Anda di halaman 1dari 143

POLITEKNIK LP3I BANDUNG

SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING

KODE MATA KULIAH : …………………………………...............………….............................

KREDIT : 2 SKS

SEMESTER : 3 GANJIL

PENANGGUNG JAWAB

MATA KULIAH :

PEMBUAT (REVISI) : Budi Lesmana, S.E.,M.M

DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar mengenai pengauditan serta
aplikasinya terhadap dunia kerja. Pembahasan mata kuliah ini meliputi : Auditing, Standar Profesional
Akuntan Publik (PSAP), Indonesian Institute of Auditing (IIA) dan Kode Etik Akuntan Indonesia,Tujuan
Audit dan Laporan Audit, Laporan Audit, Pengendalian Internal, Bukti Audit, Resiko Audit, Rencana
Pemeriksaan, Pemeriksaan Kas dan Setara Kas, Piutang, Surat Berharga, Penghitungan Aktiva tetap,
berwujud & tidak berwujud, persediaan barang Dagangan, program Pemeriksaan, Prosedur Audit,
Pemeriksaan dengan elektronik, kertas kerja pemeriksaan
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU) :

Mata Kuliah ini membahas bagaimana melakukan proses pemeriksaan yang meliputi tahapan perencanaan, proses pemeriksaan sampai membuat
laporan hasil pemeriksaan dengan membuat satu pernyataan atas hasil pemeriksaan.

MATERI :
 Auditing, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Kode Etik Akuntan Indonesia
 Tujuan Audit dan Laporan Audit
 Pengendalian Intern
 Bukti Audit dan Tes Transaksi
 Kertas Kerja Pemeriksaan
 Rencana pemeriksaan, Program Pemeriksaan dan Prosedure Pemeriksaan
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 1

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM SUB POKOK BAHASAN DAFTAR


No. METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA
1 2 3 4 5 6 7 8

1) Pengertian Auditing Ceramah Data Primer 1 kali Sukrisno Agoes:


2) Perbedaan auditing dan akuntansi dan tatap buku 1,
Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian auditing dan 3) Perlunya dilakukan audit sekunder muka PERTEMUAN 1
1 pengertian auditing, profesi- profesi dalam dunia auditing 4) Jenis-jenis audit
profesi dalam auditing 5) Profesi akuntan di Indonesia dan di Alvin A Arrens
Negara lain.
PERTEMUAN1
6) Peer Review

BUKU REFERENSI :

1) Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2) Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3) Standar pemeriksaan Akuntan Publik
PERTEMUAN I

PENGERTIAN AUDITING

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang


informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan
dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria - kriteria
yang telah ditetapkan yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen .(disimpulkan dari beberapa sumber yang penulis baca)

Beberapa keyword dari definisi tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
 Entitas Ekonomi, adalah satuan usaha yang legal seperti PT,CV, Fa, lembaga
pemerintah, atau perusahaan perorangan .
 Pengumpulan dan pengevaluasian bukti .
 Bukti-bukti merupakan segala sesuatu yang merupakan informasi yang digunakan
auditor seperti pernyataan lisan dari auditee , komunikasi tertulis dan
pengamatan .
 Orang yang kompeten dan independen maksudnya adalah orang yang mempunyai
kemampuan dan sikap mental yang independen .
 Pelaporan sebagai alat penyampaian temuan-temuan kepada auditee .

Oleh sePERTEMUAN itu Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi,
pengertian umumnya, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai
kesimpulan tentang reabilitas dari pernyataan seseorang. Dalam pengertian lebih
sempit atestasi merupakan “komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan
mengenai reabilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawabdari pihak
lainnya”. Seorang akuntan public dalam kapasitasnya sebagai seorang auditor
memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas.

Akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan keputusan .


Sementara dalam auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria untuk
membandingkan kesesuaian informasi. Dengan demikian, akuntansi dan auditing
berbeda dalam esensinya.

Sehingga akhir-akhir ini akuntan publik mulai melakukan jenis jasa assurance
lainnya. Committee Assurance Service dari AICPA mendefinisikan assurance
services sebagai berikut : “Jasa seorang professional yang independen yang
meningkatkan kualitas informasi untuk para pengambil keputusan” yang
ternyata assurance services memiliki ruang lingkup yang lebih luas
disbanding auditing atau atestasi.

Gambar 1.1
Hubungan antara Assurance, Attestation dan Auditing

Assurance Services

Attestation

Auditing

Ada beberapa hal yang penting perlu diperhatikan lebih lanjut, yaitu ; Pertama ;
yang diperiksa adalah laporang keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen
beserta catatan-catatan dari pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Laporan
keuangan yang harus diperiksa terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan-catatan pembukuan terdiri
dari buku harian (buku kas/Bank, buku penjualan/pembelian, Buku serba-serbi)
buku besar, sub buku besar (piutang, utang, kartu persediaan, aktiva tetap).
Kedua ; Pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis, dalam melakukan
pemeriksaannya, akuntan public berpedoman pada Standar Profesional Akuntan
Publik, mentaati kode etik IAI dan aturan etika IAI serta memenuhi Standar
Pengendalian Mutu
Ketiga ; Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independent yaitu akuntan public
yang tidak memiliki hubungan, kepentingan tertentu dengan dewan direksi baik itu
sebagai pemegang saham ataupun hubungan relasi lainnya, auditor harus bersifat
objective tidak memihak kepada siapapun dan melaporkan apa adanya.
Keempat ; tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa.
Laporan keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum (di Indonesia : Prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia yang dikodefikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan)

Auditing dan Asersi Manajemen

Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan


Auditing Standards Board (ASB), suatu badan yang dibentuk AICPA untuk
memformulasikan standar auditing dan interpretasinya, mengklasifikasinya asersi
laporan keuangan sebagai berikut ;
1. Existence atau Occurance adalah standard yang dibuat untuk meyakinkan
keberadaan dari semua harta, utang dan ekuitas yg tercantum dalam neraca
betul-betul ada dan apakah semua transaksi yang terangkum dalam laba rugi
betul-betul terjadi.
2. Completeness ; apakah ada harta, utang dan ekuitas yang dihilangkan dari
laporan keuanga
3. Right and Obligations adalah hak dan pengakuan dari harta yang tercantum
dalam neraca adalah milik perusahaan ?, apakah kewajiban perusahaan
merupakan kewajiban perusahaan pertanggal neraca ?
4. Valuation atau allocation adalah standar penilaian atas harta, utang dan
ekuitas berdasarkan nilai yang tepat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.
5. Presentation and disclosure, berkaitan dengan pengujian dari laporan
keuangan yang disajikan apakah sudah tereflesikan kondisi keuangan yang
sesungguhnya.

Perbedaan Auditing dan Akuntansi

Akuntansi dalam pengerjaannya mempunyai sifat konstruktif karena disusun mulai


dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca
saldo sampai pada laporan keuangan.
Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan public memulai pemeriksaannya
dari angka-angka dalam laporan keuangan lalu dicocokan dengan neraca saldo (trial
balance), buku besar (General Ledger), buku harian dan buku khusus sampai pada
bukti-bukti transaksi
Gambar 1.2
Perbedaan Auditing dan Accounting

Special Journal Sub- Ledger


Transaksi
Bukti
yg Pembukuan Trial Balance
mempun
General Journal Ledger
Workshee Financ

Accounting Auditing

Jenis Audit

 Audit Atas Laporan Keuangan/Financial Audit adalah audit yang bertujuan


untuk menentukan kesesuaian informasi terukur yang akan diverifikasi dengan
kriteria tertentu sepeti GAAP atau Standar Akuntansi yang berlaku umum (
PSAK).
 Audit Operasional adalah penelaahan bagian dari prosedur atau
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya
Hasilnya berupa rekomendasi perbaikan operasi.
 Audit Ketaatan adalah audit atas ketaatan auditee terhadap prosedur atau
aturan tertentu yang telah ditetapkan baik aturan yang ditetapkan perusahaan
maupun aturan yang ditetapkan oleh atau dengan pihak luar seperti
pemerintah , bank , kreditor atau pihak lainnya. Audit atas laporan keuangan
pada hakekatnya adalah audit ketaatan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Jenis Auditor
 Kantor Akuntan Publik Terdaftar, yaitu auditor yang mempunyai tanggung
jawab atas kinerja audit laporan keuangan bagi semua perusahaan publik,
perusahaan-perusahaan besar dan beberapa perusahaan kecil dan organisasi
nirlaba.
 Auditor Pemerintah, yaitu auditor yang mempunyai tanggung jawab
mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan keekonomisan dari program/proyek
pemerintah. Di Indonesia ada beberapa lembaga yaitu BPKP, BEPEKA, serta
Itjen pada departemen-departemen pemerintah
.
 Auditor Pajak, yaitu auditor yang bertanggung jawab melaksanakan
pemeriksaan atas tercapainya penerimaan negara dari sektor perpajakan dan
penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan. Di Amerika ada Internal
Revenue Service ( IRS ), sementara di Indonesia dilaksanakan oleh KPP dan
Karikpa sebagai tenaga teknis pemeriksaan pajak dari Direktorat Jenderal
Pajak ( DJP ).
 Internal Auditor, yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk
melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan. Sebagai contoh
di BUMN-BUMN di Indonesia ada unit SPI yang menangani hal tersebut.

Kebutuhan akan Auditing

Jasa auditing yang digunakan di kalangan pengusaha, pemerintah, dan lain- lain pada
hakikatnya adalah untuk mengurangi risiko informasi antara dua pihak yang
berkepentingan. Dalam hal ini adalah manajemen sebagai pembuat laporan dan user
sebagai pemakai laporan. Hal ini karena semakin kompleksnya kondisi masyarakat
yang memungkinkan para pengambil keputusan akan memperoleh informasi yang
tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan yang secara umum
disePERTEMUANkan oleh 4 hal yaitu:
 Hubungan yang tidak dekat (Jauhnya sumber informasi) antara penerima
dan pemberi informasi .
 Sikap memihak/bias dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian
informasi.
 Data yang berlebihan
 Transaksi pertukaran yang kompleks

Untuk menanggulangi risiko informasi tersebut ada tiga cara yang dapat
dilaksanakan :
 Verifikasi Informasi oleh pihak pemakai/pengguna informasi
 Pengguna informasi menanggung risiko informasi secara bersama- sama
dengan manajemen
 Dilakukan audit atas Laporan Keuangan .

PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR

1. Manajemen
Dalam konteks audit, yang dimaksud manajemen meliputi pejabat pimpinan,
kontroler, dan para personil kinci perusahaan. Selama audit berlangsung, auditor
sangat sering berhubungan atau berinteraksi dengan manajemen. Untuk
mendapatkan bukti yang diperlukan dalam suatu audit, auditor sering kali
meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Data
seperti ini, tentu disimpan oleh para manajemen tersebut. Oleh karena itu,
sangatlah penting bagi auditor untuk menjalin hubungan baik dengan manajemen
atas dasar saling percaya dan saling menghormati (tanpa mengurangi
professional skepticism).
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan Komisaris dan Komite Audit bertindak sebagai penengah antara auditor
dan manajemen. Fungsi dewan dan komite ini yang berhubungan langsung
dengan akuntan publik adalah:
a. Menunjuk kantor akuntan publik yang akan diberi penugasan audit.
b. Mendiskusikan lingkup audit dengan auditor
c. Mengundang auditor untuk mendiskusikan masalah-masalah yang timbul
selama audit berlangsung
d. Mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan auditor
menjelang selesainya penugasan audit.
3. Auditor Intern
Akuntan publik biasanya menjalin kerja sama dengan auditor intern pada
perusahaan klien, karena akuntan publik mempunyai kepentingan langsung
dengan pekerjaan auditor intern yang merupakan bagian dari pelaksanaan sistem
pengendalian intern klien. Di samping itu, auditor intern akan memberi bantuan
langsung kepada akuntan publik dalam pelaksanaan audit atas laporan
keuangan. Pekerjaan auditor intern merupakan pelengkap bagi akuntan publik.
4. Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit
untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggung
jawabnya dengan baik. Oleh karena itu, auditor memiliki tanggung jawab yang
penting terhadap mereka sebagai pemakai utama laporan auditor.

KETERBATASAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN

1. Keterbatasan yang melekat pada laporan keuangan (adanya berbagai metode,


adanya pertimbangan tertentu dalam suatu kejadian atau transaksi, dan lain-
lain)
2. Keterbatasan dalam pelaksanaan audit (misalnya: sampling bukti) sehingga
dalam standar hanya mengatakan “ ….bukti yang cukup …” bukan bukti
yang menjamin 100% benar, dan pendapat yang diberikan oleh akuntan
publik adalah “wajar” bukan absolut benar (namun akhir- akhir ini
berkembang wacana dalam akuntansi adanya “true and fair value”).
Aktivitas Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik terutama melaksanakan empat jenis jasa, yaitu :


 Atestasi, di mana KAP mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan
kesimpulan atas keandalan pernyataan tertulis yang telah dibuat dan
ditanggungjawabi pihak lain.Terdapat tiga jenis atestasi yaitu : audit laporan
keuangan historis , review/penelaahan laporan keuangan historis dan jasa
atestasi lainnya .
 Jasa Perpajakan berupa SPT PPh, PBB, PPN , perencanaan
perpajakan dan jasa perpajakan lainnya.
 Konsultasi Manajemen yaitu dalam peningkatan aktivitas operasi .
 Jasa Akuntansi dan Pembukuan .

Ketiga jasa terakhir sering disebut sebaga jasa non assurance.

AICPA
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) atau di Indonesia IAI
mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1. Penetapan Standar dan Aturan, ada empat bidang utama dalam auditing yang
perlu dibuat standar aturannya yaitu ; Standar Audit , Standar Kompilasi dan
Penelaahan Laporan Keuangan , Standar Atestasi Lainnya, Kode Etik Profesi .
2. Penelitian dan Publikasi. Kegiatan ini menghasilkan jurnal -jurnal seperti
jurnal berkala , jurnal akuntansi dan lain-lain.
3. Pelaksanaan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik/USAP
4. Pendidikan lanjutan .

Terdapat tiga persyaratan utama untuk menjadi akuntan public bersertifikat yaitu
persyaratan pendidikan, persyaratan ujian akuntan dan persyaratan pengalaman.

Standar Auditing yang berlaku umum/GAAS

GAAS merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab


profesionalnya. Terdiri dari sepuluh standar yang terdiri dari tiga bagian besar
(Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan), yaitu
:

A. Standar Umum, merupakan kualifikasi dan perilaku umum yang terdiri dari
:
 Keahlian dan pelatihan teknis yang cukup .
 Independensi dalam sikap mental .
 Kemahiran profesional yang cermat dan seksama .
B. Standar Pekerjaan Lapangan, meliputi :
 Perencanaan dan supervisi yang pantas .
 Pemahaman yang cukup tentang struktur pengendalian intern.
 Bahan bukti kompeten yang cukup .

C. Standar Pelaporan, pelaporan hasil audit yang meliputi :


 Apakah laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku umum.
 Keadaan dimana standar akuntansi tidak diikuti secara konsisten .
 Kecukupan pengungkapan informasi .
 Pernyataan pendapat terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
.

Gambar 1.3
Diagram Standar Auditing

Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan Lapaangan Standar Pelaporan

Pengendalian Mutu/Quality Control


 Keahlian dan  Pernyataan ttg
 Perencanaan dan supervisi audit
pelatihan teknis kesesu- aian lap keu
Pengendalian
yang memadai mutu adalah prosedur
Pemahamanyang digunakan
yang memadai KAP untuk membantu mentaati
dgn prinsip akuntansi
atas
standar secara konsisten dalam
 Independensi pengendalian
setiap kontrakintern
kerja yang mengikatnya.yg berlaku umum
dalam sikap 
Komite standar pengendalian mutu menetapkanyang
Bukti audit kompeten cukup elemen pengendalian
sembilan  Pernyataan mutu
mental mengenai
yaitu :
 Penggunaan ketidakkonsistenan
penerapan prinsip
akuntansi yg
berlaku umum
 Pengungkapan
informatif dlm lap keu.
 Pernyataan pendapat
atas lap keu secara
 Independensi
 Penugasan para auditor, dalam hal ini harus memiliki kemampuan dan
pelatihan teknis yang memadai
 Konsultansi , auditor harus meminta petunjuk dari ahli bila menemui
kesulitan dalam pelaksanaan auditing
 Supervisi
 Pengangkatan Auditor
 Pengembangan professional
 Promosi
 Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien
 Inspeksi, diperlukan untuk penunjang delapan unsur diatas .

Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi Kantor Akuntan Publik ( tiga persyaratan
pertama juga berlaku bagi KAP yang tidak menjadi anggota forum) yang ditetapkan
AICPA dengan divisinya yaitu SEC dan Kantor Akuntan Publik atau di Indonesia
Forum IAI - SAP yaitu :
 Ketaatan pada standar pengendalian mutu .
 Penelaahan sejawat ( peer review ) , harus dari KAP lain yang memenuhi
persyaratan
 Pendidikan lanjutan
 Rotasi partner
 Penelaahan oleh partner lain
 Larangan pemberian atas jasa tertentu
 Pelaporan ketidaksepakatan
 Pelaporan jasa konsultasi manajemen.
Contoh Engagement letter ;

Kepada

[Pihak yang Mengadakan Perikatan]

Saudara telah meminta kami untuk mengaudit neraca..................(selanjutnya


disebut"Perusahaan") tanggal……………….., dan laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Surat ini menegaskan penerimaan kami dan pemahaman kami atas
perikatan ini. Audit kami akan kami laksanakan dengan tujuan untuk menyatakan
pendapat kami atas laporan keuangan tersebut.

Kami akan melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan


Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan
dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Audit juga akan meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasisignifikan yang dibuat oleh manajemen,
serta penilaian atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan
ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Pendapat kami atas laporankeuangan tersebut
adalah tergantung dari hasil penerapan prosedur-prosedur audit yang akan kami
laksanakan, oleh karena itu, kami tidak memberikan jaminan bahwa kami dapat
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan tersebut di
atas.

Sebagai bagian dari proses audit, kami akan melakukan permintaan keterangan
dari manajemen tentang pernyataan manajemen yang disajikan dalam laporan
keuangan. Kami juga akan meminta pernyataan tertulis clien manajemen yang
menjelaskan bahwa penyajian laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen dan penegasan tertulis lainnya untuk mengkonfirmasi beberapa
pernyataan yang dibuat oleh manajemen kepada kami selama proses audit kami.
Tanggapan manajemen atas permintaan keterangan kami dan pemerolehan
pernyataan tertulis dari manajemen diwajibkan oleh standar auditing sebagai
bagian dari bukti audit yang akan kamiandalkan sebagai dasar dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Karena pentingnya surat pernyataan manajemen
tersebut, Perusahaan setuju untuk membebaskan dan mengganti rugi
kepada……………(nama KAP yang bersangkutan) dan stafnya atas segala
tuntutan, kewajiban, dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat dari
kesalahan pernyataan manajemen berkaitan dengan jasa audit yang kami berikan
sesuai dengan perikatan ini.

Audit kami mengandung risiko bawaan bahwa bila terdapat kekeliruan dan
ketidakberesan material, termasuk kecurangan atau pemalsuan, mungkin tidak
akan terdeteksi. Namun, bila kami menemukan adanya hal-hal tersebut dalam
audit kami,informasi tersebut akan kami sampaikan kepada Saudara.
Sebagai tambahan laporan audit kami atas laporan keuangan, kami akan
menyampaikan surat terpisah tentang kelemahan signifikan pengendalian intern
yang kami temukan dalam audit yang kami lakukan.

Kami mengingatkan Saudara bahwa tanggung jawab atas penyusunan laporan


keuangan, termasuk pengungkapan memadai merupakan tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab ini mencakup pula penyelenggaraan
catatan akuntansi dan pengendalian intern memadai, pemilihan dan penerapan
kebijakan akuntansi, dan penjagaan keamanan aktiva perusahaan..Sebagai bagian
dari proses audit, kami akan meminta penegasan tertulis dari Saudara tentang
representasi yang Saudara buat untuk kami dalam rangka audit yang kami
laksanakan.

Kami mengharapkan kerja sama penuh dari staf Saudara dan kami yakin bahwa
mereka akan menyediakan catatan, dokumentasi, dan informasi lain yang kami
perlukan dalam rangka audit kami. Berdasarkan diskusi tentang operasi
perusahaan dan perencanaan audit kami, fee audit kami perkirakan sebesar Rp
…………. Ditambah direct out of pocket expenses dan Pajak Pertambahan Nilai.
Fee tersebut kami hitung berdasarkan waktu yang diperlukan oleh staf yang kami
tugasi untuk melaksanakan audit ini dan tarif per jam staf yang kami tugasi, yang
bervariasi sesuai dengan tingkat tanggung jawab yang dipikul dan pengalaman
serta keahlian yang diperlukan. Jumlah tersebut akan kami tagih sesuai dengan
kemajuan pekerjaan kami.
Surat perikatan audit ini akan efektif berlaku untuk tahun-tahun yang akan datang
kecuali jika dihentikan, diubah, atau diganti.

Silakan menandatangani dan mengembalikan copy surat perikatan audit terlampir


yang menunjukkan kesepakatan Saudara atas pengaturan tentang audit atas
laporan keuangan tersebut di atas.

Terima kasih atas kesempatan yang Saudara berikan kepada kami untuk
menyediakan jasa audit bagi Saudara.

PT KXT Kantor Akuntan Publik


Soal Latihan PERTEMUAN I

1. Mengapa laporan keuangan perlu diaudit?


2. Syarat-syarat apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang auditor?
3. Jelaskan standar audit dan sebutkan apa saja!
4. Akuntan Publik (auditor) bertanggung jawab atas opini yang diberikannya dan
alas laporan keuangan yang tercantum dalam audit report ?
5. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan yang lengkap terdiri
dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan ?
6. Independent auditing dilakukan untuk memeriksa kebenaran dari laporan
keuangan klien beserta catatan pembukuan dan dokumen-dokumen perusahaan
yang di audit ?
7. Pemeriksaan akuntan harus dilakukan berdasarkan Standar Profesional Akuntan
Publik dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
?
8. Auditing mempunyai sifat analitis, sedangkan accounting mempunyai sifat
konstruktif ?
9. Audit proposal yang sudah disetujui klien, merupakan dasar bagi auditor untuk
melakukan pemeriksaan dan disebut Management Letter ?
10. Beberapa unsur dari pengendalian mutu: independensi, konsultasi, supersive,
materiality ?
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 2

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM SUB POKOK BAHASAN DAFTAR


No. METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA
1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami apa Auditing standard dan kode 1. Pengetian auditing standard dan 1 kali Sukrisno Agoes:
yang di maksud dengan auditing etik auditing fungsinya dalam pelaksanaan tatap buku 1,
standart dan dalam fungsinya dalam profesi auditor. muka PERTEMUAN 2
2 2. Kode etik akuntan Indonesia
pelaksanaan profesi auditor, serta
kode etik dalam dunia auditing

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN II

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

ETIKA PROFESIONAL
Apakah Etika Itu?
Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai.

Daftar prinsip-prinsip berikut ini berhubungan dengan karakteristik dan nilai- nilai
yang sebagian besar dihubungkan dengan prilaku etis

 Kejujuran
 Integritas
 Mematuhi Janji
 Loyalitas
 Keadilan
 Kepedulian kepada Orang Lain
 Menghargai Orang Lain
 Menjadi Warga Yang Bertanggungjawab
 Mencapai Yang Terbaik
 Ketanggunggugatan

Kebutuhan akan Etika

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting sehingga banyak diantara
nilai-nilai etika yang dimasukkan dalam undang-undang. Sejumlah besar nilai etika
dalam masyarakat tidak dapat dimasukkan dalam undang- undang karena sifat nilai
tertentu yang memerlukan pertimbangan.

Mengapa Orang Bertindak Tidak Beretika

Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika ;

1. Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum


2. Seseorang memilih bertindak semaunya
Etika Dalam Bisnis

Ada beberapa akibat potensial dari kasus-kasus dan terdapat banyak kritik terhadap
bisnis yang ditampilkan filem, televisi, surat kabar dan media lainnya. Contoh kasus
pertama tadi menunjukkan upaya untuk membuat perilaku bisnis yang tidak beretika
seolah-olah normal saja. Kasus kedua menyimpulkan bahwa perilaku manajemen
tersebut tidak beretika dan bisnisnya tetap sukses. Akhirnya, dan barangkali
merupakan yang terpenting, adalah menyimpulkan bawa suatu tindakan haruslah
benar-benar ekstrim untuk dinyatakan sebagai tidak beretika. Sebagai contoh,
merupakan tanggungjawab social untuk memperlakukan pegawai, pelanggan dan
pemasok secara jujur dan adil, tetapi dalam jangka panjang banyak kemungkinan
tindakan yang akan diambil untuk keberhasilan bisnis.

Dilema Etika

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai
perilaku yang pantas harus dibuat. Contoh sederhana dari dilema etika adalah pada
saat kita menemukan cicin berlianyang memaksa kita untuk memutuskan
mengembalikan pada pemiliknya atau untuk kita saja.

Auditor, akuntan dan kalangan bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam
karier bisnis mereka

Memecahkan Dilema Etika

Ada beberapa alternative pemecahan dilemma etika, tetapi harus berhati-hati untuk
menghidari cara yang merupakan rasionalisasi perilakutidak beretika. Berikut ini
adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak beretika ;

- Semua orang melakukannya


- Jika itu legal, maka itu beretika
- Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya
- Fakta Relevan
- Masalah etika
- Konsekuensi dari setiap alternative

Kebutuhan Khusus Berperilaku Beretika Dalam Profesi

Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku professional yang tinggi pada setiap
profesi adalah kebutuan akan kepercayaan public terhadap kualitas jasa yang
diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara peorangan.
Bagi akuntan public, penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan
akan kualitas audit dan jasa lainnya. Jika pmakai jasa tidak mempunyai keyakinan
pada ali medis, hakim atau akuntan public, kemampuan professional itu untuk
memberikan jasa kepada klien dan asyarakat secara efekti berkurang.

Prinsip Prilaku Profesional

Prinsip-prinsip Etika

1. Tanggungjawab
2. Kepentingan masyarakat
3. Integritas
4. Objektivitas dan Independen
5. Keseksamaan
6. Lingkup dan Sifat Jasa
7. Standar teknis
8. Kerahasiaan

Independensi

Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.
Apabila auditor adalah seorang penasehat klien,seorang banker atau yang lainnya, dia
tidak dapat dikatakan independen.

Hubungan Keuangan Dengan Klien

Di Amerika Serikat, tedapat aturan yang lebih rinci mengenai peilikan saham tersebut.
Ada tiga perbedaan dalamperaturan 101 da Amerika Serikat sehubungan dengan
independensi dan kepemilikan saham ;

- Partner atau pemegang saham kontra non-partner atau non-pemegang saham


- Kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung
- Material dan tidak material
- Mantan praktisi
- Prsedur peminjaman yang normal
- Kepentingan keuangan pada hubungan keluarga
- Hubungan investor atau investee bersama dengan klien
- Komisaris, direksi, manajemen atau pegawai perusahaan
Upaya Memelihara Independensi

Banyak elemen-elemen dan persyaratan atau dorongan lain bagi akuntan untuk
mempertahankan independensi dalam kenyataan dalam penampilan. Hal-hal itu yang
yang terutama berlaku di Amerika Serikat, akan diikhtisarkan secara ringkas sebagai
berikut.

- Kewajiban Hukum
- Peraturan 101, interperestasi dan ketentuannya
- Standar auditing yang berlaku umum
- Standar pengendalian mutu IAI (dan AICPA di Amerika Serikat)
- Pendivisian Perusahaaan
- Komite Audit
- Kominikasi denagn auditor pendahuluan
- Menjajangi pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi
- Pengesahan auditor oleh pemegang saham

Standar-Standar Teknis

Di Amerika Serikat terdapat aturan-atuaran perilaku bagi anggota AICPA yang


berkaitan dengan standar teknis, sebagai berikut ;

Peraturan 102 - Auditor harus mempertahankan integritas dan obyektifitas dan


bebas dari perbedaan kepentingan dan tidak dengan sengaja salah mengemukakan
fakta-fakta atau mendelegasikan pertimbangan- pertimbangannya pada orang lain .

Peraturan 201 - standar umum , Anggota harus mentaati standar -standar berikut dan
interpretasinya yaitu : kompetensi profesional, kepedulian profesional, perencanaan
dan pengwasan, dan data relevan yang mencukupi.

Ketaatan pada standar


Peraturan 202 - Anggota yang melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, bantuan
manajemen, perpajakan , atau jasa profesional lainnya harus taat pada standar yang
diumumkan oleh lembaga yang ditetapkan dewan .

Peraturan 203 - Prinsip Akuntansi, Anggota tidak dibenarkan menyatakan laporan


keuangan tidak menyimpang dari GAAP atau menyatakan tidak mengetahui setiap
modifikasi yang material jika laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi
ditetapkan oleh badan perumus yang ditunjuk dewan. Dan kalau ada penyimpangan
atau yang dapat menyePERTEMUANkan penyimpangan maka dia harus menjelaskan
mengenai penyimpangan tersebut, akibatnya, alasan mengapa menyatakan
penyimpangan.
Peraturan 301 – Kerahasiaan, Anggota dalam praktek publik tidak dibenarkan
mengungkapkan semua informasi rahasia klien tanpa ijin khusus dari klien . Terdapat
empat pengecualian yang berkaitan dengan tanggung jawab yang lebih penting dari
sekedar mempertahankan hubungan rahasia dengan klien yaitu :
 Kewajiban sehubungan dengan standar teknis
 Dakwaan pengadilan
 Penelaahan sejawat
 Tanggapan kepada divisi etik.

Peraturan 302 - Honor bersyarat, Anggota dalam praktek publik tidak boleh membuat
honor bersyarat untuk setiap jasa profesional atau menerima ongkos dari klien yang
anggota perusahaannya juga melakukan ; audit atau penelaahan, kompilasi,
Pemeriksaan prospektif .

Peraturan 501- Tindakan yang mendatangkan aib tindakan tercela Anggota tidak
akan melakukan tindakan yang mendatangkan aib bagi profesinya .

Interpretasi dari tindakan yang mendatangkan aib diatas adalah sebagai berikut :
1. Menahan catatan klien setelah mereka meminta.
2. Melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, agama, jenis kelamin
dan lainnya
3. Jika melakukan audit atas badan pemerintah yang prosedurnya lain dari
GAAS , auditor tidak mengikuti keduanya kecuali dinyatakan dan beserta
alasannya pada laporan

Peraturan 502 - Periklanan dan Penawaran , Anggota tidak dibenarkan melakukan


periklanan dan penawaran yang bersifat mendustai, menyesatkan dan menipu. Dan
penawaran yang menggunakan pemaksaan, desakan yang berlebihan, dan hasutan
dilarang .

Peraturan 503 - Komisi dan Honor Perujukan


A. Komisi yang dilarang, Anggota tidak diperkenankan merekomendasi atau
mereferensi produk atau jasa yang pihak lain bagi klien atau yang disediakan
oleh klien demi untuk memperoleh komisi atau menerima komisi , apakah
anggota atau perusahaan anggota juga memberikan jasa kepada klien untuk
audit atau penelaahan, kompilasi, pemeriksaan prospektif .
B. Peraturan 503 -B. Pengungkapan komisi yang diijinkan Anggota diijinkan
untuk memberikan jasa dengan menerima komisi dan harus mengungkapkan
kepada siapa merekomendasikannya.

Peraturan 505 - Bentuk dan Nama praktek , Anggota dapat membuka praktek dalam
bentuk perusahaan perorangan, persekutuan, atau perseroan profesional sesuai dengan
ketentuan dewan dan tidak diperkenankan membuka praktek dengan nama yang
menyesatkan dan tidak boleh menyebut dirinya sebagai “ AICPA” kecuali semua
partner dan pemegang sahamnya anggota dari lembaga tersebut .

Berikut ini merupakan Standar Auditing di Indonesia berdasarkan pada ;

A. Standar Umum
1. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan ssemestinya/.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan dalam periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh
auditor.

Aturan tambahan ;
PSA No. 04 (SA Seksi 220)
PSA No. 04 (SA Seksi 230)
PSA No. 07 (SA Seksi 326)
PSA No. 08 (SA Seksi 410)
PSA No. 09 (SA Seksi 420)
PSA No. 10 (SA Seksi 431)
Soal Latihan PERTEMUAN II
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 3

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami Laporan Audit/ akuntan 1. Jenis-jenis pendapat Akuntan 1 kali Sukrisno Agoes:
bentuk-bentuk laporan audit 2. Jenis-jenis Laporan Akuntan tatap buku 1,
3 muka PERTEMUAN 3

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN III

LAPORAN AUDIT

Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang
berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi
secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

Ada tiga (3) macam audit:


1) Audit Laporan Keuangan,
2) Audit Ketaatan/Kesesuaian, dan
3) Audit Manajemen/Operasional/Kinerja. Modul ini hanya membahas yang pertama.

Dengan demikian audit laporan keuangan adalah suatu proses sistematis untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif terhadap laporan keuangan suatu
entitas guna memberiikan pendapat atas laporan keuangan tersebut dan
mengkomunikasikan hasil audit tersebut kepada pihak yang berkepentingan.

Kriteria yang lazim digunakan dalam audit keuangan adalah prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Salah satu prinsip akuntansi yang berlaku umum yang ada di Indonesia
adalah standar akuntansi keuangan (SAK). Sedangkan laporan keuangan yang diaudit
adalah neraca (laporan posisi keungan), laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Orang yang melakukan audit
terhadap laporan keuangan disebut auditor. Auditor bekerja pada kantor akuntan publik
(KAP). Walaupun menerima honorarium dari manajemen (klien), auditor harus menjaga
independensinya tehadap manajemen tersebut (bandingkan dengan profesi pengacara
atau dokter). Independensi tersebut dalam hal hubungan darah (semenda), hubungan
usaha, dan penampilan (in appearance).

Dalam melakukan audit, seorang auditor berpedoman pada standar professional akuntan
publik (SPAP). Standar tersebut terdiri atas:
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultasi
5. Standar Pengendalian Mutu
JENIS-JENIS PENDAPAT AKUNTAN

1. Laporan Audit Standar Dengan Pendapat Wajar tanpa Pengeculian

Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan pendapatan
wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini.
Laporan audit standar wajar tanpa pengecualian digunakan bila kondisi berikut terpenuhi.

Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian :

1. Semua Laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan laporan arus
kas – sudah tercakup didalam laporan keuangan.
2. Ketiga strandar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tesebut telah melaksanakan
penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa
ketiga standar pekerjaan lapangn telah dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah disertakan dalam catatan kaki
dan bagian-bagian lain laporan keuangan.

Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata dalam laporan.

Keadaan Yang MenyePERTEMUANkan Panyimpangan Pendapat Dari Wajar


Tanpa Pengecualian
Dalam membahas laporan audit yang menyimpang dari laporan audit standar ada tiga
topik yang berhubungan, yaitu : yang menyePERTEMUANkan penyimpangn dari
pendapat wajar tanpa pengecualian, jelas pendapat selain dari pendapat wajar tanpa
pengecualian, dan materialitas.
Kondisi 1. Pembatasan lingkup audit.
Kondisi 2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

2. Laporan Audit Selain Laporan Wajar Tanpa Pengecualian

Jika salah satu dari ketiga kondisi diatas, yang menuntut penyimpangan dari pendapat
wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya material, auditor harus
memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian dalam laporannya. Pendapat
tidak wajar (adverse opinion), pernyataan tidak
memberi pendapat (disclaimer of opinion), dan pendapat wajar dengan pengecualian
(qualified opinion).
a. Wajar tanpa syarat dengan paragraph penjelasan atau dengan
modifikasi kalimat: Suatu proses audit telah dilaksanakan dengan hasil yang
memuaskan serta laporan keuangan telah disajikan dengan wajar, tetapi auditor
merasa perlu memberikan informasi tambahan
b. Wajar dengan pengecualian: auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan
keuangan memang telah disajikan dengan wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi
secara material atau terjadi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
c. Tidak wajar (adverse) atau menolak memberikan pendapat (disclaimer):
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
(adverse), auditor tidak dapat memberikan opininya mengenai apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar (disclaimer). Pendapat disclaimer dapat
disePERTEMUANkan dua hal yaitu dibatasinya lingkup audit dan
ketidakindependennya auditor.

PenyePERTEMUAN-penyePERTEMUAN utama ditambahkannya suatu


paragraph penjelasan atau modifikasi kalimat dalam laporan audit bentuk
baku
a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
b. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan
c. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum
d. Penekanan pada suatu masalah
e. Laporan yang melibatkan auditor lainnya

Contoh perubahan yang dapat mempengaruhi konsistensi palaporan dan


memerlukan paragraph penjelasan
d. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan FIFO ke LIFO
e. Perubahan dalam entitas pelaporan, seperti penambahan suatu perusahaan baru dalam
lapran keuangan gabungan
f. Perbaikan kesalahan yang melibatkan prinsip akuntansi, yaitu dengan melakukan
perubahan dari prinsip akuntansi yang tidak diterima umum pada prinsip akuntansi
yang diterima secara umum, termasuk di dalamnya perbaikan atas akibat dari
kesalahan penggunaan prinsip akuntansi.
Bagian-Bagian Dari Laporan Audit Bentuk Baku

Terlepas dari siapa auditornya,ketujuh bagian laporan audit berikut ini akan tetap sama.

 Judul laporan, Contoh: Laporan Auditor Independen


 Alamat laporan audit
 Paragraf pendahuluan
o Membuat suatu pernyataan sederhana bahwaKAP telah melakukan audit
o Menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk tanggal neraca serta
periode akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas.
o Menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen
dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pelaksanaan audit..
 Paragraf scope.
o Paragraf ini berisi pernyataan factual tentang apa yang dilakukan auditor selama
proses audit.
o Menyatakan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar audit
profesioanal akuntan pulik.
o Menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
 Paragraf pendapat
 Nama KAP
 Tanggal laporan audit

Laporan audit bentuk baku (laporan audit wajar tanpa syarat) diterbitkan bila
kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi
g. Seluruh laporan keuangan yang meliputi neraca, laba rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas lengkap
h. Semua aspek dari ketiga standar umum GAAS/SPAP telah dipatuhi dalam penugasan
audit tersebut
i. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya
mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah terpenuhi.
j. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
k. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku
Auditor sering menjumpai keadaan dimana tidak mungkin memberiikan pendapat wajar
tanpa pengecualian tetapi juga bukan pendapat yang nomor 3, 4, atau 5 seperti di atas..
Dalam keadaan seperti itu berarti ia tetap memberiikan pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan. Keadaan yang memerlukan paragraf penjelasan
atas laporan bentuk baku dengan pendapat wajar tanpa pengecualian adalah:
1. Ketidak sesuaian dengan suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI
2. Tidak konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
3. Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum bisa
diperkirakan pada tanggal laporan audit
4. Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya
5. Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor
Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian atas kemampuan


perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

a. Terjadinya kerugian operasional atau kekurangan modal kerja yang signifikan


b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jatuh tempo
c. Kehilangan pelanggan-pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh
asuransi, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak umum
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa yang dapat
mengancam kemampuan operasional perusahaan
Contoh Laporan Audit oleh Akuntan Publik ;

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kepada
Yth. Pemegang Saham dan Dewan Komisaris PT
HUMAIRA INDAH SADIDA

Kami telah mengaudit neraca PT Humaira Indah Sadida tanggal 31 Desember


2010 serta laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mangharuskan kami untuk merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
tersebut bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberiikan dasar
memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Humaira Indah Sadida
tanggal 31 Desember 2010, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor Akuntan Publik Price Waterhouse Cooper

Abdullah Taman, M.Si. Ak.


Register Akuntan Negara No. D-7316
Latihan Soal PERTEMUAN III
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 4

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami tujuan Audit objective dan konsep 1. Pengertian dan fungsi external 1 kali Sukrisno Agoes:
utama audit dan konsep tentang tentang internal control control system tatap buku 1,
internal control structure 2. Penilaian terhadap internal control muka PERTEMUAN 4
4 system yang dimliki perusahaan

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN IV

STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

TERMINOLOGI

Audit Objecktive

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Pengendalian Intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan


komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk
;mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal :
1) keandalan pelaporan keuangan,
2) kesesuaian dengan UU dan peraturan lainnya, dan
3) efektivitas dan efisiensi operasi.

Dari terminologi di atas, dapat ditarik beberapa konsep dasar tentang pengendalian
intern:
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses. Artinya bahwa pengendalian intern
merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
2. Pengendalian intern dipengaruhi oleh manusia. Pengendalian intern bukan hanya
terdiri dari buku pedoman, aturan, atau formulir-formulir semata, tetapi juga orang-
orang yang berada di berbagai jenjang dalam struktur organisasi.
3. Pengendalian intern diharapkan hanya memberiikan keyakinan memadai, bukannya
keyakinan penuh (mutlak) bagi manajemen, karena adanya kelemahan bawaan yang
melekat (inherent) pada sistem pengendalian itu sendiri.
4. Pengendalian intern adalah alat untuk mencapai tujuan dalam berbagai hal, ada
kemungkinan adanya tumpang-tindih antara pelaporan keuangan, kesesuaian dan
operasional.

TUJUAN
Tujuan sistem pengendalian intern adalah untuk:
1. keandalan pelaporan keuangan,
2. kesesuaian dengan UU dan peraturan lainnya, dan
3. efektivitas dan efisiensi operasi.
ARTI PENTING
Arti pentingnya pengendalian intern:
1. Lingkup dan besarnya perusahaan sudah menjadi sedemikian kompleks dan luas
sehingga manajemen tidak mungkin lagi mengendalikan secara langsung. Untuk
mengatasi hal itu manejemen harus mengendalikan sejumlah laporan dan analisis
agar perusahaan dapat berjalan dengan efektif.
2. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik,
akan dapat melindungi perusahaan dari kelemahan manusiawi dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
3. Ditinjau dari segi auditing, sistem pengendalian yang berlaku pada perusahaan klien
akan sangat bermanfaat dalam membatasi lingkup audit.

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB


Pihak-pihak yang bertanggungjawab dan perannya masing-masing
1. Manajemen. Penetapan dan pemeliharaan suatu sistem pengendalian intern yang
efektif merupakan tanggung jawab manajemen. Manajemen puncak wajib
menciptakan iklim yang kondusif pada setiap bagian perusahaan dengan
menunjukkan kesadaran yang tinggi tentang perlunya pengendalian intern. Ia harus
yakin bahwa setiap komponen pengendalian intern telah ditempatkan dan
dilaksanakan dengan benar dan konsisten.
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit. Anggota dewan komisaris harus
menentukan apakah manajemen telah memenuhi tanggung jawabnya dalam
penetapan dan pemeliharaan stistem pengendalian intern. Komite audit (bila tidak
ada, dilaksanakan sendiri oleh dewan komisaris) harus mengawasi kemungkinan
manajemen melakukan kecurangan dan mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan,
serta mengambil tindakan yang diperlukan.
3. Auditor Intern. Auditor intern harus memeriksa dan mengevaluasi kecukupan
sistem pengendalian intern perusahaan secara periodic dan membuat rekomendasi
tentang perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
4. Personil Perusahaan Lainnya. Peran dan tanggung jawab personil perusahaan
lainnya yang harus memberii informasi untuk sistem pengendalian intern dan yang
akan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem pengendalian intern, harus
dirumuskan dengan jelas dan menyadari perannya.
5. Akuntan Independen atau Akuntan Publik. Ada kemungkinan hasil dari prosedur
audit laporan keuangan, auditor ektern dapat menemukan adanya kelemahan dalam
pengendalian intern. Informasi tentang hal tersebut dikomunikasikan kepada
manajemen, dewan komisaris, komite audit, beserta rekomendasi untuk perbaikan
yang diperlukan.
6. Pihak Luar Lainnya. Instansi atau pihak yang berwenang lainnya membuat
ketentuan atau persyaratan minimum tentang keharusan menetapkan pengendalian
intern dalam perusahaan.
KOMPONEN
Adapun komponen pengedalian intern adalah:
1. Lingkungan pengendalian
2. Perhitungan risiko
3. Informasi dan komunikasi
4. Aktivitas pengendalian
5. Monitoring

Penjelasan :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mempengaruhi suasana suatu
organisasi,mempengaruhi kesadaran tentang pengendalian kepada orang- orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan landasan bagi komponen- komponen lainnya,
dengan menciptakan disiplin dan sistem.

Lingkungan pengendalian terdiri atas:


a. Integritas dan etika
Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika di antara para personil
suatu organisasi, manajemen puncak harus:
1) Menciptakan iklim dengan memberi/menjadi contoh, yaitu dengan menunjukkan
integritas dan berperilaku dengan standar etika yang tinggi
2) Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, secara lisan dan melalui
kebijakan serta aturan-aturan perilaku tertulis.
3) Memberii pedoman moral kepada para karyawan yang karena latar belakang
moralnya buruk, membuat mereka tidak bisa membedakan baik dan buruk.
4) Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang bisa membuat
orang menjadi tidak jujur, melanggar hukum, dan bertindak tidak etis.

b. Komitmen terhadap kompetensi


Komitmen terhadap kompetensi meliputi pertimbangan manajemen tentang
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan, dan perpaduan antara intelegensia,
ketrampilan dan pengalaman yang diminta untuk pengembangan kompetensi.

c. Dewan komisaris dan komite audit


Komposisi dewan komisaris dan komite audit serta cara bagaimana mereka
melaksanakan tanggung jawab pengawasan memiliki dampak yang besar terhadap
lingkungan pengendalian. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dewan
komisaris dan komite audit adalah:
1) Independensi
2) Pengalaman dan kedudukan
3) Keterlibatan dalam aktivitas manajemen
4) Ketepatan tindakan yang diambil
5) Pertanyaan yang diajukan kepada manajemen
6) Interaksi dengan auditor intern dan ekstern

d. Falsafah manajemen dan gaya operasi


Beberapa karakteristik yang membentuk falsafah dan gaya operasi adalah:
1) Pendekatan untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis
2) Pendekatan pada kontak-kontak informal langsung dengan manjemen
3) Kebiasaan dan tindakan terhadap pelaporan keuangan
4) Pemilihan prinsip akuntansi alternatif yang tersedia secara konservatif atau
agresif
5) Kehati-hatian dan konservatif dalam mengembangkan taksiran-taksiran akuntansi
6) Kebiasaan dalam mengolah informasi dan fungsi akuntansi serta
personalia.
Karakteristik nomor 4-6 di atas sangat berpengaruh dalam membentuk lingkungan
pengendalian atas pelaporan keuangan.

e. Struktur organisasi
Struktur organisasi memberiikan kerangka menyeluruh untuk
perencanaan,pelaksanaan, dan pengawasan, serta monitoring aktivitas perusahaan.
Pengembangan struktur organisasi untuk suatu perusahaan menyangkut perumusan
kewenangan dan tanggung jawab serta alur pelaporan.

f. Perumusan kewenangan dan tanggung jawab


Perumusan kewenangan dan tanggung jawab merupakan kelanjutan dari
pengembangan struktur organisasi. Adanya perumusan kewenangan dan tanggung
jawab ini akan membuat setiap individu mengetahui 1) bagaimana tindakannya
berkaitan dengan pihak lain dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dan 2) untuk
hal apa masing-masing individu harus bertanggung jawab. Selain itu, perusahaan
biasanya menyusun deskripsi jabatan yang menggambarkan dengan jelas tugas-tugas
spesifik masing-masing jabatan dan hubungan pelaporannya.

g. Kebijakan dan praktik di bidang sumber daya manusia


Efektif tidaknya sistem pengendalian intern akan sangat bergantung kepada kebijakan
dan praktik tentang sumber daya manusia yang dianut, yang akan menentukan apakah
personil perusahaan memiliki tingkat integritas yang diharapkan, nilai-nilai etika, dan
kompetensi. Praktik yang sehat mengenai hal ini menyangkut:
1) Rekruitmen dan screening dalam pengangkatan karyawan
2) Orientasi pegawai baru terhadap kultur perusahaan
3) Kebijakan pelatihan
4) Tindakan pendisiplinan atas pelanggaran
5) Evaluasi, konseling dan promosi berdasarkan kinerja yang lalu
6) Program kompensasi yang memotivasi dan memberii penghargaan atas kinerja
istimewa

2. Perhitungan Risiko
Perhitungan risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko suatu perusahaan berkenaan dengan penyusunan laporan keuangan
yang disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan (yang mencakup
sistem akuntansi) terdiri dari metode dan catatan-catatan yang digunakan untuk
mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, menggolongkan, mencatat, dan
melaporkan transkasi perusahaan dan menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktiva
dan kewajiban yang bersangkutan.
Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung
jawab masing-masing individu berkenaan dengan sistem pengendalian intern atas
pelaporan keuangan.

4. Aktivitas Pengendalian
AKtivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwa perintah manajemen telah dijalankan. Kebijakan dan prosedur itu membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dijalankan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan pada
berbagai jenjang organisasi dan fungsi.
Pengelompokan pengendalian dapat berdasarkan berikut ini:
a. Pengendalian pengelolaan informasi
Pengendalian ini terdiri atas:
1) Pengendalian umum
2) Pengendalian aplikasi Pengendalian
aplikasi terdiri atas:
a) Pengotorisasian secara tepat
b) Dokumentasi dan catatan
c) Pengecekan independen
b. Pemisahan tugas
c. Pengawasan fisik
d. Review kinerja
5. Monitoring
Monitoring adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja sistem pengendalian intern
sepanjang masa. Hal ini menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan
operasi pengendalian oleh orang yang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, untuk
menentukan bahwa SPI telah berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan bahwa
modifikasi yang diperlukan, karena adanya perubahan kondisi, telah dilakukan.

KELEMAHAN
Struktu pengendalian intern memiliki kelemahan:
o Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali terjadi, manajemen dan personil lainnya
melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis
atau dalam melakukan tugas-tugas rutin, karena kekurangan informasi, keterbatasan
waktu, atau penyePERTEMUAN lainnya.
o Kemacetan. Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan dapat terjadi karena
salah mengerti instruksi, kecorobohan, kebingungan atau kelelahan. Kemacetan juga
disePERTEMUANkan karena perpindahan personil dan perubahan sistem dan
prosedur.
o Kolusi. Kolusi atau persekongkolan dari bagian-bagian atau individu yang semestinya
independen akan mengakibatkan sistem pengendalian intern tidak berfungsi dengan
baik.
o Pelanggaran oleh manajemen. Manajemen dapat melakukan pelanggaran atas
kebijakan atau prosedur-prosedur untuk tujuan tidak sah, seperti untuk keuntungan
pribadi, atau membuat laporan keuangan tampak baik (ingat: sisi negatif earnings
management).
o Biaya dan Manfaat. Biaya penyelenggaraan sistem pengendalian intern seyogyanya
tidak melebihi manfaat penerapan sistem pengendalian intern.
SOAL LATIHAN PERTEMUAN IV
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 5

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami apa Audit evidence dan tets of 1. Pengertian audit evidence 1 kali Sukrisno Agoes:
yang di maksud dengan bukti audit recorded transaction 2. Bentuk bentuk audit evidence tatap buku 1,
5 ( audit evidence) dan cara melakukan 3. Compliance test & substantive muka PERTEMUAN 5
test
tets (pengujian) transaksi

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN V

Test Transaksi

Audit Evidence ( Bukti Audit )

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
untuk menyatakan pendapatnya

Tipe Bukti Audit Dan Prosedur Audit

Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan,
perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis.

Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan
instruksi terperinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh
pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk
memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi,
penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan


keputusan yang sating berkaitan, yaitu penentuan prosedur audit yang akan digunakan,
penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu, penentuan unsur tertentu yang
harus dipilih dari populasi, dan penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan
prosedur audit tersebut.

Berikut ini adalah tiga strategi yang berhubungan dengan penilaian resiko pengendalian :

1. Menilai resiko pengendalian berdasarkan pemakai.


2. Merencanakan suatu penilaian resiko pengendalian yang rendah
berdasarkan pengendalian aplikasi
3. Merencanakan suatu penilaian resiko pengendalian yang tinggi
berdasarkan pada pengendalian umum dan tindak lanjut manual.
Bukti audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan ke
Sembilan jenis bulti tersebut:

1. Struktur Pengendalian Intern


Struktur pengendalian intern dapat dipergunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat
dipercayai data akuntansi. Kuat lemahnya struktur pengendalian intern merupakan
indicator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karena
itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat
atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.

2. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung
auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling obyektif dalam
menentukan kualitas yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis
bukti yang paling dapat dipercaya.

Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi penghitungan,
danobservasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fdisik sangat tinggi. Bukti fisk
berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

3. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang
diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan
obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayanya catatan
akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern.

4. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi lansgung
dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsure tertentu yang
berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat
tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara
langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.

Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:


a. Konfirmasi positif
b. Blank confirmation
c. Konfirmasi negative
Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
o Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klien
o Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelanggan
o Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke
penjaga atau kepala gudang
o Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor

5. Bukti Dokumenter
Bukti documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurut sumber
dan tingkat kepercayaannya bukti, bukti documenter dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara
langsung
b. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien
c. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan oleh klien

Bukti documenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada


kelompok b. Bukti documenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi
daripada kelompok c. bukti documenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan,
rekening Koran bank (bank statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti
documenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu
sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau
kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen. Bukti documenter banyak
digunakan secara luas dalam auditing. Bukti documenter dapat memberikan bukti yang
dapat dipercaya (reliabel) untuk semua asersi.

6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis


Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu
yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian
tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi
klien maupun dari dari sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis. Reprentation letter
atau representasi tertulis yang dibuat manajemen merupakan bukti yang berasal dari
organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hokum, ahli teknik yang berkaitan dengan
kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak
ketiga. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.

7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis


Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat
kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian
catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya:
a. Footing untuk meneliti penjumlahan vertical
b. Cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontal
c. Perhitungan depresiasi
Bukti matematis dapat diperoleh dari tugas rutin seperti penjumlahan total saldo, dan
perhitugnan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas obligasi. Bukti
matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian
dengan biaya murah.

8. Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan
antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan
prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun
piutang yang sudah lama tak tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan
merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dpat
menghasilkan bukti yang berkaitan dengan semua asersi.

9. Bukti Analitis dan Perbandingan


Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran
atau standar prestasi, trend industry, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis
menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan
keuangan dan kewajaran hubungan antas pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan
bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis berkaitan
serta dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau
pengalokasian.

Bukti analitis meliputi perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun
berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Perbandingan in dilakukan untuk
meneliti adanya perubahan yang terjadi dan untuk menilai penyePERTEMUANnya.

Pengendalian Pemakai

Dalam banyak kasus, klien mungkin merancang prosedur manual untuk menguji
kelengkapan dan keakuratan dari transaksi yang diproses oleh komputer pengendali
aplikasi.
Dalam rangka merencanakan setrategi auditor seharusnya :

 Menguji pengendalia aplikasi komputer


 Menguji pengendalian umum komputer
 Menguji tindak lanjut manual untuk pengecualian yang dicatat oleh
pengendalian aplikasi

Pengendalian Umum Dan Prosedur Tindak Lanjut

Teknik Audit Berbantuan Komputer

Simulasi Paralel

1. Data Pengujian

Dengan pendekatan data pengujian, transaksi buatan dipersiapkan oleh auditor dan
diproses menurut pengendalian auditor denghan program klien. Akan tetapi metode ini
kelemahan :

 Program klien diuji hanya pada titik waktu tertentu dan tidak sepanjang
priode
 Metode yang digunakan adalah suatu pengujian dimana hnayna
pengendaliuan yang ada yang berfungsi oleh program.
 Tidak terdapat pemeriksaan dokumentasi se4cara aktual diproses oleh sistem
 Operator komputer mengetahui bahwa data pengujian sedang dijalankan,
sehingga dapat mengurangi validitas output.
 Lingkup pengujian terbatas pada imajinasi ouditor dan pengetahuan tentang
pengendalian dalam aplikasi.

Fasilitas Pengujian Terintegrasi

Pendekatan fasilitas pengujian terintegrasi (integrated test facility/ITF


approuch) membutuhkan pembentukan suatu sub sistem yang kecil (suatu perusahaan
mini) dalam sistemteknologi reguler. Hal ini dapat dengan menciptakan file master
buatan atau catatan arsip buatan ke dalam arsip klien yang ada.
Menilai Pengendalian Teknologi Informasi

1. Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk


memperoleh suatu pemahaman
2. Mengidentifikasi salah saji professional
3. Mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan

Keberadaan Bukti Lain

Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti lain dari pengujian


pengendalian(existance of other evdence from test of controls).

Keputusan Pemilihan Staff

Suatu keputusan akhir audit melibatkan pemilihan staf untuk pengujian


pengendalian (staffing for test of controls), atau siapa yang seharusanya
melaksanakan pengujian pengendalian.

Pertimbangan Tambahan

Auditor secara khusus pertama kali menilai resiko pengendalian untuk asersi yang
berkenaan dengan kelas transaksi seperti penerimaan kas dan pengeluaran kas. Penilaian
tersebut kemudian digunakan untuk menilai resiko pengendalian asersi saldo akun yang
signifikan sehingga kesesuaian dari tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk
saldo akun dapat ditentukan, dan pengujian substantif khusus dapat dirancang. Proses ini
dipertimbangkan selanjutnya, pertama untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh suatu
kelas transaksi tunggal dan kemudian untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh kelas
transaksi berganda.

SAMPLE AUDIT

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen
unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.1 Seksi ini
memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit.

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit: nonstatistik dan statistik. Kedua
pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan
bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan
kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan. Panduan dalam
Seksi ini berlaku baik untuk sampling audit secara statistik maupun nonstatistik
KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT

Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep “sebagai dasar
memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar pekerjaan lapangan ketiga.
Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara faktor-faktor
seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan konsekuensi
negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang
dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja.

Risiko Sampling
Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan risiko sampling.
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian, auditor memperhatikan dua
aspek daririsiko sampling: Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu
risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan basil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi
salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara
material. Risiko keliru menolak ( risk of incorrect reject ion) , yaitu risiko mengambil
kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material,
padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material.

Sampling Dalam Pengujian Substantif Rinci


Perencanaan Sampel

Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas laporan


keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05]
Perencanaan dan Supervisi.

Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus


mempertimbangkan:

- Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326 [PSA
No. 07] Bukti Audit. Sampling Audit
- Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.
- Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect
acceptance).
- Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok
transaksi yang menjadi perhatian.
SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
Perencanaan Sampel

Dalam perencanaan sampel audit tertentu untuk pengujian pengendalian, auditor harus
mempertimbangkan:

a. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian.


b. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan
mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
c. Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian yang
terlalu rendah.
d. Karakteristik populasi, yaitu, unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok
transaksi yang menjadi fokus perhatian.

Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih diharapkan
dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Pemilihan secara acak merupakan salah satu cara
pemilihan sampel tersebut. Ada tiga metode pemilihan sampel yang umum digunakan:
(1) pemilihan acak (random selection), yaitu setiap unsur dalam populasi atau dalam
setiap strata memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, (2) pemilihan sistematik
(systematic selection), yaitu pemilihan unsur dengan menggunakan interval konstan di
antara yang dipilih, yang interval permulaannya dimulai secara
acak, (3) pemilihan sembarang (haphazard selec-tion), yang merupakan alternatif
pemilihan acak, dengan syarat auditor mencoba mengambil sampel yang mewakili dari
keseluruhan populasi tanpa maksud untuk memasukkan atau tidak memasukkan unit
tertentu ke dalam sampel yang dipilih. Idealnya, auditor harus menggunakan metode
pemilihan yang memiliki kemampuan untuk memilih unsur dari seluruh periode yang
diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23] Pertimbangan Pengendalian Intern dalam Audit
Laporan Keuangan paragraf 73 memberikan panduan yang dapat diterapkan dalam
penggunaan sampling oleh auditor selama periode interim dan periode sisanya.

Kinerja dan Penilaian

Prosedur audit memadai untuk mencapai tujuan pengujian pengendalian harus


dilaksanakan terhadap setiap unsur sampel. Jika auditor tidak dapat menerapkan prosedur
audit yang direncanakan atau prosedur alternatif memadai terhadap unsur sampel yang
terpilih, ia harus mempertimbangkan penyePERTEMUAN keterbatasan tersebut , dan ia
biasanya harus mempertimbangkan unsur yang terpilih tersebut sebagai penyimpangan
dari prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan penilaian sampel.
SOAL LATIHAN PERTEMUAN V
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 6

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat mengenali bentuk, Kertas kerja pemeriksaan (  Pengertian kertas kerja audit 1 kali Sukrisno Agoes:
isi, fungsi, dan kegunaan kertas Audit Working Paper)  Tujuan kertas kerja audit tatap buku 1,
kerja audit, serta memahami  Current file dan permanent muka PERTEMUAN 6
mekanisme pengerjaan kertas kerja  Criteria pembuatn kertas kerja
audit audit
6  Pemilikan dan penyimpanan
kertas kerja audit
 Working balance sheet & working
profit and loss
 Top schedule and supporting
schedule

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN VI
KERTAS KERJA AUDIT

KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER)

Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan
pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan,
metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibuatnya.
Contoh kertas kerja antara lain :Catatan memo ; Hasil analisa jawaban konfirmasi,
Clients Representation Letter ; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan
pemeriksa ; Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang
diperoleh ataupun yang didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang
dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial
balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts
Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang,
Rincian Biaya Umum dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan
Langganan.
Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash
Count Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis pengendalian
interen.
Analisis Aktiva Tetap, Analisis kecukupan allowance for bad debt (penyisihan
piutang/cadangan kerugian piutang), Working Trial Balance , atau dapat dipecah menjadi
dua yaitu Working Balance sheet dan Working Profit and Loss, Top Schedule,
Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit .
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil
konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan dari
penasihat hukum.
Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang
menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang
tidak diinginkan perusahaan.
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat
diterapkan telah dilaksanakan.
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan :
o Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
o Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
o Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan
pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit


• Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan
• Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan
keuangan yang diauditnya
• Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.
• Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.

Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit


Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas
kerja. Keempat tehnik tersebut adalah :
· Pembuatan heading.
· Nomor indeks
· Tick marks
· Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal
pembuatan serta penelaahan.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja audit :
a) Kertas Kerja kerja harus dibuat lengkap.
b) Teliti.
c) Ringkas.
d) Jelas.
e) Rapi.

Tipe Kertas Kerja :


• Audit program
Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit
program dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan daftar
prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu. Sedangkan Procedure
audit adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang
harus diperoleh pada saat pemeriksaan. Program pemeriksaan dapat digunakan untuk
merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta
jadwal pemeriksaan yang direncanakan.

• Working Trial Balance


Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada akhir
tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan serta saldo
menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan menjadi Working
Balance Sheet dan Working Profit and Loss.

• Summary of adjusment journal entries


Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang diusulkan
kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung.

• Top Schedules
Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan.

• Supporting schedules
Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta
koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang
dilaksanakana oleh akuntan.
Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.
TAHAP PENYUSUNAN AUDITED FINANCIAL STATEMENTS.
a. Pembuatan atau pengumpulan daftar pendukung (supporting schedules) sebagai
langkah pengumpulan bukti pemeriksaan.
b. Penyusunan daftar utama (lead schedules atau top schedules) dengan cara
meringkas supporting schedules dan summary of adjustment journals entris.
c. Meringkas informasi yang tercantum dalam daftar utama dan daftar
pendukung ke dalam Working Trial Balance.
d. Menyusun Audited Financial Statements.

SUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT.


 Draft laporan pemeriksaan ( audit report ).
 Audited financial statements.
 Ringkasan informasi bagi penelaah.
 Program pemeriksaan.
 Laporan keuangan atau neraca lajur yang dibuat klien.
 Ringkasan journal adjustment.
 Working trial balance.
 Top schedule.
 Supporting schedule.

PENGARSIPAN KERTAS KERJA AUDIT.

Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun
berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun
yang diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank,
Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.
Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami
perubahan. Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode
pengauditan.
Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak
kontrak,Notulen rapat
Tujuan dari permanent file :
• Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang.
• Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff yang
baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan.
• Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun
ke tahun.
Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT.


Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun
oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah milik
auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan
oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan
urutan yang logis.
Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan atau
membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga tanpa
seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama
melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara
lain berupa informasi tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana
advertensi, data biaya produksi dan metode penentuan harga jual produk. Jika auditor
membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya,
maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya atau dituntut ke
pengadilan.

Test Of Control
Test of control atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai uji pengendalian adalah
prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian
yang dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif. Pengujian pengendalian atau test
of control dilakukan untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas rancangan dan
operasi kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Sebagai contoh, prosedur
pengendalian internal komputer menggunakan jumlah berkas [total batch] untuk
memastikan bahwa semua berkas transaksi telah dicatat. Apabila jumlah nilai uang yang
diproses dalam berkas tersebut tidak cocok, maka transaksi jumlah berkas tersebut
tidak akan
diproses dan sebagai gantinya dicetak suatu laporan pengecualian atau exception report.
Auditor dapat menguji efektivitas pengendalian dengan cara memasukan data uji yang
mengandung kesalahan pada total batch dan mengamati apa yang terjadi dengan data uji
tersebut. Pengujian pengendalian juga meliputi permintaan keterangan kepada para
pekerja mengenai apa yang mereka ketahui tentang efektivitas dari pengendalian tersebut
da memeriksa laporan pengecualian yang telah dihasilkan oleh pengendalian internal
klien. Kinerja pengujian pengendalian tidak diharuskan dalam audit laporan keuangan.
Namun, hal itu dilaksanakan dalam banyak audit dengan populasi yang besar karena
efektivitas biaya.

Pengujian Substantif
Pengujian substantif terdiri dari:

1. Prosedur analitis
2. Pengujian terinci atas transaksi
3. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian substantif memberikan bukti tentang kelayakan asersi laporan keuangan klien.
Prosedur analitis meliputi penggunaan perbandingan untuk menilai kewajaran, misalnya
membandingkan saldo suatu akun dengan data nonkeuangan yang terkait dengan saldo
akun tersebut. Pengujian terinci atas transaksi meliputi pemeriksaan dokumen pendukung
dari setiap satuan transaksi yang dibukukan pada sebuah akun tertentu, misalnya
melakukan pemeriksaan dokumen pendukung [vouching] untuk sisi debet akun piutang
usaha terdapat ayat jurnal pada jurnal penjualan serta faktur pendukung penjualan. Selain
itu dilakukan juga penelusuran rinci dari dokumen asli atau dokumen sumber terhadap
buku jurnal serta buku besar yang terkait dengan transaksi tersebut yang dapat
digolongkan juga sebagai pengujian terenci atas transaksi. Sedangkan pengujian terinci
atas saldo meliputi pemeriksaan dokumen pendukung untuk saldo akhir secara langsung,
misalnya melakukan konfirmasi langsung kepada salah seorang pelanggan tentang saldo
piutang uasaha. Ketiga jenis pengujian substantif tersebut merupakan hal yang
komplementer. Pengujian mana yang akan digunakan untuk suatu akun tertentu dapat
bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti efektivitas relatif untuk akun dan biaya.
Test Of Transaction
Test of transactions atau dalam bahasa indonesia disebut test atas transaksi merupakan
bagian dari prosedur audit yang bertujuan untuk menguji pengendalian internal sebuah
organisasi. Auditor menggunakan test terhadap transaksi untuk mengevaluasi apakah
kesalahan atau proses yang tidak biasa terjadi pada transaksi yang mengakibatkan
kesalahan pencatatan material pada laporan keuangan. Perbedaan test ini dengan test
sebelumnya (test of control) adalah dalam test sebelumnya pengujian yang dilakukan
tanpa memandang nilai moneter, namun dalam test of transactions nilai moneter
menjadi salah satu objek yang akan di uji.
Tes ini dilaksanakan dengan menelusuri jurnal transaksi dari sumber dokumen,
memeriksa file, dan mengecek keakuratan. Hal ini perlu dilakukan karna sangat
berpengaruh pada opini auditor yang akan diberikan mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan. Umumnya Auditor akan mengambil sampel transaksi yang akan di uji
dan melihat seberapa besar tingkat kesalahan yang dihasilkan, berdasarkan tingkat
kesalahan tersebut auditor dapat menentukan apakah mereka dapat mengandalkan
informasi yang tersedia baik di buku besar maupun jurnal pencatatan transaksi.
Berdasarkan hasil tersebut pula maka auditor dapat menentukan ruang lingkup pekerjaan
audit.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN VI
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 7

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami Audit plan, program audit, Audit plan 1 kali Sukrisno
bagaimana cara melakukan audit procedures and Audit Audit program tatap Agoes: buku
perencanaan audit, membuat Technique, Audit risk and Audit Prosedur dan teknik Audit muka 1,
7 Risiko audit dan materialitas
audit program, melaksanakan matreiality PERTEMUAN
audit prosedur, dan konsep 7
materialitas serta risiko audit

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN VII

AUDIT

PROGRAM

Personel yang mengelola program audit hendaknya mengimplementasikan program audit


dengan cara sebagai berikut:

1. Menginformasikan bagian yang terkait dalam program audit kepada pihak yang
relevan dan menginformasikan perkembangannya secara berkala
2. Mendefinisikan tujuan, ruang lingkup, dan kriteria dari setiap audit individual
3. Mengkoordinasikan dan menjadwalkan audit serta aktivitas lain yang terkait
dengan program audit
4. Memastikan seleksi tim audit dilakukan berdasarkan kompetensi yang sesuai
5. Menyediakan sumber daya yang sesuai pada tim audit
6. Memastikan pelaksanaan audit dilakukan sesuai dengan program audit dan
dalam rentang waktu yang disetujui
7. Memastikan aktivitas audit terdokumentasi dan dikelola serta dipelihara dengan
baik

Mendefinisikan Tujuan, Ruang Lingkup, dan Kriteria Setiap Audit Individual

Setiap audit individual hendaknya didasarkan pada tujuan, ruang lingkup, dan kriteria
audit yang terdokumentasi. Hal ini hendaknya ditetapkan oleh personel yang mengelola
program audit dan konsisten dengan tujuan program audit secara umum.

Tujuan audit merupakan hal yang harus dijawab secara tuntas oleh audit individual dan
dapat mencakup:
1. Penentuan ruang lingkup kesesuaian pada sistem manajemen yang diaudit, atau
bagian dari itu, dengan kriteria audit
2. Penentuan ruang lingkup kesesuaian aktivitas, proses, dan produk dengan
persyaratan serta prosedur dari sistem manajemen
3. Evaluasi kapabilitas sistem manajemen untuk memastikan kepatuhan terhadap
persyaratan legal dan kontrak serta persyaratan lain yang dianut oleh organisasi
4. Evaluasi efektivitas sistem manajemen terhadap tujuan yang spesifik
5. Identifikasi area perbaikan potensial pada sistem manajemen

Ruang lingkup audit hendaknya konsisten dengan program audit dan tujuan audit. Hal
ini mencakup faktor seperti lokasi fisik, unit organisasi, aktivitas dan proses yang diaudit,
sejalan dengan periode waktu yang tercakup oleh audit.

Kriteria audit digunakan sebagai referensi guna menetapkan kesesuaian dan dapat
mencakup kebijakan, prosedur, standar, persyaratan legal, persyaratan sistem manajemen,
persyaratan kontrak, kode etik tertentu atau pengaturan perencanaan lain yang sesuai.

Dalam kejadian setiap perubahan pada tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit, program
audit hendaknya dimodifikasi jika perlu.

Jika dua atau lebih sistem manajemen dari disiplin yang berbeda diaudit bersama dalam
audit kombinasi, sangat penting untuk memastikan tujuan, ruang lingkup, dan kriteria
audit konsisten dengan tujuan dari program audit yang relevan.

Pemilihan Metode Audit


Personel yang mengelola program audit hendaknya menyeleksi dan menetapkan metode
yang efektif untuk pelaksanaan audit, disesuaikan dengan tujuan, ruang lingkup, dan
kriteria yang ditetapkan.

Jika dua atau lebih organisasi audit melakukan audit bersama pada auditee yang sama,
personel yang mengelola program audit yang berbeda hendaknya setuju pada metode
audit dan mempertimbangkan implikasi untuk sumber daya dan perencanaan audit. Jika
auditee menggunakan dua atau lebih sistem manajemen pada disipilin yang berbeda,
audit kombinasi perlu dimasukkan ke dalam program audit.

Pemilihan Anggota Tim Audit


Personel yang mengelola program audit hendaknya menunjuk anggota tim audit,
mencakup ketua tim dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk audit yang spesifik.

Tim audit hendaknya diseleksi, sesuai kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan audit individual dalam ruang lingkup yang ditetapkan. Jika hanya terdapat 1
orang auditor, ia hendaknya tampil dalam kapasitas sebagai ketua tim.
Dalam memutuskan ukuran dan komposisi tim audit untuk audit yang speisifik,
pertimbangan hendaknya diberikan pada hal-hal berikut:

1. Kompetensi umum tim audit yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit
dengan memperhitungkan ruang lingkup dan kriteria audit
2. Kompleksitas audit dan jika audit dilakukan secara kombinasi atau bersama-
sama
3. Metode audit yang digunakan
4. Persyaratan kontrak dan legal serta lainnya yang dianut oleh organisasi
5. Keperluan untuk memastikan independensi anggota tim audit dari aktivitas yang
diaudit dan untuk menghindari konflik atau kepentingan tertentu
6. Kemampuan anggota tim audit untuk berinteraksi secara efektif dengan
perwakilan auditee dan untuk bekerja bersama
7. Bahasa yang digunakan saat audit, serta karakteristik sosial dan budaya auditee.
Isu ini terkait dengan kemampuan auditor sendiri, atau melalui dukungan tenaga
ahli.
Untuk memastikan kompetensi umum tim audit, tahapan yang harus dilakukan adalah:

1. Identifikasi pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai


tujuan audit
2. Seleksi tim audit sesuai pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan tersebut
Jika, semua kompetensi yang dibutuhkan tidak dimiliki oleh auditor di dalam tim audit,
tenaga ahli dengan kompetensi tambahan hendaknya diikutsertakan di dalam tim. Tenaga
ahli hendaknya bertugas di bawah arahan dari auditor namun tidak bertindak sebagai
auditor.

Auditor dalam pelatihan dapat diikutsertakan di dalam tim audit, namun partisipasinya
dibawah arahan dari auditor.

Penyesuaian ukuran dan komposisi tim audit perlu dilakukan selama audit, sebagai
contoh jika konflik kepentingan atau isu kompetensi terjadi. Jika situasi tersebut terjadi,
hendaknya didiskusikan dengan pihak yang terkait (ketua tim audit, personel yang
mengelola program audit, klien audit, atau auditee) sebelum segala penyesuaian dibuat.

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)


Peran dan Tanggung Jawab Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya:

1. Menetapkan ruang lingkup program audit


2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko terhadap program audit
3. Menetapkan tanggung jawab audit
4. Menetapkan prosedur untuk program audit
5. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
6. Memastikan implementasi dari program audit, mencakup pelaksanaan tujuan
audit, ruang lingkup, dan kriteria dari audit individual, menetapkan metode audit,
dan menyeleksi tim audit serta melakukan evaluasi auditor
7. Memastikan catatan program audit yang ada dikelola dan dipelihara
8. Memonitor, meninjau kembali, dan melakukan perbaikan pada program audit
Personil yang mengelola program audit hendaknya menginformasikan kepada
manajemen puncak perihal muatan program audit, dan jika perlu meminta persetujuan

Kompetensi Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya memiliki kompetensi yang diperlukan
untuk mengelola program audit dan resiko yang berhubungan secara efektif dan efisien,
sesuai pengetahuan dan kemampuan pada aspek berikut:

1. Prinsip, prosedur, dan metode audit


2. Standar sistem manajemen dan dokumen yang menjadi referensi
3. Aktivitas, produk, dan proses yang dilakukan auditee
4. Persyaratan legal atau lainnya yang relevan dengan aktivitas dan produk auditee
5. Pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang terkait dengan auditee, jika
dimungkinkan
Personel yang mengelola program audit hendaknya melakukan aktivitas pengembangan
profesional yang berkesinambungan untuk mempertahankan pengetahuan dan
kekmampuan yang diperlukan guna mengelola program audit.

Ruang Lingkup Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan ruang lingkup program
audit, yang bisa sangat tergantng pada ukuran dan kebiasaan dari auditee, sesuai dengan
keadaan, fungsi, kompleksitas, dan tingkat kematangan, serta hal-hal yang yang
berdampak signifikan pada sistem manajemen yang diaudit.

Pada kasus tertentu, tergantung pada struktur auditee dan aktivitas yang terjadi, program
audit dapat saja hanya memuat audit tunggal.
Faktor lain yang memberi pengaruh pada ruang lingkup program audit mencakup hal-hal
berikut:

1. Tujuan, cakupan, dan durasi setiap audit dan jumlah audit yang akan
dilaksanakan, mencakup juga tindak lanjut audit, jika memungkinkan.
2. Jumlah, kepentingan, kompleksitas, kesesuaian, dan lokasi aktivitas yang diaudit
3. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh pada efektivitas sistem manajemen
4. Kriteria audit yang sesuai, seperti pengaturan terencana terhadap standar sistem
manajemen yang sesuai, peraturan hukum, dan persyaratan kontrak, serta
persyaratan lain yang dianut oleh organisasi
5. Kesimpulan dari audit sebelumnya, internal dan eksternal
6. Hasil dari review program audit sebelumnya
7. Bahasa, budaya, dan isu sosial lainnya
8. Hal-hal yang menjadi perhatian pihak luar, seperti keluhan pelanggan atau
ketidaksesuaian dengan persyaratan legal
9. Perubahan signifikan pada auditee dan operasionalnya
10. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung aktivitas
audit, umumnya pada metode audit di tempat terpencil
11. Kejadian internal dan eksternal, seperti produk gagal, kegagalan keamanan
informasi, insiden kesehatan dan keselamatan, tindak kriminal atau insiden
lingkungan

Identifikasi dan Evaluasi Resiko Program Audit

Terdapat banyak resiko berbeda yang berhubungan dengan penetapan, implenetasi,


pemantauan, peninjauan dan perbaikan program audit yang bisa memberikan dampak
pada tujuan. Personel yang mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan
resiko tersebut. Beberapa resiko yang relevan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan, contoh: kegagalan menetapkan tujuan audit yang relevan dan


menetapkan ruang lingkup program audit
2. Sumber Daya, contoh: tidak cukup waktu yang memungkinkan untuk
mengembagkan program audit atau melaksanakan audit
3. Seleksi Tim Audit, contoh: tim tidak memiliki kompetensi kolektif untuk
melaksanakan audit secara efektif
4. Implementasi, contoh: komunikasi program audit yang tidak efektif
5. Catatan dan Pengendaliannya, contoh: kegagalan untuk melindungi catatan
audit secara baik
6. Pemantauan, Peninjauan, dan Perbaikan Program Audit, contoh:
pemantauan yang tidak efektif dari keluaran program audit
Penetapan Prosedur untuk Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan satu atau lebih prosedur
berikut, sejauh diperlukan:

1. Perencanaan dan penjadwalan audit dengan mempertimbangkan resiko


2. Pemastian keamanan dan kerahasiaan informasi
3. Penjaminan kompetensi audit dan ketua tim audit
4. Seleksi tim audit yang sesuai dan pemberian wewenang serta tanggung jawab
5. Pelaksanaan audit, mencakup penggunaan metode pengambilan sampel yang
sesuai
6. Pelaksanaan tindak lanjut audit, jika diperlukan
7. Pelaporan kepada manajemen puncak terkait pencapaian umum dari program
audit
8. Pemeliharaan catatan program audit
9. Pemantauan dan peninjauan performa dan resiko, serta perbaikan efektivitas
dari program audit

Identifikasi Sumber Daya Progam Audit

Ketika mengidentifikasi sumber daya untuk program audit, personel yang mengelola
program audit hendaknya mempertimbangkan:

1. Sumber daya finansial yang sesuai untuk pengembangan, implementasi,


pengelolaan, dan perbaikan aktivitas audit
2. Metode audit
3. Ketersediaan auditor dan ahli teknis yang memiliki kompetensi yang sesuai
terkait tujuan umum program audit
4. Ruang lingkup program audit dan resikonya
5. Waktu dan biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan audit lainnya
6. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi
(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Tujuan dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Prioritas manajemen
2. Tujuan komersial atau kepentingan bisnis lainnya
3. Karakteristik proses, produk, dan proyek serta segala perubahan yang relevan
4. Persyaratan sistem manajemen
5. Persyaratan legal dan kontrak, serta persyaratan lainnya yang dianut oleh
organisasi
6. Keperluan untuk evaluasi pemasok
7. Keperluan dan ekspektasi pihak lain, termasuk pelanggan
8. Tingkat kinerja auditee, yang direfleksikan dari kejadian kegagalan atau
insiden atau keluhan pelanggan
9. Resiko terhadap auditee
10. Hasil dari audit sebelumnya
11. Level kematangan dari sistem manajemen yang diaudit
Contoh tujuan program audit adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kontribusi terhadap perbaikan sistem manajemen dan


kinerjanya
2. Untuk memenuhi persyaratan eksternal, seperti sertifikasi suatu standar sistem
manajemen
3. Untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kontrak
4. Untuk mencapai dan mempertahankan kepercayaan terhadap kapabilitas
pemasok
5. Untuk menentukan efektivitas sistem manajemen
Untuk mengevaluasi kesesuaian tujuan sistem manajemen dengan kebijakan sistem
manajemen dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Contoh Audit Program:

Budget Completed W/P Ref.


Hours Procedures by/Date
Scope
This audit will review (Key or Internal) Performance Measures
reported data for FY XXXX.
Objectives
1. Meet the requirement of OAR 125-700-0050.
2. Determine accuracy/reliability of the data reported in the agencies
(Key or Internal) Performance Measures report for FY XXXX.
3. Help ensure Management that the agency’s performance
measures are:
 Documented – appropriate information behind the
measures exists;
 Repeatable – can be accurately re-created; and
 Consistent – reported the same year to year.

General Audit Steps


Budget Completed W/P Ref.
Hours Procedures by/Date
1. During audit work be aware of management accomplishments and
report as necessary.
2. During audit work be aware of potential areas for fraud and
report to management as necessary.
3. Discuss the areas of greatest risk and exposure with
management. Also, include suggested objectives and test
procedures. Discuss with Management.
4. Document and perform any additional audit steps deemed
necessary.
Fieldwork
1. Conduct an entrance conference with the Performance
Measure Coordinator and appropriate members of
management.
2. Obtain and review appropriate background information
including:
a) pertinent laws, rules, regulations and performance
measure reporting guidelines
b) Agency strategic plan
c) Any previous audit reports of agency’s performance
measures
3. Obtain and review documentation of key performance
measures to determine completeness. Each measure’s
documentation should include:
a) Definition of all components of the measure
b) Identification of the source of the data
c) Statement of all calculations involved in creating the final
number
d) Methodology used for calculations
e) Definition of the timelines of data gathering and the
frequency of reporting
f) Reports include current performance data, trends, targets
and/or required levels of performance and dates of
performance
4. Interview the Performance Measure Coordinator, data owners, and
other pertinent personnel as necessary to gain an understanding
of performance measurement processes. Request and
review any available documentation of the performance measure
reporting process including procedures, desk manuals of appropriate
staff, or flowcharts.
5. Determine which key performance measures to test using
the following information:
a) Risk assessment results
b) Measures that represent the major business lines and
their products and services, quality elements, outcomes
and those of significant customer interest or input
6. Identify testing methodology and sample plan for each
data set to be tested.
 Determine number of reports to include in testing per each
Budget Completed W/P Ref.
Hours Procedures by/Date
measure depending on length of reporting period. Include a
reasonable represented sample for each measure – recommended
use at least 2 reporting periods for each measure (For example, if a
measure is based on a population survey conducted every 2 years,
you may include the last 4 reports in testing.) Sufficient data for
each measure must be reviewed to allow a conclusion to be drawn.
 Review each measure’s definition and calculation for accuracy
and determine the degree of deviation for each, if any.
 For each measure, determine how the data is kept and identify the
source of documentation review – manual (paper files) or
automated (computer – application or spreadsheet) system.
7. Determine if adequate controls are in place for each
measure being tested. Begin this review at the point of
incoming information and end at the point when calculated
performance information is reported.
 For a manual system: Determine if documentation exists to
outline how and when performance information is first recorded,
and for collecting and calculating the information. There should
be consistencies in staff understanding and application of the
procedures and staff should understand the source of the
information and be familiar with any modifications. Are regular
reviews taking place to ensure consistency?
 For an automated system: Ensure staff performing data entry have
been trained and have access to guidelines and procedures.
Perform testing to ensure the computer program being utilized is
obtaining the correct data and making the correct calculations.
System data, summary information and measure calculations
should be reviewed for correctness on a regular cycle.
9. Determine if the performance data can be recreated. Obtain
performance measure reports and all supporting raw data for measures
selected for review. Using the documentation for each measure,
determine the method used to collect and calculate the performance
data. Using the raw data, recalculate all of the performance measure
information based on the defined calculations in the documentation for
each of the measures. Document any miscalculations in the
performance measure reports.
10. Request a list of all data elements included in the performance measures
to be tested or create a list based on the performance measure
documentation already obtained. Verify with appropriate staff that the
list is correct and all-inclusive. Obtain data to match the data
elements.
11. Test the source documentation for accuracy. Verify that
performance measure documentation is complete and accurate. The
definition should be adequate to minimize any misunderstanding. The
data elements should mirror the data
element list. The directions for the calculation of each performance
measure should support the performance reported.
Budget Completed W/P Ref.
Hours Procedures by/Date
The data sources(s) listed should be complete and accurate.
12. Review testing results and conclude as to each performance
measure’s verification category:
 Verified: The performance reported is consistently accurate within plus
or minus five percent and adequate controls are in place to ensure
consistency and accuracy in collection of all supporting data and
subsequent reports.
 Verified with Qualifications: The performance reported is consistently
accurate within plus or minus five percent, but adequate controls are
not in place to ensure continued accuracy. The span of data is less than
ideal or the performance measure definition is not followed but the
calculation remained within the five percent error range.
 Factors Prevented Verification: When documentation is not
available and controls are not adequate to ensure consistency and
accuracy or the performance measure definition is not followed and
the correct measure result cannot be determined.
 Inaccurate: The performance reported is commonly not within five
percent of actual performance.
 Not Applicable: Lack of adequate data exists for review for a
justifiable reason, i.e. a new measure.
13. Review methodology behind measure calculations.
Determine data type and verify appropriateness of methodology
employed (reference guide).
14. Prepare findings for results in the Verified with Qualifications,
Factors Prevented Verification and Inaccurate categories.
15. Conclude on the results including listing strengths and opportunities
for process improvement in performance measure reporting processes
regarding documentation, reports, calculations, data handling and
verification category.

Reporting
16. Complete and index working papers.
17. Prepare a preliminary draft of the report and forward to CAE,
Performance Measure Coordinator, and appropriate Management
for review.
18. Have report and supporting work papers reviewed and clear any
review notes.
19. Hold exit conference and provide draft to agency; request
response and action plan to implement recommendations, if
appropriate.
20. Incorporate response into the final report.
21. Distribute final report to management; present to Internal Audit
Committee; and submit summary to the Department of
Administrative Services Internal Audit Section and Legislative
Fiscal Office.
22. Complete quality control worksheet.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 8

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan Pemeriksaan kas dan bank Sifat dan contoh kas dan bank 2 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan Tujuan audit kas dan bank tatap buku 1,
kas dan bank secara sederhana Prosedur pemeriksaan kas dan bank muka PERTEMUAN 8
8

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN VIII

KAS dan SETARA KAS

A. Gambaran Umum transaksi siklus dan hubungannya dengan saldo


kas
Siklus penjualan dan penerimaan kas meliputi keputusan dan proses yang
dibutuhkan untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia
untuk dijual kepada pelanggan. Siklus ini dimulai dengan permintaan oleh pelanggan dan
berakhir dengan perubahan atau jasa menjadi piutang usaha dan akhirnya menjadi uang
tunai.
Didalam penerimaan dan pengeluaran kas terdapat 5 siklus yang secara
langsung mempunyai hubungan dengan saldo rekening kas, yaitu :
™ Siklus pendanaan
™ Siklus pengeluaran
™ Siklus Investasi
™ Siklus pendanaan
™ Siklus Jasa jasa Personel
Siklus produksi tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan penyajian
saldo rekening kas, meskipun diakui secara langsung hubungan tersebut ada. Transaksi
yang mempengaruhi siklus kas mempunyai mutasi yang tinggi, hal ini dikarenakan kas
yang menyangkut aktiva yang terkait dengan pengukuran nilai bersifat sangat likuid.
Ini berarti resiko melekat dalam siklus ini sangat tinggi. Semakin tinggi volume
transaksi yang terbentuk, maka akan meningkat pula resiko yang melekat dalam
penyajian rekening kas dalam neraca.

B. Permasalahan Audit Terhadap Saldo Kas


Tujuan menyeluruh dalam audit atas siklus penjualan dan penerimaan kas adalah
untuk mengevaluasi apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan
secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Auditor dalam rangka pelaksanaan audit terhadap saldo rekening kas menghadapi
kemungkinan adanya risiko deteksi yang pada dasarnya dipengaruhi oleh tingkat risiko
melekat dan risiko pengendalian. Mengingat transaksi yang terbentuk dalam siklus ini
demikian besarnya (berpengaruh terhadap ke lima siklus yang lain) dengan sendirinya
risiko melekat yang ada dalam siklus ini juga sangat tinggi. Oleh karenanya tujuan audit
untuk memperoleh keyakinan terhadap eksistensi dan peristiwa yang melatar belakangi
pembentukan transaksi, serta kesempurnaan penyajian elemen kas
harus mendapat perhatian yang seksama.sangat berbeda dengan permasalahan dalam
pencapaian tujuan memperoleh keyakinan terhadap hak dan kewajiban, maka dalam hal
ini tingkat risiko salah saji menjadi sangat rendah. Demikian halnya terhadap tujuan
penyajian dan pengungkapannya cenderung beresiko rendah. Namun demikian harus
diingat, bahwasanya efektivitas pengendalian terhadap penerimaan dan pengeluaran kas
sangat tergantung pada kelima siklus yang terkait dengan rekening kas.
Memperhatikan hal-hal yang relevan dengan pengujian ini, maka langkah yang
harus dipertimbangkan oleh auditor adalah:
1. auditor menentukan perencanaan pendahuluan auditor terhadap risiko deteksi sebagai
dasar penentuan strategi audit terhadap setiap asresi kas,
2. menentukan revisi risiko

C. Permasalahan audit terhadap saldo kas


Metodologi dalam merancang pengukian atas transaksi penjualan, dapat digunakan untuk
merancang pengujian atas transaksi penerimaan kas. Demikian pula, prosedur audit untuk
pengujian atas transaksi penerimaan kas akan dikembangkan dengan kerangka kerja
seperti yang digunakan dalam penjualan yakni, tujuan pengendalian intern ditentukan,
pengendalian intern kunci bagi tiap tujuan ditentukan, pengujian atas pengendalian
dikembangkan bagi masing-- masing tujuan, dan dikembangkan pengujian substansif atas
transaksi bagi kekeliruan moneter yang dikaitkan dengan masing-masing tujuan.
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah
disetor e rekening bank adalah pembuktian atas penerimaan kas. Dalam pengujian ini
total penerimaan kas yang dicatat di jurnal penerimaan kas pada periode tertentu,
misalnya satu bulan, direkonsiliasi dengan setoran actual yang dilakukan ke bank untuk
periode yang sama.

D. Pengendalian Intern terhadap Saldo kas


Dokumen dan catatan penting yang biasanya digunakan dalam siklus penjualan dan
penerimaan kas adalah sebagai berikut :
Pesanan pelanggan (customer order)
Merupakan permintaan barang dagangan oleh pelanggan, yaitu dapat diterima melalui
telepon, surat, formulir isian yang dikirimkan ke pelanggan yang ada dan pelanggan
potensial, melalui wiraniaga, atau cara yang lain.
Pesanan Penjualan (sales Order)
Merupakan dokumen untuk mencatat deskripsi, jumlah, dan informasi terkait atas barang
yang dipesan oleh pelanggan.
Dokumen Pengiriman (Shipping document)
Merupakan dokumen yang dibuat untuk memulai pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi atas barang dagang, jumlah yang dikirim, dan data yang relevan.
Faktur Penjualan (sales invoice)
Merupakan dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual,
harga termasuk ongkos angkut, asuransi, syarat pembayaran, dan data lain yang relevan.
Jurnal penjualan (sales Journal)
Merupakan jurnal untuk mencatat transaksi penjualan
Laporan ikhtisar penjualan (summary sales report)
Merupakan dokumen yang dihasilkan komputer yang mengikhtisarkan penjualan untuk
satu periode.
Notes kredit (credit memo)
Merupakan dokumen yang berisi pengurangan jumlah yang ditagih dari pelanggan
karena adanya pengembalian barang atau pengurangan harga.
Notes pembayaran (remittance advice)
Merupakan dokumen yang mendukung faktur penjualan yang dikirim ke pelanggan dan
dikembalikan ke penjualan dengan pembayaran tunai.
Jurnal penerimaan kas (cah receipt jurnal)
Merupakan jumal untuk mencatat penerimaan kas hasil dari penerimaan kas, penjualan
tunai dan penerimaan kas yang lain.
Nota persetujuan penghapusan piutang (uncollectible account
authorization form)
Merupakan dokumen yang digunakan didalam perusahaan, yang menunjukkan
kewenangan untuk menghapuskan piutang usaha menjadi tak tertagih.
Berkas induk piutang usaha (account receivable master file)
Merupakan berkas untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, dan retur dan
pengurangan harga penjualan untuk masing-masing pelanggan dan mengelola saldo
perkiman pelanggan
Neraca saldo piutang usaha (account receivable trial balance) Merupakan
daftar jumlah yang terutang kepada pelanggan pada waktu tertentu.
Laporan bulanan (Monthly statement)
Merupakan dukumen yang dikirimkan kepada tiap pelanggan yang menunjukkan
saldo piutang usaha, jumlah dan tanggal setup penjualan,penerimaan
pembayaran tunai, notes kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir.

Fungsi-fungsi yang terkait dalam transaksi kas


Pemrosesan pesanan pelanggan
Merupakan penawaran untuk membeli barang dengan ketentuan
tertentuPersetujuan penjualan secara kredit
Indikasi adanya persetujuan penjualan secara kredit atas permintaan
penjualan adalah persetujuan untuk mengirim barang.
Pengiriman barang
Merupakan titik pertama dari siklus ini dimana aktiva perusahaan meningkat.
Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan
Merupakan alat pemberitahuan ke pelanggan mengenai jumlah yang ditagih atas barang
tersebut.

Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas


Pemrosesan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan
Bila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterima, penjual seringkali menerima
pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga karena beban tersebut.
Penghapusan piutang tak tertagih
Bila perusahaan berkesimpulan bahwa suatu jumlah akan tidak tertagih lagi, jumlah
tersebut harus dihapuskan.
Penyisihan piutang tak tertagih
Bila penjualan periode sekarang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dimasa depan.

E. Pengujian Subtantif terhadap saldo kas


Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun yang akan diuji lebih lanjut
- Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan
didalam buku besar.
- Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar
- Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun kas
- Usut posting pendebitan akun kas ke dalam jurnal yang bersangkutan

Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
- Hitung ratio berikut ini :
(1) Ratio kas dengan aktiva lancar
- Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain
- Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas akhir tahun
yang lalu
Pengujian terhadap transaksi Rinci
3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas
• Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cut off bank statement dengan saldo kas
menurut catatan klien
• Usut setoran dalam perjalanan (deposit in trnsit) pada tanggal neraca ke dalam cut
off bank statement
• Periksa tanggal yang tercantum didalam cek yang beredar pada tanggal neraca
• Periksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cut off bank statement
• Periksa semua cek didalam cut off bark statement mengenai kemungkinanan
hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca.
4. Buatlah daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.
5. Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
6. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluaran kas
2. Pengujian terhadap akun Rinci
7. Hitung kas yang ada ditangan klien
8. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan Rekening Koran bank yang
bersangkutan
9. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank
10. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca kedalam rekening Koran bank
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Kas
11. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima umum
- Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang
dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank
- Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan
penggunaan kas klien

F. Kertas Kerja Pemeriksaan


Konfirmasi saldo kas Di Bank
1. Konfirmasi saldo kas dibank dilakukan oleh auditor dengan cara
mengirimkansurat konfirmasi ke bank yang klien merupakan nasabahnya.
Informasi yangdimintakan konfirmasi dari bank meliputi :
1. Saldo tiap jenis rekening klien di bank pada tanggal neraca
2. Saldo tiap jenis utang klien ke bank pada tanggal neraca beserta tanggal
jatuh tempo, bunga, dan jenis jaminan yang bersangkutan dengan utang
tersebut.
3. Saldo utang bersyarat yang mungkin menjadi kewajiban klien, karena klien
menanggung utang yang ditarik oleh pihak lain atau mendiskontokanwesel
tagih.
4. Batasan-batasan yang dikenakan terhadap rekening bank klien.
Contoh surat konfirmasi bank
................ , ..... 20...

Kepada
Yth ...........................
……………………..

kami minta Saudara mengisi informasi yang diperlukan oleh akuntan publik kami :
Rimendi & rekan, Jln.Sawa CT VII/94, Yogyakarta seperti formulir berikut ini. Jika
jawaban Saudara "tidak ada" harap ditulis demikian pada kolom yang bersangkutan.
Kami minta formulir berikut ini Saudara kirimkan di dalam amplop yang kami sertakan
bersama surat ini langsung kepada akuntan public kami tersebut di atas.

Hormat kami,

Okan Sansaha
Direktur Keuangan

Rekonsiliasi Empat Kolom


Rekonsiliasi empat kolom digunakan oleh auditor untuk membuktikan
kebenaran saldo kas di bank.
Contoh rekonsiliasi empat kolom :

PT .................
Pembuktian Ketelitian Saldo Kas
Saldo Peneri- Penge- Saldo
Awal maan luaran Akhir
Saldo kas menurut rekening
koran bank
Setoran dalam perjalanan
awal periode
Setoran dalam perjalanan
akhir periode
Cek yang beredar awal
Periode
Cek yang beredar akhir
Periode
Cek yang dibebankan dalam
Rekening
Cek kosong

Saldo bank setelah di-adjust


Saldo kas menurut buku
Cek kosong
Wesel yang ditagih oleh bank
belum dicatat didalam buku
Biaya administrasi bank

Saldo menurut buku setelah di


adjust
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 8
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 9

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan Pemeriksaan Piutang Sifat dan contoh Piutang Tujuan 2 kali Sukrisno Agoe
mampu melaksanakan pemeriksaan pemeriksaan piutang Prosedur tatap buku 1,
piutang pemeriksaan piutang muka PERTEMUAN
9

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN IX

PEMERIKSAAN PIUTANG

Pengertian Piutang Usaha


Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum ialah
dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam bentuk
perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut surat
promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering disebut wesel (nota), adalah
janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu
tanggal yang telah ditetapkan.
Menurut Donald E. Keiso (2004:386) “piutang adalah klaim uang, barang, jasa
kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya.”

Menurut Sukrisno Agoes, (2004:173) “piutang usaha adalah piutang yang


berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.”

Menurut Jhon J Wild (2005:260) “Piutang merupakan semua klaim dalam bentuk
uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi-organisasi
lainnya.”

Menurut Mulyadi (2001:257) dalam akuntansi piutang, secara periodik


dihasilkan pernyataan piutang yang dikirimkan kepada setiap debitur. Mutasi penjualan
adalah disebabkan oleh transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, retur
penjualan, dan penghapusan piutang.

Contoh dari piutang usaha menurut Sukrisno Agoes (2004:713) ialah :

1. Piutang Usaha

2. Wesel Tagih

3. Piutang Pegawai.

4. Piutang Bunga

5. Uang Muka

6. Refundable deposit (uang jaminan)

7. Piutang lain-lain
8. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

2.3.2 Tujuan Audit Piutang Usaha


Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan
piutang usaha yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.

2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada
piutang.

3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya


perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)

5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip


akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

2.3.3 Prosedur Audit Piutang Usaha


Menurut Sukrisno Agoes (2004:125) Prosedur audit ialah “langkah- langkah
yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya dan sangat
diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara
efisien dan efektif.” Prosedur audit dilalukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan
bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan.
Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai
berikut:
5. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan.
6. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
7. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau
bisa subsequent collections-nya.
8. Periksa mathematicalaccuracy-nya dan check individual
balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
9. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan
sales invoice.
10. Kirimkan konfirmasi piutang:
 Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
 Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
 Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
surat konfirmasi.
 Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
 Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
11. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan
kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
12. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
13. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
14. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain- lain,
lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah
barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per
tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan
dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
15. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
16. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
17. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN IX
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 10

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan Pemeriksaan surat berharga dan Pemeriksaan marketable securities Sifat 2 kali Sukrisno Agoe
mampu melaksanakan pemeriksaan pemeriksaan persediaan dan contoh surat berharga tatap buku 1,
surat berharga dan persediaan Prosedur pemeriksaan surat muka PERTEMUAN
10 berharga
10&11
Pemeriksaan persediaan

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN X

PEMERIKSAAN SURAT BERHARGA

SIFAT DAN CONTOH SURAT BERHARGA

Investasi dalam surat berharga dapat merupakan aktiva lancar (current assets) atau non
current assets tergantung maksud/tujuan dari pembelian surat berharga tersebut.
Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan dana yang
tersedia, biasanya surat berharga tersebut harus mudah diuangkan dalam waktu singkat
dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary investment atau
marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya dalam bentuk
deposito berjangka (lebih dari tiga bulan) dan surat-surat saham atau obligasi yang
marketable.
Surat berharga yang digolongkan sebagai long term investment biasanya dibeli dengan
tujuan sebagai berikut :
- Untuk menguasai manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih besar
atau sama dengan 50% dari saham yang beredar).
- Untuk memperoleh pendapatan yang continue (misal dalam bentuk bunga dari
pembelian obligasi.
- Sebagai sumber penampungan dari penjualan hasil produksi atau sumber
pembelian bahan baku.

Menurut PSAK No. 1, hal.1.10 (IAI:2002):


Surat berharga diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila surat berharga tersebut
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan
jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Akuntansi Untuk Investasi menurut PSAK No. 13, hal.13.1 s/d 13.2 dan 13.4 s/d 13.6
(IAI:2002):
Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan
(accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga,royalti, devidend,
dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan
yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

Investasi Lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk
dimiliki selama setahun atau kurang.
Investasi Jangka Panjang adalah investasi selain investasi lancar.
Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham
(knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction).
Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam
pasar yang aktif.
Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang aktif darimana suatu nilai pasar (atau
beberapa indikator yang memungkinkan nilai pasar dihitung) tersedia.
Untuk investasi yang memiliki pasar yang aktif, nilai pasar digunakan sebagai indikator
penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif,
cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.
Investasi lancar termasuk dalam aktiva lancar, kenyataan bahwa investasi yang dapat
dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya sebagai
aktiva lancar.
Biaya perolehan suatu investasi mencakup perolehan lain disamping harga beli, seperti
komisi broker, jasa bank, dan pungutan oleh bursa efek.
Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau surat berharga
lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga yang diterbitkan dan
bukan nilai nominal atau par value.

TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) SURAT BERHARGA

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
temporary dan long term investment.
2. Untuk memeriksa apakah surat berharga yang tercantum dineraca, betul- betul ada,
dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (client) pertanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan yang berasal dari surat
berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation) dari surat berharga tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian di dalam Laporan Keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

PROSEDUR PEMERIKSAAN SURAT BERHARGAYANG DISARANKAN

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas temporary & long term investment.
a. Contoh Internal Control Questionnaires untuk Surat Berharga bisa
dilihat di Exhibit 10-1.
2. Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal, penambahan dan
pengurangan serta saldo akhirnya.
3. Periksa phisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemilikannya (apakah
atas nama peusahaan).
a. Biasanya periksaan phisik dilakukan bersamaan dengan kas opname.
Seandainya surat-surat berharga tersebut disimpan oleh pihak ketiga, harus
dikirimkan konfirmasi.
4. Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara pemeriksaan phisik surat
berharga tersebut.
5. Periksa mathematical accuracy dari rincian surat berharga.
6. Cocokkan saldo akhir dai rincian tersebut dengan buku besar.
7. Lakukan Vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga, terutama
perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukungnya.
8. Periksa perhitungan bunga dan dividennya dan perhatikan segi perpajakannya.
Periksa apakah bunga/dividen yang diterima telah dibukukan semuanya.
9. Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca. Untuk
temporary investment, valuationnya adalah mana yang lebih rendah antara
harga beli dan harga pasar. Untuk long term investment, valuationnya adalah
berdasarkan harga beli kecuali jika terdapat tendensi menurunnya harga pasar
surat berharga tersebut untuk masa yang cukup panjang.
10. Adakan diskusi dengan manajemen untuk mengetahui apakah ada perubahan
tujuan dari pembelian surat berharga yang akan mempengaruhi klasifikasi dari
surat berharga tersebut.
11. Periksa subsequent events untuk mengetahui apakah ada transaksi sesudah
tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi atau disclosure dari
surat-surat berharga tersebut, misalnya penjualan long term investment
dalam subsequent period.
12. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia/SAK.
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo temporary & long term
investment yang diperiksa.

PENYAJIAN DI NERACA

Menurut PSAK No. 13 (IAI : 2002)


Investasi Lancar
Dicatat berdasarkan (a) mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai bersih
yang direalisasi, (b) nilai pasar.
Investasi Jangka Panjang
Dicatat berdasarkan harga perolehan. Jika terdapat penurunan yang tidak bersifat
sementara dalam penilaian investasi jangka panjang tersebut, bisa digunakan nilai pasar.
Penurunan selain penurunan sementara dalam nilai tercatat investasi jangka panjang
dibebankan pada laporan laba rugi.
Pemindahan Investasi
 Untuk investasi jangka panjang yang direklasifikasikan sebagai invetasi lancar,
pemindahan harus dilakukan berdasarkan nilai tercatat.
 Investasi yang direklasifikasikan dari lancar ke jangka panjang masing- masing
harus dipindahkan pada metode terendah antara biaya dan nilai pasar, atau pada
nilai pasar jika investasi tersebut sebelumnya dinyatakan pada nilai tersebut.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 11

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan Pemeriksaan terhadap Siklus Pemeriksaan terhadap catatan siklus 2 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan Pengeluaran pengeluaran yang berhubungan dengan tatap buku 1,
biaya dibayar dimuka dan transaksi pembelian barang atau aktiva muka PERTEMUAN
11 tetap
pemeriksaan aktiva tetap 12&13

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XI dan XII

PEMERIKSAAN SIKLUS PENGELUARAN

Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa. Barang
yang diperoleh perusahaan dapat berupa aktiva tetap dan surat berharga yang akan
digunakan untuk menghasilkan pendapatan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau
sediaan dan surat berharga yang akan dikonsumsi atau digunakan untuk menghasilkan
pendapatan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Jasa yang diperoleh perusahaan
juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu jasa yang hanya menghasilkan manfaat satu tahun
atau kurang (jasa personel, bunga, asuransi, iklan) dan jasa yang menghasilkan
manfaat lebih dari satu tahun (aktiva tidak berwujud).

4.1.1. Jenis-jenis akun yang mempengaruhi audit terhadap siklus


pengeluaran
Dalam siklus ini terdapat dua transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran kas.
Transaksi pembelian dan pengeluaran kas mempengaruhi sejumlah rekening sebagai
berikut :
1. Persediaan
2. Persediaan bahan baku
3. Biaya dibayar dimuka
4. Palnt asset
5. Asset lain-lain (missal : aktiva tak berwujud)
6. Kembalian pembelian
7. Potongan pembelian
8. Berbagai jenis biaya
9. Utang dagang
10. Kas

Tujuan audit terhadap siklus pengeluaran


Kelompok Asersi Tujuan audit terhadap Tujuan audit terhadap saldo
golongan transaksi akun
Keberadaan dan keterjadian Transaksi pembelian Hutang usaha yang tercatat
mencerminkan barang dan mencerminkan jumlah
jasa yang baik yang kewajiban entitas yang ada
diterima dari pemasok pada tanggal neraca
selam periode yang diaudit

Transaksi pengeluaran kas Aktiva tetap mencerminkan


mencerminkan pembayaran aktiva produktif yang masih
yang dilakukan kepada dimanfaatkan pada tanggal
pemasok selam periode neraca
yang diaudit
Aktiva tidak berwujud
mencerminkan aktiva
produktif yang masih
dimanfaatkan pada tanggal
neraca
Kelengkapan Semua transaksi pembelian Hutang usaha mencakup
dan pengeluaran kas yang semua jumlah yang terhutang
terjadi selam periode yang kepada pemasok barang dan
diaudit telah dicatat jasa pada tanggal neraca

Saldo aktiva tetap mencakup


semua transaksi perubahan
yang terjadi selama periode
yang diaudit

Saldo aktiva tidak berwujud


mencakup semua transaksi
perubahan yang terjadi selama
periode yang diaudit
Hak dan kewajiban Entitas memiliki kewajiban Hutang usaha pada tanggal
sebagai akibat transaksi neraca mencerminkan
pembelian yang tercatat kewajiban entitas kepada
dalam periode yang diaudit pemasok

Entitas memiliki hak atas


aktiva tetap sebagai Entitas memiliki hak atas
transaksi pembelian yang aktiva tetap yang tercatat pada
tercatat dalam periode yang tanggal neraca
diaudit

Entitas memiliki hak atas Entitas memiliki hak atas


aktiva tidak berwujud aktiva tidak berwujud yang
sebagai akibat transaksi tercatat pada tanggal neraca
pembelian yang tercatat
dalam periode yang diaudit
Penilaian atau alokasi Semua transaksi pembelian Hutang usaha dinyatakan
dan pengeluaran kas yang dalam jumlah yang benar
telah dicatat dalam jurnal, kewajiban entitas pada
diringkas, dan diposting ke tanggal neraca
dalam akun dengan benar
Aktiva tetap dinyatakan pada
kas dikurangi akumulasi
depresiasi

Aktiva tidak berwujud


dinyatakan pada kas atau kas
dikurangi dengan amortisasi.
Biaya yang berkaitan dengan
aktiva tetap dan aktiva tidak
berwujud dicatat sesuai
dengan prinsip akuntansi
berterima umum

Penyajian dan Rincian transaksi dan Hutang usaha, aktiva tetap


pengungkapan pengeluaran kas mendukung dan aktiva tidak berwujud di
penyajian akun yang identifikasi dan
berkaitan dalam laporan diklasifikasikan dengan
keuangan, baik semestinya dalam neraca
klasifikasinya maupun
pengungkapannya
Pengungkapan memadai telah
berkaitan dengan hutang
usaha, aktiva tetap dan aktiva
tidak berwujud

Materialitas, Risiko dan Strategi audit terhadap siklus pengeluaran Transaksi


dalam siklus pengeluaran kadangkala tidak hanya berpengaruh secara individual pada
hanya satu rekening saja, tetapi dapat berpengaruh pada lebih satu transaksi.
Faktor-faktor risiko melekat yang berhubungan dengan transaksi-transaksi siklus
pengeluaran meliputi :
 Seberapa banyak volume transaksi
 Kemungkinan adanya pembelian dan pengeluaran kas yang tidak diotorisasi
 Kemungkinan adanya pembelian aktiva yang tidak memadai
 Dalam kasus kapitalisasi kas atau penentuan biaya periodic harus
mempertimbangkan terhadap aspek kesinambungan dalam akuntansinya
Keempat factor tersebut sangat menentukan seberapakah tingkat risiko melekat dalam
transaksi siklus ini. Menghadapi kemungkinan tersebut, auditor harus
merumuskan strategi dengan menggabungkan tingkat risiko pengendalian yang rendah dan
pengujian substansi dalam siklus pengeluaran.

Pemahaman terhadap struktur pengendalian intern


Auditor harus memahami ketiga aspek struktur pengendalian intern yang ada
dalam transaksi siklus pengeluaran, yaitu lingkungan pengendalian, system akuntansi,
dan prosedur pengendalian. Pemahaman tersebut sangat berguna dalam menentukan
strategi audit dalam rangka pengujian substansi.

Aspek lingkungan pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus


pengeluaran
Auditor harus memahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan
aktivitas siklus pengeluaran ini, sebagai contoh : semua proses pembelian barang- barang
dibawah kendali direktur operasi, pencatatan dibawah kendali kontroler, sedangkan
proses pengeluaran kas dibawah kendali direktur keuangan, pengaturan pembelian aktiva
tetap (capital expendictures) dan kebijaksanaan investasi strategis lainnya akan
dipertimbangkan bagaimana pelaksanaanya. Untuk memperoleh pemahaman terhadap
bagan organisasi, auditor harus melakukan wawancara (inquiry) kepada manajemen.

Sistem akuntansi secara umum yang terkait dengan siklus pengeluaran


Pemahaman terhadap system akuntansi menyebabkan auditor harus mempelajari
metode pengolahan data, dokumen-dokumen kunci, serta catatan yang digunakan dalam
penanganan transaksi siklus pengeluaran. Untuk itu auditor harus mempelajari manual
akuntansi, bagan alir system akuntansi, dan melakukan wawancara dengan petugas
bagian akuntansi untuk mengetahui proses pengolahan transaksi dalam siklus
pengeluaran.

Prosedur Pengendalian secara umum yang terkait dengan siklus


pengeluaran
Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori prosedur
pengendalian dalam operasi transaksi siklus pengeluaran ini. Kelima kategori tersebut
antara lain :
 Adanya otorisasi yang memadai
 Adanya pemisahan tugas
 Adanya dokumen dan catatan akuntansi
 Adanya akses kea rah pengendalian
 Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independent
Auditor harus melakukan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam
perusahaan benar-benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian yang tidak
memenuhi kelima criteria tersebut mempunyai kecenderungan risiko audit yang tinggi.
Pengendalian Intern terhadap siklus pengeluaran

Catatan dan dokumen yang biasa digunakan dalam transaksi siklus


pengeluaran
 Check, yaitu dokumen perintah pembayaran sejumlah uang kepada bank
 Check Summary, yaitu laporan tentang ringkasan check yang telah dikeluarakan
dalam suatu periode
 Cash Disbusement Transaction File, yaitu file yang berisi informasi pembayaran cek
untuk penjual atau pihak lain yang digunakan untuk memasukan ke dalam rekening
utang dagang dan buku besar
 Cash Disbusement Juornal or Check Register, merupakan catatan formal terhadap
pengeluaran cek untuk pihak lain

Fungsi-fungsi terkait dalam transaksi siklus pengeluaran


Nama Fungsi Unit Organisasi Pemegang Fungsi
1. Fungsi yang memerlukan Bagian pemasaran atau bagian-
pengeluaran kas bagian lain
2. Fungsi pencatatan utang Bagian utang
3. Fungsi keuangan Bagian kasa
4. Fungsi akuntansi biaya Bagian akuntansi biaya
5. Fungsi akuntansi umum Bagian akuntansi umum
6. Fungsi audit intern Bagian audit intern
7. Fungsi penerimaan kas Bagian kasa
Keterangan :
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas (misalnya untuk pembelian jasa dan untuk
biaya perjalanan dinas), fungsi yang bersangkutan mengajukan permintaan cek
kepada fungsi pencatatan utang. Permintaan cek ini harus mendapat persetujuan dari
kepala fungsi yang bersangkutan
2. Fungsi pencatatan utang
Fungsi ini bertanggung jawab atas pembuatan bukti kas keluar yang memberikan
otorisasi kepada fungsi keuangan dalam mengeluarkan cek yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan validitas dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar
pembuatan bukti kas keluar.
3. Fungsi keuangan.
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab untuk mengisi cek,
meminta otorisasi atas cek, dan mengirimkan cek kepada kreditur via pos atau
membayarkan langsung kepada kreditur.
4. Fungsi akuntansi biaya
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab atas pencatatan
pengeluaran kas yang menyangkut biaya dan persediaan.
5. Fungsi akuntansi umum
Dalam transaksi pengeluaran kas, fungsi ini bertanggungjawab atas pencatatan
transaksi pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.
6. Fungsi audit intern
Fungsi ini bertanggungjawab untuk melakukan perhitungan kas (cash count ) secara
periodik dan mencocokkan hasil perhitungannya dengan saldo kas menurut catatan
akuntansi (akun kas dalam buku besar). Fungsi ini bertanggungjawab untuk
melakukan pemeriksaan secara mendadak (surprised audit) terhadap saldo kas yang
ada ditangan dan membuat rekonsiliasi bank scara periodic

Risiko yang terdapat struktur pengendalian intern siklus pengeluaran.


Dalam memahami risiko pengendalian yang timbul dalam transaksi pengeluaran
kas harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan salah saji, pengendalian yang
dibutuhkan, serta kemungkinan pengujian yang harus dilakukan berikut ini:
a. Terhadap transaksi pembayaran hutang.
o Kemungkinan adanya pengeluaran cek untuk pembelian yang tidak disetujui,
harus dikendalikan dengan cara penandatanganan cek melakukan penelaahan
terhadap kelengkapan pendukung voucher dan persetujuannya. Auditor dapat
melakukan pengujian dengan cara observasi apakah penandatanganan cek
melakukan pengecekan dengan bebas terhadap dokumen pendukung.
o Kemungkinan voucher dibayar dua kali, dikendalikan dengan pemberian cap
terhadap voucher dan dokumen pendukungnya bila telah dibayar. Auditor
dapat melakukan pengujian apakah semua pembayaran diberi cap.
o Check mungkin dibayarkan untuk jumlah yang salah, dikendalikan dengan
pengecekkan oleh pihak yang bebas mengenai kesesuaian jumlah dalam check
dengan voucher-nya.
o Check mungkin dirubah setelah ditandatangani, dikendalikan dengan
pengecekan pemberian tanda cek yang dikirim. Auditor dapa melakukan
pengujian dengan melakukan wawancara tentang prosedur pengiriman
check, dan observasi proses pengiriman check.
b. Terhadap transaksi pengeluaran kas.
o Check mungkin tidak dicatat, dikendalikan dengan check yang bemomor urut
tercetak. Auditor melakukan pengujian terhadap penggunaan dokumen
bemomor urut tercetak.
o Kesalahan-kesalahan dalam pencatatan check, dikendalikan dengan
pembuatan rekonsiliasi bank secara periodik oleh pihak yang bebas. Auditor
dapat melakukan pengujian terhadap bank rekonsiliasi.
o Check tidak dicatat dengan segera, dikendalikan oleh pihak yang bebas untuk
mencocokkan tanggal check dan tanggal pencatatannya. Pengujian yang
dilakukan dengan memperlihatkan kembali adanya kebebasan dalam
pengecekan.

Pengujian Substansif terhadap Siklus Pengeluaran.

Prosedur pemeriksaan terhadap aktiva tetap.


Aktiva tetap ( fixed assets ) disebut juga Property, Plant and Equiement
sifat atau ciri aktiva tetap antara lain: tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual
kembali atau diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan
dalam, kegiatan operasi perusahaan, mempunyai masa manfaat lebih dari 1o tahun,
jumlahnya cukup material.
Adapun audit prosedur atas aktiva tetap mempunyai 7 tujuan antara lain:
emeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik, apakah aktiva tetap yang
tercantum dalam neraca benar-benar ada, penambahan aktiva tetap dalam tahun
berjalan betul-betul merupakan suatu capital expenditure yang diotorisasi, memeriksa
apakah disposal ( penarikan ) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar dibuku perusahaan,
memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa
dilakukan sesuai dengan SAk dan konsisten, ada tidaknya aktiva tetap yang] ijadikan
sebagai jaminan.
Program pengujian substantive terhadap saldo aktiva tetap berisi prosedur audit
yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang diuraikan diatas. Prosedur,
audit diklasifikasikan menjadi empat golongan: prosedur audit awal, prosedur analitik,
pengujian terhadap transaksi rinci pengujian terhadap akun rinci dan verifikasi penyajian
dan pengungkapan yang masing-masing prosedur tersebut akan dibahas ke dalam tabel
benkut:

Proses Audit
Kertas Tanggal Pelaksanaan
kerja pelaksanaan
Prosedur Audit Awal
Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun aktiva tetap yang akan diuji
lebih lanjut
Usut saldo aktiva tetap yang
tercantum dineraca ke saldo akun aktiva
tetap yang bersangkutan dibuku besar
Hitung kembali saldo akun aktiva
dibuku besar
Lakukan review terhadap mutasi
luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun aktiva tetap dan
akumulasi depresiasinya
Usut saldo awal akun aktiva tetap ke
kertas kerja tahun lalu
Usut posting pendebitan dan
pengkreditan akun aktiva tetap dalam
ke dalam jurnal yang bersangkutan
Lakukan rekonsiliasi akun control
aktiva tetap dalam buku besar ke
buku pembantu aktiva tetap

Prosedur Analitik
Lakukan prosedur analitik
Hitung ratio berikut ini :
Tingkat perputaran aktiva tetap Ratio
laba bersih dengan aktiva
tetap
Ratio tetap dengan modal saham
Ratio biaya reparasi dan
pemeliharaan dengan aktiva tetap
Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang didasarkan
pada data masa lalu, data industri,
jumlah yang
dianggarkan, atau data lain
Kertas Tanggal pelaksanaan
kerja pelaksanaan
Pengujian terhadap transaksi rinci
Periksa tambahan aktiva tetap ke
dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi berikut
Periksa berkurangnya aktiva tetap ke
dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi tersebut
Lakukan pemeriksaan pisah batas
transaksi aktiva tetap
Lakukan review terhadap akun biaya
reparasi dan pemeliharaan
aktiva tetap
Pengujian terhadap saldo akun rinci
Lakukan inspeksi terhadap aktivat
tetap
Lakukan inspeksi terhadap
tambahan aktiva tetap
Lakukan penyelidikan dan sesuaikan
jika terjadi perbedaan
Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran utang usaha seetelah
tanggal neraca
Periksa bukti hak kepemilikan aktiva
tetap dan kontrak
Lakukan review terhadap
perhitungan depresiasi aktiva tetap
Verifikasi penyajian dan
pengungkapan
. Bandingkan penyajian aktiva tetap
dengan Prinsip akuntansi berterima
umum
Periksa klasifikasi aktiva tetap di
neraca
Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan aktiva tetap
4.4.2 Prosedur Pemeriksaan terhadap hutang dagang
Kertas Tanggal Pelaksanaan
kerja pelakasanaan
Prosedur Audit Awal
Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun utang usaha yang akan diuji
lebih lanjut
Usut saldo utang usaha yang
tercantum di dalam neraca ke saldo akun
utang usaha yang bersangkutan didalam
buku besar
Hitung kembali saldo akun utang
usaha di dalam buku besar
Lakukan review terhadap mutasi luar
biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun utang usaha
Usut saldo awal akun hutang usaha ke
kertas kerja tahun yang lalu
Usut posting pendebitan akun hutang
usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan
Lakukan rekonsiliasi akun control
utang usaha dalam buku besar ke
buku pembantu utang usaha
Prosedur Analitik
Lakukan prosedur analitik
Hitung ratio berikut ini :
Tingkat perputaran utang usaha Ratio
utang usaha dengan utang
lancar
Lakukan analisis hasil prosedur
analitik dengan harapan yang didasarkan
pada data masa lalu, data industri,
jumlah yang
dianggarkan, atau data lain
Pengujian terhadap saldo akun rinci
7. Lakukan konfirmasi saldo akun rinci
Lakukan identifikasi penjualan besar
dengan mereview register bukti kas
keluar atau buku pembantu utang, arsip
induk utang dan kirimkan konfirmasi
kepada kreditur yang akun utang klien
kepadanya memiliki karakteristik
berikut ini : (1) bersaldo besar, (2)
terdapat kegiatan pembelian yang luar
biasa,
(3) bersaldo kecil atau nol, dan (4)
bersaldo debit
Lakukan penyelidikan dan sesuaikan
jika terjadi perbedaan
Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran utang usaha setelah tanggal
neraca
. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang
tidak di konfirmasi ke pernyataan
piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur

Verifikasi penyajian dan


pengungkapan
Bandingkan penyajian utang usaha
dengan prinsip akuntansi berterima
umum
Periksa klasifikasi utang usaha di
neraca
Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha
Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha non
usaha
Mintalah informasi dari klien untuk
menemukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utang bersyarat dan
periksa penjelasan yang bersangkutan
dengan utang tersebut
Bandingkan akun biaya dengan akun
biaya yang sama tahun lalu atau biaya
yang dianggarkan untuk mendapatkan
indikasi kemungkinan adanya under
statement utang
lancer

ngujian terhadap transaksi rinci


Periksa sampel transaksi utang usaha
yang tercatat ke dokumen yang
mendukung timbulnya utang usaha
Periksa pengendalian akun utang
usaha ke dokumen pendukung : bukti
kas keluar, laporan penerimaan barang,
surat order pembelian, atau dokumen
pendukung lain
Periksa pendebitan akun usaha ke
dokumen pendukung : bukti kas masuk ,
memo debit untuk retur penjualan
Lakukan verifikasi pisah batas (out
off) transaksi pembeli
Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembelian dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca
Lakukan verifikasi pisah batas (out
off) transaksi pengeluaran kas
Periksa dokumen yang
mendukung transaksi pembayaran utang
usaha dalam minggu terakhir tahun yang
di audit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca
Lakukan pencarian utang yang
belum dicatat
Periksa bukti yang mendukung
transaksi pengeluaran kas yang
dicatat setelah tanggal neraca
4.2.1 Prosedur pemeriksaan terhadap biaya dibayar dimuka
Berikut ini akan dibahas prosedur pemeriksaan yang terdapat dalam biaya dan
pajak dibayar dimuka.
Prosedur Pemeriksaan untuk Compliance test.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka.
 Dalam hal ini internal control questionnoises yang digunakan tercakup dalam
internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan bank
 Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dan pajak dibayar dimuka
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap.
 Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
 Apakah bukti setoran pajak, faktor pajak termasuk bukti pemotongan pajak
oleh pihak ketiga di file dengan baik dan rapih.
 Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapih.
 Lakukan test transaksi ( compliance test ) atas biaya dan pajak dibayar
dimuka.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka.
Prosedur Pemeriksaan Substantive sewa dibayar dimuka ( Prepaid Rent )
 Minta rician ( schedule ) prepaid rent per tanggal neraca.
 Check ketelitian perhitungan mathematis ( mathematical accuracy ).
 Cocokan saldo prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku bestir (general
ledger) prepaid rent.
 Cocokan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja pemeriksaan tahun lalu.
 Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent di tahun berjalan dan periksa lease
agreement ( jika sudah dilakukan di compliance test, refen ke kertas kerja compliance
test ).
 Tie_Up / tie_in ( Cocokan ) total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar
biaya sewa. Dalam hal ini ada biaya sewa langsung dibebankan ke, perkiraan biaya
sewa ( tanpa melalui prepaid rent ), jumlah biaya sewa di buku besar akan terlihat
lebih besar.
 Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 11 dan 12
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 12

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan pemeriksaan aktiva tak Sifat aktiva tak berwujud Tujuan 1 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan berwujud pemeriksaan aktiva tak berwujud tatap buku 11,
12 biaya dibayar dimuka dan Prosedur pemeriksaan aktiva tak muka PERTEMUAN
berwujud
pemeriksaan aktiva tak berwujud 14

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 13

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan pemeriksaan utang jangka Sifat kewajiabn jangka pendek 1 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan pendek Tujuan pemeriksaan kewajiabn jangka tatap buku 11,
13 biaya dibayar dimuka dan pendek muka PERTEMUAN
Prosedur
pemeriksaan utang jangka pendek 15
Pemeriksaan kewajiban jangka pendek

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XIII

PEMERIKSAAN UTANG JANGKA PENDEK

A. Pengertian Hutang Jangka Pendek

Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,
yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun,
atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar
(current assets) perusahaan.

Termasuk current liabilities diantaranya :

- Hutang dagang/account payable : Yaitu kewajiban kepada pihak ketiga dari


pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun.
- Pinjaman bank jangka pendek/short term loan : Yaitu pinjaman yang diperoleh dari
bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk
kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit rekening koran (overdraft
facility).
- Hutang pajak/tax payable : Yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi
dalam periode berikutnya, misal hutang PPH 21, PPH 25, PPN.
- Biaya yang masih harus dibayar : Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban
periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit :

1. Kecendrungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang


seharusnya. Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari yang
sebenarnya. Auditor harus melakukan searching of unreposting liabilities, yakni
dengan cara memeriksa pembayaran setelah tanggal neraca.
2. Perbedaan account payable dan accrual expense. Account payable
memiliki angka pasti, karena dicatat berdasarkan invoice, sedangkan accrual
expense dicatat berdasarkan estimasi.
B. Tujuan Audit Hutang Jangka Pendek & Panjang

Ada beberapa tujuan audit current liabilities yang perlu diperhatikan, diantaranya
:
1. Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai. Pelajari
dan evaluasi internal control atas hutang jangka pendek. Dengan internal
control yang memadai auditor dapat mempertimbangkan
mengurangi substantif tes atau mengurangi scope.
2. Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan
berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
Minta rincian hutang jangka pendek, periksa kebenaran penjumlahan, cocokkan
dengan saldo general ledger. Rincian disiapkan oleh klien, dan auditor melakukan
pengujian terhadap rincian, apabila terdapat kesalahan dibuat koreksi audit dan
dikomunikasikan dengan klien.
3. Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca. Cocokkan
saldo masing-masing debitur dengan saldo pada subsidoary ledger.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak)
Periksa dasar perhitungan accrual expense yang dibuat perusahaan, apakah
konsisten dan reasonable dengan tahun sebelumnya. Periksa pembayaran sesudah
tanggal neraca.
5. Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK. Periksa
apakah pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai dengan SAK. Dalam
hal ini auditor harus meyakinkan bahwa tidak terdapat unrecorded liabilities.
Untuk itu auditor harus memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham, dan
mengirim konfirmasi ke penasehat hukum perusahaan.
Hal-hal yang diperiksa : tanggal kejadian, jumlah hutang, syarat hutang, bunga,
jatuh tempo.

Substantif test :

o Periksa apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak


o Periksa jurnal pada tanggal bersangkutan
o Periksa bukti penerimaan kas
o Lihat ke mutasi buku besar
o Cek pembayaran bunga

6. Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan dengan
kurs BI.
Periksa apakah saldo hutang dalam mata uang asing per tanggal neraca telah
dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI. Selisih kurs
dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah dipenuhi untuk
menghindarkan bank default (right and obligation).
Periksa penjanjian dan persyaratan yang harus dipatuhi oleh nasabah, seperti
penggantian manager kunci, pengendalian current ratio, dan ketepatan waktu
pembayaran hutang.
Bank default (ketetapan persyaratan-persyaratan untuk nasabah) antara lain :
o Perusahaan nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa
seijin bank
o Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
o Tidak diperkenankan terlambat membayar bunga
Jika terdapat pelanggaran terhadap ketiga syarat tersebut maka dalam audit harus di
disclousure untuk masalah hutang di catatan laporan keuangan.

8. Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan
laporan keuangan telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah penyajian hutang jangka pendek di neraca dan catatan laporan keuangan
telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

C. Tujuan Pengujian Substantif terhadap Hutang usaha

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang


bersangkutan dengan hutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di neraca
Hutang usaha biasanya timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong,
suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik. Hutang usaha dapat digolongkan menjadi 2
yaitu hutang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (account payable) dan hutang yang disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar
kewajiban (notes payable).

Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek
perusahaan. Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi
dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang lebih ditekankan pada
asersi kelengkapan karena jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang maka
ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan
yang lebih menguntungkan.

D. Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian


Hutang usaha dipengaruhi oleh transaksi pembelian maupun transaksi pengeluaran kas.
Jadi risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren,
risiko prosedur analitis dan factor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan
kedua kelompok transaksi tersebut.
E. Perancangan Pengujian Substantif
1. Prosedur awal
Pengujian audit dinilai dengan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
industry klien. Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantive atas hutang
usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya dan
menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku
besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk
mengembangkan daftar jumlah yang terhutang pada tanggal neraca.

2. Prosedur analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi
atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun-akun kunci
lainnya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang abnormal atas
rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio
lancar dapat menjadi indicator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah.
Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan
bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan
gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

A. Pengujian rincian transaksi


i. Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung. Dalam
pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke
dokumentasi pendukung dalam file klien seperti voucher, faktur
penjualan, laporan penerimaan dan pesanan pembelian. Pendebetannya
akan ditelusuri ke dokumen transaksi pengeluaran kas seperti buku
pengeluaran cek atau memo dari penjual menyangkut retur pembelian
dan pengurangan harga.
ii. Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. Pengujian pisah batas
pembelian mencakup penentuan bahwa transaki pembelian yang
terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.
Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan
penerimaan ke ayat jurnal register voucher dan memvouching ayat
jurnal yang dicatat ke dokumentasi pendukungnya. Pengujian ini
biasanya mencakup periode antara 5-10 hari bisnis sebelum dan
sesudah tanggal neraca. Dalam memeriksa dokumentasi harus
diberikan pertimbangan khusus atas barang yang masih dalam
perjalanan per tanggal neraca.
iii. Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Bukti tentang
pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui
observasi langsung dan review atas dokumentasi internal. Pisah batas
yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah
sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar
pada tanggal neraca.
iv. Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat. Pencarian hutang
usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur-prosedur
yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiaban signifikan
yang belum dicatat pada tanggal neraca.
v. Pengujian rincian saldo.
a. Konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena
konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum
dicatat akan dapat ditemukan dan bukti eksternal berupa faktur
dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung
saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila
risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo
yang relative besar atau perusahaan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajibannya. Konfirmasi juga harus dikirimkan
kepada pemasok utama yang telah digunakan pada tahun
sebelumnya tetapi tidak dalam tahun berjalan dan tidak
mengirimkan laporan bulanan.
b. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan
pemasok. Para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan
yang biasa dijumpai dalam file klien. Jumlah yang terhutang
pada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi
dalan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini
kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah
dikirimkan kepada klien dan bukan langsung kepada auditor.
Selain itu laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok
tertentu.
Pembandingan penyajian laporan dengan GAAP. Hutang usaha harus diidentifikasi
dan diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancer. Jika saldo hutang usaha
mencakup pembayaran di muka yang material kepada beberapa pemasok untuk
pengiriman barang dan jasa di masa depan maka jumlah semacam itu harus di
reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva.
Pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan hutang pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian serta kewajiban kontinjen.

INTERNAL CONTROL

A. Internal Control Hutang Dagang


Internal Control yang baik untuk Hutang Dagang adalah :

B. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan


barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
C. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak
(prenumbered), untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan laporan
penerimaan barang.
D. Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
E. Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yangbesar,
dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis
dalam amplop tertutup ke panitia tender.
F. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang, dan
setiap akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut buku tambahan harus
dibandingkan dengan saldo hutang dagang menurut general ledger yang
merupakan perkiraan pengendali.
G. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin voice)
harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report
dan purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli
melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang diterima.
H. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses
pembayaran kedua kalinya

B. Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek dan Panjang


Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek adalah :

A. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.


B. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun
kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta
cocokkan saldonya dengan saldo hutang di buku besar.
C. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger hutang dagan.
D. Secara test basis , periksa bukti pendukung dari saldo kepada beberapa
supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, reseving report dan supplier invoice. Periksa juga
perhitungan mathematis dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari
pejabat perusahaan yang berwenang.
E. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account
tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang.
F. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik
yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun
sebelumnya.
G. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk
mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities)
per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo
hutang per tanggal neraca.
H. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja,
kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank,
periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari perjanjian kredit
tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank
tersebut.
I. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan
datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian
kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
J. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai
dengan standar akuntansi sewa guna, dan apakah bagian yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagi hutang jangka
pendek.
K. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara
akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum
pada laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
L. Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri
apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya
pengembalain barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau
jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai piutang.
M. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti
pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan
diperiode berikutnya misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh
pembeli.
N. Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang
jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai
hutang jangka pendek.
O. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo
tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih
kurs yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
P. Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah
dilunasi pada periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per
31 Desember dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk
PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukan SPT
PPh Badan, perusahaan telah membayarPPh 29
Q. Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan,
apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain
itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
R. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian- perjanjian
yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah
semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut
sudah dicatat per tanggal neraca.
S. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
T. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan
atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SAK)
LATIHAN SOAL PERTEMUAN 13 dan 14
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 14

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan pemeriksaan utang jangka Sifat utang jangka panjang Tujuan 1 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan panjang pemeriksaan utang jangka panjang tatap buku 11,
utang jangka panjang Prosedur pemeriksaan utang jangka muka PERTEMUAN
14 panjang
16

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 15

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan Pemeriksaan permodalan Sifat permodalan 1 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan Tujuan pemeriksaan permodalan tatap buku 11,
permodalan Prosedure pemeriksaan permodalan muka PERTEMUAN
15
17

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XV

PEMERIKSAAN

PERMODALAN

Permodalan

Jenis akun yang mempengaruhi audit transaksi pendanaan: siklus


ini mempengaruhi dua aspek yaitu ;
(a) Pembentukan kewajiban yang berjangka waktu pelunasan lebih clan' satu tahun
(b) Pembentukan kepemilikan perusahaan ( modal saham )

Transaksi yang berhubungan dengan utang jangka panjang antara lain berupa : obligasi,
wesel jangkapanjang,hipotik (mortgages), bond Premium
(discount ), interest expense, dan gain (gloss) on retirement of bonds.Sedangkan
transaksi yang berkaitan dengan modal saham antara lain : saham preferensi, saham biasa,
saham tresury, paid-in capital, retained
earnings, deviden, devidend payable.

Tujuan audit terhadap siklus pendanaan:

o Eksistensi atau okurensi pembentukan transaksi


 Pencatatan terhadap saldo-saldo utang jangka panjang dan modal saham pada
saat tanggal neraca benar-benar nyata.
 Pembayaran deviden dan biaya bunga obligasi yang timbul dan
terbentuknya transaksi dalam periode ini dinyatakan.
o Kesempurnaan
 Rekening utang jangka panjang mencerminkan semua kewajiban
kepada kreditor jangkan panjang pada saat tanggal neraca.
 Rekening modal saham mencerminkan hak-hak para pemilik terhadap semua
aktiva pada saat tanggal neraca.
 Semua transaksi utang jangka panjang dan transaksi modal saham dalam tahun
yang dilaporkan telah dicatat.
 Hak dan kewajiban
 Rekening utang jangka panjang mencerminkan jumlah yang secara hukum
dimiliki oleh para kreditor dan pihak lain yang berkepentingan pada saat tanggal
neraca.
 Rekening modal saham mencerminkan hak yang secara hukum dimiliki para
pemegang saham pada saat tanggal neraca.
 Penilaian atau alokasi
 Penilaian terhadap rekening utang jangka panjang dan modal saham didasarkan
pada prinsip akuntansi yang lajim diterapkan di Indonesia diUSA
disebut GAAP).
 Presentasi dan pengungkapan
 Rekening utang jangka panjang dan modal saham telah diidentifikasi dan
diklasifikasi secara layak dalam neraca.
 Semua kesepakatan, perjanjian dan rancangan pelunasan terhadap utang jangka
panjang telah dijelaskan dan diungkapkan dalam laporan keuangan.
 Semua fakta yang berkaitan dengan pengeluaran saham ( yang meliputi par atau
stated value) telah memperoleh persetujuan terhadap jenis saham dan
pengeluarannya, dan jumlah saham yang dipegang sebagai saham treasury atau
adanya opsi saham telah diungkapkan.

Materialitas, Risiko dan Strategi audit terhadap transaksi pendanaan:


Risiko terhadap kemungkinan kesalahan penanganan dan pencatatan transaksi siklus
pendanaan biasanya rendah. Dalam beberapa kasus, aspek operasional yang mungkin
menimbulkan permasalahan adalah pembayaran bunga obligasi dan pembayaran deviden
(kadangkala ditangam oleh pihak luar, antara lain bank, pialang, pedagang effek). Semua
transaksi yang berkaitan dengan proses pendanan ini (saat menerima uang dan saat
pemberian kompensasi bunga dan deviden) selalu harus memperoleh persetujuan dari
dewan komisaris atau para pemegang saham. Dalam perancangan strategi audit
terhadap rekening-rekening yang terbentuk oleh transaksi dalam siklus ini, harus
diperhatikan adanya ide terbentuknya transaksi dari dalam perusahaan sendiri.

Cara memahami dan menilai struktur pengendalian intern:


Setiap langkah dalam memahami struktur pengendalian intern meliputi:
(1) Pemahaman terhadap sagala catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang
digunakan oleh klien dalam menangani transaksi silkus pendanaan.
(2) Pemahaman terhadap fungsi-fungsi yang terkait dalam penanganan
transaksi siklus pendanaan tersebut.

o Prosedur pengendalian secara umum yang terkait dengan transaksi


pendanaan:
 Lakukan verifikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku
pembantunya.
 Terapkan prosedur analitikal.
 Lakukan penelaahan terhadap otonsasi beserta kontrak-kontraknya.
 Lakukan konfirmasi atas utang jangka panjang.
 Lakukan vouching terhadap jurnal rekening utang jangka panjang.
 Lakukan penghitungan kembali terhadap biaya bunga.
 Bandingkan penyaj iannya dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Catatan dan dokumen apa yang biasa digunakan dalam transaksi


pendanaan:
Dokumen yang digunakan dalam siklus pendanaan ini secara keseluruhan sama
dengan dokumen dalam siklus investasi. Hanya saja, tinjauan dokumen dalam aspek
pendanaan ditinjau dari sisi perusahaan yang mempunyai kewajiban kepada kreditor atau
hak-hak para pemilik. Dokumen ini diperlukan mengingat pada saat semua obligasi telah
dilunasi, maka surat-surat obligasi tersebut harus ditarik kembali. Padahal penarikan
obligasi tersebut pada dasarnya masih aktif, dan oleh karenanya harus dimusnahkan.

1. Fungsi-fungsi yang terkai dengan transaksi pendanaan;


 Pengeluaran modal saham atau obligasi.
 Pembayaran bunga obligasi dan deviden tunai
 Pelunasan obligasi dan pembelian kembali saham
 Pencatatan transaksi-transaksi pendanaan
 Pemegang buku besar obligasi dan modal saham dan pemeliharaan kecermatan
pencatataannya.

Pengujian Substansif terhadap siklus pendanaan Daftar pengujian


substantif yang disarankan antara lain :
a. Lakukan verivikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku
pembantunya
b. Terapkan prosuder analitikal
c. Lakukan penelaahaan terhadap anggaran dasar dan rumah tangga
perusahaan.
d. Lakukan penelaahan terhadap otorisasi pengeluaran saham.
e. Lakukan konfirmasi atas saham yang beredar di pasaran
f. Lakukan inspeksi buku sertifikat saham
g. Lakukan ispeksi sertifikat saham yang berada ditangan bendaharawan perusahaan.
h. Lakukan vouching jumal pada rekening utang modal saham
i. Lakukan vouching terhadap laba yang ditahan
j. Bandingkan penyajiannya dengan SAK yang berlaku.
Prosedur pemeriksaan terhadap pendanaan obligasi
Dalam rangka audit obligasi maka auditor harus menyusun prosedur sebagai berikut ;
a. Lakukan verivikasi terhadap kecermatan saldo-saldo, berbagai daftar dan buku
pembantunya
b. Terapkan prosedur analitikal
c. Lakukan penelaahan terhadap otorisasi beserta kontrak-kontraknya
d. Lakukan konfirmasi atas obligasi
e. Lakukan vouching terhadap jurnal rekening obligasi
f. Lakukan penghitungan kembali terhadap Maya bunga
g. Bandingkan penyajiannya dengan SAK yang berlaku

Contoh Kertas Kerja Audit


Kertas Kerja Modal Saham
Disiapkan J5 tgl 24/l/95 Disiapkan R5 tgl 29/1/94

PT. METAL INDUSTRI


Saham Otorisasi Beredar Jumlah

Saldo 1/1/93 10.000 v 5.000 500.000


Penyaluran 100.000
Saham nilai
pertunai
Saldo 31/12/93 10.000 1.000 #

6.000 c

V Telusur ke kertas kerja tahun lalu


# Telusur ke catatan rapat Dekom 20/12/93 O
Cek hasilnya ke penerimaan kas
C Konfirmasi ke agen penjualan
LATIHAN SOAL PERTEMUAN XV
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 16

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan pemeriksaan atas perkiraan Jenis perkiraan rugi-laba 2 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan rugi-laba Tujuan pemeriksaan perkiraan rugi- tatap buku 11,
16 laba
atas perkiraan rugi- laba muka PERTEMUAN
Prosedur pemeriksaan perkiraan rugi-
18
laba

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XVI

PEMERIKSAAN LAPORAN LABA RUGI


POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 17

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami dan pemeriksaan atas subsequent Sifat subsequent events 1 kali Sukrisno Agoes:
mampu melaksanakan pemeriksaan events dan menyelesaikan Tujuan pemeriksaan subsequent tatap buku 11,
atas subsequent events dan pemeriksaan events muka PERTEMUAN
17 Prosedur pemeriksaan subsequent
menyelesaikan pemeriksaan 19
events
Penyelesaian pemeriksaan akuntan

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XVII

SUBSEQUENT EVENTS DAN FINISHING

AUDIT

1. Pengertian
Subsequent Events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca
tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material
terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan tersebut.
Terdapat 2 jenis subsequent eventmerujuk pada PSAK no. 46, yakni:
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan,
2. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi
yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal
neraca.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:138), subsequent event yang harus di audit oleh
akuntan publik adalah:
1. Subsequent Collection

Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan


lapangan/audit field work, dan dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang, dan barang
dalam perjalanan

2. Subsequent Payment

Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work,
dan dilaksanakan pada saat pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar.

2. Tujuan Pemeriksaan Subsequent Event


Subsequent event harus dilakukan pemeriksaan dengan tujuan:
1. Menentukan keberadaan kejadian penting sesudah tanggal neraca yang
membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan
pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan
pengguna laporan keuangan
2. Menentukan kemungkinan tertagihnya piutang
3. Memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal
neraca, masih di perjalanan

Saat membayar uang muka pembelian (L/C) perusahaan mencatat:

Barang dagang dalam


xxx
perjalanan
Kas xxx
Saat penerimaan barang sebelum tanggal neraca, perusahaan mencatat:

Persediaan xxx
Hutang dagang xxx
Akibatnya per tanggal neraca tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan terjadi dua
kali pencatatan hutang dagang :

Persediaan xxx
Barang dalam perjalanan xxx
4. Untuk memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di
neraca per tanggal neraca, merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada
saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca)

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal
neraca

1. Prosedur Pemeriksaan Subsequent Event

Prosedur pemeriksaan subsequent event terdiri dari beberapa langkah, yakni:


1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work,
2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work,
3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan,
4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca,
5. Minta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa apakah
ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal
neraca,
6. Lakukan rofe jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang,
mengenai:
1. Ada/tidaknya contingent liabilities
2. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau
kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca
3. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan
adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan
7. Kirim konfirmasi ke penasihat rofe perusahaan,
8. Analisa perkiraan rofessional fees,
9. Dapatkan surat representasi klien (client representation letter)

2.Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan

Beberapa hal yang harus dilakukan akuntan publik, sebelum suatu pemeriksaan akuntan
dinyatakan selesai:

1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan


direview oleh atasannya.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan harus
dijawab oleh staf yang direview (reviewee) secara tertulis
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working
papernya, diskusikan dengan klien
4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-masing kertas
kerja yang berkaitan
5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview oleh audit
manager dan audit partner
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit manager
dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun notes to PPM (catatan
untuk Partner, Principal dan Manager)
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, diskusikan dengan klien. Jika klien
setuju, buat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat
Pernyataan Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama dengan tanggal
selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui PPM,
diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter final untuk klien
10. tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10% PPN,
dikurangi PPh 23 7,5%)
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun
berikutnya”.
12. Opini yang diberikan, tergantung hasil pemeriksaan
13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, KAP sebaiknya mempunyai daftar “Audit
Working Papers Review Guide”
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 18

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami management letter & client management letter 1 kali Sukrisno Agoes:
management letter & client representation letter client representation letter tatap buku 11,
18
representation letter muka PERTEMUAN
20&21

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XVII

MANAGEMENT LETTER

I. PENGERTIAN MANAJEMEN LETTER

Manajemen Letter merupkan suatu surat yang dibuat oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP), ditujukan kepada manajemen perusahaan yang diperiksa laporan
keuangannya (di audit), yang isinya memberitahukan kelemahan dari pengendalian
intern perusahaan (baik material maupun immaterial weaknesses) yang ditemukan
selama pelaksanaan pemeriksaan, disertai dengan saran-saran perbaikan dari KAP.
Menurut Whittington, O. Ray dan Kurt Paniy (2001), management letter adalah
suatu laporan kepada manajemen yang berisi rekomendasi untuk perbaikan
kelemahan-kelemahan yang diungkapkan akuntan public setelah mempelajari dan
mengevaluasi pengendalian intern perusahaan. Disamping untuk menyampaikan
informasi-informasi yang bermanfaat kapada manajemen, management letter juga
membantu membatasi tanggung jawab akuntan public seandainya dikemudian hari
kelemahan pengendalian intern mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Dalam menjalankan usahanya, KAP tidak diperbolehkan mengiklankan kantornya
atau jasa yang diberikan kantornya, karena jika hal tersebut dilakukan berarti KAP
tersebut melanggar Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik – IAI.
Salah satu cara untuk mendapatkan langganan adalah bekerja sebaik mungkin dalam
memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan, sehingga jika perusahaan tersebut
puas atas jasa pemeriksaan dari KAP, diharapakan manajemen perusahaan akan
merekomendasikan kepada teman-teman usahanya untuk menggunakan jasa KAP
tersebut.

Untuk mempelajari dan mengevaluasi pengendalian intern, akuntan public bisa


menggunakan:
a. Internal Control Questionnaires
b. Flow Chart, menggambarkan arus dokumen dalam memproses suatu transaksi,
dari awal sampai akhir dengan menggunakan symbol-simbol tertentu.
c. Menggunakan Narrative Memo (penjelasan tertulis dari system dan prosedur
akuntansi)
Dari ketiga cara tersebut, akuntan publik akan mendapatkan suatu gambaran
mengenai pengendalian intern mengenai pengendalian intern yang ada di perusahaan
secara teoritis. Hal tersebut masih harus dibuktikan lebih lanjut dengan menggunakan
Complience test (test ketaatan).

Dalam compliance test, yang diperiksa adalah:

a. Transaksi pengeluaran kas


b. Transaksi penerimaan kas
c. Transaksi penjualan
d. Transaksi pembelian
e. Transaksi pembayaran gaji
f. Transaksi koreksi/penyesuaian

Dalam hal ini yang diperhatikan adalah hal-hal berikut:

 Apakah setiap transaksi didukung oleh dokumen pendukung yang lengkap


 Apakah setiap transaksi diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang
 Apakah perhitungan matematis dalam dokumen pembukuan sudah benar
 Apakah pendebitan dan pengkreditan transaksi ke masing-masing perkiraan
buku besar sudah benar.
Setelah melakukan compliance test, akuntan public harus menarik kesimpulan mengenai
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengendalian intern
perusahaan. Kemudian hasil temuan tersebut harus diberitahukan kepada manajemen
perusahaan, beserta saran-saran perbaikannya dalam sebuah surat yang disebut
Manajemen Letter.

II. CARA MEMBUAT MANAGEMENT LETTER YANG BAIK

Dalam membuat management letter, perlu diperhatikan beberapa hal penting agar
dihasilkan suatu management letter yang baik dan efektif:
1. Management letter harus tepat waktu (timely), sehingga perusahaan masih
sempat melakukan perbaikan-peraikan dalam pengendalian intern. Jika
management letter terlambat diberikan, kemungkinan besar kelemahan-
kelemahan dalam pengendalian intern sudah mengakibatkan terjadinya kesalahan
dan kecurangan yang merugikan perusahaan.
2. Management letter harus berisi saran-saran yang bermanfaat dan bisa diterapkan.
3. Komentar dan saran-saran dalam management letter tidak boleh merupakan
sesuatu yang “surprise”. Untuk itu, sebelumnya konsep management letter harus
di diskusikan terlebih dahulu dengan manajemen perusahaan dan bagian yang
berkaitan dan dimintakan komentar dari manajemen.
4. Management letter harus ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik, halus
dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
5. Kelemahan dan saran yang diberikan bisa diurut berdasarkan urutan- urutan pos
neraca dan laba rugi atau menurut hal-hal yang paling penting yang memerlukan
perhatian khusus dari manajemen dan perlu penanganan secepat mungkin.
6. Saran-saran yang diberikan harus sesuai dengan kondisi bisnis perusahaan dan
harus menunjukkan kemauan baik kantor akuntan public untuk membantu
pengembangan usaha perusahaan.
7. Pada bagian akhir management letter jangan lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada manajemen dan seluruh staf perusahan, atas segala bantuan dan
kerjasama yang diberikan mereka selama akuntan public melaksanakan
pemeriksaannya.

III. MANFAAT MANAGEMENT LETTER

Management letter mempunyai banyak manfaat untuk klien tetapi untuk KAP dan staf
(anggota tim pemeriksa) dari KAP, antara lain:

1. Untuk klien:
1. dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengendalian intern
perusahaannya dalam mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut, berdasarkan saran-saran yang diberikan dalam
managemen letter, sehingga bisa mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
dan kecurangan di dalam perusahaan.

2. Untuk KAP :
1. menjadikan nama kantor akuntan public menjadi bertambah baik, karena
disamping laporan pemeriksaan akuntan, juga memberikan management letter
yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.
2. jika manajemen perusahaan puas, tentunya akan menyarankan kepada teman-
teman bisnisnya untuk memakai jasa kantor akuntan public tersebut.
3. jika teman-teman bisnis tersebut tertarik, tentunya akan menambah jumlah klien
kantor akuntan public.

3. Untuk staf kantor akuntan public (anggota tim pemeriksan):


1. jika klien kantor akuntan public bertambah, tentunya kesejahteraan pegawai dapat
lebih ditingkatkan.
2. mendapat banyak kesempatan untuk mempelajari pengendalian intern diberbagai
macam/jenis perusahaan.
3. mendapat kesempatan untuk mempelajari bagaimana membuat management letter
yang baik.

IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ANGGOTA TIM AUDIT DALAM


MEMBUAT MANAGEMENT LETTER

Berikut tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tim audit (dari KAP) dalam
membuat management letter:

1. Asisten Auditor (Junior Staf)


1. sebagai petugas yang terjun ke lapangan (ke kantor perusahaan) setiap hari,
bertugas mengumpulkan data dan informasi yang terdapat dalam pengendalian
intern perusahaan, baik mengenai kebaikan maupun kelemahan pengendalian
intern.
2. Mendokumentasikan data dan informasi tersebut beserta fotocopy bukti
pendukung dalam kertas kerja pemeriksaan, untuk ditelaah lebih lanjut oleh senior
auditornya.

2. Senior Auditor (Pimpianan Tim Pemeriksa)


a. menelaah kertas kerja pemeriksaan yang dibuat asisten auditor, khususnya yang
berkaitan dengan informasi mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan.
b. mengumpulkan hal-hal yang bisa dimasukkan dalam management letter, sekaligus
menyusun konsep management letter.
c. mendiskusikan konsep management letter tersebut dengan bagian pajak dan
bagian management service dari kantor akuntan public, untuk mendapatkan
komentar mereka dari segi perpajakan dan system akuntansi.
d. menyerahkan konsep management letter kepada audit supervisior/manager untuk
ditelaah.
e. setelah ditelaah oleh atasan, melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

3. Audit Supervisor/Manager
a. menelaah dan mengedit konsep management letter, mengusulkan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan kepada senior auditor.
b. menyerahkan konsep management letter yang sudah diperbaiki, kepada audit
partner untuk ditelaah.
c. setelah ditelaah audit partner dan diperbaiki (jika ada saran perbaikan dari audit
partner) mendiskusikan konsep management letter tersebut dengan manajemen
perusahaan.
d. melaporkan kepada audit partner mengenai hasil diskusi dengan manajemen
perusahaan, dan meminta persetujuan audit partner jika ada saran perubahan dari
manajemen perusahaan.
e. memerintahkan konsep terakhir management letter untuk difinalisasi.

4. Audit Partner
a. menelaah dan mengedit konsep management letter yang diterima dari audit
manager dan mendiskusikannya dengan audit manager dan “jika perlu” dengan
audit senior.
b. mengembalikan konsep tersebut berikut saran-saran perbaikan “jika ada” kepada
audit manager.
c. menelaah kembali konsep yang sudah diperbaiki, kemudian meminta audit
manager untuk mendiskusikannya dengan manajemen perusahaan.
d. membahas dengan audit manager, hasil diskusi konsep management letter yang
telah dilakukan oleh audit manager dengan manajemen perusahaan.
e. menandatangani management letter yang final untuk dikirimkan kepada
manajemen perusahaan.

Dari pembahasan tersebut diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan:


a. Management Letter merupakan suatu alat komunikasi antara kantor akuntan
public dengan maajemen perusahan yang diaudit, mengenai pengendalian intern
dan kelemahan-kelemahan yag terdapat dalam pengendalian intern perusahaan.
b. Management Letter merupkan dokumentasi tertulis mengenai kelemahan
pengendalian intern yang pernah dibicarakan dan disarankan perbaikan kepada
klien. Sehingga jika dikemudian hari ada kecurangan yang merugikan perusahan
karena kelemahan pengedalian intern yang belum diperbaiki, akuntan public tidak
bisa disalahkan.
c. Management Letter bermanfaat baik bagi perusahan yang diaudit, kantor akuntan
public, maupun staf kantor akuntan public.
d. Management Letter dapat merupakan”iklan tidak langsung” bagi kantor akuntan
public.
e. Semua kantor akuntan public harus membiasakan diri untuk memberikan
management letter yang baik dan bermanfaat bagi kliennya.
POLITEKNIK LP3I BANDUNG
SATUAN ACARA
PENGAJARAN (SAP)

MATA KULIAH : AUDITING


KODE MATA KULIAH :
KREDIT : 2 SKS
PERTEMUAN : 19

TUJUAN PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN DALAM DAFTAR


No. SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
KHUSUS MATA PELAJARAN PUSTAKA

1 2 3 4 5 6 7 8

Mahasiswa dapat memahami Internal audit Pengertian Audit 1 kali Sukrisno Agoes:
internal audit dan perbedaannya Perbedaan internal audit dengan tatap buku 11,
dengan External Audit external audit muka PERTEMUAN
19
Departemen internal audit yang efektif
23
Pengertian error, collusion and fraud
Temuan pemeriksaan intern dan
laporan internal audit

BUKU REFERENSI :

1. Auditing: Pemeriksaan Akuntan, buku 1& buku II, Edisi kedua: Sukrisno Agoes lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1999. ( buku wajib).
2. Auditing an integrated approach: Alvin A Arrens and James Loebeck, five Edition
3. Standar pemeriksaan Akuntan Public
PERTEMUAN XIX

INTERNAL AUDIT

A. Pengertian Internal Auditor


Internal Auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing.
Oleh sePERTEMUAN itu Internal Auditor senatiasa berusaha untuk menyempurnakan
dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan
untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dengan
demikian Internal Auditing muncul sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi
yang luas yang memanfaatkan metode dan teknik dasar dari penilaian.

Dengan demikian pemeriksa Intern (Internal Auditor) harus memahami sifat dan luasnya
pelaksanaan kegiatan pada setiap jajaran organisasi, dan juga diarahkan untuk menilai
operasi sebagai tujuan utama. Hal ini berarti titik berat pemeriksaan yang diutamakan
adalah pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan memahami
kebijaksanaan manajemen (direksi), ketetapan rapat umum pemegang saham, peraturan
pemerintah dan peraturan lainnya yang berkaitan.

Supaya pengertian auditor dapat menjadi lebih jelas maka sebelum membicarakan lebih
lanjut tentang pengertian Internal Auditor terlebih dahulu penulis menguraikan
pengertian Internal Control (pengawasan intern), sePERTEMUAN pembahasan
selanjutnya berkaitan erat dengan pengawasan intern. Pengawasan intern mempunyai
peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern
merupakan alat yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasiperusahaan
guna dapat mencapai tujuan usaha. AICPA (American Institute of Certified Public
Accountants) memberikan pengertian Internal Control sebagai berikut :
Internal control comprises the plan of organization and all of the coordinated
methods and measures adopted within a business to safeguad its cassets, chek
the accuracy and realibility of its accounting data,promate operational efficieny,
and encourage adhrence to prescribed manegerial policies.

Atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia akan tampak sebagai berikut
: Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang
terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya,
memeriksan kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang
telah digariskan.

Sesuai dengan defenisi diatas, maka dalam arti sistem pengawasan intern mecakup
pengawasan yang dapat dibedakan atas pengawasan yang bersifat akuntansi dan
administratif.
a. Pengawasan akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara dari prosedur yang
terutama menyangkut dan berhubugan langsung dengan
pengamanan harta benda dan dapat dipercayainya catatan keuangan (pembukuan).
Pada umumnya pengawasan akuntansi meliputi sistem pemberian wewenang
(otorisasi) dan sistem persetujuan pemisahaan antara tugas operasional, tugas
penyimpanan harta kekayaan dan tugas pembukuan, pengawasan fisik dan
pemeriksaan intern (internal audit).
2. Pengawasan administratif meliputi rencana organisasi dan semua cara dan prosedur
yang terutama menyangkut efisiensi usaha dan ketaatan terahadap kebijaksanaan
pimpinan perusahaan yang pada umumnya tidak lansung berhubungan dengan
pembukuan (akuntansi). Dalam pengawasan administratif termasuk analisa statistik,
time and motion study, laporan kegiatan, program latihan pegawai dan pengawasan
mutu.

Dari defenisi diatas mengenai pengertian sistem pengawasan intern maka jelas betapa
pentingnya peranan sistem itu dalam rangka tercapainya tujuan usaha secara efektif dan
efisien. Dengan perkataan lain pengertian tersebut mengandung arti bahwa tujuan
pengawasan intern menjamin pemakaian kekayaan pemakaian kekayaan perusahaan yang
telah ditetapkan.

Sistem internal control yang baik tidak dapat menjamin tidak adanya penyimpangan
kecurangan dan pemborosan dalam suatu perusahaan, apabila orangorang yang
melaksanakan kegiatan tersebut tidak selalu bertindak sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapka. Usaha untuk melaksanakan sistem intern control yang baik adalah
dilaksanakan sistem internal control yang baik adalah dilaksanakannya pemeriksaan yang
teratur oleh pimpinan perusahaan dengan membuatu suatu departemen / bagian yang
disebut departemen Internal Auditing.

Semakin berkembanya satuan-satuan usaha ekonomis, baik ditinjau dari unitunit operasi
maupun struktur organisasi menurut suatu sistem manajemen yang lebih baik, dengan
mempekerjakan pekerja atau karyawan yang sesuai dengan keahliannya pada berbagai
bidang tingkat unit operasi dan tempat yang berbeda pula. Dengan bertambah
kompleksnya tugas-tugas manajemen, maka mereka tidak mampu melakukan
pengawasan dan koordinasi yang efektif untuk seluruh perusahaan. Oleh karena itu
manajemen perlu dibantu oleh suatu unit yang khusus mengenai dan menelaah
prosedur-prosedur dan operasi perusahaan.

Dengan adanya departemen Internal Audit, diharapkan akan dapat membantu anggota
manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah prosedur operasi dari berbagai unit dan
melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijasanaan pimpinan
perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah
yang melatar belakangi timbulnya spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut
tidak hanya keahlian dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya.

Meskipun dunia usaha sekarang ini mempunyai perhatian yang semakin meningkat
terhadap sistem pengawasan intern yang baik, tetapi pengawasan intern tersebut tidaklah
dapat berlaku secara universil, suatu sistem yang baik untuk suatu perusahaan belum
tentu baik untuk perusahaan lain meskipun
perusahaan itu termasuk dalam bidang usaha yang sejenis. Namun beberapa ciri-ciri
sistem pengawasan intern yang memadai adalah adanya empat unsur seperti berikut ini:
1. Suatu bagan organisasi yang menungkinkan pemisahan fungsi secara tepat.
2. Sistem pemberian wewenang serta prosedur pencatatan yang layak agar tercapai
pengawasan akuntansi yang cukup atas aktiva, hutang-hutang, hasil dan biaya.
3. Praktek yang sehat harus diikuti dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
bagian organisasi.
4. Pegawai-pegawai yang kualitasnya seimbang dengan tanggung jawab.

Keempat unsur ini yang masing-masing sama pentingnya merupakan dasar pengawasan
intern yang baik kelemahan yang menyolok dalam salah satu diantaranya dapat
menghambat tujuan sistem itu sendiri. Dengan sistem pengawasan intern yang memenuhi
syarat sebagaimana dalam mencapai tujuannya. Namun demikian tujuan pengawasan
intern hanya akan tercapai apabila pelaksanaanya semua prosedur, metode dan teknik
yang menjadi unsur dari sistem itu sendiri bener-benar sesuai dengan semestinya. Untuk
menjaga agar pelaksanaan itu benar dikerjakan maka perusahaan yang cukup besar
umumnya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut bagian pemeriksa intern
(Internal Auditing Departement). Bagian ini mempunyai tugas antara lain untuk meneliti
dan mengawasi apakah sistem pengawasan intern tetap memenuhi fungsinya dengan
mengadakan pemeriksaan yang kontinue di dalam perusahaan.

Petugas yang memimpin ini untuk melakukan pemeriksaan itu disebut dengan
pemeriksaan intern (Internal Auditor). DaIam melaksanakan pemeriksaan Internal
Auditor akan menyelidiki dan meneliti keefektifan sistem pengawasan yang ada. Dengan
mengadakan penelitian terhadap pengawasan intern secara berkesinambungan akan dapat
diketahui apakah berbagai depertemen atau unit lainnya dalam perusahaan telah
melaksanakan fungsinya dengan baik atau belum. Jadi pemeriksaan intern yang
dilakukan oleh internal auditor adalah merupakan suatu alat pengawasan yangpenting
untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasan-pegawasan yang ada di dalam
perusahaan.

Beberapa pendapat mengenai pengertian Internal Auditing juga diberikan oleh beberapa
penulis. Berikut ini adalah salah satu diantaranya, yang memberikan batasan pengertian
Internal Auditing sebagai berikut:
Status aktivitias penilaian yang bebas atau indnpenden dalam organisasi perusahaan
untuk meneliti kembali dalam bidang akuntansi, keuangan clan bidang-bidang lain
sebagai dasar memberikan servis pada manajemen.

Dari pengertian singkat diatas, dapat dilihat penekanan utama pengertian Internal
Auditing adalah untuk memberikan servis / jasa kepada manajemen.
B. Fungsi dan Tuiuan Internal Auditing.

Seperti telah dikemukakan bahwa Internal Auditing merupakan salah satu unsur daripada
pengawasan yang dibina oleh manejemen, dengan fungsi utama adalah untuk menilai
apakah pengawasan intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Adapun fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Intern
telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi Internal Auditing secara
menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Internal Auditing dalam mencapai tujuannya
adalah:
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi,
keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur
yang ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggung jawabkan
dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan
dalam organisasi.
5. Menilai kwalitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Dari penjelasan diatas, bahwasanya tujuan dan luas pemeriksaan intern tersebut dalam
membantu semua anggota manajemen dalam pelaksanaan tugasnya secara efektif dengan
menyediakan data yang objektif mengenai hasil analisa, penilaian, rekomendasi, dan
komentar atas aktivitas yang diperiksanya. SePERTEMUAN itu internal auditing
haruslah memperhatikan semua tahap- tahap dari kegiatan perusahaan dimana dia dapat
memberikan jasa-jasanya dalam rangka usaha pencapaian tujauan perusahaan.

Adapun tujuan Internal Auditing yang dikemukanan oleh ahli yang lain adalah:
 Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang paling
efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.
 Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan kefektifan dari
prosedur intern.
 Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
 Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja.
 Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta
kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.
 Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan
manajemen.
C. Posisi Internal Auditor Dalam Struktur Organisasi.

Secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari Internal Auditor dalam
struktur organisasi perusahaan yaitu:
1. Berada dibawah Dewan Komisaris.
Dalam hal ini star internal auditing bertanggung jawab pada Dewan Komisaris. lni
disePERTEMUANkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban
yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh internal auditor. Dalam cara
ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali terhadap performance
manajemen yang dimonitor oleh komisiaris perusahaan. Dengan demikian bagian
pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi.

2. Berada dibawah Direktur Utama.


Menurut sistem ini star internal auditor bertanggung jawab pada direktur utama. Sistem
ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas
yang berat. Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat
internal auditor.

3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan.


Menurut sistem ini kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan
berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan. Bagian Internal auditor bertanggung
jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai
Controller. Tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian keuangan tersebut
bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi. Apabila posisi atau
kedudukan internal auditor itu perlu digambarkan dalam skema maka letak
kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan.

Mana yang terbaik dari ketiga alternatif tersebut. Hal ini tergantung pada tujuan yang
hendak dicapai. Bila perusahaan sangat menekankan pada pengendalian keuangan saja,
maka pola penempatan pemeriksaan intern seperti pada alternatif ketiga yang paling
cocok. Namun kalau diingat betapa pentingnya peranan bagian pemeriksa intern
sebagai alat untuk memonitor performance manajemen dalam mengelola kegiatan
serta sumbernya secara efektif dan efisien, maka pola penempatan bagian pemeriksa
intern sebagai star komisaris paling tepat. Jadi yang paling indeal bagian pemeriksa
intern menerima perintah penugasan dari pimpinan tertinggi yaitu Direktur Utama dan
hasil laporan pemeriksaan diserahkan untuk dianalisa direktur
keuangan, dan hasil pengamatannya.

Kedudukan atau posisi internal auditor dalarn struktur organisasi perusahaan


mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan dipengaruhi
independensi dalam melaksanakan fungsinya. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya semakin tinggi kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi
perusahaan mempengaruhi luasnya aktivitas fungsi yang dapat dijalankan dan
mempengaruhi indenpendensi dalam melaksanakan fungsinya.
D. Laporan Internal Auditor.
Laporan internal auditor merupakan sarana pertanggung jawaban internal auditor atas
penugasan pemeriksaan oleh pimpinan. Melalui laporan ini internal auditor akan
mengungkapkan dan menguraikan kelemahan yang terjadi dan keberhasilan yang dapat
dicapai.

1. Pemeriksaan.
Sebelum membuat laporan, internal auditor terlebih dahulu mengadakan pemeriksaan
terhadap bagian yang diperiksa. Dalam melaksanakan internal auditor terlebih dahulu
menyusun rencana kerja periksaan yang disetujui pimpinan perusahaan.
Berdasarkan rencana kerja pemeriksaan yang telah disusun dan disetujui Direksi atau
berdasarkan informasi yang diperoleh baik yang dari dalam maupun dari luar tentang
adanya suatu penyelewengan yang akan merugikan kepentingan perusahaan, maka star
internal auditing (auditor) akan mengadakan usulan pemeriksaan kepada manajemen.
Dalam usulan pemeriksaan, star internal auditing hendaknya memberikan pertimbangan-
pertimbangan yang beralasan, yang menjadi dasar usulan pemeriksaan yang dilakukan.
Disamping itu setiap usulan pemeriksaan harns dapat menggambarkan kepada
manajemen jumlah waktu dan biaya yang dibutuhkan dan susunan auditor yang akan
melaksanakan tugas tersebut.

Sebagai dasar untuk melakukan suatu pemeriksaan, star internal auditor harus
memperoleh sural penugasan yang dibuat oleh Direksi atau yang ditunjuk untuk itu. Surat
penugasan ini merupakan suatu bentuk bukti persetujuan Direksi untuk melaksanakannya
tugas pemeriksaan dan bahwa program pemeriksaannya telah dapat dilaksanakannya.
Agar pelaksanaan dilapangan dapat berjalan dengan lancar perlu persiapan, sebagai
berikut:
 Pengumpuian data/informasi yang menjadi dasar usulan pemeriksaan.
 Kertas-kertas keIja pemeriksaan (working paper), kertas keIja ini merupakan alat
yang dapat dipergunakan oleh staf-stafinternal auditing untuk menghimpun
 Auditing program setiap rencana pemeriksaan perlu disusun terlebih dahulu
 program pemeriksaan yang menggambarkan langkah-langkah apa yang harus
 dilakukan oleh staf internal auditing tersebut.
 Peralatan lain-lain yang dapat membantu memperlancar jalannya pemeriksaan
hendaknya dipersiapkan dengan baik

2. Laporan.
Setelah melakukan pemeriksaan, internal auditor menyusun laporan kepada pihak
manajemen. Adapun bentuk penyajian laporan dapat berupa:
a. Tertulis (Written).
o Tabulasi
o Laporan akuntansi formal
o Statistik
o Uraian atau paparan singkat
o Grafik
o Suatu kombinasi dari berbagai bentuk diatas.

b. Lisan
o Presentasei formal group, ini dapat meliputi penggunaan berbagai alat visual.
o Konferensi individual.

Dalam laopran tertulis, data disampaikan secara lengkap dan menyeluruh (konprehensif).
Sementara lisan dapat berupa pemaparan atas hal-hal yang dianggap perlu ditonjolkan
dan cenderung informasi yang disampaikan tidak menyeluruh. Agar laporan internal
auditor informatif, maka sebaiknya laporan tersebut memenuhi beberapa unsur yang
menjadi dasar bagi penyusunan laporan. Menurut "Norma Pemeriksaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara" pada point norma pelopor yang disusun oleh Bapeka
khususnya pada norma pelopor, point tiga, disebutkan:

Tiap laporan harus :


 Menerangkan dengan jelas ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.
Dibuat seringkas mungkin, akan tetapi harus jelas dan cukup lengkap, agar dapat
dimengerti oleh pihak yang menggunakannya.
 Manyajikan fakta-fakta dengan teliti, lengkap dan layak, apabila terdapat suatu
penyimpangan atau kesalahan, sedapat mungkin dijelaskan sebab dan akibatnya.
 Menyajikan pendapat dan kesimpulan pemeriksa secara objektif dan dalam bahasa
yang jelas dan sederhana.
 Semata-mata membuat informasi yang didasarkan pada fakta pendapat dan
kesimpulan yang di dalam kertas kerja didukung oleh bukti yang memadai.
 Sedapat mungkin membuat rekomendasi pemeriksa sebagai dasar untuk
pengambilan tindakan untuk mengusahakan kebaikan.
 Lebih mengutamakan usaha-usaha perbaikan daripada kecaman.

Selain sebagai pedoman yang diungkapkan sebelumnya, khusus dalam


penyajian dalam laporan tertulis, internal auditor perlu memperhatikan beberapa prinsip
penyajia. Prinsip penyajian tersebut lebih dikenal dengan prinsip 10 (sepuluh). Hal ini
perlu diperhatikan dengan maksud agar laporan mudah dimengerti dan informasi yang
terkandung didalamnya mudah diserap.
Prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Correct, penyajian harus tepat dan benar.
b. Complete, disajikan secara lengkap.
c. Concise, penyajian sesingkat mungkin.
d. Clear, informasi yang disampaikan harus jelas.
e. Comprehensive, laporan harus bersifat menyeluruh.
f. Comperative, sedapat mungkin laporan harus diperbandingkan.
g. Conciderate, informasi yang disajikan harus relevan.
h. Celerity, laporan harus selesai pada waktunya.
i. Candid, laporan harus objektif.
j. Coordinate, laporan harus dapat dikoordinasikan dengan laporan-laporan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai