Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

SISTEM PEMERIKSAAN AKUNTANSI PADA PEMERINTAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem
Akuntansi Pemerintah

Dosen : Dr. Yesi Mutia Basri, SE., M.Si., Ak., AAP., CA.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10

Hesti Lestari 1702114769


Marveni Lavica 1702122777
Mifta Hasanah 1702121957
Muhammad Afrinaldy 1702114585

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yaitu sebuah makalah
kelompok tentang “Sistem Pemeriksaan Akuntansi Pada Pemerintah”. Makalah
ini disusun sebagai pemenuhan tugas akademis semester genap 2020.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah Sistem
Akuntansi Pemerintah kami: Ibu Dr. Yesi Mutia Basri, SE, M.Si,Ak, AAP, CA
yang telah tulus ikhlas membimbing dan mengajarkan kami mata kuliah ini. Dan
terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
kami memohon maaf apabila terjadi kesalahan baik dari segi penyajian, penulisan
dan juga isi dari makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua dan dapat memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan.
Atas perhatian yang telah diberikan kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru , 26 April 202

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Pembelajaran........................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pemeriksaan Akuntansi....................................................... 6
2.2 Lembaga Eksternal Auditor Indonesia............................................. 8
2.3 Prosedur Pemeriksaan Akuntansi.....................................................11
2.4 Peraturan Perundang-Undangan tentang Pemeriksaan Akuntansi
Pemerintah........................................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2 Saran................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang
Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari akuntansi
sektor publik, yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan
dengan keuangan daerah. Yang disebut keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Ruang lingkup keuangan negara yang dikelola langsung oleh Pemerintah
Pusat adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan yang
dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah adalah Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Baik APBN maupun APBD merupakan inti dari
akuntansi keuangan pemerintahan. Oleh karena itu, kedudukan APBN dan APBD
dalam penatausahaan keuangan dan akuntansi pemerintahan sangatlah penting.
Setelah dikeluarkannya paket Undang-Undang Keuangan Negara yaitu
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU No. 15Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka informasi keuangan negara yang
meliputi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilengkapi dengan informasi
Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan,selain informasi
mengenai Laporan Realisasi APBN/APBD. Pelaporan keuangan pemerintah
selanjutnya harus mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah seperti yang
tertuang dalam PP 71 Tahun 2010.

1.2  Permasalahan
Pada penulisan makalah ini yang menjadi rumusan masalah dan akan dicari
pemecahan dengan penjelasan penjabarannya sebagai berikut :

4
1. Bagaimana Konsep Pemeriksaan Akuntansi?
2. Bagaimana Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia?
3. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Akuntansi Pemerintah?
4. Apa Saja Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemeriksaan Akuntansi
Pemerintah?

1.3  Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini tidak hanya sebatas
memenuhi tugas Perkuliahan akan tetapi juga diharapakan bertujuan untuk :
1. Untuk Mengetahui Konsep Pemeriksaan Akuntansi
2. Untuk Mengetahui Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Prosedur Pemeriksaan Akuntnasi Pemerintah?
4. Untuk Mengetahui Peraturan Perundang-undangan Tentang Pemeriksaan
Akuntansi Pemerintah

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pemeriksaan Akuntansi

Kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan


penyediaan barang yang pembiayannya berasal dari penerimaan pajak dan
penerimaan Negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi
yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Audit Sektor Publik di Indonesia
dikenal sebagai Audit Keuangan Negara, yang diatur dalam UU no 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
A. Tujuan
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU
ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan
upaya pengelolaan keuangan Negara secara tertib dan taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Perbedaannya dengan Sektor Privat

URAIAN PRIVAT PEMERINTAH


Pelaksanaan audit KAP Lembaga audit
pemerintahan dan
KAP yang ditunjuknya
Objek audit Perusahaan/entias Entitas, program,
swasta kegiatan dan fungsi
yang berkaitan dengan
pelaksanaan
pengelolaan dan
tanggung jawab
keuangan Negara
Standar yang SPAP yang dikeluarkan SPKN yang

6
digunakan IAI dikeluarkan BPK
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan Faktor dominan
peraturan dalam audit karena sangat
perundang-undangan dipengaruhi
yang berlaku

C. Jenis-jenis

Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan Keuangan


Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:
1. Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap
berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik.
3. Audit Investigatif
Adalah kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, periodenya tidak
dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga
mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan
hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat
penyimpangan wewenang yang ditemukan. Tujuan audit investigasi adalah
mengadakan temuan lebih lanjut atas temuan audit sebelumnya, serta
melaksanakan audit untuk membuktikan kebenaran berdasarkan pengaduan
atau informasi dari masyarakat.

7
2.2 LEMBAGA EKSTERNAL AUDITOR DI INDONESIA
Pelaksanaan pemeriksaan keuangan secara eksternal dijalankan oleh Badan
pemeriksaan Keuangan (BPK) yang menjalankan amanat konstitusi untuk
memeriksa pertanggungjawaban keuangan pemerintah terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat. Secara lebih rinci,  UU Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa terdapat
tiga jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh BPK jenis pemeriksaan tersebut
sebagai berikut.
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah pusat dan daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh
BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. 
Pasal 16 UU Nomor 15 Tahun 2004 mengatakan bahwa laporan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat opini.

2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas.  Dalam pasal 23E Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan badan
pemeriksaan keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja
pengelolaan keuangan Negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga
perwakilan. Adapun untuk Pemerintah,  pemeriksaan kinerja dimaksudkan
agar yang dibiayai dengan keuangan negara ataupun keuangan daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya
secara efektif. Pasal 16 UU Nomor 15 Tahun 2004 menyatakan bahwa
Laporan Hasil Pemeriksaan atas kinerja memuat temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi.

3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

8
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan khusus yang tidak termasuk di dalam
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.  Pemeriksaan dengan
tujuan tertentu ini termasuk atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan dan pemeriksaan investigasi. pasal 16 UU Nomor 15 Tahun
2004 mengatakan bahwa Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan
tertentu memuat kesimpulan. 

Pada dasarnya badan pemeriksaan keuangan BPK bertugas melakukan


pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara.  Dengan adanya pengawasan
tersebut diharapkan tidak terjadi penyimpangan ataupun guna menghindari adanya
praktik-praktik yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara. Berdasarkan
landasan hukumnya, kewenangan Badan Pemeriksaan Keuangan telah diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23E, yaitu untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara. Selain itu dalam UU
Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, ditegaskan pula tugas dan wewenang Badan Pemeriksaan
Keuangan untuk memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang keuangan
negara,  memeriksa semua pelaksanaan APBN, dan berwenang untuk meminta
keterangan berkenaan dengan tugas yang diembannya.
Disinilah peran BPK untuk senantiasa melaporkan hasil auditnya kepada
lembaga yang berkompeten untuk pemberantasan korupsi.  Validitas data BPK
dapat dijadikan awal bagi penegak hukum untuk melakukan penyelidikan atas
indikasi korupsi yang dilaporkan. Laporan BPK yang akurat juga akan menjadi
alat bukti dalam pengadilan. Bukti peran BPK cukup berpengaruh besar terhadap
proses penindakan kasus-kasus korupsi yaitu banyak proses hukum akan
terhambat jika hasil audit BPK tidak kunjung selesai.
Berikut ini merupakan kedudukan BPK hingga nilai-nilai dasar yang menjadi
acuan bagi BPK untuk bekerja.
1. Kedudukan Badan Pemeriksaan Keuangan
Badan Pemeriksa Keuangan BPK adalah badan yang bertanggung
jawab tentang keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugasnya bebas

9
dan mandiri setelah tidak berdiri di atas pemerintahan. BPK merupakan
lembaga tinggi negara yang berwenang untuk mengatasi semua kekayaan
kekayaan negara yang mencakup pemerintahan pusat, pemerintahan
daerah, BUMN, BUMD dan lembaga negara lainnya. BPK berkedudukan
di Jakarta dan memiliki perwakilan di provinsi.
2. Tugas dan Wewenang Badan Pemeriksaan Keuangan
Memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara. Hasil
pemeriksaan itu diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan
kewenangannya. BPK memeriksa semua pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam undang-undang.
3. Keanggotaan Badan Pemeriksaan Keuangan
Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dangan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
dan diresmikan oleh Presiden. Pemimpin Badan Pemeriksa Keuangan
dipilih dari dan oleh anggota.
4. Visi Badan pemeriksaan keuangan
Terwujudnya BPK sebagai lembaga pemeriksaan yang bebas dan
mandiri, professional, efektif, efisien dan modern dalam sistem
pengelolaan keuangan negara yang dalam kegiatannya: (1) memiliki
Pengendalian internal yang kuat (2) memiliki aparat pemeriksa intern yang
kuat, dan (3) hanya diperiksa oleh satu aparat pemeriksaan eksternal.
5. Misi Badan Pemeriksaan Keuangan 
Mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan negara yang
bebas dan mandiri, professional, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan
praktik internasional terbaik, berkedudukan di ibukota negara dan ibukota
setiap provinsi, serta mampu memberdayakan DPR, DPD, dan DPRD
dalam melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap pemerintahan pusat
dan daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme KKN
6. Nilai-Nilai Dasar Badan Pemeriksaan Keuangan

10
a. Independensi
BPK RI adalah lembaga negara yang independen di bidang organisasi,
legislasi, dan anggaran serta bebas dari pengaruh lembaga negara
lainnya.
b. Integritas
BPK RI menjunjung tinggi integritas dengan mewajibkan setiap
pemeriksaan dalam melaksanakan tugasnya, menjunjung tinggi kode
etik pemeriksaan dan standar perilaku professional.
c. Profesionalisme
BPK RI melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesionalisme
pemeriksaan keuangan negara, kode etik, dan nilai-nilai kelembagaan
organisasi.

2.3 PROSEDUR PEMERIKSAAN AKUNTANSI PEMERINTAH


Pemeriksaan keuangan pemerintah daerah di lakukan oleh BPK yang akan
memeriksa laporan keuangan yang ada pada pemerintahan tersebut kemudian
BPK akan memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang di sajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2.3.1 Opini hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi (keuangan) yang disajikan dalam
laporan keuangan. Opini didasarkan pada kriteria:
1. Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan
2. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures) = “kejujuran untuk /
dalam menjelaskan”
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang–undangan
4. Efektivitas sistem pengendalian intern.

2.3.2 Jenis opini dalam pemeriksaan


1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
Laporan Keuangan (LK) telah menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Arus Kas, telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

11
umum. Penjelasan laporan keuangan juga telah disajikan secara
memadai, informatif dan tidak menimbulkan penafsiran yang
menyesatkan. Tidak ada pembatasan lingkup pemeriksaan,
Pemeriksaan dapat menerapkan semua prosedur pemeriksaan yang
dipandang perlu untuk meyakini kewajaran laporan keuangan. Bila
pun ada pembatasan, tetapi tidak material dan dapat diatasi dengan
prosedur pemeriksaan alternatif.
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
Laporan keuangan telah menyajikan informasi keuangan secara
wajar, tetapi ada beberapa unsur yang di kecualikan, namun
pengecualian itu tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.neraca, laporan realisasi anggaran (LRA), laporan
arus kas, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan atau sesuai
dengan prinsip akuntansi yg berlaku umum, kecuali untuk hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan. Ada penyimpangan terhadap
standar akuntansi, yang menurut pendapat pemeriksa dampaknya cukup
material atau ada ketidak konsistenan dalam penerapan prinsip
akuntansi.

3. Tidak Wajar (TW)


Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi neraca,
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan atau sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Memang tidak ada pembatasan lingkup
pemeriksaan, juga tidak ada tekanan pada pemeriksa, tetapi ada
penyimpangan terhadap standar akuntansi, yang sangat material atau
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yg
berlaku umum.

4. Tidak Memberikan Pendapat(TMP)


Pemeriksa tidak dapat memberikan pendapat atas laporan keuangan
karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan atau ada tekanan kepada

12
pemeriksa, sehingga pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur
pemeriksaan yang dipandang perlu. Prosedur pemeriksaan alternatif
juga tidak dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi pemeriksa.
Pendapat disclaimer juga bisa diberikan bila sistem pengendalian intern
sangat lemah, sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh kayakinan
yang memadai

5. Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan (WTP-DPP)


Opini wtp-dpp dikeluarkan karena dalam keadaan tertentu auditor
harus menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporannya. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan ditambahkannya
paragraf penjelasan. Keadaan itu, misalnya, adanya ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi, adanya keraguan tentang kelangsungan
hidup lembaga pengelola keuangan.

2.4 Peraturan Perundang-Undangan tentang Pemeriksaan Akuntansi


Pemerintah

1. Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan
kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan pertanggungjawaban.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Pasal 2

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1,


meliputi :

13
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah
f. Pengeluaran Daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.

2. UU 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan & Tanggung Jawab


Keuangan Negara

Latar Belakang
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah:
a. bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan
negara, keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;
b. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu dilakukan pemeriksaan berdasarkan standar
pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

14
Dasar Hukum
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 23 dan Pasal 23E
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan akuntan merupakan pemeriksaan independen yang
dilakukan oleh akuntan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan disajikan secara konsisten serta mengkomunikasikan hasil
pemeriksaan kepada pihak pemakai. Untuk mendukung pendapatnya akuntan
harus memperoleh bukti yang cukup dengan melakukan pemeriksaan.
Prosedur pemeriksaan dan bukti pemeriksaan haris didokumentasikan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan.
3.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan oleh banyak nya sumber, penulis akan memperbaiki
tersebut. Oleh karna itu, penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul, Muhammad Syam Kusufi. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2.


Salemba Empat.
UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
http://accountingsimple.wordpress.com/2011/01/09/audit-sektor-publik/
https://www.academia.edu/2324594/Pemeriksaan_Keuangan_Pemerintah_Daerah
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-15-2004-pemeriksaan-pengelolaan-tanggung-
jawab-keuangan-negara

17

Anda mungkin juga menyukai