Anda di halaman 1dari 8

Eka Maisa Y

12010116130209
a. Menurut keadilan distributif

Pandangan ini dilatarbelakangi konsepsi liberalistis yaitu upah atau gaji


dapat dianggap adil, bila merupakan imbalan untuk prestasi.
Sedangkan pandangan sosialistis dikemukakan dari sudut pandang
pekerja. Mereka menekankan bahwa gaji baru adil, bila sesuai dengan
kebutuhan si pekerja beserta keluarga.
b. Enam faktor khusus

Menurut Thomas Garrett dan Richard Klonoski, yaitu:


1. Peraturan hukum
2. Upah yang lazim dalam sektor industri tertentu atau daerah
tertentu.
3. Kemampuan perusahaan.
4. Sifat khusus pekerjaan tertentu.
5. Perbandingan dengan upah/gaji lain dalam perusahaan.
6. Perbandingan gaji/upah yang fair.
c. Senioritas dan imbalan rahasia
Ada 2 masalah khusus yang bisa timbul dalam topik ini :
1. Senioritas sebagai kriteria untuk menentukan gaji. Senioritas
maksudnya, orang yang bekerja lebih lama pada suatu perusahaan
atau instansi mendapat gaji lebih tinggi. Dalam hal ini dua orang
yang melakukan pekerjaan yang sama tapi mempunyai senioritas
berbeda,justru tidak digaji dengan cara yang sama.
2. Imbalan rahasia. Maksudnya pemberian bonus atau insentif
berlangsung secara rahasia, sehingga hanya yang bersangkutan
yang tahu. Supaya mencapai tujuan motivasionalnya, lebih baik
semua karyawan tahu tentang adanya kenaikan gaji atau bonus dan
serentak juga tentang kriteria yang dipakai. Hanya dengan demikian
karyawan lain akan termotivasi untuk mendapat kenaikan sejenis.
4. Perusahaan tidak boleh memberhentikan
karyawan dengan semena-mena
Menurut Garrett dan Klonoski, dengan lebih konkret kewajiban majikan
dalam memberhentikan karyawan dapat dijabarkan sbb:
1. Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat.
PHK harus didasarkan pada faktor obyektif, misalnya pelanggaran
disiplin kerja yang mengakibatkan kerugian serius untuk
perusahaan. Bukan berdasarkan faktor subyektif, yaitu faktor yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan perusahaan. Apabila
seorang karyawan terbukti bersalah, sebaiknya diberi peringatan
dulu sebelum diberhentikan dengan definitif.
2. Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya. Prinsip-
prinsip agar prosedur pemberhentian bisa dianggap fair:
a) Tuduhan terhadap karyawan harus dirumuskan dengan jelas dan didukung
oleh pembuktian yang meyakinkan.
b) Karyawan harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dengan orang yang
menuduhnya, untuk membantah tuduhan dan memperlihatkan bahwa
pembuktiannya tidak tahan uji, kalau ia memang bersalah.
c) Harus tersedia kemungkinan untuk naik banding dalam salah satu bentuk,
sehingga keputusan terakhir diambil oleh orang atau instansi yang tidak
secara langsung berhubungan dengan karyawan bersangkutan.
3. Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai
seminimal mungkin. Dengan memberitahu kepada karyawan
beberapa waktu sebelum dia di PHK, supaya memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk mencari pekerjaan lain.
Contoh kasus 1:
Teknisi Komputer
Achmad, 25 tahun, belum menikah, bekerja sebagai teknisi di PT Suka
Melayani yang bergerak di bidang komputer. Lima tahun yang lalu
Achmad mendapat training atas biaya perusahaan selama enam bulan.
Dalam pekerjaannya Achmad biasanya keliling (kantor dan rumah
pribadi) untuk mereparasi komputer. Achmad sering menawarkan
kepada klien untuk mereparasi komputer dengan harga yang lebih
murah; kalau begitu, hasilnya tidak disalurkan ke perusahaan tapi
langsung masuk ke kantongnya sendiri. Hal itu ia lakukan dalam waktu
kerja dan pada hari Minggu/libur.
Contoh kasus 2:
Pelumas palsu
PT Minya Mulus adalah perusahaan kecil yang mempekerjakan 18
karyawan, di suatu kota kecil di Sulawesi Selatan. Mereka memproduksi
minyak pelumas untuk beberapa bengkel setempat. Ternyata mereka
memakai bahan palsu untuk itu. Irwan S. baru mulai bekerja disitu di
bidang pembukuan. Ia merasa sangat tidak enak setelah mengetahui
tentang praktek di PT Minyak Mulus itu.

Anda mungkin juga menyukai