Anda di halaman 1dari 54

MODUL

AUDITING

DISUSUN OLEH :

NURMALASARI,SE,MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA


AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKADAN
KOMPUTER BSI PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

karunia yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan modul

yang berjudul Auditing

Modul ini berisikan tentang informasi tentang auditing untuk pembaca

khususnya mahasiswa AMIK BSI Pontianak dalam pengembangan dan

penambahan ilmu pengetahuan.

Kami menyadari banyak kekurangan terdapat di dalamnya, namun semoga

makalah ini bisa menjadi sumbangsih yang bernilai bagi ilmu khususnya yang

terus berkembang.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan modul ini. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan modul ini.

Akhir kata penulis berharap semoga modul ini dapat memberikan manfaat

dan pengembangan wawasan untuk pribadi, mahasiswa dan pembaca pada

umumnya.

Pontianak, Maret 2019

Nurmalasari, SE, MM

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I AUDITING
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 1

BAB II PENGERTIAN AUDITING, PROFESI AKUNTAN


PUBLIK, TIPE AUDITOR, TUJUAN AUDITING,
TAHAPAN SERTA JENIS AUDIT
1. Pengertian Auditing 3
2. Profesi Akuntan publik 4
3. Tipe Auditor 6
4. Tujuan Audit 6
5. Jenis Audit Berdasarkan tujuan audit 7
6. Tahapan audit 8

BAB III SPAP, ETIKA PROFESI, KODE ETIK


AKUNTAN, STANDAR AUDITING DAN
KEWAJIBAN AUDITING
1. Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) 10
2. Etika profesi 11
3. Kode etik auntan 12
4. Standar auditing 13
5. Kewajiban hukum 14
BAB IV LAPORAN AUDIT, JENIS BUKTI PENDUKUNG,
PROSEDUR AUDIT DAN KERJA PEMERIKSAAN
1. Laporan audit 12
2. Analisis terhadap laporan audit 17
3. Pendapat yang dikeluarkan oleh auditor 17
4. Penyimpangan dari laporan standar 19
5. Jenis bukti pendukung 21
6. Prosedur audit dan kerja pemeriksaan 21
7. Faktor penentu bukti yang menyatakan 22
8. Kertas kerja pemeriksaan 23

BAB V AUDIT SISTEM ELECTRONIC DATA


PROCESSING
1. Komponen sistem 28
2. Perkembangan perangkat keras komputer 30
3. Pengendalian umum 32
4. Pengendalian aplikasi 33
5. Penerimaan norma pemeriksaan 34
6. Tes pengendalian dengan komputer 35

BAB VI SPI, PERENCANAAN AUDIT, PENDAPAT


AKUNTAN DAN MATERIALITAS
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) 36
2. Perencanaan audit 37
3. Pendapat Audit 38
4. Pendapat akuntan dan materialitas 38
5. Konsep materialitas 38

BAB VII PROSEDUR DASAR AUDIT (PENGUJIAN


TRANSAKSI, SALDO DAN KETAATAN)
1. Prosedur Dasar Aduit (Pengujian transaksi) 40
2. Prosedur pengendalian 40
3. Pengujian transaksi penerimaan kas 41
4. Audit pengeluaran, hutang dan pengeluaran kas 42
5. Faktor resiko dalam siklus pengeluaran 42
6. Fungsi yang terkait dalam transaksi pembelian 43
7. Fungsi transaksi pengeluaran kas 43
8. Audit tenaga kerja dan produksi 43
LATIHAN SOAL 45
DAFTRA PUSTAKA 49
BAB I

AUDITING

1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka berkembang pulalah


suatu keahlian dalam profesi auditor, yaitu auditor sistem informasi. Hal ini didasari
bahwa semakin banyak transaksi keuangan yang berjalan dalam sebuah sistem
komputer. Maka dari itu perlu dibangun sebuah kontrol yang mengatur agar proses
komputasi berjalan menjadi baik. Saat ini auditor sistem informasi umumnya
digunakan pada perusahaan-perusahaan besar yang sebagian besar transaksi berjalan
secara otomatis. Auditor sistem informasi dapat berlatar belakang IT atau akuntansi
tentunya dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Suatu informasi yang tersedia bagi para pengambil keputusan ekonomi
biasanya dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Informasi yang andal dan relevan diperlukan manakala manajer, investor, kreditor,
dan badan regulasi lainnya inigin mengambil keputusan rasional menyangkut sumber
daya. Kebutuhan akan informasi yang andal dan relevan tersebut menciptakan suatu
permintaan akan jasa akuntansi dan auditing, sebab auditing memainkan peran dalam
proses menyediakan laporan yang objektif dan independen atas keandalan informasi,
sehingga dapat mengurangi resiko informasi yang diberikan tidak relevan dan tidak
andal. Auditing adalah akumulasi dan evaluasi dari bukti tentang informasi untuk
menjelaskan dan melaporkan tingkat hubungan antara informasi dan kriteria yang
dibangun. Untuk mengaudit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan
beberapa standars dimana auditor dapat mengevaluasi informasi tersebut. Kriteria
yang digunakan untuk mengevalusi informasi sangat bervariasi tergantung pada
informasi yang akan diaudit. Kriteria yang digunakan oleh auditor dari kantor
akuntan publik umumnya diambil dari GAAP.
Bukti adalah berbagai informasi pendukung yang digunakan oleh auditor
untuk mengaudit informasi yang sesuai dengan kriteria.
Macam-macam bukti yang digunakan untuk audit:
• Komentar lisan dari klien
• Komunikasi tertulis dengan pihak luar
• Observasi auditor
• Data elektronik dan data lainnya tentang transaksi
Seorang auditor harus memiliki kualifikasi untuk mengerti tentang kriteria
yang digunakan dan harus kompeten serta mempunyai sikap mental yang
independen. Hasil akhir dari proses audit adalah laporan audit, dimana laporan
tersebut dapat dimengerti oleh pengguna jasa audit dan user lainnya.

2. Tujuan

Audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit member banyak manfaat


bagi dunia bisnis. Pelaksaanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda. penting
sekali dalam suatu audit atau proses astetasi lainnya karena laporan
menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan

Modul Auditing – AMIK BSI Pontianak 1


kesimpulan yang diperolehnya.Dari sudut pandang pemakai,laporan dianggap
sebagai produk utama dari proses astetasi.
Pembuatan laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses
audit.Alasan mengapa dipelajari sekarang,dan bukan pada bagian akhir buku adalah
karena dapat dijadikan dasar untuk mempelajari cara mengumpulkan bahan bukti.
BAB II

PENGERTIAN AUDITING, PROFESI AKUNTAN PUBLIK, TIPE


AUDITOR, TUJUAN AUDITING, TAHAPAN SERTA JENIS AUDIT

1. Pengertian Auditing

Menurut Prof. A.A. Arens & Prof. J.K Loebbecke : Auditing adalah suatu
proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti mengenai suatu informasi terukur dari suatu
satuan (entitas) usaha untuk mempertimbangkan dan tingkat kesesuaian
dariinformasi yang terukur dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut ASOBAC ( A Statement of Basic Auditing Concept ): Auditing adalah
proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi suatu bukti secara
obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk dapat
menentukan tingkat kesesuaian antara suatu pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan.
Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A Systematic
Approach, 2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi
bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian
antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut
dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang berkepentingan.

Berdasarkan definisi diatas maka Elemen fundamental dari audit adalah:


 Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan
 Entitas ekonomi seperti CV, PT, Firma dan koperasi
 Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
 Orang yang kompeten dan independen
 Pelapor

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Auditing:


a. Proses sistematik: Merupakan rangkaian prosedur dan proses yang
logis,terstruktur dan terorganisasi
b. Tingkat kesesuaian: Dinyatakan dalam bentuk kualitatif yaitu kewajaran LK
serta kuantitatif yaitu prosentase pencapaian target
c. Asersi tindakan dan kejadian ekonomi: Asersi adalah suatu pernyataan secara
menyeluruh fihak yang bertanggung jawab atas suatu pernyataan
d. Kriteria ditetapkan:Kriteria berdasar PAI dan SAK
e. Evaluasi bukti obyektif:Obyektif yaitu penyampaian data apa adanya serta
senyatanya ,tidak bias,tidak berfihak
f. Penyampaian hasil: Berbentuk lap tertulis antara asersi dan kriteria ditentukan
g. Pemakai berkepentingan : Investor, pemerintah, kreditor, Serikat Pekerja
Perusahaan, Asosiasi Dagang,Buruh dan masyarakat
2. Profesi Akuntan Publik

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri
keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik (lihat di bawah) di Indonesia.
Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan Institut Akuntan
Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia. Setiap akuntan
publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi
profesi yang diakui oleh Pemerintah.
Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku selama 5
tahun (dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi
akuntan publik secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan oleh IAPI atau
perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk menyelenggarakan pendidikan profesi
akuntan publik.
-Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib
menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir.
-Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit
1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya
memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh
Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
-Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.
-Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
-Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.
-Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
-Menjadi anggota IAPI.
-Tidak berada dalam pengampuan
-Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan
Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46, dan membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan
bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah benar.
Selain itu syarat khusus menjadi akuntan yaitu :
Syarat menjadi profesi
 Pendidikan profesi tertentu (S1 dan tambahan profesi )
 Mendapatkan izin dari Pihak pemerintah
 Mengikuti kode etik profesi

Syarat Pendirian KAP


 Berdomisili di wilayah NKRI
 Memiliki register akuntan
 Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang dilaksanakan IAI
 Memiliki pengalaman kerja minimal selama 3 (Tiga ) tahun sebagai akuntan
dan pengalaman audit umum minimal 3000 jam reputasi baik
 Menjadi anggota IAI
 Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim audit umum sekurang
kurangnya 1 tahun
 Wajib memiliki KAP atau bekerja di koperasi jasa audit.

Hirarki KAP ( Kantor Akuntan Publik )


Akuntan publik dalam memberikan jasanya wajib mempunyai kantor akuntan publik
(KAP) paling lama 6 bulan sejak izin akuntan publik diterbitkan. Akuntan publik
yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih dari 6 bulan akan dicabut izin
akuntan publiknya.

1) Partner Tugasnya adalah:


a) Mereview pekerjaan audit
b) Menanda tangani pekerjaan audit
c) Menyetujui masalah fee
d) Penanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan audit

2) Manajer
Tugas Manajer adalah:
a) Mengawasi langsung pekerjaan audit
b) Mereview lebih lannjut pekerjaan audit
c) Melakukan penaggihan atas fee audit

3) Akuntan Senior
Tugas Akuntan Senior adalah:
a) Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit
b) Mereview pekerjaan para akuntan yunior

4) Akuntan Yunior
Tugas Akuntan Yunior adalah:
a) Bertanggung jawab terhadap pekerjaan lapangan
b) Melaksanakan dan memberikan pendapat bagian dari pekerjaan audit

Jasa Akuntan Publik


1) Jasa Atestasi: Memberikan pendapat atau pertimbangan seseorang yang
independen dan kompeten mengenai kesesuaian dalam segala hal yang
signifikan,asersi suatu entitas dengan kriteria ditetapkan
a) Audit laporan keuangan historical
b) Pemeriksaan/Examination
c) Penelaahan/review dengan cara wawancara
d) Prosedur yang disepakati bersama

2) Jasa Non Atestasi


a) Jasa Akuntansi / pembuatan LK
b) Jasa konsultasi manajemen/Manajemen Advisory Services( MAS ) temuan,
kesimpulan dan rekomendasi
c) Jasa perpajakan: Pelaporan dan pengisian pajak
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik ( USAP )
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia,
seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan "CPA
Indonesia" (sebelum tahun 2007 disebut "Bersertifikat Akuntan Publik" atau BAP).
Sertifikat akan dikeluarkan oleh IAPI.
Sertifikat akuntan publik tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk
mendapatkan izin praktik sebagai akuntan publik dari Kementerian Keuangan.

Dilaksanakan 2 kali dalamm satu tahun yaitu bulan Mei dan November dan
dilakukan dalam waktu dua hari dengan mata ujian meliputi:

1) Teori dan praktek akutansi keuangan ( 4 Jam/hari ke1 )


2) Auditing dan jasa profesional akuntan publik ( 4 jam/hari1 )
3) SIA ( 2,5 jam/ hari ke2Perpajakan dan hukum komersial ( 3,5 jam/hari ke2)

3. Tipe Auditor

Ada tiga tipe auditor yaitu :

a. Auditor Intern: Auditor yang merupakan karyawan suatu perusahaan tempat


mereka melakukan audit dan Auditor yang bertugas pada suatu entitas
perusahaan yang melakukan audit untuk kepentingan management agar
kegiatan operasional berjalan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) atau kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai.

b. Auditor Independen (Akuntan/Kantor Akuntan Publik): yg bertugas memeriksa


(audit) suatu atau beberapa perusahaan yang menggunakan jasanya. Auditor ini
mempunyai sikap independen karena tidak terikat dengan suatu entitas dalam
melakukan jasa audit maupun jasa konsultasi.

c. Auditor Eksternal ( Publik ): Auditor independen adalah praktisi individual


atau anggota KAP yang memberikan jasa profesional pada klien.

d. Auditor Pemerintah: Auditor yang bekerja pada kantor pemerintah dan


tugasnya mengaudit instansi pemerintah Auditor ini adalah BPKP( Badan
Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan dan BPK ( Badan Pemeriksa
Keuangan) serta Auditor Internal maupun External Pemerintah. Di Indonesia
yang bertindak sebagai auditor internal adalah Badan Pengawasan Keuangan &
Pembangunan (BPKP), sedangkan yang bertindak sebagai Auditor External
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI).

4. Tujuan Audit

Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :

✓ Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah


dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
✓ Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada
telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar,
diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.

✓ Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang
tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi
tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.

✓ Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang


berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
✓ Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang
dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo
maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan
tepat.

✓ Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada


tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku
besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.

✓ Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat


tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali
salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.

✓ Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan


persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam
laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan
tersebut.

a. Tujuan Umum: Menyatakan suatu pendapat terhadap kewajaran Laporan


Keuangan, hasil operasional dan perubahan posisi keuangan sesuai PAI

b. Segmentasi Audit: Menempatkan jenis transaksi dan saldo perkiraan yang saling
berhubungan erat yang dapat memudahkan pelaksanaan audit.

5. Jenis Audit Berdasarkan Tujuan Audit

a. Audit Kepatuhan: Menghimpun dan mengevaluasi bukti apakah kegiatan


financial dan operasional sesuai aturan, kondisi atau regulasi yang ditetapkan.

b. Audit Operasional: Penghimpunan danpengevaluasian bukti mengenai


kegiatan organisasi dalam hubungannya dengan tujuan efesiensi,efektifitas
dan ekonomis.

c. Audit LK: Menghimpun dan mengevaluasi bukti dengan tujuan untuk


memberikan pendapat apakah LK telah disajikan secara wajar sesuai kriteria
ditetapkan.
Selain itu Auditor juga dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Auditor Pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi
menjadi dua yaitu:

- Auditor Eksternal Pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa


Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Pasal 23E ayat (1) Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas
dan mandiri.. ayat (2) Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah,sesuai dengan kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan
merupakan badan yang tidak tunduk kepada pemerintah, sehingga diharapkan
dapat bersikap independen.

- Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND,
dan Badan Pengawasan Daerah.

2) Auditor Intern merupakan auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas utamanya
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

3) Auditor Independen atau Akuntan Publik adalah melakukan fungsi pengauditan


atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan
pada perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan
besar dan juga perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan Terpadu yang
diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis auditor, yaitu:

• Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah


Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas penerimaan
negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan
ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan adalah Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
(Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tanggungjawab Karikpa
adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah
telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.

6. Tahapan Audit

Tahapan audit adalah tahap-tahap yang harus dilalui oleh seseorang auditor
dalam melaksanakan suatu proses audit. Tiap tahap mempunyai tujuan dan manfaat
tertentu untuk mencapai tujuan audit. Tiap jenis audit memiliki tahapan yang
berbeda. Menurut Arens (2007), tahapan dalam audit operasional adalah sebagai
berikut:
Tahap I : Perencanaan Audit
Tahap II : Pengumpulan dan Evaluasi Bukti
Tahap III : Pelaporan dan Tindak Lanjut

Meskipun tujuan audit dan jenis audit berbeda, menurut Taylor dan Glezen (1997),
secara umum tahapan audit mencakup hal-hal berikut:
Perencanaan audit
Pemahaman dan pengujian pengendalian intern
Pengujian substantive
Pelaporan
Perencanaan dan perancangan pendekatan audit.
Pengujian dan pengendalian transaksi.
Pengujian saldo perkiraan.
Penyelesaian audit dan penerbitan laporan.
BAB III

SPAP, ETIKA PROFESI, KODE ETIK AKUNTAN,STANDAR AUDITING &


KEWAJIBAN HUKUM

1. Standar Profesi Akuntansi Publik ( SPAP)

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi


berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa
bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).

Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:


➢ Standar Auditing
➢ Standar Atestasi
➢ Standar Jasa Akuntansi dan Review
➢ Standar Jasa Konsultansi
➢ Standar Pengendalian Mutu

Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk
mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia. Selain
itu terdapat dikodifikasi SPAP selanjutnya. Standar profesi akuntan publik ( SPAP )
ada enam tipe standart ang dikodifikasikan yaitu :

✓ Standart Auditing: Adalah panduan audit atas laporan keuangan historis.


Standart auditing terdiri dari 10 standart dan terinci dalam bentuk Pernyataan
Standart Auditing ( PSA )

✓ Standar Atestasi: Adalah standar yang memberikan kerangka untuk fungsi


atestasi jasa bagi akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi
yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan, historis, pemeriksaan LK
prospektif serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan tingkat keyakinan
lebih rendah (review,pemeriksaan dan prosedur yang disepakat Standart atestasi
terdiri atas 11 standar yang terinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (
PSAT ). PSAT merupakan penjabaran masing2 standar yang terdapat dalam
standar atestasi. termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Standar atestasi (
IPSAT ) yang pelaksanaannya bersifat mandatory/wajib bagi IAI yang
berpraktik sebagai akuntan public

✓ Standar Jasa Akuntansi Dan Review ( PSAR ): Memberikan kerangka atas


nonatestasi jasa akuntan publik mencakup jasa akuntansi dan review. Termasuk
dalam PSAR adalah Interpretasi Pernyataan Standar akuntansi dan review (
IPSAR ) yang pelaksanaannya bersifat mandatory/wajib bagi IAI yang
berpraktik sebagai akutan publik.
✓ Standar Jasa Konsultasi: Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan
jasa konsultasi bagi kliennya melalui KAP. Jasa konsultasi pada hakekatnya
berbeda dengan jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi fihak ketiga Dalam
jasa atestasi, para praktisi menyajikan kesimpulan mengenai keandalan suatu
asersi yang menjadi tanggung jawab fihak lain yaitu pembuat asersi ( asserter).
Dalam jasa konsultasi para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi.
✓ Standar Pengendalian Mutu: Memberikan panduan bagi KAP didalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan.

✓ Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik: Aturan ini dikeluarkan


Kompartemen Akuntan Publik IAI

2. Etika Profesi

Etika Profesional meliputi standar sikap anggota profesi yang dirancang agar
praktis dan realitas tetapi idealitas. Prinsip Etika meliputi delapan prinsip etika
berikut ini:

a. Tanggung Jawab Profesi: Setiap anggota senantiasa menggunakan


pertimbangan moral dan profesional dalam kegiatan yang dilakukannya.

b. Kepentingan Publik: Setiap anggota bertindak dalam rangka pelayanan publik


mengormati kepercayaan publik, dan menujukkan komitmen serta
profesionalisme.

c. Integritas: Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya


dengan integritas tinggi.

d. Obyektivitas: Setiap anggota menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan


kepentingan dalam pemenuhan kuwajiban profesionalnya.

e. Kompetensi dan Kehati-hatian profesional: Setiap anggota dalam menjalankan


profesionalnya dengan hati2,kompetensi dan ketekunan serta memiliki
kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional dan
memastikan klien akan mendapatkan manfaat dari jasa profesi berdasar
pengembangan praktek, legalisasi dan teknik paling mutakhir

f. Kerahasiaan: Setiap anggota menjaga kerahasiaan info yang didapat selama


melakukan tugas profesionalnya

g. Perilaku Profesional: Setiap anggota berperilaku konsisten dengan reputasi


profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi

h. Standar Tehnis: Setiap anggota dalam menjalankan profesi harus menggunakan


standarr tehnis dan profesi yang relevan sejalan prinsip integritas dan
obyektivitas.
3. Kode Etik Akuntan

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika


Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia.
Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang
anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).

Kode Etik Akuntan yang berlaku di Indonesia harus dipatuhi akuntan yang
berpraktek di Indonesia baik akuntan publik atau tipe akuntan lainnya.

Kode Etik Akuntan terdiri atas tiga bagian yaitu:

Kode etik akuntan secara umum

a. Kepribadian:diartikanindependen dan obyektif Independensi maksudnya tidak


tergantung pada fihak lainnya dan obyektif artinya tidak memihak dalam
mempertimbangkan fakta dan terlepas dari kepentingan pribadi.

Kecakapan Profesional: Kompetensi dan standar teknis pelaksanaan pekerjaan


akuntan, meliputi:
 Kewajiban menjelaskan kepada para staff ahli yang bekerja padanya tentang
keterikatannya dgn kode etik akuntan
 Akuntan publik tidak boleh menerima pekerjaan kecuali ia dan kantornya
mampu menyelesaikan pekerjaan dengan kompetensi profesi
 Melarang akuntan publik mengaitkan namanya dengan prediksi untuk
mencegah timbulnya kesan bahwa bahwa ia menjamin terwujudnya prediksi

b. Tanggung Jawab Akutan Publik Terhadap Klien


Menjaga rahasia selama penugasan profesi
Megatur honorarium jasa yang diserahkan dan tidak diperkenankan menerima
honor berdasar manfaat yang diterima klien

c. Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi


Akuntansi public wajib menjaga hubungan baik dengan akuntan lain apabila
klien memutuskan menggunakan akuntan lainnya.
Jika orang atau badan yang diperiksa kantor akuntan meminta saran atau pendapat
dari akuntan public lain, maka akuntan publik harus berkonsultasi dengan kantor
akuntan publik yang sedang memeriksanya.

d. Tanggung Jawab Lainnya


Mengiklankan diri atau mengijinkan fihak lainnya mengiklankan nama atau jasa
yang dijualnya
Membayar imbalan untuk mendapatkan pekerjaan
Menawarkan jasa secara tertulis kepada calon klien.
4. Standar Auditing

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing
merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri
atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Standar Perikatan Audit (SPA).
Dengan demikian SPA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar
yang tercantum di dalam standar auditing.

A. Standar Perikatan Audit (SPA)

SPA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum
di dalam standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang
harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan
terhadap SPA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota
IAPI. Termasuk di dalam SPA adalah Interpretasi Standar Perikatan Audit (ISPA),
yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam SPA. Dengan demikian, ISPA
memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam SPA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam SPA.

B. Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang/lebih yang memiliki keahlian dan


pelatihan teknis yang cukup sbg auditor. Menurut standar ini kompetensi sebagai
auditor adalah:
✓ Pendidikan Formal dalam bidang akuntansi di PT termasuk ujian profesi
✓ Pelatihan praktis dan pengalaman bidang auditing
✓ Pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karier profesi

2) Selama berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental


harus dipertahankan auditor
✓ Independensi In Fact/Senyatanya:Berhubungan dgn tingkat kejujuran yang
tinggi
➢ Independensi In Appearance/Dalam penampilan: Auditor harus menjaga Agar
masyarakat mempercaya sikap independensi dan obyektivitasnya
➢ Independence In Competence/ Dalam Keahlian atau Kompetensinya
Independensi ini berhubungan dengan kemampuan penyelesaian tugas dan
kecakapan profesionalnya

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib


menggunakan kemahirannya dengan cermat dan profesionalnya

o Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


dilakukan supervisi dengan semestinya.
o Pemahaman yang memadahi SPI harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat dan ruang lingkup pengujian yang dilakukan.
o Bukti audit kompeten yang harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan pertanyaan serta konfirmasi sebagai dasar yang memadahi untuk
dapat menyatakan pendapat atas LK yang diperiksa
o Laporan audit harus menyatakan apakah LK disusun sesuai prinsip akuntansi
berlaku di Indonesia
o Laporan audit harus menunjukkan dan menyatakan jika ada ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan LK periode berjalan dengan
periode sebelumnya
o Pengungkapan informatif dalam LK dipandang memadahi kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor
o Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai LK secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan dem’[-ikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka harus
ada alasannnya.

5. Kewajiban Hukum

Kewajiban Hukum Bagi Auditor


Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum
dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti
kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini
sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang
digambarkan sebagai sebuah krisis (Huakanala dan Shinneke,2003,h.69). Lebih
lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi terhadap
kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa
yang disediakan kantor akuntan publik tersebut. Menurut Rachmad Saleh AS dan
Saiful Anuar Syahdan (Media akuntansi, 2003) tanggung jawab profesi akuntan
publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang diberikan publik seharusnya akuntan
publik dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif dan independen
dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten dalam teknis pekerjaannya.

Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban hukum


terhadap kliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila
adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan menurut
Loebbecke dan Arens serta Boynton dan Kell yang telah diolah oleh Azizul Kholis, I
Nengah Rata, Sri Sulistiyowati dan Endah Prepti Lestari (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan public

b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third


party) Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian
pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan
c. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws) Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal
dengan standar yang ketat.

d. /Kewajiban kriminal (Crime Liabilities) Kewajiban hukum yang timbul


sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan
kriminal menurut undang-undang.

e. Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia


secara eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut
sudah ada seperti tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan mengenai
Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan Saiful
Anuar Syahdan,2003).

f. Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia


sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk
melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi
kalangan profesi dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan
tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan mempunyai
landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung
jawab profesional terhadap akuntan publik.

g. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang
akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga
jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor,
maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum
sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-
langkah berikut :

a. Riset dalam auditing


b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapka persyaratan penelaahan sejawat .
e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h. Perundingan untuk perubahan hukum
Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiban Hukum

Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah


berikut:
a. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
b. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan
pantas
c. Mengikuti standar profesi
d. Mempertahankan independensi
e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
j. Perlunya asuransi yang memadai
k. Mencari bantuan hukum

Pedoman Audit Industri Khusus: Yaitu pedoman bagi auditor untuk menafsirkan
dengan baik informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk perusahaan berbentuk
industri.
A. Kegagalan terdiri atas :
✓ Kegagalan Perusahaan.
✓ Kegagalan Audit.
✓ Kegagalan resiko audit.

B. Konsep Hukum Yang Mempengaruhi Kewajiban:


✓ Konsep Prudent Man.
✓ Konsep Tindakan sekutu Lain.
✓ Konsep Kurangnya hak komunikasi Istimewa
BAB IV

LAPORAN AUDIT, JENIS BUKTI PENDUKUNG, PROSEDUR AUDIT DAN


KERJA PEMERIKSAAN

1. Laporan Audit

Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus
memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang
berlaku umum.(Boynton Johnson Kell).
Laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi
dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.(Mulyadi)

2. Analisis Terhadap Laporan Audit

Suatu laporan standar/ laporan audit baku merupakan laporan yang lazim diterbitkan.
Laporan ini memuat pendapat wajar tanpa pengecualian yang menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan , hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Kesimpulan ini hanya akan dinyatakan bila auditor telah membentuk
pendapat berdasarkan audit yang dilaksanakan sesuai GAAS. Laporan standar/
laporan audit baku memiliki tiga paragraf , yang lazim disebut paragraf pendahuluan/
pengantar, paragraf lingkup audit, dan paragraf pendapat.

Dalam laporan tersebut terdapat 6 unsur penting pihak yang dituju, paragraph
pendahuluan/ pengantar, paragraph lingkup, paragraph pendapat, nama auditor,
nomor izin akuntan public, nomor izin kantor akuntan public, dan tanda tangan, serta
tanggal laporan audit. Berikut ini dijelaskan isi tiga unsur penting laporan audit baku:

➢ Paragraf Pendahuluan
Paragraf pendahuluan memuat tiga pernyataan faktual. Tujuan utama paragraf ini
adalah untuk membedakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor.
Kalimat pada paragraf pendahuluan disajikan sebagai berikut :

Objek yang menjadi sasaran audit

Kami telah mengaudit...neraca...Perusahaan X ...untuk tahun tahun yang berakhir


pada tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, serta laporan arus kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal tersebut”
berisi dua hal penting berikut ini:

Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit


atas laporan tersebut.
Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan
keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas.

Kalimat diatas menunjukkan bahwa auditor telah mengaudit laporan keuangan


tertentu dari perusahaan yang ditunjuk.

• Tanggung jawab auditor


Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen.

Kalimat diatas menegaskan bahwa tanggung jawab atas laporan keuangan terletak di
tangan manajemen. Tanggung jawab kami adalah menyatakan....berdasarkan audit
kami.

Kalimat diatas secara khusus menunjukkan tanggung jawab auditor. Auditor


berperan untuk melaksanakan audit dan menyatakan pendapat berdasarkan temuan
temuan.

➢ Paragraf Ruang Lingkup

Paragraf ruang lingkup menguraikan sifat dan lingkup audit. Hal ini sesuai dengan
bagian ke empat standar pelaporan yang mengharuskan auditor menunjukkan dengan
jelas sifat audit yang dilakukan. Paragraf ruang lingkup audit juga menunjukkan
beberapa keterbatasan audit. Kalimat dalam paragraf ini adalah:

• Standar auditing
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia…

Dalam konteks ini ,standar auditing yang berlaku umum meliputi sepuluh standar
GAAS dan seluruh SAS yang dapat diterapkan.

• Penjelasan ringkas standar auditing


Standar tersebut mengharuskan kami ....audit agar memperoleh keyakinan yang
memadai ...laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Kalimat diatas menunjukkan keterbatasan penting suatu audit yaitu auditor hanya
mencari keyakinan yang memadai saja, bukan keyakinan yang absolut dan
diperkenalkannya konsep materialitas.

Suatu audit meliputi pemeriksaan ,atas dasar pengujian,bukti bukti yang mendukung
....laporan keuangan.
Kalimat diatas menjelaskan lebih jauh sifat audit dan pesan kepada pemakai
laporannya bahwa:

a. Dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian,


bukan atas dasar pemeriksaan terhadap seluruh bukti.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern merupakan dasar menentukan
jenis dan luas pengujian yang dilakukan dalam pemeriksaan.
c. Luas pengujian dan pemiihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan
auditor atas dasar pengalamannya.
d. Dalam audit, auditor melakukan pemeriksaan atas bukyi audit, yang tidak
hanya terbatas pada catatan akuntansi klien saja, namun mencakup informsai
penguat (corroborating information).

Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi...estimasi signifikan. penilaian


terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

Kalimat tersebut menyebutkan bahwa auditor menggunakan pertimbangan dalam


menilai dan mengevaluasi representasi laporan keuangan manajemen.

Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat.

Kalimat diatas menunjukkan bentuk keterbatasan lain dari suatu audit.


➢ Paragraf pendapat

Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraph yang digunakan oleh
auditor untuk menyatakan pendapatnyab mengenai laporan keuangan yang
disebutkannya dalam paragraf pendahuluan/ pengantar. Dalam paragraph ini auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam
semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan
keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kalimat paragraf
pendapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut pendapat kami ,laporan keuangan yang kami sebut diatas...

Dalam menafsirkan arti dan pentingnya kalimat ini ,hendaknya disimpulkan bahwa
pendapat tersebut dinyatakan oleh orang orang yang profesional, berpengalaman dan
ahli.

....Menyajikan secara wajar ,dalam semua hal yang material ...posisi keuangan
...hasil usaha dan arus kas...

Konotasi yang dimaksutkan dalam kata kata secara wajar adalah bahwa penyajian
laporan keuangan telah memadai ,tanpa berat sebelah,atau distorsi.

…..sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum...

Kalimat ini memenuhi standar pelaporan pertama yang menyatakan bahwa laporan
harus menunjukkan apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan GAAP.

3. Pendapat yang Dikeluarkan oleh Auditor

Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan
dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai
kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan
laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut,
serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh
semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan maupun oleh auditor.
➢ Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (Unqulified opinion report with explanatory language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan
tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien,
auditor dapat menerbitkan laporan audit baku.

➢ Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion


report)

Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat


wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar
kekuasaan klien maupun auditor.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
• Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. Dalam pendapat ini auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar,
tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara konsisten.
 Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (Adverse opinion report)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup


auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk
mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh
auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama
sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi
keuangan untuk pengambilan keputusan.
➢ Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (Disclaimer of
opinion report)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan
audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang
menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat


tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat karena ia tidak cukup memperoleh bukti
mengenai kewajaran pelaporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.
4. Penyimpangan Dari Laporan Standar

Dalam praktik ,dapat muncul kondisi-kondisi tertentu yang tidak


memungkinkan auditor menerbitkan laporan standar.Penyimpangan dari laporan
standar tergolong dalam salah satu dari dua kategori berikut ini:
✓ Laporan standar dengan bahasa penjelasan
✓ Jenis-jenis pendapat lain

5. Jenis Bukti Pendukung

Bukti audit merupakan informasi yang dikumpulkan dan digunakan oleh


auditor untuk mendukung suatu laporan keuangan yang diperiksa, dan pada akhirnya
digunakan sebagai dasar untuk menyatakan pendapat ( Audit Opinion).
Bukti audit terdiri dari 9 jenis, dan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Bukti Akuntansi
Bukti Akuntansi terdiri dari 2 jenis, antara lain:
a. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi merupakan sumber data sebagai dasar pembuatan laporan
keuangan, seperti jurnal, dan sebagainya. Oleh karena itu, catatan akuntansi
dipergunakan oleh auditor sebagai bukti untuk mendukung laporan keuangan yang
diperiksa.
b. Bukti Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan bukti yang paling kuat di dalam melaksanakan
audit. Sebab, dari kuat atau lemahnya pengendalian internal lah seorang auditor
mendapatkan indikator seberapa banyak bukti yang harus dikumpulkan. Misalnya,
apabila risiko pengendalian internal tinggi, itu artinya risiko audit yang direncanakan
harusnya rendah.
2. Bukti Pendukung / Bukti Informasi Penguat Bukti Pendukung terdiri dari 6 jenis,
antara lain:
a. Bukti Dokumenter
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim langsung kepada auditor
· Bukti yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
· Bukti yang dibuat dan disimpan klien

Bukti yang pertama memiliki kredibilitas lebih tinggi dari bukti kedua dan begitu
juga dengan bukti kedua terhadap bukti ketiga.
b. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang diperoleh auditor secara langsung melalui
pemeriksaan fisik di dalam proses audit. Contohnya pemeriksaan fisik
persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti
yang paling akurat di dalam audit.
c. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan
langsung, misalnya footing untuk penjumlahan vertikal, dan cross footing
untuk penjumlahan secara horizontal.
d. Bukti Rasio/Perbandingan
Bukti rasio merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui penggunaan rasio
seperti rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, quick ratio, dan
sebagainya.
e. Bukti Spesialis/Surat Pernyataan Tertulis
Bukti surat pernyataan tertulis merupakan bukti yang diperoleh auditor
melalui sumber eksternal. Surat pernyataan tertulis ini misalnya surat teknisi,
ahli bangunan yang berhubungan dengan klien.
f. Bukti Lisan/Wawancara
Bukti lisan merupakan bukti yang dikumpulkan oleh auditor secara langsung
kepada objek yang ingin dimintai bukti, misalnya wawancara dan sebagainya.

Selain itu terdapat bukti pendukung lainnya yaitu:

1. SPI: Mengecek ketelitian dan dapat dipercayainya data ak


2. Bukti fisik: Penghitungan aktiva berwujud/tangible assets
3. Bukti dokumenter: Bukti berbentuk catatan atau kertas
4. Catatan akuntansi: Jurnal, Buku Besar untuk membuat LK
5. Bukti lisan: Wawancara dgn para karyawan & fihak manaj
6. Perhitungan: Footing,Cross Footing dan depresiasi
7. Perbandingan: Data tahun berjalan/sekarang dengan tahun sebelumnya
8. Spesialis: Badan atau orang yang meilikikeahlian khusus
9. Konfirmasi: Bukti fihak ketiga
10. Pernyataan secara tertulis manajemen: Tanggung jawab manajemen atau
rekening khusus
11 .Analitikal: Analisa kejanggalan klien data sejenis dan tahun sebelumnya

6. Prosedur Audit Dan Kerja Pemeriksaan

Prosedur Pemeriksaan/ Audit


Prosedur audit merupakan tindakan yang dilakukan oleh auditor dalam
mengumpulkan bukti audit. Prosedut audit terbagi dalam 10 jenis yaitu:
 Inspeksi
Pemeriksaan rinci terhadap suatu dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan
dan memiliki probabilitas menghasilkan bukti untuk mendukung laporan keuangan.
 Observasi/Pengamatan
Prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan
dengan proses pengumpulan bukti.
 Permintaan Keterangan (Enquiry)
Merupakan prosedur audit untuk memintai keterangan yang dilakukan oleh auditor
terhadap objek yang dianggap memiliki informasi.
 Konfirmasi
Merupakan penyelidikan yang dilakukan auditor untuk memintai keterangan melalui
pihak ketiga untuk mendapatkan bukti.
 Penelusuran (tracing)
Penelusuran merupakan proses pengumpulan bukti yang dilakukan oleh auditor dari
dokumen ke catatan akuntansi.
 Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Berbeda dengan tracing, vouching merupakan proses pengumpulan bukti yang
dilakukan auditor dari catatan akuntansi ke dokumen. Jadi vouching merupakan
kebalikan dari tracing.
 Perhitungan (Counting)
Prosedur ini merupakan penghitungan fisik yang dilakukan auditor di dalam
pemeriksaan untuk mendapatkan bukti. Misalnya penghitungan fisik dari jumlah
persediaan akhir.
 Scanning
Scanning merupakan review atau penelaahan secara cepat terhadap dokumen,
catatan, dan lain untuk menemukan unsur-unsur yang bisa digunakan sebagai bukti
di dalam pemeriksaan.
 Pelaksanaan ulang (reperforming)
Proses ini merupakan pengulangan pekerjaan yang dilakukan oleh auditee untuk
mencari apakah ada hal-hal yang bisadikategorikan sebagai bukti di dalam
pemeriksaan.
 Computer-assisted Audit Techniques
Proses ini dilakukan apabila catatan akuntansi klien direkam atau disajikan dalam
media elektronik dan sebagainya.

Tahap Pengumpulan Bukti


Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik yang
digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit.
➢ Ukuran Sampel/sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo akun dan
transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor mempertimbangkan
pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk sampling audit.
Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau
transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan
auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
➢ Item Yang dipilih
➢ Pengaturan Waktu

7. Faktor Penentu Bukti Yang Meyakinkan

• Kompetensi
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa audit
harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor. Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam
SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama. Oleh karena itu, maka setiap auditor wajib memiliki kemahiran
profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Lee dan
Stone (1995) mendefinisikan kompetensi sebagai suatu keahlian yang cukup secara
eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Pendapat lain
adalah dari Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007), mendefinisikan
kompetensi sebagai keahlian seorang yang berperan secara berkelanjutan yang mana
pergerakannya melalui proses pembelajaran, dari “pengetahuan sesuatu” ke
“mengetahui bagaimana”, seperti misalnya: dari sekedar pengetahuan yang
tergantung pada aturan tertentu kepada suatu pertanyaan yang bersifat intuitif. Lebih
spesifik lagi Dreyfus dan Dreyfus (1986) dalam Elfarini (2007) membedakan proses
pemerolehan keahlian menjadi 5 tahap.

➢ Tahap pertama disebut Novice, yaitu tahapan pengenalan terhadap kenyataan


dan membuat pendapat hanya berdasarkan aturan-aturan yang tersedia. Keahlian
pada tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh staf audit pemula yang baru lulus
dari perguruan tinggi.

➢ Tahap kedua disebut Advanced Beginner. Pada tahap ini auditor sangat
bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada tahap ini
mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu tindakan.

➢ Tahap ketiga disebut Competence. Pada tahap ini auditor harus mempunyai
cukup pengalaman untuk menghadapi situasi yang kompleks. Tindakan yang
diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam pikirannya dan kurang sadar
terhadap pemilihan, penerapan, dan prosedur aturan audit.

➢ Tahap keempat disebut Profiency. Pada tahap ini segala sesuatu menjadi rutin,
sehingga dalam bekerja auditor cenderung tergantung pada pengalaman yang
lalu. Intuisi mulai digunakan dan pada akhirnya pemikiran audit akan terus
berjalan sehingga diperoleh analisis yang substansial.

➢ Tahap kelima atau terakhir adalah Expertise. Pada tahap ini auditor mengetahui
sesuatu karena kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek yang ada.
Auditor sudah dapat membuat keputusan atau menyelesaikan suatu
permasalahan. Dengan demikian segala tindakan auditor pada tahap ini sangat
rasional dan mereka bergantung pada intuisinya bukan pada peraturan-peraturan
yang ada.

De Angelo (1981) dalam Kartika Widhi (2005) memproksikan kompetensi kedalam


dua komponen yaitu pengetahuan dan pengalama.
a. Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan
demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan)
mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai
masalah secara lebih mendalam. Selain itu, auditor akan lebih mudah dalam
mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhard, et al., 1987). Untuk
melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum
dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri
klien. Secara umum ada lima jenis pengetahuan yang harus dimiliki auditor yaitu (1)
pengetahuan umum, (2) area fungsional, (3) isu akuntansi, (4) industri khusus, dan
(5) pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah.
b. Pengalaman
Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007), pengalaman merupakan akumulasi
gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara
berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya
pengalaman kerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kompleksitas kerja (Herliansyah dan Meifida, 2006).
Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman
memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan, (2) Memahami kesalahan
secara akurat, (3) Mencari penyebab kesalahan. Guntur, dkk. (2002) dalam
Mayangsari (2003) menyebutkan bahwa pengalaman kerja auditor (lebih dari dua
tahun) dapat menentukan profesionalisme, kinerja komitmen terhadap organisasi,
serta kualitas auditor melalui pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman
melakukan audit.
• Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah:
➢ Materialitas : Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas
tingkat materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan
kuantitas bukti audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah
tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.
Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang
diperlukan pun akan semakin sedikit
➢ Risiko Audit : Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan
memilki hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat
kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah
tinggi. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk
menghimpun bukti audit yang lebih banyak.
➢ Faktor-faktor Ekonomi : Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu
dan biaya ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan
sumber daya yang akan digunakan untuk memperoleh bukti yang
diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas laporan
keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan apabila setiap
tambahan waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan
manfaat terhadap kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
➢ Ukuran dan Karakteristik Populasi : Ukuran populasi dan jumlah
sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar
populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari
populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula
jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasi. Karakteristik
populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas unsur individu
yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel
bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang
populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
• KetepatanWaktu : Kriteria ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal
pemakaian bukti audit

Situasi Pemeriksaan Dengan Resiko Besar


1. SPI lemah.
2. Pergantian akuntan.
3. Usaha spekulatif.
4. Transaksi kompleks.
5. Perubahan undang-undang pajak.
6. Manajemen tidak kredibel/tak dipercaya.
7. Kondisi keuangan tidak layak Sehat

8. Kertas Kerja Pemeriksaan

• Pengertian Kertas Kerja


✓ Definisi dan Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit Kertas kerja adalah catatan-
catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit.
✓ Kertas Kerja adalah suatu kertas yang sengaja dibuat dan dikumpulkan selama
proses pemeriksaan yang meliputi semua bukti yang dikumpulkan auditor untuk
memperlihatkan pekerjaan yang dilaksanakan, metode dan prosedur yang
digunakan serta kesimpulan yang diambil.
✓ Kertas kerja audit adalah catatan yng diselenggarakan auditor mengenai :
prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat. Manfaat utama :
a. Penunjang utama laporan audit
b. Dasar bagi supervisi
c. Dasar bagi perencanaan

Pedoman pokok isi kertas kerja, memuat :


• Bukti yang menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai standar auditing
• Bukti yang menunjukkan bahwa laporan keuangan dan informasi lainnya yang
dilaporkan telah sesuai dengan catatan klien
• Penjelasan mengenai keputusan yang diambil auditor terhadap pengecualian
• Komentar/kesimpulan mengenai aspek lainnya

Kuantitas dan Bentuk


Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas, bentuk, isi :
• Sifat dan tujuan penugasan
• Sifat laporan audit
• Sifat laporan keuangan, daftar2 atau informasi lain yang diperlukan dalam
pembuatan laporannya
• Sifat dan kondisi catatan klien
• Tingkat resiko pengendalian
• Kebutuhan2 tertentu seperti untuk supervisi dan
review Filtlintg
• Permanent file : memuat data yang bersifat historis dan kontinu
✓ Copy dokumen penting
✓ Informasi mengenai penilaian struktur internal control
✓ Hasil analytical prosedur

• Current file : semua berkas yang dibuat dan digunakan untuk tahun buku
yang bersangkutan
✓ audit program
✓ informasi umum
✓ working trial balance
✓ lead schedule

2. Tujuan Dibuatnya Kertas Kerja.


a. Koordinasi dan mengkoordinasi.
b. Pedoman pemeriksaan selanjutnya.
c. Menguatkan kesimpulan auditor.
d. Pendukung pendapat auditor atas Laporan Keuangan yang diperiksanya
3. Faktor Yang Diperhatikan Dlm Pembuatan Kertas Kerja
a. Lengkap: Berisi semua informasi pokok dan tidak memerlukan penjelasan lisan
b. Teliti: bebas dari kesalahan penulisan dan penjumlahan
c. Ringkas: Berisi informasi pokok dan relevan dengantujuan pemeriksaan
d. Jelas:Tidak berisi istilah yang menimbulkan makna ganda
BAB V

AUDIT SISTEM ELECTRONIC DATA PROCESSING

1. Komponen Sistem Electronic Data Processing

Sistem pengolahan data elektronik ditandai dengan penggunaan perangkat


komputer. Pemakaian komputer mempunyai dampak yang cukup besar terhadap
perusahaan, terutama operasional perusahaan yang saat ini wajib harus digunakan
perusahaan. Hal ini ditandai dengan komputer yang mampu bekerja sesuai program
yang ada dalam sistem komputer itu sendiri sehingga mampu melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan standar dan keinginan perusahaan.
• Perangkat Keras Komputer
a. Perangkat keras komputer (bahasa Inggris: hardware) adalah semua
bagian fisik komputer, dan dibedakan dengan data yang berada di
dalamnya atau yang beroperasi di dalamnya, dan dibedakan dengan
perangkat lunak (software) yang menyediakan instruksi untuk perangkat
keras dalam menyelesaikan tugasnya. Batasan antara perangkat keras
dan perangkat lunak akan sedikit buram kalau kita berbicara mengenai
firmware, karena firmware ini adalah perangkat lunak yang "dibuat" ke
dalam perangkat keras. Firmware ini merupakan wilayah dari bidang
ilmu komputer dan teknik komputer, yang jarang dikenal oleh pengguna
umum. Komputer pada umumnya adalah komputer pribadi (bahasa
Inggris: personal computer atau disingkat PC) dalam bentuk desktop
atau menara kotak yang terdiri dari bagian berikut:
➢ Papan sistem/papan induk yang merupakan tempat CPU, memori, slot
VGA, dan memiliki slot untuk kartu tambahan.
o RAM - tempat penyimpanan data sementara / jangka pendek,
sehingga perangkat lunak yang kita jalankan akan tersimpan
sementara, sehingga komputer tidak perlu selalu mengakses hard disk
untuk mencari data. Jumlah RAM yang lebih besar akan membantu
kecepatan PC
o Buses:
▪ Bus PCI
▪ Bus ISA
▪ USB
▪ AGP
o ROM (Read Only Memory) di mana firmware diletakkan

o CPU (Central Processing Unit) sebagai otak dan bagian utama


computer

➢ Pencatu daya (bahasa Inggris: power supply) - sebuah kotak yang


menyalurkan daya ke papan induk transformer, kontrol voltase dan kipas

➢ Pengontrol penyimpanan, dari jenis IDE, SCSI atau SATA atau lainnya,
yang mengontrol hard disk, Floppy disk, CD-ROM, DVD-ROM dan
drive lainnya; kontroler ini terletak di papan induk (atas-papan) atau di
kartu tambahan
➢ Pengontrol penampilan video yang memproduksi output untuk komputer
display

➢ Pengontrol komputer bus (paralel, serial, USB, Firewire) untuk


menyambung komputer dengan alat tambahan luar lainnya seperti printer
atau scanner
➢ Beberapa jenis penyimpanan komputer:

o CD - tipe paling umum media yang dapat dilepas, murah tetapi mudah
rusak.
▪ CD-ROM
▪ CD-RW
▪ CD-R
o DVD
▪ DVD-ROM
▪ DVD-RW
▪ DVD-R
o Floppy disk

➢ Penyimpanan dalam - menyimpan data dalam komputer untuk


penggunaan jangka panjang.

o Hard disk - untuk penyimpanan data jangka panjang


o Disk array controller

➢ Kartu suara - menerjemahkan signal dari papan sistem ke bahasa yang


dapat dimengerti oleh speaker, dan memiliki terminal untuk mencolok
kabel suara speaker.

➢ Jaringan komputer - untuk menghubungkan komputer ke internet atau ke


komputer lainnya.

o Modem - media penyambung ke koneksi internet.


o Kartu network - untuk internet DSL/kabel, atau menghubungkan ke
komputer lain.

Alat lainnya Sebagai tambahan, perangkat keras dapat memasukan komponen


luar lainnya. Di bawah ini merupakan komponen standar atau yang umum
digunakan.

• Input
o Keyboard
o Alat penunjuk
▪ Mouse
▪ Trackball
o Joystick
o Gamepad
o Scanner gambar
o Webcam
o Tablet Grafis
• Output
o Pencetak (bahasa Inggris: printer)
o Pengeras suara (bahasa Inggris: speaker)
o Monitor
• Jaringan/Networking
o Modem
o kartu network

2. Perkembangan Perangkat Keras Komputer

Perkembangan teknologi elektronik yang paling pesat dan banyak dipakai


dibanyak bidang dalam menyelesaikan pekerjaan maupun untuk memperoleh
informasi tidak lain adalah komputer. Perkembangan komputer ini diakibatkan oleh
perkembangan mikroprosesor (processor) sebagai otak dalam menangani
keseluruhan dari kerja komputer. Perkembangan Mikroprosesor Intel dan Personal
Computer (PC)

sesuai dengan waktu evolusi generasi-generasi prosesor yang baru bermunculan


dengan performance yang lebih canggih, baik dari segi kualitas maupun
kerumitannya.
Perkembangan tipe komputer:
• XT 8086-8088
• AT 286,AT 386, AT 486
• Pentium I : AT 80586 dengan 50 Mhz, 70 Mhz, 90 Mhz, 100 Mhz, 133 Mhz.
• Pentium II : 266 Mhz, 300 Mhz, 350 Mhz, 400 Mhz, 450 Mhz.
• Pentium III : 500 Mhz, 550 Mhz, 600 Mhz, 650 Mhz, 700 Mhz.
• Dan generasi terbaru sekarang pentium IV.

• Processor selain Intel dan Perkembangannya, Pangsa pasar yang


menggiurkan untuk teknologi Komputer di Indonesia menyebabkan processor
yang ada di Pasar tidak hanya produk Intel Co. tetapi Perusahaan lain seperti

• Perangkat Lunak Komputer

Perangkat lunak atau peranti lunak (bahasa Inggris: software) adalah istilah khusus
untuk data yang diformat, dan disimpan secara digital, termasuk program komputer,
dokumentasinya, dan berbagai informasi yang bisa dibaca, dan ditulis oleh komputer.
Dengan kata lain, bagian sistem komputer yang tidak berwujud. Istilah ini
menonjolkan perbedaan dengan perangkat keras computer

Pembuatan perangkat lunak itu sendiri memerlukan "bahasa pemrograman" yang


ditulis oleh seorang pemrogram untuk selanjutnya dikompilasi dengan aplikasi
kompiler sehingga menjadi kode yang bisa dikenali oleh mesin hardware.

Di bawah ini ada beberapa contoh macam perangkat lunak, yaitu:


• Perangkat lunak aplikasi (application software) seperti pengolah kata, lembar
tabel hitung, pemutar media, dan paket aplikasi perkantoran seperti
OpenOffice.org.
• Sistem operasi (operating system) misalnya Linux dan Windows.
• Perkakas pengembangan perangkat lunak (software development tool) seperti
Kompilator untuk bahasa pemrograman tingkat tinggi seperti Pascal dan
bahasa pemrograman tingkat rendah yaitu bahasa rakitan.
• Pengendali perangkat keras (device driver) yaitu penghubung antara
perangkat perangkat keras pembantu, dan komputer adalah software yang
banyak dipakai di swalayan, dan juga sekolah, yaitu penggunaan barcode
scanner pada aplikasi database lainnya.[4]
• Perangkat lunak menetap / Perangkat lunak tegar (firmware) seperti yang
dipasang dalam jam tangan digital, dan pengendali jarak jauh.
• Perangkat lunak bebas (free 'libre' software) dan Perangkat lunak sumber
terbuka (open source software)
• Perangkat lunak gratis (freeware)

3. Metode organisasi dan pemrosesan data


a. Metode pengarsipan tradisional
* Master File: berisi informasi data yang up to date, berisi tentang informasi
data misalnya jumlag persediaan.
* Transaction File: berisi transaksi individual yang dijelaskan secara detail,
berisi transaksi misalnya penjualan kredit harian dan penerimaan kas harian
b. Metode Data Base
Database adalah susunan record data operasional lengkap dari suatu organisasi atau
perusahaan, yang diorganisir dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan
metode tertentu dalam komputer sehingga mampu memenuhi informasi yang optimal
yang dibutuhkan oleh para pengguna.
* Batch Entry - Batch Processing : adalah suatu model pengolahan data, dengan
menghimpun data terlebih dahulu, dan diatur pengelompokkan datanya dalam
kelompok-kelompok yang disebut batch. Tiap batch ditandai dengan identitas
tertentu, serta informasi mengenai data-data yang terdapat dalam batch tersebut.
* On Line Entry - Batch Processing : Adalah sebuah sistem yang mengaktifkan
semua periferal sebagai pemasok data, dalam kendali komputer induk.
Informasi-informasi yang muncul merupakan refleksi dari kondisi data yang
paling mutakhir, karena setiap perkembangan data baru akan terus diupdatekan
ke data induk. Salah satu contoh penggunaan online processing adalah transaksi
online. Dalam sistem pengolahan online, transaksi secara individual dientri
melalui peralatan terminal, divalidasi dan digunakan untuk meng-update dengan
segera file komputer. Hasil pengolahan ini kemudian tersedia segera untuk
permintaan keterangan atau laporan. Perbedaan Batch Processing dengan Online
Processing
* On Line Entry - On Linee Processing : Proses yang memakai pemasok data on
line biasanya ditujukan untuk aplikasi yang memiliki jumlah transaksi yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, sebelum data-data
tadi diolah Online processing lebih ditunjukan untuk pengolahan data yang
memerlukan suatu tingkat transaksi dengan kecepatan tinggi, karena kebutuhan
informasi yang harus segera diperoleh pada saat yang sama
1) Pada batch processing, data yang dimasukkan akan dihimpun dahulu
menjadi 1 kelompok atau batch baru kemudian akan dimasukkan ke
database untuk mengupdate master file. Sedangkan pada online processing,
data yang dimasukkan atau diinput akan langsung dimasukkan ke dalam
database untuk mengupadate master file pada saat itu juga.
2) Pada batch processing, data yang dikelompokkan tersebut akan dicek ulang
dan disortir sebelum dikirim ke database sehingga jika terdapat data yang
tidak valid, data akan dimasukkan ke dalam error report. Pada online
processing, hal ini tidak terjadi sehingga ada kemungkinan terdapat data
yang tidak valid yang masuk ke database. Pada online processing, waktu
yang dibutuhkan untuk mengupdate database relatif lebih cepat daripada
batch processing.
3) Proses yang memakai batch processing biasanya ditujukan untuk aplikasi
yang memiliki jumlah transaksi yang besar, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan pendahuluan, sebelum data-data tadi diolah Online processing
lebih ditunjukan untuk pengolahan data yang memerlukan suatu tingkat
transaksi dengan kecepatan tinggi, karena kebutuhan informasi yang harus
segera diperoleh pada saat yang sama.

* On Line Entry - On Linee Processing : Proses yang memakai pemasok data on


line biasanya ditujukan untuk aplikasi yang memiliki jumlah transaksi yang
besar, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, sebelum data-data
tadi diolah.
Online processing lebih ditunjukan untuk pengolahan data yang memerlukan suatu
tingkat transaksi dengan kecepatan tinggi, karena kebutuhan informasi yang harus
segera diperoleh pada saat yang sama.

3. Pengendalian Umum

Tujuan pengendalian umum lebih menjamin integritas data yang terdapat di


dalam sistem komputer dan sekaligus meyakinkan integritas program atau aplikasi
yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data
Pengendalian umum pada perusahaan dilakukan terhadap aspek fisikal maupun
logikal. Aspek fisikal dilakukan terhadap aset-aset fisik perusahaan, sedangkan aspek
logikal terhadap sistem informasi di level manajemen (misal: sistem operasi).
Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa, diantaranya:
• Pengendalian organisasi dan otorisasi :Yang dimaksud dengan pengendalian
organisasi adalah secara umum terdapat pemisahan tugas dan jabatan antara
pengguna sistem (operasi) dan administrator sistem (operasi). Dan juga dapat
dilihat bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah
diotorisasi oleh administrator.
• Pengendalian operasi :Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu
pengendalian untuk memastikan sistem informasi tersebut dapat beroperasi
dengan baik selayaknya sesuai yang diharapkan.
• Pengendalian perubahan:Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem
informasi harus dikendalikan, termasuk pengendalian versi dari sistem
informasi tersebut, catatan perubahan versi, serta manajemen perubahan atas
diimplementasikannya sebuah sistem informasi.
• Pengendalian akses fisikal dan logikal : Pengendalian akses fisikal berkaitan
dengan akses secara fisik terhadap fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu
perusahaan, sedangkan akses logikal berkaitan dengan pengelolaan akses
terhadap sistem operasi sistem tersebut (misal: windows).
a. Pengendalian organisasi : Pemisahan tugas dalam EDP dan pemakai
b. Pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi: meliputi:
* Penelaahan,pengujian dan persetujuan dan sistem baru
* Pengendalian perubahan program
* Prosedur doumentasi
c. Pengendalian perangkat keras dan perangkat lunak meliputi:
* Program preventif perawatan perangkat keras
* Pengendalian terpadu perubahan perangkat lunak
d. Acces control (pengendalian akses)
Acces control harus menjaga penggunaan EDP, file data, dan program oleh
pemakai yang tidak berwenang. Pengendalian ini meliputi penjagaan
secara fisik maupun secara prosedural. Pengawasan / penjagaan prosedural
adalah pemeriksaan manajemen terhadap laporan pemakaian komputer.
Salah satu cara dalam pengendalian akses adalah dengan penggunaan
Password.
e. Pengendalian data dan prosedur

memiliki fungsi :
* Fungsi penerimaan dan seleksi atas semua data yang akan proses
* Akuntansi untuk seluruh input data
* menindaklanjuti kesalahan proses yang terjadi
* Meneliti distribusi yang tepat atas output

4. Pengendalian Aplikasi

Pengendalian aplikasi adalah prosedur-prosedur pengendalian yang didisain


oleh manajemen organisasi untuk meminimalkan resiko terhadap aplikasi yang
diterapkan perusahaan agar proses bisnisnya dapat berjalan dengan baik
Tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa data di-
input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar, dan terdapat
pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan. Dalam audit terhadap
aplikasi, biasanya, pemeriksaan atas pengendalian umum juga dilakukan mengingat
pengendalian umum memiliki kontribusi terhadap efektifitas atas pengendalian-
pengendalian aplikasi.
Macam-macam Aplikasi
Aplikasi berwujud perangkat lunak, yang dapat dibagi menjadi dua tipe dalam
perusahaan untuk kepentingan audit PDE:
a
Perangkat lunak berdiri sendiri : Terdapat pada organisasi yang belum
menerapkan SIA dan sistem ERP, sehingga masih banyak
aplikasi yang berdiri sendiri pada masing-masing unitnya. Contoh: aplikasi
(software) MYOB pada fungsi akuntansi dan keuangan.
b
Perangkat lunak di server : Tedapat pada organisasi yang telah menerapkan SIA
dan sistem ERP. Aplikasi terinstall pada server sehingga tipe struktur sistemnya
memakai sistem client-server . Client hanya dipakai sebagai antar-muka
(interface) untuk mengakses aplikasi pada server.
a. Pengendalian input : Pengendalian input memastikan data-data yang
dimasukkan ke dalam sistem telah tervalidasi, akurat, dan terverifikasi.

hal yang harus diperhatikan adalah :


* pengesahan: Dilakukan orang yang berwenang
* Konversi input data, meliputi:
- Pengendalian Verifikasi: Memilih sebagian input dan membandingkannya
- Edit komputer: Cek kesalahan, validitas, limit dan pengendalian jumlah
- Koreksi kesalahan: Dilakukan fihak yang bertanggung jawab
b. Pengendalian proses : Pengendalian proses biasanya terbagi menjadi dua
tahapan, yaitu (1) tahapan transaksi, dimana proses terjadi pada berkas-berkas
transaksi baik yang sementara maupun yang permanen dan (2) tahapan
database, proses yang dilakukan pada berkas-berkas master. Pengendalian
yang lazim dilaksanakan adalah :
✓ Pengendalian jumlah
✓ Label identifikasi file
✓ Chek kelayakan/batas
✓ Laporan sebelum dan sesudah update master file
✓ Sequensial test
✓ Proses penelusuran data

Pengendalian output Pengendalian output: Pada pengendalian ini dilakukan beberapa


pengecekan baik secara otomatis maupun manual (kasat mata) jika output yang
dihasilkan juga kasat mata.
* Rekonsiliasi penjumlahan
* Perbandingan dengan dokumen sumber
* Penelitian Visual

5. Penerapan Norma Pemeriksaan

1.Norma Umum yang pertama


Mens n teknis yg cukup dan pendidikan sbg auditor.Personil tersebut adalah :
* Anggota staff pemeriksa
Ahli yaratkan bahwa pemeriksaan harus dilaksanakan oleh personil yg mempunyai
latiha
* pemeriksaan komputer
* Penasehat manajemen masalah EDP yang professional

Norma pelaksanaan norma yang pertama


Norma ini menyatakan bahwa pemeriksaan harus direncanakan dan jika digunakan
asisten harus diawasi. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
* Tingkat penggunaan komputer
* Kompleksitas operasi komputer yg digunakan klien
* Struktur organisasi aktivitas prosesing dengan komputer
* Keberadaan copy data
* Penggunaan asisten yang ahli dalam pemeriksaan dengan komputer untuk
meningkatkan efisiensi.
Norma pelaksanaan yang kedua
Norma ini mensyaratkan pemahaman terhadap SPI digunakan untuk perencanaan
pemeriksaan dan menentukan waktu, sifat serta luas pemeriksaan.
• Memahami sistem pengendalian intern EDP
• Menetapkan resiko pengendalianPengendalian yg diperlukan untuk megukur
dan menetapkan resiko pengendalian:
• Pengendalian kesalahan potensial dan pengendalian lain yang diperlukan
• Tes pengendalian
• Tes pengendalian tanpa computer

6. Tes Pengendalian Dengan Komputer


Metode yang dipakai adalah :
a) Simulasi paralel manfaatnya :
b) Auditor dapat secara bebas melakukan tes
c) Ukuran sampel dapat diperbesar dgn penambahan
d) biaya yg relatif lebih kecil
e) Karena yg sesungguhnya digunakan maka auditor dapat memeriksa transaksi
dengan penelusuran kedalam Dokumen
f) Tes Data : model transaksi yg dibuat dan diproses auditor dan dengan computer
g) Tes terpadu: tes ini model yg diproses meliputi model transaksi dan master file
BAB VI

SPI, PERENCANAAN AUDIT, PENDAPAT AKUNTAN DAN


MATERIALITAS

1. Sistem Pengendalian Intern (SPI)


1. Definisi SPI

➢ SPI adalah suatu struktur pengendalian yg terdiri dari kebijakan & prosedur
yg diciptakan untuk memberikan jaminan yang memadahi agar tujuan
organisasi dapat tercapai.
➢ Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi
struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan
yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan
harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen yang telah ditetapkan.

2. Konsep Dasar SPI.


 Tanggung jawab manajemen: SPI hak managemen
 Kepastian wajar: Bukan mencari mutlak tapi wajar
 Keterbatasan: Faktor manusia dan tidak semua transaksi

3. Tujuan Pokok SPI.


a. Menjaga kekayaan: Mendapat laba kekayaan bertambah
b. Mendorong dipatuhinya peraturan & kebijaksanaan
c. Mengecek ketelitian dan keandalan data:data yang telah dihasilkan dicek
kebenarannya
d. Mendorong efesiensi: Karyawan menghindari kesalahan

4. Tujuan Lain SPI.


a. Otorisasi tepat.
b. Transaksi dicatat.
c. Klasifikasi tepat.
d. Dinilai tepat.
e. Dicatat tepat waktu.
f. Transaksi sah.
g. Dimasukkan dalam catatan tambahan.

5. Elemen/Unsur SPI.
a. Lingkungan pengendalian ( Filosofi, Stuktur Organisasi, Komite Pemeriksa,
Metode wewenang ,Pengendalian manajemen, Karyawan cakap dan pengaruh
eksternal)
b. Sistem akuntansi: Melaporkan dan tanggung jawab
c. Pengendalian prosedur ( otorisasi, pemisahan tugas, dokumen catatan,
pengendalian akses dan verifikasi independen

6. Alasan Diperlukannya SPI.


➢ Dari sudut klien.
* Penyediaan data.
* Efisiensi operasi
* Mengamankan aktiva.
* Taat kebijakan
* Penentuan sifat
* Penentuan waktu.
* Luas pengujian
➢ Dari sudut auditor.
* Perencanaan audit
* Penentuan sifat
* Penentuan waktu
* Luas pengujian

2. Perencanaan Audit

Perencanaan audit adalah prosedur-prosedur yang dilakukan setelah proposal


disetujui atau perikatan audit telah ditandatangani dan merupakan jembatan untuk
pekerjaan pengujian. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh
pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.
Tahap penerimaan tugas Audit
➢ Evaluasi Integritas manajemen
➢ Menilai kemampuan norma pemeriksaan
➢ Menyiapkan surat perjanjian
➢ Waktu penerimaan tugas
Elemen perencanaan Audit
➢ Mempelajari usaha klien
➢ Mempelajari SPI
➢ Menilai materialitas
➢ Menilai resiko pemeriksaan
➢ Menentukan tujuan dan menyusun program audit
➢ Menyusun jadwal kerja dan penentuan staff
➢ Pengawasan Pemeriksaan
Memerintah asisten untuk mencapai tujuan
➢ Menjaga informasi penting
➢ Memeriksa kerja
➢ Mengurus perbedaan pendapat
➢ Pemeriksaan Laporan Keuangan
Faktor yg mempengaruhi perlunya audit LK
➢ Jarak antara investor dan perusahaan berjauhan
➢ Banyak permasalahan yang bersifat kompleks
➢ Dengan adanya masalah konsekuensinya perlu adanya pemeriksaan
➢ Perbedaan kepentingan investor dan perusahaan
Manfaat pemeriksaan LK
➢ Mendorong efesiensi pasar modal
➢ Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
➢ Meningkatkan tingkat kejujuran karyawan
➢ Meningkatkan kredabilitas perusahaanDengan adanya pemeriksaan
mengakibatkan berkurangnya resiko kesalahan.
➢ Meningkatkan efisiensi dan kejujuran Pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan, sehingga pengaruh
manajemen didalam penyusunan laporan keuangan berkurang.

Fase Pemeriksaan LK
➢ Penerimaan tugas pemeriksaan
➢ Perencanaan pemeriksaan
➢ Pelaksanaan pemeriksaan
➢ Pelaporan hasil temuan
k. Kesalahan dan penyimpangan
➢ Error: kesalahan tidak disengaja
➢ Irregularities/penyimpangan: kesalahan disengaja
l. Kriteria penyimpangan
➢ Kesalahan penerapan ( Missaplication )
➢ Kesalahan penyajian ( Missrepresentation )
➢ Manipulasi catatan dan dokumen pendukung
➢ Penghapusan ( ommisions )

3. Pendapat Akuntan Dan Materialitas

Jenis pendapat yang diberikan akuntan


➢ Wajar tanpa syarat ( Unqualified Opinion )
Pendapat ini diberikan jika dalam suatu elemen LK menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim dan diterapkan secara konsisten
➢ Wajar dengan syarat ( Qualified Opinion )
Pendapat ini diberikan jika LK yang disajikan adalah wajar tetapi ada beberapa
elemen yang dikecualikan, tetapi pengecualian itu tidak mempengaruhi terhadap
tingkat kewajaran LK secara keseluruhan
➢ Pendapat tidak wajar ( Adverse Opinion )
Pendapat ini diberikan jika dalam elemen LK yang disajikan ditemukan
ketidakwajaran yang material
➢ Tidak memberikan pendapat ( Dislaimer Opinion ) Pendapat ini diberikan jika:
✓ Terdapat ketidak pastian yg luar biasa
✓ Akutan tidak bebas hubungannya dengan klien
✓ Dibatasi luas ruang lingkup pemeriksaannya

4. Konsep Materialitas

Konsep Materialitas :Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi


akuntansi yang, dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada
informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji
tersebut. . Definisi mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan: · Keadaan-
keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha (perusahaan klien). · Infromasi yang
diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah
diaudit.
Konsep materialitas adalah konsep yag mengakui hal secara individual dan
keseluruhan yaitu:
• Penyajian lazim sesuai PAI pada perencanaan evaluasi total
• Jika salah akan merubah keputusan yang telah diambil
• Resiko Pemeriksaan Adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa
disadari tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
➢ Resiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi suatu
salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern terkait Perhitungan tentang risiko bawaan membutuhkan
pertimbangan tentang berbagai hal yang bisa berpengaruh terhadap asersi-asersi dari
semua atau banyak rekening dan hal-hal yang berhubungan hanya dengan asersi-
asersi untuk rekening tertentu.
✓ Contoh hal-hal yang bisa berpengaruh pada berbagai rekening adalah: ·
Profitablitas perusahaan klien dibandingka dengan industri. · Sensitif tidaknya
hasil operasi terhadap factor-faktor ekonmi. · Masalah-masalah yang berkaitan
dengan kemampuan melanjutkan usaha.
✓ Contoh hal-hal yang hanya berpengaruh pada rekening tertentu;
- Tingkat kesulitan dalam mengaudit rekening atau transaksi.
- Keterkaitan dengan persoalan akuntansi yang rumit dan menjadi bahan
perdebatan.
-Kerentanan terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan.
➢ Resiko Penerimaan (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi adalah suatu fungsi dari keefektifan
prosedur auditing dan penerapannya oleh auditor. Berbeda dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah dan risiko
pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan
memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk setiap
asersi. Contoh penggunaan prosedur yang lebih efektif akan menghasilkan tingkat
risiko deteksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pemakaian prosedur yang
kurang efektif. Demikian pula, pengujian substantif yang dilakukan pada tanggal
atau mendekati tanggal neraca, akan menghasilkan risiko dekteksi lebih rendah
dibandingkan dengan pengujian substantive yang dilakukan pada periode interim.
Contoh Penggunaan sampel yang lebih besar akan mengakibatkan risiko deteksi
lebih rendah, bandingkan dengan sampel yang lebih kecil.

➢ Resiko Pengendalian (Control Risk)


Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern satuan usaha. Risiko pengendalian adalah fungsi dari keefektifan
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern klien. Keefeektifan
pengendalian intern atas suatu asersi akan mengurangi risiko pengendalian,
sebaiknya ketidakefektifan pengendalian intern akan meningkatkan risiko
pengendalian.Risiko pengendalian tidak akan pernah mencapai nol, karena
pengendalian intern tidak bisa menjamin sepenuhnya bahwa semua salah saji
material akan dapat dicegah atau dideteksi Contoh; pengendalian bisa menjadi tidak
efektif pada saat-saat tertentu karena kesalahan manusia.
BAB VII

PROSEDUR DASAR AUDIT (PENGUJIAN TRANSAKSI, SALDO DAN


KETAATAN

1. Prosedur Dasar Audit (Pengujian Transaksi)

Audit Pendapatan, Piutang Dan Penerimaan Kas/Bank


Siklus pendapatan terbentuk dari beberapa sistem yaitu penjualan, penerimaan kas
dan penyesuaian penjualan
A. Pemahaman SPI
Aspek Lingkungan
struktur Organisasi
Melihat Diskripsi Kerja
Observasi Performance Karyawan
Sistem Akuntansi untuk mengetahui metode pengolahan data, dokumen kunci
serta catatan yang digunakan

2. Prosedur Pengendalian
Prosedur Pengendalian
a. Otorisasi : proses untuk member izin seseorang untuk melakukan atau memiliki
sesuatu. Dalam konteks akuntansi dan manajemen, otorisasi kerap kali
dihubungkan dengan pembuat kebijakan.
b. Pemisahan tugas: Pemisahan tugas memisahkan fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi akuntansi(pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
c. Dokumen dan catatan : mempersipakan dokumen sumber,memeliharacatatan
jurnal, buku besar,dan file lainnya, mempersiapkan rekonsiliasi, serta
mempersiapkan laporan kinerja.
d. Akses pengendalian : Peraturan batas akses yang diperoleh melalui peraturan
hak akses umum ke dan dari tanah milik yang berbatasan dengan fasilitas jalan.
e. adanya prosedur pengecekan

Catatan atau dokumen sistem penjualan kredit atau pendapatan


 Customer Order: Dokumen yang dipergunakan untukmenuliskan pesanan
pelanggan
 Sales Order: Dokumen yang digunakan mencatat perintah penjualan
 Shipping document: Dokumen yang digunakan dalam pengiriman barang jika
menggunakan cargo ( legalitas barang )
 Sales Invoice: Dokumen untuk memberitahukan pada pelanggan bahwa
pesananaya telah direalisasi
 Authorized Price List: Dokumen yang berisi daftar harga barang
 Account Receivable Subsidiary Ledger: Dokumen yang berisikan informasi
transaksi dan saldo masing2 pelangga
 Sales Journal: Catatan atau jurnal semua transaksi penjualan
 Customer Montly Statement: Lap bulanan masing2 pelanggan hal saldo
awal,mutasi serta jumlah akhir Rp D. Fungsi Terkait sistem penjualan Kredit:
* Accepting Customer Order: Penerimaan pesanan pelanggan
* Approving Credit: Bagian yang menyetujuai kredit
* Filling Sales Order: Bagian penjualan barang
* Shipping Sales Orders: Bagian yang menangani pengiriman barang
* Billing Custemer: Bagian Penagihan pelangggan penjualan kredit
* Recording The Sales:Bagian pencatatan penjualan

RESIKO PENGENDALIAN
1. Penerimaan pesanan dilakukan pada pelanggan yang tidak disetujui
2. Persetujuan kredit yg salah saji /tidak dimintakan persetujuan pejabat yang
berwenang
3. Barang yang dikeluarkan gudang tidak sesuai dgn pesanan pelanggan
4. Barang yang dikirim tidak sesuai pesanan
5. Penagihan untuk penjualan fiktif
6. Invois tidak dicatat dalam pembukuan baik jurnal maupun buku pembantu.

3. Pengujian Transaksi Penerimaan Kas

➢ Catatan atau dokumen


* Remittance Advice: Suatu daftar yang dikirim pada pelanggan bersama
invoice
* Cash Count Sheet: daftar cek dan uang tunaI dalam register kas
* Prelist: Daftar penerimaan kas /cek
* Validatet Deposit Slip: Daftar yang disiapkan para penerima setoran dan
dicap bank
* Daily Cash Summary: Lap yg berisi penerimaan kas
* Cash Receipt Transaction File: File komputer yang berisi daftar penerimaan
kas
* Cash Receips Journal: Jurnal penerimaan kas

➢ Fungsi Yang terkait transaksi penerimaan kas:


* Penerimaan setoran tunai: menunjukkan pembayaran yang dilakukan
* Setoran tunai ke bank: dilakukan tiap hari / dilakukan cek fihak independen
* Pencatatan penerimaan: pembedaan bagian pegang kas dan pencatatan

➢ Pengujian substantif thd saldo piutang


* Verifikasi kecermatan rekening
* Penelaahan analitikal: perputaran piutang perbandingan piutang dagang dan
utang lancar, perbandingan piutang tak tertagih dan penjualan kredit serta
perbandingan antara kerugian piutang dengan piutang yg benar-benar tertagih
* Lakukan konfirmasi piutang dagang
* Lakukan vouching catatan piutang dgn dok pendukungnya
* Lakukan pengujian cut off penerimaan kas: FOB shipping point dan FOB
destination
* Lakukan pengujian transaksi setelah tanggal neraca
* Lakukan verifikasi kecermatan daftar umur piutang
* Bandingkan penyajian piutang dagang dalam neraca dengan SAK di
Indonesia
➢ Audit terhadap piutang wesel dan Cara deteksi penghasilan bunga
a. Lakukan konfirm piutang wesel dan bunga
b. Periksa kemungkinan piutang wesel dimasukkan kedalam piutang dagang
c. Observasi surat wesel klien
d. Usut/trace pencatatan piutang wesel ke dlm dok pendukung
e. Lakukan wawancara thd kebijakan penghasilan bunga

4. Audit Pengeluaran, Hutang Dan Pengeluaran Kas

➢ Transaksi pembelian/pengeluaran kas akan mempenaruhi rekening sebagai


berikut :
1. Persediaan barang dagangan
2. Persediaan bahan baku
3. Biaya dibayar dimuka
4. Plant Assets
5. Asets lain2
6. Retur pembelian
7. Potongan pembelian
8. Hutang dagang
9. Kas
10. Biaya lainnya

5. Faktor Resiko Dalam Siklus Pengeluaran

➢ Faktor resiko dalam siklus pengeluaran


1. Seberapakah banyaknya transaksi
2. Kemungkinan pembelian atau pengeluaran kas tanpa otorisasi
3. Kemungkinan pembelian aktiva yang tak memadahi
4. Pertimbangan biaya atau biaya periodik harus mempertimbangkan kesinambungan
akuntansinya
➢ Dokumen siklus pembelian:
1. Purchase requisition :Permintaan pembelian
2. Purchase Order :Perintah pembelian
3. Receiving Report : Laporan penerimaan barang
4. Vendor Invoice :Invoice yang dikirim produsen bersama barang yang dibeli
5. Voucher : Surat perintah pembayaran yang disediakan bagian hutang
6. Voucher Sammary: Ringkasan surat perintah pembayaran
7. Voucher Register: Daftar yang berisi perintah yang akan dilakukan bagian
keuangan
8. Open Purchase order file: arsip perintah pembelian kepada pelanggan yang
belum direalisasi
9. Purchase transaction file : arsip yang berisi data voucher yang disetujui untuk
pembelian yang diterima
10. Unpaid voucher file: Arsip yg voucher yang disetujui beserta dok pendukung
untuk barang dan jasa yang telah diterima
11. Paid Voucher file: Arsip semua voucher yang telah dibayar
12. Account payable master file: file komputer yang berisi data voucher yang
telah disetujui dan belum dibayar
6. Fungsi Yang Terkait Dalam Transaksi Pembelian
➢ Fungsi yang terkait dalam transaksi Pembelian:
1. Pemohon barang dan jasa
2. Penyiapan PO
3. Penerimaan barang
4. Penyiapan barang yang diterima
5. Penyiapan prembayaran voucher
6. Pencatatan utang

➢ Dokumen pengeluaran kas:


1. Check: Dok perintah pembayaran kpd bank
2. Check summary: laporan rangkuman cek yang telah dikeluarkan
3. Cash Disbursements transaction file: file yang berisikan informasi pembayaran
rek utang dagang dan buku besar
4. Cash disbursement Journal or check register:catatan formal terhadap
pengeluaran

7. fungsi terkait transaksi pengeluran kas


1. Pembayaran utang:
a. Cek untuk pembelian yang tak disetujui
b. Voucher dibayarkan dua kali
c. Cek dengan jumlah uang yang salah
d. Cek dirubah setelah ditanda tangani
2. Pencatatan pengeluaran kas
a. Cek tidak dicatat
b. Kesalahan pencatatan cek
c. Cek dicatat tdk dengan segera

8. Audit Tenaga Kerja Dan Produksi

➢ Dokumen dan catatan akuntansi siklus TK:


1. Personal Authorization: surat penempatan kerja karyawan
2. Clock Card: Form daftar hadir karyawan
3. Time Ticket: Form yang digunakan untuk mencatat waktu kerja
4. Payroll Register: Info gaji seluruh karyawan
5. Payroll Check: Perintah membayar membayar uang gaji kepada bank
6. Labor cost distribution summary: Lap yang berisi jumlah pembayaran gaji
7. Employee personel file: Data permanen berisi riwayat atau cv kerja karyawan
8. Personnel data master file: Arsip data personel komputer yang termutakhir
berisi aspek pokok penggajian
9. Employee earning master file: Arsip data personel tentang
penghasilan,potongan,serta gaji bersih yang termutakhir

➢ Fungsi dalam siklus TK:


1. Hiring employes: Fungsi penempatan kerja karyawan
2. Authorizing payroll changes: Bagian personaia yang berhubungan dengan
penetapan gaji
3. Prepairing attendance and time keeping data: Bagian pencatatan waktu hadir
4. Preparing the payroll: Bagian penyiapan daftar gaji
5. Recording the payroll: Bagian pencatatan gaji karyawan
6. Paying the payroll: Bagian pembayaran gaji pada pegawai
7. Filling payroll tax return: Bagian penanganan untuk pajak karyawan

➢ Prosedur analitikal biaya gaji:


1. Bandingkan daftar gaji dengan jumlah yang dianggarkan
2. Bandingkan saldo hutang gaji akrual dengan tahun lalu
3. Bandingkan total gaji dengan penjualan bersih
4. Bandingkan total gaji dengan hutang gaji
5. Rekonsiliasi total biaya gaji dengan jumlah yang dilaporkan

DOKUMEN SIKLUS PRODUKSI


1. Production Order: Dokumen perintah produksi
2. Material Requirement report: Laporan penggunaan bahan
3. Material issue Slip: Kartu pengeluaran bahan
4. Time Ticket: Kartu catatan jam kerja
5. Move Ticket: Kartu perpindahan barang
6. Daily Production Activity Report: Laporan aktivitas produksi harian
7. Completed Production Report: Lap produksi yang telah selesai
8. Inventory Subsidiary Ledgers: Buku pembantu untuk persediaan
LATIHAN SOAL

1. Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan
dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan, Pengertian audit tersebut merupakan pengertian menurut:
A. Mulyadi D. Konrath
B. Alvin A. Arrens E. William F. Meisser
C. Whittington

2. Seseorang yang melakukan proses audit disebut:


A. Auditing D. Audit
B. Auditee E. Partner
C. Auditor

3. Auditor yang melakukan pemeriksaan dimana mereka berstatus sebagai karyawan


dari perusahaan yang diaudit disebut:
A. Auditor Internal D. Ekuitas
B. Auditor Eksternal E. Akuntan Publik
C. Partner

4. Perusahaan atau klien dalam proses audit sering disebut dengan istilah:
A. Auditing D. Ekuitas
B. Auditor E. Kurator
C. Auditee

5. Sifat yang harus dimiliki seorang auditor adalah tidak boleh menihak baik klien
atau fihak ketiga sering disebut dengan istilah:
A. Intelektual D. Dualisme
B. Integritas E. Independensi
C. Kompetensi

6. Segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan
dalam audit disebut:
A. BuktiAudit D. Bukti Pendukung
B. Integritas E. Bukti Utama
C. Bukti Transaksi

7. Bukti dalam audit yang secara logis ada hubungannya dengan per masalahan
sering disebut dengan istilah:
A. Praktis D. Relevan
B. Dominan E. Integralis
C. Kompeten

8. Catatan yang dibuat auditor mengenai bukti yang dikumpulkan, berbagai teknik
dan prosedur audit yang diterapkan, serta simpulan-simpulan yg dibuat selama
melakukan audit disebut:
A. Kertas Kerja D. Buku Ekspedisi
B. Memo E. Jurnal
C. Notulen
9. Penulusuran terhadap dokumen bukti dalam audit disebut dengan
istilah: A.Vouching D. Tracing
B. Vooting E. Cloossung
C. Croos Voting

10. Yang tidak termasuk dalam dokumen bukti data akuntansi adalah:
A. Jurnal D. Rekonsiliasi Bank
B Buku Besar E. Wawancara
C. Buku Pembantu

11. Yang tidak termasuk dalam perencanaan audit adalah:


A. Mempelajari Bisnis Klien D. Mempertimbangkan resiko bawaan
B. Melakukan ProsedurAnalitis E. Mempertimbangkan faktor yang
mempengaruhi saldo awal
C. Mempertimbangkan tingkat materialitas akhir

12. Jika scope audit tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya maka jenis
pendapat yang diberikan auditor adalah:
A. Laporan tanpa pendapat
B. Laporan Wajar Tanpa
C. Laporan Pendapat wajar dengan pengecualian
D. Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian
E. Menolak membuat pelaporan

13. Pendapat yang diberikan bahwa laporan keuanga menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha, dan arus kas tertentu sesuai
PABU adalah:
A. Laporan tanpa pendapat D. Laporan pendapat wajar tanpa pengecualian
B. Laporan tidak wajar E. Menolak membuat pelaporan
C. Laporan Pendapat wajar dengan pengecualian

14. Bagian terpenting dari laporan audit adalah:


A. Tanggal laporan D. Pendapat
B. Nama KAP E. Tanda tangan
C. Partner

15. Temuan awal (sinyalemen),disusun secara sederhana berdasarkan pertimbangan


dan pemahaman tujuan audit maupun informasi lainnya yang dapat dikumpulkan
sebelum dilakukan audit lapangan disebut:
A. PABU D. Opini
B. PAO E. SIA
C. Bukti Audit

16. Yang tidak termasuk dalam tujuan SPI adalah:


A. Menjaga kekayaan organisasi perusahaan
B. Menjamin keandalan data akuntansi
C. Meningkatkan efisiensi kinerja
D. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
E. Hanya sebagai pelangkap sistem yang ada
17. Yang tidak termasuk dalam jenis pengendalian modifikasi program adalah:
A. Daftar program yang dimodifikasi
B. Persetujuan fihak manajemen perusahaan
C. Persetujuan fihak user atau pemakai program
D. Pengujian sebagian perubahan program
E. Pengujian keseluruhan progran dan uji pakai

18.Yang tidak termasuk dalam fungsi umum software audit computer informasi
ulang adalah:
A. Perhitungan D. Analisis sumber
B. Manipulasi file E. Analisa Data
C. Statistik

19. Yang tidak termasuk prosedur audit tinjauan atas sistem adalah:
A. Tinjauan independen atas proses pengembangan sistem
B. Tinjauan prosedur dan kebijakan pengembangan sistem
C. Tinjauan otorisasi sistem dan prosedur persetujuannya
D. Tinjauan standar evaluasi pemrograman tidak diperlukan
E. Tinjauan standar dokumentasi program

20. Yang tidak termasuk dalam prosedur pengumpulan bukti adalah:


A. Penerimaan tugas audit klien
B. Mengamati fungsi-fungsi dan kegiatan operasional
C. Memeriksa rencana dan laporan keuangan serta operasional
D. Menguji akurasi informasi operasional
E. Menguji pengendalian

21. Resiko yang ditimbulkan karenakan auditor tanpa disadari tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya disebut:
A. BuktiAudit D. Review Audit
B. ResikoAudit E. Audit Material
C. HasilAudit

22. Meyakinkan saldo akhir akun neraca maupun laba-rugi per tanggal laporan
disebut:
A. Pengujian saldo akhir tahun D. Pengujian saldo pertengahan tahun
B. Pengujian Saldo awal tahun E. Laporan audit
C. Pengujian saldo tahun berjalan

23. Yang tidak termasuk cara memperoleh data bisnis klien adalah:
A. Kunjungan kefasilitas pabrik entitas
B. Pengalaman sebelumnya
C. Data dari pesaing klien
D. Diskusi dengan auditor lainnya
E. Publikasi yang berkaitan dengan industri
24. Resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi (efektivitas prosedur audit) disebut:
A. Resiko bawaan D. Resiko deteksi
B. Resiko pengendalian E. Resiko asumsi
C. Resiko murni

25. Resiko Kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah
saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait disebut
resiko:
A. Resiko bawaan D. Resiko deteksi
B. Resiko pengendalian E. Resiko asumsi
C. Resiko murni

26. Resiko dimana tes audit tidak menemukan adanya sampel diabaikan disebut:
A. Resiko non sampling D. Resiko non statistic
B. Resiko sampling E. Hasil sampil
C. Resiko statistic

27. Resiko dimana auditor akan menarik kesimpulan yang salah karena sampel tidak
representatif disebut:
A. Resiko non sampling D. Resiko non statistik
B. Resiko sampling E. Hasil sampil
C. Resiko statistic

28. Yang tidak termasuk tindakan ketika auditor menyimpulkan TER dan SER
terlalu kecil untuk populasi bisa diterima adalah:
A. Merevisi TER atau ARACR
B. Memperbesar ukuran sampel
C. Revisi penilaian resiko pengawasan
D. Berkomunikasi dengan Komite Audit/ Manajemen dokumentasi
E. Memakai TER dan SER yang ada

29. Pemilihan sampel dimana setiap kombinasi unsur populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dijasikan sampel disebut:
A. Pemilihan sampel acak sederhana D. Pemilihan sampel stratifikasi
B. Pemilihan sampel probabilitas E. Pemilihan sampel sistematis
C. Pemilihan sampel sederhana

30. Pemilihan sampel berdasarkan pada pertimbangan ukuran yang dibuat oleh
auditor disebut:
A. Pemilihan sampel tidak langsung D. Pemilihan sampel sembarang
B. Pemilihan sampel langsung E. Pemilihan sampel murni
C. Pemilihan sampel blok
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Agoes, Sukrisno, 2013. Auditing, Petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh


akuntan publik. (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2013. Auditing Buku 1 edisi 6 . Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba


Empat Jakarta PUSTAKA PENDUKUNG

Anda mungkin juga menyukai