Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SELUK - BELUK PENGAUDITAN DAN PERAN SPKN DALAM


AUDIT DI PEMERINTAHAN INDONESIA

KELOMPOK : 6

JUAN GARCIA ELSON ( 193020303123 )

KRISTINA MARGARETHA SAPHIRA ( 193030303156 )

MICHAEL FRO DAYINDO ( 193030303198 )

SARLIANA ( 193020303093 )

DOSEN PENGAMPU :

OKTOBRIA YUSIRAT ASI, SE., M.Si

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2021
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan Berkat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Akuntansi Sektor Publik yang membahas Seluk-Beluk
Pengauditan dan Peran SPKN dalam Audit di Pemerintah Indonesia Makalah
Akuntansi Sektor Publik ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah kami ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Palangka Raya, Mei 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG 1

1. 2 RUMUSAN MASALAH 2

1. 3 TUJUAN MASALAH 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PERBEDAAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


(PENGAUDITAN) 3

2.2 JENIS-JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK 3

2.2.1 Audit Keuangan 4

2.2.2 Audit Kinerja 4

2.2.3 Audit Ekonomi dan Efisiensi4

2.2.4 Audit Efektivitas 5

2.2.5 Audit Investigasi 6

2.3 PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM AUDIT

SEKTOR PUBLIK 7

2.4 PROSES AUDIT DALAM SEKTOR PUBLIK

2.5 PERAN DAN FUNGSI STANDAR PEMERIKSAAN

KEUANGAN NEGARA (SPKN) 8

2.6 ISU DAN TANTANGAN DALAM AUDIT DI PEMERINTAHAN


INDONESIA 9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 10

SARAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah
fungsi pemeriksaan atau auditing. Mekanisme audit merupakan sebuah
mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas di dalam pengelolaan
sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi pengelola aset negara lainnya.

Fungsi pemeriksaan berbeda dengan fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan lebih


bertujuan untuk menjamin pencapaian tujuan tertentu secara optimal. Dalam
konteks penganggaran, fungsi pengawasan dilakukan pada setiap tahap
penganggaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai tahap evaluasi.
Sementara, fungsi pemeriksaan bertujuan untuk menjamin laporan
pertanggungjawaban disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena
itu, fungsi pemeriksaan biasanya berada pada tahap evaluasi atau
pertanggungjawaban anggaran.

Di indonesia lembaga yang bertugas untuk melaksanakan akuntabilitas dan


transparansi keuangan negara adalah BPK. Sesuai dengan mandat yang diberikan,
BPK-RI memiliki kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan yakni
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Untuk dapat menghasilkan audit yang baiak BPK-RI harus memiliki
sebuah standar pemeriksaan yang baik pula. Sesuai dengan pasal 9 (1e) UU
Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK, BPK –RI memiliki kewenangan untuk
menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
pemerintah pusat atau daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Berdasarkan peraturan
tersebut, pada bulan januari 2007, BPK-RI telah menerbitkan standar pemeriksaan
keuangan negara (SPKN) sebagai patokan dalam melakukan pemeriksaan
pengelolaan keuangan negara.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Perbedaan Pengawasan dan Pemeriksaan (Pengauditan) ?

2. Apa saja Jenis-jenis Audit Sektor Publik?

3. Bagaimana Pendekatan-pendekatan dalam Audit Sektor Publik?

4. Bagaimana Proses Audit dalam Sektor Publik?

5. Bagaimana Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


(SPKN)?

6. Bagaimana Isu dan tantangan Dalam Audit Di Pemerintahan Indonesia

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui Perbedaan Pengawasan dan Pemeriksaan (Pengauditan)

2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Audit Sektor Publik

3. Untuk mengetahui Pendekatan-pendekatan dalam Audit Sektor Publik

4. Untuk mengetahui Proses Audit dalam Sektor Publik

5. Untuk mengetahui Peran dan Fungsi Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


(SPKN)

6. Untuk mengetahui Isu dan tantangan Dalam Audit Di Pemerintahan


Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERBEDAAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


(PENGAUDITAN)

Pelaksanaan pemeriksaan APBN/APBD sangat berbeda dari aspek pengawasan.


Istilah pemeriksaan (auditing) adalah sebuah istilah teknis professional. Secara teknis
professional, pemeriksaan APBN/APBD haynya dapat dilakukan oleh institusi yang
memiliki wewenang dan keahlian untuk melakukan audit.

Secara operasional, anatara pengawasan dan pemeriksaan memang sulit


dipisahkan. Dalam rangka fungsi pengawasan oleh pimpinan misalnya,
pemeriksaan selalu menyertai pengawasan. Pengawasan merupakan tindakan
untuk membandingkan antara yang seharusnya terjadi dengan yang sebenarnya
terjadi atau untuk menjamin pencapaian tujuan tertentu secara optimal. Sama
halnya dengan pengawasan, tarigan membagi pemeriksaan keuangan menjadi dua
jenis, yaitu pemeriksaan keuangan yang dilakukan secara internal dan eksternal.

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar eksekutif ( dalam hal ini DPR/DPRD
dan masyarakat) lebih menekankan evaluasi terhadap seorang pemimpin untuk
memastikan bahwa pemimpin tersebut telah menajlankan tugasnya sesuai dengan
yang diamanatkan sementara pengawasan secara internal lebih berupa
pengendalian internal dan pengendalian manajemen, yang berada dibawah kendali
eksekutif dan dilakukan untuk memastikan strategi dijalankan dengan baik
sehingga tujuan tercapai.

2.2 JENIS-JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK

Audit yang dilakukan pada sektor publik pemerintah berbeda dengan yang
dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya
perbedaan latar belakang institusional dan hukum, dimana audit sektor publik

3
pemerintah mempunyai prosedur dan tanggung jawab yang berbeda serta peran
yang lebih luas dibanding audit sektor swasta, secara umum, ada tiga jenis audit
dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan (financial audit), audit
kinerja(performance audit), dan audit investigasi(investigation audit) (bastian,
2003).

2.2.1 Audit Keuangan

Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akan akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotoritasi serta dicatat dengan benar. Audit atas laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan keyakinan apakah laporan keuangan dan entitas.

Yang diaudit telah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasil
operasi atau usaha,dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.

2.2.2 Audit Kinerja

Audit kinerja merupakan jenis audit yang relatif baru dalam organisasi sektor
publik( mahmudi, 2007). Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan,
dalam hal tujuan dan prosedurnya menurut SPKN, yang dimaksud audit kinerja
dalah pemeriksaan atas pengeloaan keuangan negara yang terdiri atas audit atas
aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Audit kepatuhan adalah audit yang
memverifikasi/memeriksa bahwa pengeluaran-pengeluaran untuk pelayanan
masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan undang-undang peraturan.

2.2.3 Audit Ekonomi dan Efisiensi

Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah


ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu
pada harga yang terendah.ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi merupakan perbandingan

4
output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau targer yang telah
ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa ekonomi mempunyai arti biaya terendah,
sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya(input).

Menurut The General Accounting Office Standards(1994), beberapa hal yang


perlu dipertimbangkan dalam audit ekonomi dan efisiensi, yaitu dengan
mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah( mardiasmo, 2009: 181):

1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat

2. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan pada biaya terendah

3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.

4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
jelas tujuannya

5. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang


berlebihan.

2.2.4 Audit Efektivitas

Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang


ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.
Sedangkan menurut audir commision (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti
menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya( mardiasmo,
2009)

Tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah :

1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat

2. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan.

5
3. Menilai efektivitas program dan unsur-unsur program secara terpisah.

4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan


memuaskan

5. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih


atau bertentangan dengan program lain yang terkait.

6. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk


melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan
biaya yang lebih rendah.

7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan


lebih baik.

8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk


program tersebut.

9. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai


untuk mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program.

10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.

2.2.5 Audit Investigasi

Audit investigasi adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu,


periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area - area pertanggung jawaban
yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang,
dengan hasil audit berupa rekomendasi atau ditindaklanjuti bergantung pada
derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan (bastian,2003). Adapun sumber
informasi audit investigasi adalah :

1. Pengembangan dari audit temuan selanjutnya

2. Adanya pengaduan dari masyarakat

3. Adanya permintaan dari DPR untuk melakukan audit

6
2.3 PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM AUDIT SEKTOR
PUBLIK

Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam pekerjaan audit, dan
tidak ada satu pendekatan yang menjadi pendekatan paling tepat. Secara gars
besar, pendekatan audit ada tiga, yaitu sebagai berikut (bastian, 2003:62)

1. Audit transaksi (vouching) Pendekatan ini meliputi pembuktian seluruh


transaksi yang terjadi setelah melihat dokumen-dokumen atau bukti-bukti yang ada

2. Audit neraca, Pendekatan ini meliputi verifikasi seluruh aset dan kewajiban
yang disajikan dalam neraca

3. Audit sistem, Dalam pendekatan ini, auditor melakukan pengujian sistem


akuntansi dan sistem pengendalian internal

untuk melihat apakah terdapat suatu dasar yang dapat diandalkan sehingga sistem
tersebutt dapat digunakan.

2.4 PROSES AUDIT DALAM SEKTOR PUBLIK

Perkembangan terbaru dari auditing disektor publik adalah adanya audit kinerja
atau juga ada yang menyebutnya value for money audit (VFM AUDIT).

Sebelum melakukan audit, auditor terlebih dahulu harus memperoleh informasi


umum organisasi guna mendapatkan pemahaman yang memadai tentang
lingkungan organisasi yang diaudit, struktur organisasi misi organisasi, proses
kerja, serta sistem informasi dan pelaporan.

Proses audit keuangan secara umum dapat dikelompokkan kedalam tiga tahap
utama, yaitu (mahmudi, 2007: 194):

7
1. Perencanaan audit

2. Pekerjaan lapangan(pelaksanaan audit)

3. Pelaporan

Sedangkan, pada proses audit kinerja tidak berbeda untuk tahap ke-1 sampai
dengan tahap ke-3, namun ditambah dengan tahap ke-4 yaitu tahap tindak lanjut
(follow-up) audit. Tahap pengauditan dalam audit kinerja terdiri atas tiga elemen,
yaitu telaah hasil-hasil program, telaah ekonomi dan efesiensi, dan telaah
kepatuhan. Tahapan-tahapan dalam audit kinerja disusun untuk membantu auditor
dalam mencapai tujuan audit kinerja. Review hasilhasil program akan membantu
auditor untuk menegetahui apakah entitas telah melakukan sesuatu yang benar.
Tahap pelaporanm merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena adanya
tuntutan yang tinggi dari masyarakat atas pengelolaan sumber daya publik. Hal
tersebut menjadi alasan utama untuk melaporkan keseluruhan pekerjaan audit
kepada pihak manajemen, lembaga legislatif dan masyarakat luas. Penyampaian
hasil-hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara formal dalam bentuk laporan
tertulis kepada lembaga legislatif maupun secara informal melalui diskusi dengan
pihak manajemen.

2.5 PERAN DAN FUNGSI STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN


NEGARA (SPKN)

Sesuai dengan Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007 bahwa SKPN atau
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah patokan untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. SPKN ini berlaku
untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan
serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN ini berlaku
bagi :

8
1. Badan Pemeriksaan Keuangan

2. Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksaan
Keuangan. Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004 standar pemerikasaan (SPKN) memiliki
kedudukan sebagai dasar untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan tanggung jawab keuangan negara.

Adapun peran SKPN adalah memberikan patokan atau arahan pertahapan


pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksaan.
Dengan adanya standar pemeriksaan ini, diharapkan akan meningkatkan
kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa
melalui npengumpulan dan pengujian bukti secara objektif. Dalam penerapannya,
SKPN berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara (Bastian dan Supriyani, 2008).

2.6 ISU DAN TANTANGAN DALAM AUDIT DI PEMERINTAHAN


INDONESIA

Audit sektor publik tidak hanya memeriksa serta menilai kewajaran laporan
keuangan sektor publik, tetapi juga menilai ketaatan aparatur pemerintahan
terhadap undang – undang dan peraturan yang berlaku.

Disamping itu, auditor sektor publik juga memeriksa dan menilai tingkat
ekonomis,efesiensi, serta efektivitas dari semua entitas, program, kegiatan, serta
fungsiyang dilakukan pemerintah. Dengan demikian, bila kualitas audit sektor
publik rendah, akan mengakibatkan risiko tuntutan hukum (legitimasi) terhadap
pejabat pemerintah dan akan muncul kecurangan, korupsi, kolusi serta berbagai
ketidakberesan. Untuk itulah dibutuhkan pemahaman yang utuh dan tidak persial

9
atas SPKN. Media sederhana yang dapat dilakukan untuk memulai suatu
pemahaman terhadap SKPN adalah melalui sosialisasi.

Selain itu, penerapan atas SKPN kadang memungkinkan terjadi perbedaan


interpretasi dalam memahami SKPN. Dari semua perbedaan yang terjadi maka
pendapat atau interpretasi pihak penyusunlah yang diunggulkan. Oleh karena itu,
diterbitkan interpretasi atas SKPN. Terhadap kondisi yang sedang berkembang
dan belum diatur dalam SKPN, sambil menunggu perbaikan atau tambahan untuk
SKPN, dapat di buatkan Buletin atas hal ini. Selain itu, tantangan dimasa yang
mendatang bagi auditor atau pemeriksa, sebagaimana bdijelaskan oleh Ritonga
(2010), adalah adanya amanat

UU Nomor 17 Tahun 2003 untuk menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis


akrual.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akunjtabilitas publik adalah
fungsi pemeriksaan atau auditing. Fungsi pemeriksaan berbeda dengan
fungsipengawasan. Secara konsepsional, pelaksanaa pemeriksaan APBN/APBD
sangat berbeda dari aspek pengawasan. Namun, secara operasional, antara
pengawasan dan pemeriksaan memang sulit dipisahkan. Sebagai bagian dari
pelaksanaan fungsi pengawasan dari pimpinan, pemeriksaan, keuangan secara
internal, tidak bisa lepas dari keharusan untuk melakukan pengawasan, yaitu
membandingkan hasil yang seharusnya terjadi dengan yang benar-benar terjadi.
Audit yang dilakukan pada sektor publik

10
pemerintah berbeda dengan yang dilakukan pada sektor swasta. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang institusional dan
hukum, dimana audit sektor publik pemerintah mempunyai prosedur dan
tanggung jawab yang berbeda serta peran yang lebih luas dibanding audit sektor
swasta. Proses audit keuangan secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga
tahap utama, yaitu (mahmudi,2007:194):

1. Perencanaan audit

2. Pekerjaan lapangan (pelaksanaan audit)

3. Pelaporan

SARAN :

Saran kami setelah menyusun makalah audit kinerja memfokuskan


pemeriksaan pada tindakan – tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi yang
menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit.

11
DAFTAR PUSTAKA

Halim,Abdul. Muhammad Syam Kusufi. 2014. Teori,Konsep, dan Aplikasi


Akuntansi Sektor Publik.

Jakarta : Salemba empat

12

Anda mungkin juga menyukai