1
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah..................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
ISI..........................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Komunikasi Bisnis Lintas Budaya..................................................................3
2.2 Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya..................................................................4
2.3 Memahami Budaya dan Perbedaannya.............................................................................5
2.4 Komunikasi Dengan Orang Berbudaya Asing................................................................11
2.5 Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi Bisnis Lintas Budaya...............................13
2.6 Mengatasi Hambatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya.............................................14
BAB III................................................................................................................................................16
KESIMPULAN...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap profesi biasanya menekankan perhatian pada mutu jasa yang diberikan, tidak
terkecuali profesi akuntan publik. Mutu jasa merupakan hal yang penting untuk meyakinkan
bahwa profesi telah memenuhi tanggung jawabnya kepada klien, masyarakat umum, serta
pemerintah. Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan
bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang
dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
3
3. Apa Itu SPAP?
4. Bagaimana Pengendalian Kualitas Kantor Akuntan Publik?
BAB II
ISI
4
Akuntan publik memastikan tidak ada penyelewengan, manipulasi, tindakan yang
menyimpang dan penyalahgunaan sumber daya di suatu perusahaan atau lembaga dan
seorang akuntan harus menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai
asosiasi profesi profesi akuntan publik yang telah diakui oleh pemerintah agar bisa
mengaudit laporan keuangan.
2.2 Syarat Untuk Mendapat Izin Menjadi Akuntan Publik Sesuai Undang-
Undang
Sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Perizinan
untuk Menjadi Akuntan Publik
Pasal 6
(1) Untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat 1 seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
Berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3;
Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan
Publik;
Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri; dan
Tidak berada dalam pengampuan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
5
Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai
dengan No.12 dan interpretasi No.1 sampai dengan No.2. Indonesia merubah nama
Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.
Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan
Publik per 1 Agustus1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar
ProfesionalAkuntan Publik per 1 Januari 2001”.
Lima Standar Profesi Akuntan Publik per 1 Januari 2001
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan
InterpretasiPernyataan Standar Auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan
InterpretasiPernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi
denganInterpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi
denganInterpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
6
namun harus pernah mempelajari akuntansi, perpajakan dan auditing. Seorang auditor
harus mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan baik yang diadakan di KAP, IAI
atau diseminar dan lokakarya. Dalam setahun seorang partner KAP harus
mengumpulkan antara 30-40 SKP. Auditor harus selalu mengikuti yang berkaitan
dengan profesinya dan peraturan-peraturan pemerintah termasuk perpajakan.
Pengalaman professional diperoleh dari praktek kerja dibawah bimbingan (supervisi).
Auditor yang lebih senior.
Hal-hal berikut ini dimuat dalam PSA No.04 (SA seksi 220):
1. standar ini harus mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,
sebab bagaimanapun sempurnyanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan
pendapatannya. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi kepada kreditur dan pihak lain yang
meletakan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan auditor independen,
seperti calon-calon pemilik dan kreditur.
2. Kepercayaan masyarakat umum atas independen dan sikap auditor independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Suatu kepercayaan akan turun
jika terdapat bukti independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan dari masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan mereka
yang berpikiran sehat dianggap dapat mempengaruhi sikap independenya. Untuk
menjadi independen, auditor harus secara intelektual bersikap jujur, ia harus bebas
setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klienya
apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Auditor independen tidak
hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, tetapi ia harus
menghindari keadaan yang menyebabkan pihak luar meragukan sikap
independensinya.
3. Profesi akuntan public telah menetapkan dalam kode etik akuntan Indonesia, agar
anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi masyarakat.
Anggapan masyarakat terhadap independensi auditor terhadap independensi auditor
karena pemilikan independensi merupakan masalah pribadi, bukan merupakan suatu
aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi ini
independensi ini dimasukan dalanm aturan etika, hal ini akan mengikat auditor
independen menurut ketentuan profesi.
4. Bapepam menetapkan persyaratan independensi bagi seorang auditor yang
melaporkan tentang informasi keuangan yang diserahkan pada badan tersebut yang
mungkin berbeda dengan yang ditentukan ikatan akuntan Indonesia.
5. Auditor harus mengalola prakteknya dalam persepsi independensi dan aturan
ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannnya.
6. Untuk menekankan sikap independensi auditor dari manajemen, penunjukkan audit
dari perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham,
atau komite audit.
7
3. Standar Pelaporan
· Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
· Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
· Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
· Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
oleh auditor.
8
9
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10