Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR I

AUDITING

DOSEN PENGAMPU : Afly Yessie, SE, MSi, AK.,CA., CPA

DISUSUN OLEH :
MEGA NURASTUTI – 43219110270

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA


1. BAGAIMANA PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI
INDONESIA SEBELUM PEMBERLAKUAN UU KAP NO. 5 TAHUN
2011 DAN SETELAH PEMBERLAKUAN UU KAP NO. 5 TAHUN 2011,
URAIAKAN SECARA JELAS?

Profesi Akuntan Publik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung


perekonomian nasional yang sehat dan efisien, serta meningkatkan transparasi
dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Secara nyata, peran Akuntan Publik
terutama dalam meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau
laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik mengemban
kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu
entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini
atau pendapatnya atas laporan keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian
laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian laporan atau
informasi keuangannya merupakan tanggung jawab manajemen.

Di Indonesia undang- undang yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik


secara menyeluruh belum ada, sebelum lahirnya UU No. 5 tahun 2011. UU No.
34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan, yang terdiri dari tujuh pasal
belum mengatur secara keseluruhan profesi Akuntan Publik, dan sudah tidak
sesuai dengan perkembangan profesi

Akuntan Publik saat ini. UU No.34 tahun 54 belum mengatur hal yang mendasar
dalam profesi Akuntan Publik sebagaimana UU No. 5 tahun 2011 tentang
Akuntan Publik yang mengatur berbagai hal mendasar dalam profesi Akuntan
Publik, dengan tujuan untuk:

1. melindungi kepentingan publik

2. mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan

3. memelihara integritas profesi Akuntan Publik

4. meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik

5. melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan


kode etik profesi.

Selain itu Undang-Undang ini mengatur antara lain:

1. lingkup jasa Akuntan Publik

2. perizinan Akuntan Publik dan KAP

3. hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP

4. kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA)

5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik

6. Komite Profesi Akuntan Publik

7. pembinaan dan pengawasan oleh Menteri

8. sanksi administratif

9. ketentuan pidana.
Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik,
yaitu jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam
rangka perlindungan dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga
diatur mengenai kedaluwarsa tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan
Publik. Di samping mengatur profesi Akuntan Publik, UndangUndang ini juga
mengatur KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan
jasa profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara lain
mengenai perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin
usaha KAP adalah memiliki rancangan sistem pengendalian mutu sehingga dapat
menjamin bahwa perikatan profesional dilaksanakan sesuai dengan SPAP.
Sementara itu, pengaturan mengenai bentuk usaha KAP dimaksudkan agar sesuai
dengan karakteristik profesi Akuntan Publik, yaitu independensi dan tanggung
jawab profesional Akuntan Publik terhadap hasil pekerjaannya. Jasa-jasa hanya
boleh diberikan dan dilakukan oleh akuntan publik dan selain itu terdapat

larangan-larangan dalam UU No.5 tahun 2011, Yaitu:

1. Memiliki atau menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) KAP

2. Merangkap sebagai pejabat negara

3. Memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

4. Memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
Dalam masa pembekuan izin

5. Memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3)
melalui KAP yang sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin
2. BAGAIMANA PERBEDAAN STANDAR JASA-JASA YANG
DIBERIKAN OLEH AKUNTAN PUBLIK DI INDONESIA SEBELUM
PEMBERLAKUAN INTERNASIONAL STANDARD ON AUDITING
DAN SETELAH PEMBERLAKUAN INTERNASIONAL STANDARD
ON AUDITING?

Di Indonesia, sebelum terbentuknya Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),


standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP). Setelah terbentuknya IAPI yang secara resmi diterima sebagai
anggota asosiasi yang pertama oleh IAI pada tanggal 4 Juni 2007 serta diakui oleh
pemerintah RI sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang
melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar
profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan
berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia melalui Peraturan Menteri
Keuangan No. 17/PMK.01/2008 pada tanggal 5 Pebruari 2008, selanjutnya standar
auditing berupa Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) disusun dan
diterbitkan oleh IAPI. SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar
teknis dan aturan etika.

Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam SPAP terdiri dari :

1. Pernyataan Standar Auditing

2. Pernyataan Standar Atestasi

3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review

4. Pernyataan Jasa Konsultasi

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu


Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen
Akuntan Publik sejak bulan Mei 2000.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia selama ini
mengacu pada standar auditing dari Amerika. SPAP ini membagi standar auditing
menjadi tiga bagian utama yaitu Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan
Standar Pelaporan. Lalu, Per 1 Januari 2013, International Standards on Auditing
(ISA) merupakan standar audit terbaru yang telah diadopsi di Indonesia. Adopsi ini
dilakukan untuk memenuhi jawaban atas Statement of Membership Obligation and
International Federation of Accountants. Akuntan Publik wajib melakukan audit
atas laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA
diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Adopsi ISA melalui revisi SPAP oleh IAPI adalah dalam rangka menjalankan
amanah UU No 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Adopsi ISA ini juga untuk
merespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus sebagai wujud pelaksanaan
komitmen Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-20 yang mendorong setiap
anggotanya untuk menggunakan standar profesi internasional. International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah merupakan badan yang
dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB
terbagi dalam tiga kategori. Pertama, standar audit dan review informasi keuangan
historis. Standar ini terdiri dari dua standar yaitu : International Standard on
Auditings (ISAs), dan International Standard on Review Engagement (ISREs).
Selanjutnya, untuk membantu penerapan standar auditing, IAASB mengeluarkan
International Auditing Practice Statement (IAPSs). IAPS ini merupakan pedoman
interpretasi dan bantuan praktis di dalam menerapkan standar auditing. Dan untuk
penerapan standar review, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman interpretasi
dan batuan praktisnya. Pedoman ini diberi nama International Review Engagement
Practice Statement (IREPSs). Kategori kedua, standar untuk penugasan assurance
selain audit atau review laporan keuangan historis. Untuk kategori kedua ini,
IAASB mengeluarkan International Standard Assurance Engagements (ISAEs).
Dan untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah menerbitkan International
Assurance Engagement Practice Statements (IAEPS). IAEPS ini merupakan
pedoman interpretasi dan bantuan praktis didalam menerapkan standar assurance.
Kategori terakhir adalah standar untuk jasa lainnya. Untuk kategori ketiga ini,
IAASB menerbitkan International Standard on Related Services (ISRSs). Standar
ini harus diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi, dan jasa
penugasan lain. Untuk penerapannya, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman
interpretasi dan bantuan praktis yang diberi nama International Related Service
Practice Statements (IRSPSs). Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan
auditor, IAASB juga mengeluarkan standar untuk memberikan mutu pelayanan
yang baik. Standar ini dinamakan International Standard on Qualitiy Controls
(ISQCSs). International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing
dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar
Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di
ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing. Pendekatan pekerjaan audit
di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai dengan persetujuan
penugasan (agreement of engagement). Kemudian, tahap kedua melakukan
pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim akuntansi klien, serta
penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi
audit. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan access inherent list. Tahap
selanjutnya adalah execute the audit, yaitu mulai melaksanakan audit. Pada saat
melaksanakan audit maka akan dilakukan test of control, substantive and analytical
procedure dan other substantive procedure. Tahap kelima, mulai membentuk opini.
Dan tahap terakhir adalah membuat laporan audit. Dari keenam tahapan pekerjaan
audit yang diatur dalam ISA tersebut sepertinya tidak jauh berbeda dengan
pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman audit bagi KAP di Indonesia

3. BAGAIMANA KOVERGENSI ISA DI INDONESIA?

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestic


bertujuanmenghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akanitem-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai
perusahaan akan semakin tinggipula, manajemen akan memiliki tingkat
akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan,

laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan


akurat, danlaporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan
informasi yang validuntuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban
perusahaan (Petreski, 2005). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa
Standar akuntansiinternasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun
2012 secara keseluruhanatau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2009). Pada tahun 2012 tersebutdiharapkan Indonesia sudah mengadopsi
keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untukperbankan diharapkan tahun 2010.
Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahanmengenai sejaumana adopsi
IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia,bagaimana sifat
adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), danmanfaat
bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian
Indonesiapada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi
IFRS, mungkinkahtahun 2012 Indonesia mengadopsi penuh IFRSDari
Harmonisasi Menuju Konvergensi Dalam berbagai forum yang berkaitan
dengankegiatan akuntansi internasional seperti IFRS, dikenal kedua istilah ini:
harmonisasi dankonvergensi. Secara sederhana, harmonisasi adalah upaya
menyelaraskan standar-standar(akuntansi, pengauditan, dan lain-lain) yang
beraneka ragam. Periode harmonisasiberlangsung sekitar tahun 1970-an sampai
dengan 1990-an. Di Indonesia, harmonisasistandar ini menjadi masukan dalam
penyusunan standar (standar setting ) selama hampirseperempat abad. Secara
sederhana dunia akuntansi (standar setting, enforcement, dan accounting
governance)terbagi dalam 2 tradisi, yaitu tradisi Anglo-Saxon dimana negara
penganutnya disebutAnglo-Saxon countries dan tradisi Daratan Eropa dimana
negara penganutnya disebutContinental European countries. Terdapat kajian-kajian
yang menunjukkan adanya transformasi di negara-negara besar,diantaranya kajian
oleh Zimmerman, Werner, dan Volmer yang melihat adanya transformasidi tiga
negara, yaitu:

1. Amerika Serikat yang mengungguli Anglo-Saxon countries;

2. Jerman yang mengungguli Continental European countries;

3. Inggris mewakili Anglo-Saxon countries dan Jerman mengalami fase


pengEropanisasi-an(Europanization). Konvergensi adalah konsekuensi logis dari
globalisasi. Globalisasi dapat dikatakansebagai peningkatan dalam integrasi
perekonomian dunia. Sehingga, harmonisasi mengisyaratkan keselarasan,
sedangkan konvergensi menuntut adanya keseragaman.

4. STUDY KASUS - SKANDAL LAPORAN KEUANGAN GARUDA


INDONESIA TAHUN 2019
Laporan keuangan idealnya menggambarkan kondisi suatu perusahaan pada
periode tertentu. Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca),
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas
laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif
ini biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Dengan
melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek perusahaan di
masa depan, analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus
kas yang akan datang. Laporan keuangan mencerminkan keberhasilan atau
kegagalan suatu perusahaan dalam mencapai target profitable.

Perusahaan maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia tersandung


skandal laporan keuangan. Pasalnya, Garuda Indonesia berhasil membukukan
laba bersih setelah merugi pada kuartal sebelumnya. Keganjalan ini
menimbulkan polemik bagi Garuda Indonesia. Lalu, bagaimana kronologi
polemik tersebut? Apa saja pelanggaran yang dilakukan dan sanksi yang
diterima oleh Garuda Indonesia?

LINIMASA POLEMIK LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA

Berikut adalah linimasa terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda


Indonesia:

2 April 2019

Polemik dimulai saat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menolak menandatangani
laporan keuangan Garuda Indonesia karena tidak sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam pembukuan tersebut, Garuda
Indonesia menyatakan laba bersih mereka senilai USD890,85 ribu atau setara
dengan Rp11,33 miliar dengan asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS. Lonjakan
sangat tajam dan signifikan ini berbanding terbalik dengan pembukuan
sebelumnya yang menyatakan kerugian sebesar USD216,5 juta. Ternyata,
Garuda Indonesia mengakui piutang dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT)
terkait pemasangan wifi sebagai laba perusahaan.

30 April 2019

Menanggapi skandal tersebut, jajaran direksi Garuda Indonesia dipanggil oleh


Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertemuan itu diadakan bersama auditor Garuda
Indonesia, Ketua Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang
dan rekan (Member of BDO International). Saat itu, Menteri Keuangan, Sri
Mulyani, belum bisa memberikan sanksi pada KAP dan rekan karena masih
melakukan analisis laporan keuangan dari pihak auditor.

2 Mei 2019

Sebulan setelah penolakan penandatanganan oleh dua komisaris, Otoritas Jasa


Keuangan (OJK) meminta verifikasi laporan keuangan Garuda Indonesia pada
BEI atas polemik tersebut.

3 Mei 2019

Garuda Indonesia mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan


mengaudit ulang laporan keuangannya yang tidak sesuai dengan PSAK.

8 Mei 2019
MAT bersuara setelah namanya terseret dalam skandal laporan keuangan
Garuda Indonesia. Perusahaan yang baru berdiri pada 3 November 2017 ini
berani bekerja sama dengan Garuda Indonesia dengan mencatatkan utang
senilai USD239 juta yang kemudian dimasukkan ke dalam kolom pendapatan
oleh Garuda Indonesia.

21 Mei 2019

Garuda Indonesia kembali dipanggil oleh Komisi IV Dewan Perwakilan


Rakyat (DPR) untuk dimintai keterangan terkait skandal tersebut. Direktur
Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau biasa
disebut Ari Askhara menjelaskan bahwa pengakuan piutang sebagai
pendapatan karena dari USD239, 94 juta, USD28 juta di antaranya adalah bagi
hasil yang seharusnya dibayarkan oleh MAT.

14 Juni 2019

Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan (Sekjen Kemenkeu) Hardiyanto


menyampaikan hasil pemeriksaan terhadap KAP yaitu adanya dugaan audit
yang tidak sesuai PSAK dan sanksi yang akan diberikan pada KAP dan rekan
masih menunggu koordinasi dari OJK.

18 Juni 2019

BEI yang juga berkoordinasi intens dengan OJK terkait sanksi yang akan
diberikan pada KAP dan rekan masih menunggu keputusan final OJK.
28 Juni 2019

Garuda Indonesia menerima sanksi dari berbagai pihak. Sanksi untuk auditor
dari Sri Mulyani yaitu pembekuan izin selama 12 bulan. Sementara itu, OJK
mengenakan sanksi pada Garuda Indonesia dengan denda Rp100 juta serta
masing-masing jajaran direksi dan komisaris didenda dengan harus patungan
membayar Rp100 juta. Di samping itu, BEI juga mengenakan sanksi pada
Garuda Indonesia dengan denda sebesar Rp250 juta. Pelanggaran PT Garuda
Indonesia Otoritas jasa keuangan memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk telah melakukan kesalahan terkait penyajian laporan keuangan
tahunan per 31 Desember 2018. OJK mengungkapkan bahwa PT Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar:

1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU


Pasar Modal) “(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam
wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa
mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat
menentukan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.”,

2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan


Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik,

3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan


Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Sanksi yang dijatuhkan pada PT Garuda Indonesia Setelah melakukan


koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, PT Bursa Efek
Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan OJK kepada PT
Garuda Indonesia berupa:

1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk


untuk memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk per 31 Desember 2018 serta melakukan public expose atas
perbaikan dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud
paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran
yang telah dijelaskan penulis di atas,

2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,


Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan
perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian
Mutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat
perintah dari OJK,

3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta


kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK
Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan
Publik,

4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda


Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan, dan

5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)


atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa
sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement
atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli
2019 ini.

Rekomendasi atas Kasus Garuda Indonesia Agar kasus serupa tidak terulang
kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak. Pihak
KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of BDO
International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak
KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan
penerimaan perusahaan. Dokumen penjualan dalam hal ini contohnya:

1). Customer Order,

2). Sales order,

3). Shipping document,

4). Salesinvoice,
5). Sales transaction file,

6). Sales journal or listing,

7). Account receivable master file,

8). Account receivable trial balance,

9). Monthly statement.

Dokumen penerimaan dalam hal ini contohnya:

1). Remittance advice,

2). Prelisting of cash receipts,

3). Cash receipt transaction file,

4). Cash receipt journal or listing.

Pengecekan histori dokumen-dokumen ini bertujuan agar tidak terjadi


kesalahan dalam proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai
dengan ketentuan PSAK. Selain itu, dari sisi internal sendiri, PT Garuda
Indonesia harusnya dapat menjelaskan nature transaksi mereka kepada publik
sehingga tidak menimbulkan kerancuan di tengah publik terkait kondisi
perusahaan di kuartal-III 2018 yang masih merugi dan dalam waktu singkat
memperoleh laba di penghujung tahun 2018.

Garuda Indonesia Pasca Kasus Laporan Keuangan


Pasca penetapan sanksi yang diberikan oleh OJK kepada Garuda Indonesia
akibat melakukan pemolesan pada laporan keuangan mereka pada 2018 silam,
kinerja PT Garuda Indonesia tampak tidak mengalami perubahan yang berarti.
Sanksi yang diberikan OJK ini tidak menimbulkan perubahan pada cash out
Garuda Indonesia. Di lain sisi, sejak penetapan sanksi oleh OJK, harga saham
Garuda Indonesia di BEI mengalami penurunan. Penurunan nilai saham yang
dialami oleh PT Garuda Indonesia dinilai wajar dan tidak terlalu signifikan.
Rupanya, skandal laporan keuangan Garuda Indonesia bukanlah skandal
terakhir bagi Garuda Indonesia. Setelah itu, pada bulan Agustus 2019, mantan
dirut Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, ditahan KPK terkait dugaan suap dan
pencucian uang dalam pengadaan suku cadang pesawat. Selanjutnya, kasus
perseteruan Garuda Indonesia dengan Content Creator Rius Vernandes dan
turunnya peringkat Garuda Indonesia pada ajang World Airline Awards. Lalu,
kasus penyeludupan sepeda motor Harley Davidson dan Sepeda Brompton
yang terjadi November 2019. Selain itu, masih ada kisruh pada akuisisi PT
Garuda Indonesia melalui anak usaha Citilink terhadap Sriwijaya Air yang
menyebabkan kedua maskapai tersebut menghentikan kerjasamanya. Terakhir,
terkuaknya kesewenang-wenangan Dirut Ari Askhara pada jam terbang
pramugari serta pemotongan biaya dalam layanan penumpang cukup menjadi
alasan yang kuat dalam pencopotan jabatan Ari Askhara sebagai Dirut Garuda
Indonesia oleh Menteri BUMN, Eric Thohir. Kasus-kasus yang menimpa PT
Garuda Indonesia secara silih berganti ini secara tidak langsung dapat
memengaruhi reputasi dan kepercayaan Garuda Indonesia di mata masyarakat.
Pihak customer menjadi bertanya-tanya dan menimbulkan keraguan dalam
menggunakan jasa penerbangan Garuda Indonesia. Apabila tidak ada
perubahan dari pihak internal perusahaan dalam usaha memperbaiki reputasi
mereka di tengah masyarakat, bukan tidak mungkin jasa layanan penerbangan
Garuda Indonesia akan ditinggalkan oleh customer-nya. Tidak hanya itu,
masalah-masalah yang menimpa Garuda Indonesia dapat membuat para
investor menjadi ragu atas kinerja Garuda Indonesia. Perusahaan bisa saja
ditinggal oleh para pemegang saham yang ragu atas kinerja perusahaan. Pihak
Garuda Indonesia perlu melakukan usaha dari sisi internal perusahaan dalam
rangka mengembalikan reputasi dan kepercayaan publik untuk
keberlangsungan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/

Anda mungkin juga menyukai