mengetahui penilaian pendapatan.

1.4 Kegunaan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan, baik
secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna
sebagai referensi terutama bagi generasi milenial yang mulai melek
terhadap dunia pasar modal atau saham. Secara praktis makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai mahasiswa jurusan akuntansi yang dapat
menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu.
2. Pembaca, sebagai gambaran maupun referensi terhadap salah satu
jenis analisis yang terdapat di dunia pasar modal atau saham, yaitu
analisis teknikal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Pendapatan


2.1.1 Definisi
Pendapatan berasal dari kata dasar “dapat”. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengertian pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan
sebagainya). Pengertian pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia merupakan definisi pendapatan secara umum. Pada
perkembangannya, pengertian pendapatan memiliki penafsiran yang
berbeda-beda tergantung dari latar belakang disiplin ilmu yang digunakan
untuk menyusun konsep pendapatan bagi pihak-pihak tertentu.
Setidaknya terdapat dua disiplin ilmu yang memiliki penafsiran
tersendiri mengenai pengertian pendapatan. Disiplin ilmu yang pertama
adalah Ilmu Ekonomi sedangkan yang kedua adalah disiplin Ilmu
Akuntansi. Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi seseorang dalam suatu periode dengan
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula. Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menitikberatkan
pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode.
Dengan kata lain, pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah
jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang
diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi menutup kemungkinan
perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode
dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara
sederhana, pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi adalah jumlah
harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan
diakibatkan perubahan modal dan hutang.
Sedikit berbeda dengan pengertian pendapatan menurut Ilmu Ekonomi,
pengertian pendapatan menurut Ilmu Akuntansi memiliki cukup banyak
konsep yang diperoleh dari berbagai literatur akuntansi dan teori
akuntansi. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang
spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan terarah. Pada
dasarnya, pengertian pendapatan menurut Ilmu Akuntansi dapat ditelusuri
dari dua sudut pandang, yaitu:
Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva
sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini
menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.

3
Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan
barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi
pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and
services.
Untuk mengetahui pengertian pendapatan, kita juga bisa menyimak
pengertian pendapatan menurut para ahli. Menurut M. Munandar,
pengertian pendapatan adalah suatu pertambahan aset yang mengakibatkan
bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena penambahan modal
dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan aset yang
disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pengertian pendapatan
menurut M. Munandar ini tidak jauh berbeda dengan pengertian
pendapatan menurut Ilmu Ekonomi.
Sementara itu, pengertian pendapatan menurut Zaki Baridwan adalah
aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan
utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal
dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari
kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Pengertian
pendapatan Zaki Baridwan ini hampir sama dengan pengertian pendapatan
menurut Ilmu Akuntansi.
2.1.2 Karakteristik
Walaupun jenis pendapatan yang dimiliki setiap perusahaan berbeda-
beda, tetapi dari sudut akuntansi seluruh pendapatan tersebut mulai dari
kelompok pendapatan yang berasal dari penjualan barang jadi hingga
pendapatan dari penjualan jasa memiliki karakteristik yang sama dalam
pencatatannya. Karakteristik pendapatan dibagi menjadi dua karakteristik
yaitu:
a) Jika bertambah saldonya, harus dicatat disisi kradit. Setiap
pencatatan di sisi kredit berarti akan menambah saldo pendapatan
tersebut.
b) Jika berkurang saldonya harus dicatat di sisi debet. Setiap
pencatatan di sisi debet berarti akan mengurangi saldo pendapatan
tersebut.

2.1.3 Klasifikasi
Pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pendapatan
operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional
adalah pendapatan yang timbul dari penjualan barang dagangan, produk,
atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang
menjadi tujuan utama perusahaan yang berhubungan langsung dengan
usaha (operasi) pokok perusahaan yang bersangkutan. Pendapatan ini

4
sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan terjadinya
berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan kegiatannya.
Pendapatan operasional berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Pendapatan
operasional dapat diperoleh dari dua sumber:
1. Penjualan kotor yaitu semua hasil penjualan barang atau jasa
sebelum dikurangi dengan potongan yang menjadi hak pembeli.
2. Penjualan bersih yaitu hasil penjualan yang sudah dikurangi
dengan biaya potongan yang menjadi hak pembeli.
Sedangkan pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang
diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, tetapi bukan diperoleh dari
kegiatan utama atau operasional perusahaan (di luar usaha pokok).
Pendapatan non operasional diperoleh dari kegiatan sampingan yang
bersifat insidentil. Jenis pendapatan non operasional dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yakni:
1. Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber
ekonomi perusahaan oleh pihak lain. Contohnya pendapatan
bunga, sewa, dan royalti.
2. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva di luar barang
dagangan atau hasil produksi. Contohnya penjualan surat-surat
berharga dan penjualan aktiva tak berwujud.
Dalam mengatur pendapatan perusahaan, pemisahan atau pembagian
sumber pendapatan sesuai dengan klasifikasi pendapatan perlu dilakukan.
Hal ini memiliki tujuan agar dapat diperoleh ketepatan dalam mengambil
keputusan bagi pihak eksternal perusahaan, terutama para pemakai laporan
keuangan.
2.2 Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk atau jasa dalam suatu
transaksi. Nilai tukar tersebut menunjukkan ekuivalen kas atau nilai diskonto
tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi penjualan.
Greuning, et al. (2013:291) mengemukakan bahwa pendapatan harus diukur
pada nilai wajar dari pembayaran yang diterima atau akan diterima sebagai
piutang.
Ikatan Akuntan Indonesia (2015:23.2) menyatakan: Pendapatan diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah
pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan
antara entitas dengan pembelian atau penggunaan aset tersebut. Jumlah
tersebut diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima
dikurangi jumlah diskon usaha dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
entitas. Pendapatan diukur dengan satuan moneter (uang), yang harus
menunjukkan nilai tukar barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

5
Jika terdapat potongan penjualan tunai, retur penjualan maka yang diakui
adalah pendapatan netto yang diterima. Karena potongan penjualan, retur
penjualan dan pengurangan harga jual diperlakukan sebagai pengurang
pendapatan bukan sebagai komponen biaya. Maka dapat kita ketahui bahwa
pendapatan diukur dengan nilai wajar pembayaran yang diterima atau akan
diterima. Dimana nilai wajar adalah nilai yang diterima dari suatu penjualan
aset atau yang dibayarkan atas pengalihan liabilitas yang telah disetujui kedua
pihak yang melakukan transaksi tersebut.
Ada empat dasar pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, yaitu:
1. Harga pertukaran masa lalu (Historical Cost), Harga ini adalah harga
pokok sumber daya tersebut saat mendapatkannya. Biasanya
digunakan untuk mengukur persediaan, peralatan, dan aktiva lain.
2. Harga pertukaran pembelian (Current Purchase Exchange), Harga ini
biasanya diidentifikasikan sebagai harga pokok pergantian karena
sumber daya yang ditimbulkan oleh sumber daya yang diukur dengan
harga beli yang berlaku saat ini akan dibayar untuk memperoleh
sumber daya tersebut apabila sumber daya ini tidak terpenuhi.
3. Harga pertukaran penjualan (Current Sale Exchange), Harga ini
biasanya diidentifikasikan sebagai harga yang berlaku saat ini dan
kondisi harga kemungkinan besar stabil atau perubahan tidak material,
misalnya untuk pertukaran logam mulia.
4. Harga pertukaran masa mendatang (Future Exchange), Harga ini
mencerminkan penerimaan tunai di masa mendatang dan
mendiskontokannya terhadap nilai yang berlaku sehingga realisasi dan
kesetaraan pendapatan dapat terjamin. Penggunaannya untuk menaksir
harga pokok di masa yang akan datang atas dasar persentase selesai
atau penjualan kredit.
Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2015) menyatakan
bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Adapun penjelasannya lebih lanjut dari pernyataan
tersebut yang dikemukakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(Revisi 2015) adalah Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi oleh
persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut.
Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat
diterima dikurangi jumlah diskon usaha dan rabat yang diperbolehkan oleh
entitas.
2.3 Pembentukan dan Realisasi Pendapatan
Pada dasarnya pendapatan didapatkan dari earning process yang artinya
sebagai proses terbentuknya pendapatan. Secara konseptual pendapatan

6
dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya kegiatan
perusahaan.
Sebagai contoh pada perusahaan manufaktur earning process melalui tahapan
sebagai berikut
1. Pembelian jasa atau produk masukan
2. Proses produksi
3. Penggudangan produksi
4. Penjualan kredit
5. Pengumpulan atau penagihan utang
6. Pemenuhan jasa setelah penjualan
Dalam masa earning process tersebut pasti berbeda-beda pada setiap
perusahaan ada yang seperti tahap diatas ada yang kurang dari enam tahapan
yang diatas, semuanya tergantung kebijakan perusahaannya masing-masing.
Oleh karena itu, dikatakan bahwa earning process terjadi pasa setiap rantai
kegiatan perusahaan bukan hanya pada saa realisasinya saja.
Proses terbentuknya pendapatan (earning process) hendaknya dibedakan
dengan realisasi pendapatan, konsep pendapatan seperti ini didasari oleh
konsep dasar upaya (effort) dan hasil (accomplishment) (Panton, 1940)
Setiap upaya yang tercermin pada costs mempunyai kedudukan yang sama
dalam menghasilkan pendapatan maka setiap rantai kegiatan proses
berlangsungnya perusahaan merupakan proses terbentuknya perusahaan .
Earning process berbeda dengan relization process. Konsep realisasi
merupakan teknik akuntansi yang menjadi dasar untuk pengakuan pendapatan,
konsep ini ditandai dengan diterimanya kas atau kesanggupan membayar dari
pihak pembeli produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Menurut Paton dan Littleton (1940) proses realisasi pendapatan ditandai oleh
dua kejadian yaitu:
1. Adanya kepastian perubahan produk menjadi produk aktiva lain atau
potensi jasa melalui kegiatan penjualan jasa yang sah
2. Diperolehnya aktiva lain biasanya aktiva lancar, sebagai pengesahan
terhadap transaksi penjualan tersebut
Dari dua hal diatas dapat diketahui bahwa terbentuknya dan realisasi
pendapatan berkaitan erat dengan pengakuan pendapatan sehingga secara
teknis berkaitan pula dengan kriteria pengakuan pendapatan.
2.4 Pengakuan Pendapatan
Revenues dan income secara umum dapat terjadi pada berbagai tahap
siklus operasional, yaitu pada saat diterima pesanan, saat produksi, penjualan
atau pada saat penerimaan. Berhadapan dengan kesulitan dengan kesulitan
penetapan terjadinya pendapatan pada berbagai tahapan siklus operasional,

7
akuntan bersandar pada prinsip realisasi sebagai critical event dalam
penetapan saat pengakuan pendapatan.
Menurut Pawan dalam Jurnal EMBA (2013:351), ada dua dasar pengakuan
dari pendapatan, yaitu:
a. Accrual Basis: mengakui pendapatannya pada saat periode terjadinya
transaksi pendapatan. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian walaupun kas belum diterima.
b. Cash Basis: mengakui apabila pendapatan yang hanya diperhitungkan
berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Dan penjualan barang
atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan
diterima.
Didalam pengakuan pendapatan harus didukung dengan bukti-bukti yang
objektif, dan yang menjadi permasalah dalam pengakuan pendapatan ini yaitu
mencari satu dasar pengukuran yang objektif tentang kenaikan nilai dan
didukung adanya bukti-bukti yang cukup, sehingga muncul pertanyaan pada
titik mana selama proses terbentuknya pendapatan (earning process) tersebut
dapat dicatat sebagai pendapatan.
Oleh karena itu pada dataran konsep muncul tentang kriteria-kriteria yang
dimaksudkan dapat mempermudah proses pengambilan keputusan dalam
mencari dasar yang paling wajar digunakan untuk pengakuan pendapatan.
Dalam praktik pengakuan pendapatan ditandai dengan pencatatan pendapatan
dalam proses akuntansi. Secara konvensional pencatatan tersebut ditandai
dengan kegiatan yang disebut dengan jurnal.
Pada dataran konsep pengakuan pendapatan harus memenuhi kriteria
tertentu. Tiga kriteria yang diajukan Vemon Kam (1986) untuk pengakuan
pendapatan yaitu:
1. Pengakuan nilai aktiva.
2. Adanya suatu transaksi.
3. Kelengkapan substansi dari proses terbentuknya pendapatan.
Sementara FASB (1985) mengemukakan dua kriteria pengakuan pendapatan
sebagai berikut:
1. Pendapatan baru dapat diakui apabila jumlah moneter pendapatan telah
terealisasi (realized) atau cukup pasti akan segera terealisasi (realized).
Pendapat akan diakui apabila telah terjadi transaksi pertukaran antara
barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk
menerima kas. Dengan kata lain, pendapatan akan diakui setelah
adanya kepastian akan segera terealisasi (realizable), dimana barang
hasil pertukaran dapat segera diubah (dikonversi) menjadi kas atau
klaim untuk menerima kas. Syarat barang yang mudah dikonversi
adalah:

8
a. Memiliki harga per unit yang pasti dan barang tersebut tidak
terpengaruh oleh perubahan bentuk dan ukuran barang, misalnya emas.
b. Mudah dijual tanpa memerlukan biaya yang besar.
2. Pendapatan baru dapat diakui apabila pendapatan tersebut sudah
terhimpun (earned). Ataupun pendapatan akan diakui apabila kegiatan
menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara substansial
telah selesai.
Sedangkan KDPPLK memberikan kriteria umum dalam penerapan kriteria
pengakuan misalnya bahwa penghasilan tepat diperoleh. Yang jelas bahwa
dalam pengakuan pendapatan bukti objektif yang mendukung perubahan nilai
aktiva atau nilai hutang yang akan dicatat sebagai pendapatan telah tersedia.
Secara umum, pedoman untuk pengakuan pendapatan sangat luas. Prinsip
pengakuan pendapatan memberikan perusahaan pengetahuan bahwa mereka
harus mengakui pendapatan (1) pada saat pendapatan tersebut telah
direalisasikan dan (2) pada saat telah diterima/didapatkan.
Oleh karena itu, pengakuan pendapatan yang benar melibatkan 3 syarat:
1. Pendapatan direalisasikan pada saat sebuah perusahaan melakukan
pertukaran barang dan jasa untuk mendapatkan cash.
2. Pendapatan dapat direalisasikan ketika aset yang diterima perusahaan
dari pertukaran (exchange) siap untuk ditukarkan menjadi sejumlah
uang.
3. Pendapatan dihasilkan/didapatkan ketika sebuah perusahaan telah
menyelesaikan apa yang harus dia kerjakan untuk mendapatkan
keuntungan, ketika earning process selesai.
Ada 4 transaksi pendapatan yang diakui berkenaan dengan prinsip ini:
1. Perusahaan mengakui pendapatan ata penjualan produk pada tanggal
penjualan. Tanggal ini biasanya diintepretasikan sebagai tanggal
pengiriman produk ke pelanggan
2. Perusahaan mengakui pendapatan atas penyelesaian jasa, ketika jasa
telah dilakukan dan dapat ditagih.
3. Perusahaan mengakui pendapatan atas pemberian izin kepada pihak
lain untuk menggunakan aset perusahaan, seperti bunga, sewa dan
royalti.
4. Perusahaan mengakui pendapatan atas penjualan aset (disposal) selain
produk pada tanggal penjualan.
Pengakuan masing-masing jenis pendapatan menurut PSAK adalah:
Paragraf 14 PSAK 23 menyatakan bahwa “Pendapatan dari penjualan
barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

9
• Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kpd pembeli;
• Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
• Jumlah pendapatan dapat diukur secara handal;
• Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
• Biaya yg terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur dengan andal”.
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
Paragraf 20 PSAK 23 menyatakan bahwa “Jika hasil transaksi yang terkait
dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat
diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut ini terpenuhi:
• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
• Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas;
• Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan
dapat diukur dengan andal; dan
• Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal”.
Apabila salah satu dari keempat syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu
transaksi penjualan jasa, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu
pendapatan.
Paragraf 29 PSAK 23 menyatakan bahwa “Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan
dividen diakui jika:
• Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dg transaksi tsb
akan mengalir ke entitas;
• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal”.
Dalam paragraf 30 dinyatakan bahwa “Pendapatan diakui dengan dasar
sebagai berikut:
• Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana
dijelaskan di PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran paragraf 09 dan PA 05-08;

10
• Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan; dan
• Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
Dari uraian di atas, pengakuan pendapatan yang diatur dalam SAK
ternyata memiliki syarat yang lebih ketat yaitu adanya unsur terpenuhinya
semua syarat pengakuan pendapatan maupun harus terpenuhinya
“Kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas”. Ukuran untuk menilai adanya
kemungkinan besar manfaat ekonomi akan mengalir ke entitas menunjukkan
bahwa SAK sangat konservatif terhadap pengakuan pendapatan.
2.5 Penilaian Pendapatan
Pada umumnya sumber pendapatan yang diperoleh perusahaan terdiri atas:
1. Pendapatan Operasional, yaitu pendapatan yang timbul dari hasil
kegiatankegiatan usaha normal perusahaan, baik dari hasil barang
dagangan, maupun penyerahan jasa.
2. Pendapatan Non Operasional, yaitu pendapatan yang diperoleh dari
sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan digolongkan sebagai
pendapatan non operasional, sering juga disebut dengan pendapatan
lainlain.
Penilaian Pendapatan Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar
penilaian yang dapat digunakan untuk menentukan berapa jumlah transaksi
yang diperhitungkan dan dicatat pertama kali dalam suatu transaksi atau
beberapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu akun dalam laporan
keuangan. Dan untuk menyusun sebuah laporan keuangan, dibutuhkan suatu
pedoman dasar penilaian untuk mengetahui berapa rupiah yang dapat
diperhitungkan dan dicatat sebagai suatu transaksi serta berapa jumlah rupiah
yang harus diletakkan dalam laporan keuangan. Setidaknya terdapat empat
dasar dalam penilaian pendapatan, yaitu:
1. Biaya Historis (Historical Cost), aktiva dicatat sebesar pengeluatan kas
(atau setara kas) yang dibayar sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan.
2. Biaya Kini (Current Cost), aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara
kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara yang
diperoleh sekarang.
3. Nilai Realisasi atau Penyelesaian (Realization/Settlement Value),
aktiva dinyatakan dalam julah kas (atau setara kas) yang sama atau
setara aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan
normal.
4. Nilai Sekarang (Present Value), aktiva dinyatakan sebesar kas masuk
bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos

11
yang diharapak dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha
normal.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mengenai
penilaian pendapatan, perusahaan harus mengungkapkan sebagai berikut:
a) Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan
termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian
transaksi penjualan jasa.
b) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui selama
periode tersebut termasuk pendapatan dari:
1. Penjualan barang
2. Penjualan Jasa
3. Bunga
4. Dividen, dan
5. Royalty.
PSAK 23 Paragraf 10 (2015:23.2), jumlah pendapatan yang timbul dari
transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dengan pembeli
atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar imbalan
yang diterima atau dapat diterima dikurangi jumlah diskon usaha dan rabat
volume yang diperbolehkan oleh entitas. PSAK 23 Paragraf 7 (2015:23.2),
nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi
teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sederhana pendapatan merupakan penghasilan yang timbul
dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan
yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti
dan sewa. Pendapatan merupakan hal yang penting karena pendapatan
adalah objek atas aktivitas perusahaan. Pendapatan memiliki pengertian
yang bermacam-macam tergantung dari sisi mana untuk meninjau
pengertian pendapatan tersebut.
Yang dimana pendapat memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Jika bertambah saldonya, harus dicatat disisi kradit. Setiap
pencatatan di sisi kredit berarti akan menambah saldo pendapatan
tersebut.
b) Jika berkurang saldonya harus dicatat di sisi debet. Setiap
pencatatan di sisi debet berarti akan mengurangi saldo pendapatan
tersebut.
Pendapatan juga dapat diklasikikasikan menjadi dua yaitu: pendapatan
operasional dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional
adalah pendapatan yang timbul dari penjualan barang dagangan, produk,
atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan utama atau yang
menjadi tujuan utama perusahaan yang berhubungan langsung dengan
usaha (operasi) pokok perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan
pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang diperoleh
perusahaan dalam periode tertentu, tetapi bukan diperoleh dari kegiatan
utama atau operasional perusahaan (di luar usaha pokok). Pendapatan non
operasional diperoleh dari kegiatan sampingan yang bersifat insidentil.
Standar Akuntansi Keuangan (Revisi 2015) menyatakan bahwa
pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima.
Di dalam pengakuan pendapatan juga banyak diatur oleh Standar
Akuntansi keuangan, yang dimana didalamnya terdapat banyak poin-poin
atau syarat yang harus dipenuhi sehingga entitas dapat mengakuinya
sebagai pendapatan.
Oleh karena itu, sebelum terjun langsung pada dunia Akuntansi
alangkah baiknya kita mengenal komponen-komponen nya terlebih dahulu
seperti pendapatan, agar dapat meminimalisir risiko yang terjadi di
kemudian hari.

3.2 Saran
Selaras dengan simpulan yang disampaikan, terdapat juga beberapa
saran yang memang perlu disampaikan kepada pembaca makalah ini
apabila di kemudian hari ingin lebih mengetahui Akuntansi secara dalam.
Seperti halnya di dalam makalah ini penulis membahas mengenai konsep

13
pendapatan maka dari itu diharapkan pembaca dapat lebih dalam lagi
mempelajari materi mengenai pendapatan sehingga untuk khususnya
mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Teori Akuntansi dapat
mempelajarinya.
Untuk penulis selanjutnya diharapkan dapat melengkapi makalah
ini yang bersumber dari berbagai referensi berbeda. Tak lupa juga kami
sebagai penulis berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Teori
Akuntansi yang telah memberikan tugas membuat karya tulis ilmiah yang
berkaitan dengan Akuntansi. Semoga dengan diberikannya tugas membuat
karya tulis ilmiah atau makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
yang membutuhkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, A. R. (2011). Teori Akuntansi (Accounting Theory) (5nd ed.). Jakarta: Salemba
Empat.

BN, M. (2003). Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Hamongan, S. (2020). Teori Akuntansi. Medan: LPPM UAN.

Hamongan, S. (2020). Teori Akuntansi. Medan: LPPM UAN.

Hery, W. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurjanna, N. (2020). PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN BERDASARKAN


PSAK NO. 3 PADA KALLA TOYOTA MAKASAR. PAY. Jurnal Keuangan dan
Perbankan 2(1), 35-41.

Peter Lau, N. L. (2014). Akuntansi Keuangan (Intermediate Finance) (2nd ed.). Jakarta:
Salemba Empat.

Soemarso, S. (2009). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Sofyan Syafri, H. (2011). Teori Akuntansi. Jakarta: Rada Grafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai