AUDITING
DISUSUN OLEH :
MEGA NURASTUTI – 43219110270
AKUNTANSI
Akuntan Publik saat ini. UU No.34 tahun 54 belum mengatur hal yang mendasar
dalam profesi Akuntan Publik sebagaimana UU No. 5 tahun 2011 tentang
Akuntan Publik yang mengatur berbagai hal mendasar dalam profesi Akuntan
Publik, dengan tujuan untuk:
4. kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA)
8. sanksi administratif
9. ketentuan pidana.
Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik,
yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam
rangka perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga
diatur mengenai kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan
Publik. Di samping mengatur profesi Akuntan Publik, UndangUndang ini juga
mengatur KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan
jasa profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara lain
mengenai perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin
usaha KAP adalah memiliki rancangan sistem pengendalian mutu sehingga dapat
menjamin bahwa perikatan profesional dilaksanakan sesuai dengan SPAP.
Sementara itu, pengaturan mengenai bentuk usaha KAP dimaksudkan agar sesuai
dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yaitu independensi dan tanggung
jawab profesional Akuntan Publik terhadap hasil pekerjaannya. Jasa-jasa hanya
boleh diberikan dan dilakukan oleh akuntan publik dan selain itu terdapat
4. Memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
Dalam masa pembekuan izin
5. Memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
melalui KAP yang sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin
2. BAGAIMANA PERBEDAAN STANDAR JASA-JASA YANG
DIBERIKAN OLEH AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA SEBELUM
PEMBERLAKUAN INTERNASIONAL STANDARD ON AUDITING
DAN SETELAH PEMBERLAKUAN INTERNASIONAL STANDARD
ON AUDITING?
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia selama ini
mengacu pada standar auditing dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing
menjadi tiga bagian utama yaitu Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan
Standar Pelaporan. Lalu, Per 1 Januari 2013, International Standards on Auditing
(ISA) merupakan standar audit terbaru yang telah diadopsi di Indonesia. Adopsi ini
dilakukan untuk memenuhi jawaban atas Statement of Membership Obligation and
International Federation of Accountants. Akuntan Publik wajib melakukan audit
atas laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA
diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan
amanah UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk
merespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan
komitmen Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap
anggotanya untuk menggunakan standar profesi internasional. International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah merupakan badan yang
dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB
terbagi dalam tiga kategori. Pertama, standar audit dan review informasi keuangan
historis. Standar ini terdiri dari dua standar yaitu : International Standard on
Auditings (ISAs), dan International Standard on Review Engagement (ISREs).
Selanjutnya, untuk membantu penerapan standar auditing, IAASB mengeluarkan
International Auditing Practice Statement (IAPSs). IAPS ini merupakan pedoman
interpretasi dan bantuan praktis di dalam menerapkan standar auditing. Dan untuk
penerapan standar review, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman interpretasi
dan batuan praktisnya. Pedoman ini diberi nama International Review Engagement
Practice Statement (IREPSs). Kategori kedua, standar untuk penugasan assurance
selain audit atau review laporan keuangan historis. Untuk kategori kedua ini,
IAASB mengeluarkan International Standard Assurance Engagements (ISAEs).
Dan untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah menerbitkan International
Assurance Engagement Practice Statements (IAEPS). IAEPS ini merupakan
pedoman interpretasi dan bantuan praktis didalam menerapkan standar assurance.
Kategori terakhir adalah standar untuk jasa lainnya. Untuk kategori ketiga ini,
IAASB menerbitkan International Standard on Related Services (ISRSs). Standar
ini harus diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi, dan jasa
penugasan lain. Untuk penerapannya, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman
interpretasi dan bantuan praktis yang diberi nama International Related Service
Practice Statements (IRSPSs). Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan
auditor, IAASB juga mengeluarkan standar untuk memberikan mutu pelayanan
yang baik. Standar ini dinamakan International Standard on Qualitiy Controls
(ISQCSs). International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing
dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar
Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di
ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing. Pendekatan pekerjaan audit
di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai dengan persetujuan
penugasan (agreement of engagement). Kemudian, tahap kedua melakukan
pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim akuntansi klien, serta
penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi
audit. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan access inherent list. Tahap
selanjutnya adalah execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat
melaksanakan audit maka akan dilakukan test of control, substantive and analytical
procedure dan other substantive procedure. Tahap kelima, mulai membentuk opini.
Dan tahap terakhir adalah membuat laporan audit. Dari keenam tahapan pekerjaan
audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak jauh berbeda dengan
pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di Indonesia
2 April 2019
Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani
laporan keuangan Garuda Indonesia karena tidak sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam pembukuan tersebut, Garuda
Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85 ribu atau setara
dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan
sebelumnya yang menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata,
Garuda Indonesia mengakui piutang dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT)
terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan.
30 April 2019
2 Mei 2019
3 Mei 2019
8 Mei 2019
MAT bersuara setelah namanya terseret dalam skandal laporan keuangan
Garuda Indonesia. Perusahaan yang baru berdiri pada 3 November 2017 ini
berani bekerja sama dengan Garuda Indonesia dengan mencatatkan utang
senilai USD239 juta yang kemudian dimasukkan ke dalam kolom pendapatan
oleh Garuda Indonesia.
21 Mei 2019
14 Juni 2019
18 Juni 2019
BEI yang juga berkoordinasi intens dengan OJK terkait sanksi yang akan
diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu keputusan final OJK.
28 Juni 2019
Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor
dari Sri Mulyani yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK
mengenakan sanksi pada Garuda Indonesia dengan denda Rp100 juta serta
masing-masing jajaran direksi dan komisaris didenda dengan harus patungan
membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI juga mengenakan sanksi pada
Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta. Pelanggaran PT Garuda
Indonesia Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk telah melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan
tahunan per 31 Desember 2018. OJK mengungkapkan bahwa PT Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar:
Rekomendasi atas Kasus Garuda Indonesia Agar kasus serupa tidak terulang
kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Pihak
KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of BDO
International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak
KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan
penerimaan perusahaan. Dokumen penjualan dalam hal ini contohnya:
4). Salesinvoice,
5). Sales transaction file,
https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/