INDUSTRI ETERNIT
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
1. Pendahuluan.................................................................................2
3. Aspek Pemasaran..........................................................................7
a. Permintaan dan Penawaran............................................................7
b. Persaingan dan Peluang Pasar........................................................8
c. Harga.........................................................................................9
d. Jalur Pemasaran...........................................................................9
e. Kendala Pemasaran....................................................................10
4. Aspek Produksi............................................................................11
a. Lokasi Usaha..............................................................................11
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan....................................................11
c. Bahan Baku...............................................................................12
d. Tenaga Kerja.............................................................................14
e. Teknologi...................................................................................14
f. Proses Produksi...........................................................................15
g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi..................................................21
h. Produksi Optimum......................................................................22
i. Kendala Produksi.........................................................................22
5. Aspek Keuangan..........................................................................23
a. Pola Usaha.................................................................................23
b. Asumsi......................................................................................23
c. Biaya Investasi dan Operasional....................................................24
d. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja............................................26
e. Produksi & Pendapatan................................................................27
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point........................................28
h. Analisis Sensitivitas....................................................................29
7. Penutup.......................................................................................33
a. Kesimpulan................................................................................33
b. Saran........................................................................................33
LAMPIRAN.......................................................................................34
a. Profil Usaha
Tabel 2.1.
Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Eternit di Kabupaten Banyumas
Selain kredit KUK, terdapat juga pengusaha yang menerima fasilitas kredit
KUPEDES, yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh BRI unit untuk
meningkatkan atau mengembangkan usaha kecil. Pengusaha eternit yang
memanfaatkan KUPEDES mendapatkan pinjaman dana untuk modal kerja
sebesar 15 juta dengan suku bunga pertahun 24% dalam jangka waktu 24
bulan.
Fasilitas kredit KUPEDES menyediakan jenis kredit modal kerja dan kredit
investasi. Sektor yang dibiayai meliputi sektor pertanian, perindustrian,
perdagangan, jasa lainnya dan golongan berpenghasilan tetap. Persyaratan
KUPEDES yaitu plafond maksimum 25 juta yang dapat diberikan untuk kedua
jenis kredit sekaligus. Jangka waktu angsuran minimal 3 bulan dan
maksimum 24 bulan untuk modal kerja dan 36 bulan untuk kredit investasi.
Pola angsuran secara bulanan atau dengan grace period 3, 4 dan 6 bulan.
Persyaratan lainnya adalah menyediakan agunan yang cukup mengcover
jumlah KUPEDES yang diterima. Keistimewaan KUPEDES yaitu diberikan
1. Permintaan
Tabel 3.1.
Pemakaian Plafon Eternit/Asbes Perumahan Sederhana
Pada Tabel 3.1. di atas dapat dilihat rumah tangga pengguna eternit/asbes
pada tahun 2004 sebanyak 9.138.952 rumah tangga. Apabila diasumsikan
setiap rumah tangga tersebut menggunakan asbes/eternit sebesar 20 m2,
maka jumlah kebutuhan eternit/asbes pada tahun 2004 mencapai
182.779.044 lembar per tahun. Gambaran ini menunjukkan industri eternit
potensial dikembangkan untuk memenuhi permintaan perumahan sederhana
yang menggunakan eternit sebagai bahan langit-langit.
Data usaha pembuatan eternit secara nasional tidak tersedia. Dari aspek
ketersediaan bahan baku utama berupa batu kapur, usaha pembuatan
eternit dengan bahan baku batu kapur ini berpotensi untuk diusahakan
hampir di semua wilayah Indonesia. Selain itu pembuatan eternit relatif
mudah untuk dilakukan.
Tabel 3.2.
Jumlah dan Nilai Produksi Eternit tahun 2000-2002
Produksi Eternit
Tahun
Lembar Nilai (Rp 000)
2000 5.700.148 12.716.841
2001 6.888.652 18.060.584
2002 5.841.225 16.074.910
Sumber : Statistik Industri BEsar dan Sedang, BPS 2000-2002
Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa terjadi fluktuasi produksi eternit. Data ini
merupakan produksi dari industri besar dan menengah. Data produksi eternit
usaha kecil tidak tersedia. Apabila dilihat pemakaian eternit rumah tangga
pada tahun 2001 mencapai 160.693.662 lembar (Tabel 3.1), produksi eternit
tahun 2001 sangat kecil, perbedaan yang sangat besar ini diduga berasal
dari produksi usaha kecil.
Persaingan dalam dunia usaha merupakan hal yang lumrah terjadi, termasuk
dalam kegiatan usaha eternit. Persaingan dapat terjadi antara usaha sejenis
maupun dengan produk yang menjadi substitusinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing suatu usaha maupun produk adalah tingkat harga,
mutu, dan kemudahan akses terhadap sumber daya yang ada serta
keunggulan komparatif yang dimiliki.
Persaingan antara industri sejenis terjadi secara sehat dan terbuka antara
pengusaha eternit di Purwokerto. Umumnya dalam upaya merebut pasar,
pengusaha eternit berusaha untuk menjaga mutu dan meningkatkan
pelayanan penjualan, serta aktif mencari pasar dengan melakukan
pendekatan kepada kontraktor.
Bila dilihat menurut daerahnya, produk eternit memiliki daya saing yang
terbatas, mengingat mahalnya biaya transportasi bila diangkut ke tempat
yang jauh. Keadaan ini menyebabkan usaha eternit lebih ekonomis
dipasarkan pada sekitar daerah tempat produksinya, tanpa harus takut
bersaing dengan produk sejenis dari daerah lain.
c. Harga
d. Jalur Pemasaran
Cara pembayaran yang diterapkan kebanyakan adalah dengan cara cash and
carry (35%) dan pembayaran dengan cara tunda (65%) antara 7 hari sampai
30 hari.
Tabel 3.3.
Persentase Penjualan Eternit Menurut Jenis Pembeli di Purwokerto
Jenis Pembeli Persentase
Rumah tangga/perorangan 10
Perusahaan atau kontraktor 60
Pedagang 30
Sumber : Data Primer Pengusaha Eternit, 2005
e. Kendala Pemasaran
Peralatan Produksi
c. Bahan Baku
A. Semen
C. Benang Som
Tabel 4.2.
Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan Eternit
d. Tenaga Kerja
Sistem upah yang diterapkan dalam usaha eternit adalah sistem harian dan
borongan. Sistem upah harian diberikan kepada tenaga kerja yang
bertanggung jawab dalam penjemuran, pengangkutan, yang biasanya juga
merangkap dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran. Sistem upah
borongan diberikan kepada tenaga kerja produksi pencetak, pengaduk, dan
pengemas. Rincian tenaga tidak tetap dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3.
Kebutuhan Tenaga Kerja Tidak Tetap.
e. Teknologi
f. Proses Produksi
1. Penyiapan bahan/cetakan
Untuk satu adukan diperlukan bahan mill sebanyak 240 kg, semen sebanyak
50 kg dan benang som sebanyak 12 kg. Penyiapan cetakan dilakukan dengan
mengolesi cetakan dengan oli bekas dan minyak tanah. Pengolesan ini
dilakukan agar adonan tidak lengket dan mudah melepaskan hasil cetakan
dari cetakannya.
2. Pencampuran/pengadukan
Pencampuran bahan (mill, semen dan benang som) dilakukan dalam dua
tahap yaitu secara kering dan secara basah. Bahan terlebih dahulu dicampur
secara kering sampai merata kemudian di tambah air secukupnya sampai
adonan lengket, dan tidak mudah putus pada waktu diratakan.
4. Pengerasan
5. Pengemasan
Produksi optimum industri eternit ini adalah 2.500 lembar eternit per hari
dengan menggunakan 3 meja tempat cetakan besar dan 4 meja tempat
cetakan kecil, serta tenaga kerja produksi sebanyak 35 orang. Pencapaian
produksi optimum dilihat dari upaya pencapaian target produksi maksimum
dan pencapaian mutu yang diharapkan. Dalam upaya pencapaian target
produksi, faktor yang mempengaruhi pencapaian produksi optimum antara
lain adalah:
Dari segi mutu produk, faktor yang mempengaruhi tercapainya mutu produk
sebagaimana diharapkan adalah:
i. Kendala Produksi
1. Pengadaan bahan baku mill sulit diperoleh bila terjadi musim hujan,
karena produksi mill menurun. Untuk mengatasinya biasanya
menjelang musim hujan pengusaha membeli mill untuk disimpan.
2. Kelangkaan semen pada waktu-waktu tertentu sehingga produksi
eternit berkurang.
a. Pola Usaha
b. Asumsi
Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha eternit terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional. Biaya investasi diperlukan pada tahun ke 0
(masa konstuksi), sedangkan biaya operasional diperlukan pada tahun ke 1,
pada saat proses produksi mulai dilakukan
Komponen biaya investasi yang paling besar digunakan untuk bangunan dan
kendaraan yang besarnya mencapai 81,46% dari seluruh kebutuhan biaya
investasi industri eternit. Selama periode proyek (4 tahun) terdapat
komponen yang harus dilakukan reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya
karena umur ekonomisnya lebih pendek dari pada umur proyek, yaitu
tatakan eternit. Kebutuhan biaya investasi industri eternit secara rinci
terdapat pada Lampiran 2.
Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja tetap, listrik, telepon, perawatan
mobil, biaya retribusi parkir serta biaya lainnya sebesar 10% dari biaya
tetap. Biaya lainnya ini meliputi, iuran kebersihan, PBB, biaya
kesehatan/kecelakaan kerja karyawan dan untuk sumbangan. Total biaya
tetap per tahun adalah sebesar Rp. 52.344.000. Besarnya biaya operasional
per bulan kapasitas 100% dapat dilihat pada Tabel 5.3
Pada Tabel 5.3 di atas, terlihat bahwa komponen biaya paling besar adalah
biaya bahan baku yang besarnya mencapai 41,16% dari seluruh biaya
Kebutuhan dana industri eternit terdiri dari dana investasi dan modal kerja
yang diperoleh dari kredit perbankan dan dana sendiri. Secara keseluruhan
besarnya dana untuk investasi dan modal kerja mencapai Rp 469.314.875.
Dana yang diperoleh dari kredit perbankan mencapai Rp 281.588.925 atau
60% dari total dana yang diperlukan. Kebutuhan biaya investasi dan modal
kerja dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4.
Komponen dan Struktur Biaya Proyek
Tabel 5.5.
Perhitungan Angsuran Kredit
Angsuran
Tahun Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Pokok
281.588.925 281.588.925
1 151.902.925 33.914.680 185.817.605 281.588.925 129.686.000
2 64.843.000 15.994.607 80.837.607 128.686.000 64.843.000
3 64.843.000 5.619.727 70.462.727 64.843.000 -
Produksi eternit per bulan adalah sebesar 2.500 lembar, atau sama dengan
250 pak (1 pak berisi 10 lembar). Produksi dan pendapatan usaha
diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun 1 usaha beroperasi pada
kapasitas 80%, tahun ke 2 kapasitas 90%, tahun ke 3 dan seterusnya
beroperasi pada kapasitas 100%.
Tahun
No Uraian
1 2 3 4
A Kapasitas 80% 90% 100% 100%
Total
B 891.000.000 1.002.375.000 1.113.750.000 1.113.750.000
Penerimaan
Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan usaha eternit dapat menghasilkan laba
pada tahun 1 pada kapasitas 80% sebesar Rp 80.032.234, dengan nilai profit
on sales 8,98%. Dengan memperhitungkan hasil penjualan, biaya variabel,
dan biaya tetap industri eternit diperoleh rata-rata BEP sebesar Rp
524.525.486 atau setara dengan 29.140 pak eternit. Potensi laba tersebut
terus meningkat setiap tahun, hingga tahun ke 4 diperoleh laba sebesar Rp
157.504.788 dengan profit on sales mencapai 14,14%, dan BEP mencapai Rp
392.521.974 atau setara dengan 21.807 pak eternit.
Tabel 5.7.
Proyeksi Rugi Laba Usaha Industri Eternit
Tahun Ke
Uraian Rata-rata
1 2 3 4
Kapasitas 80% 90% 100% 100%
Total
891.000.000 1.002.375.000 1.113.750.000 1.113.750.000 1.030.218.750
Penerimaan
Total
796.811.430 861.684.607 934.069.977 928.450.250 880.262.316
Pengeluaran
R/L Sebelum
94.155.570 140.690.393 179.680.023 185.299.750 149.956.434
Pajak
Pajak (15%) 14.123.335 21.103.559 26.952.004 27.794.963 22.493.465
Laba Setelah
80.032.234 119.586.834 152.728.020 157.504.788 127.462.969
Pajak
Profit on
8,98% 11,93% 13,71% 14,14% 12,29%
Sales
Tabel 5.8.
Kelayakan Investasi Industri Eternit
Justifikasi
Kriteria Kelayakan Nilai
Kelayakan
NPV (16%) 264.709.511 >0
IRR 47,73% > 16%
Net B/C Ratio 1,82 > 1,00
PBP (tahun) 2,4 <4
h. Analisis Sensitivitas
Tabel 5.9.
Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel
Kenaikan Biaya Variabel
Kriteria Kelayakan
12% 13%
NPV (16%) 11.319.088 (9.796.781)
IRR 17,43% 14,75%
Net B/C Ratio 1,03 0,97
PBP (Tahun) 3,9 4,1
Pada skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar 9% dengan tingkat
bunga 16%, diperoleh NPV positif, Net B/C Ratio lebih dari satu dengan IRR
mencapai 17,13%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan
sebesar 9% usaha tersebut layak dilaksanakan. Pada penurunan pendapatan
sebesar 10% diperoleh Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV bernilai negatif,
IRR 13,52%, dan PBP melebihi umur proyek sehingga proyek tidak layak
dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas penurunan pendapatan dapat dilihat
pada Tabel 5.10, dan secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 13 dan
Lampiran 14.
Tabel 5.10.
Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan
Penurunan Pendapatan
Kriteria Kelayakan
9% 10%
NPV (16%) 8.958.486 (19.458.295)
IRR 17,13% 13,52%
Net B/C Ratio 1,03 0,94
PBP (Tahun) 3,9 4,1
Tabel 5.11.
Hasil Analisis Sensitivitas Gabungan Kenaikan Biaya Variabel dan Penurunan
Pendapatan
Kenaikan Biaya Variabel Kenaikan Biaya Variabel
Kriteria
5% dan Penurunan 6% dan Penurunan
Kelayakan
Pendapatan 5% Pendapatan 6%
NPV (16%) 17.046.265 (32.486.384)
IRR 17,13% 13,52%
Net B/C Ratio 1,03 0,94
PBP (Tahun) 3,9 4,1
Manfaat yang dirasakan dengan adanya usaha ini, antara lain adalah bagi
pengusaha sendiri dapat menghidupi keluarga, memenuhi biaya pendidikan,
serta mampu menambah peralatan produksi seperti membeli mobil.
Keberadaan industri eternit ini juga mendorong perkembangan industri
penepungan batu gamping/batu kapur, yang sekaligus meningkatkan
pendapatan penambang batu gamping.
b. Dampak Lingkungan
b. Saran