Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN AKUNTANSI DIINDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Matakuliah: Sistem Akuntansi Pemerintahan

Dosen pengampu: Dra. Vince Ratnasari, M.Si, Ak

kelas A

Kelompok 4

1. Renny Dinda Budiastuti 1802112442

2. Fitri Aulia Ramadani Ersa 1802110063

3. Gita Wulandari 1802110325

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemeriksaan Akuntansi di
Indonesia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dra.
Vince Ratnasari, M.Si, Ak pada Sistem Akuntansi Pemerintahan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pemeriksaan Akuntansi di Indonesia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Vince Ratnasari selaku Dosen Mata kuliah
Sistem Akuntansi Pemerintahan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 29 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang .........................................................................................................1

2.  Rumusan Masalah ....................................................................................................2

3.  Tujuan Pembahasan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 

A. Pengertian Pemeriksaan Akuntansi (Audit).................................................................6

B. Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia........…………….…………………............6

C. Prosedur Pemeriksaan Akuntansi Pemerintah………………..….………....………..11

D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemeriksaan

Akuntansi Pemerintahan………………...........…………………………..………….13

BAB III PENUTUP

1  Kesimpulan ……………………..………………………………...…………......……..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Menurut Penulis, Auditing adalah suatu proses pengujian untuk membuktikan dan
memastikan bahwa pos-pos Laporan Posisi Keuangan/Neraca (rekening-rekening yang terdapat
dalam laporan posisi keuangan) dan pos-pos laba rugi (rekeningrekening yang terdapat dalam
laporan laba rugi), adalah benar, dengan atau tanpa melalui jurnal koreksi audit dan didukung
oleh dokumen-dokumen yang berkaitan sebagai Kertas Kerja Audit.

Oleh karena itu, dalam auditing, perlunya dilakukan pengujian atas saldo-saldo yang
terdapat dalam laporan keuangan yang disampaikan oleh entitas, untuk memperoleh keyakinan
bahwa laporan keuangan tersebut sudah benar.Karena paling mudah bagi entitas untuk
mencantumkan angka-angka dalam laporan keuangan sehingga terlihat entitas tersebut
mempunyai performance yang baik, yang membuat entitas mempunyai nilai jual yang sangat
tinggi, dan tugas auditor adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disampaikan
tersebut adalah memang sudah benar.

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes, auditing adalah: “Suatu Audit yang dilakukan
secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan 2 untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut”

1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pemeriksaan Akuntansi di Indonesia?
2. Apa Saja Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia?
3. Bagaimana Prosedur Pemeriksaan Akuntansi Pemerintah?
4. Bagaimana Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemeriksaan Akuntansi
Pemerintahan?

4
2. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Unuk mengetahui pemeriksaan Akuntansi di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia
3. Untuk Mengetahui Prosedur Pemeriksaan Akuntansi Pemerintah
4. Untuk Mengetahui Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemeriksaan Akuntansi
Pemerintahan

5
BAB II

PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN AKUNTANSI DI INDONESIA

 A. Pengertian Pemeriksaan Akuntansi (Audit)


 
Audit merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan
supaya dapat mendeteksi terjadinya penyelewengan dan ketidakwajaran yang dilakukan oleh
perusahaan. Proses audit sangat diperlukan suatu perusahaan karena dengan proses tersebut
seorang akuntan publik dapat memberikan pernyataan pendapat terhadap kewajaran atau
kelayakan laporan keuangan berdasarkan international standards auditing yang berlaku umum. 
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi,
proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak,
yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah
diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan
diterima.
Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

B. Lembaga Eksternal Auditor di Indonesia

Auditor eksternal merupakan auditor yang independen dan mandiri bukan bagian
pemerintah yang diaudit. Lembaga auditor eksternal berdasarkan UUD 1945 adalah Badan

6
Pemeriksa Keuangan(BPK). BPK berwenang melakukan audit keuangan, audit kinerja, dan
audit dengan tujuan tertentu. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

Tugas dan wewenang BPK

Badan Pemeriksa Keuangan merupakan institusi yang dibentuk untuk memeriksa


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dibentuk berdasarkan Perubahan Ketiga
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 23E menyebutkan
bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang
Keuangan Negara, yaitu;
1. UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
2. UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3. UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara

Selanjutnya tugas dan wewenang BPK diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan BAB III tentang Tugas dan
Wewenang.

Tugas

Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006, BAB III
Bagian Pertama antara lain adalah sebagai berikut:
1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar Undang-Undang tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

7
3. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan kinerja, keuangan, dan
pemeriksaan dengan adanya maksud tertentu.

4. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara,


BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa
sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara.
5. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-
undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan.
6. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diserahkan kepada DPD,
DPR, dan DPRD. Dan juga menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden,
Gubernur, dan Bupati/Walikota.
7. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula hasil
pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya.                                                                                                                

8. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan paling lama 1
(satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.

Wewenang

Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2006, BAB III
bagian kedua adalah sebagai berikut:
1. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk menentukan objek
pemeriksaan, merencanakan serta melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu dan
metode pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga menjadi
wewenang dari BPK tersebut.
2. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik

8
Daerah dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;
3. melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap
perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara
4. menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
5. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara;
6. menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
7. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas
nama BPK;
8. membina jabatan fungsional pemeriksa;
9. memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan; dan
10. memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

Nilai Dasar Bpk Sebagai Landasan Pelaksanaan Tugas Para Pelaksana Bpk
Pencapaian cita-cita yang tertuang di dalam visi dan misi BPK dilaksanakan oleh seluruh
pegawai dengan berlandaskan pada nilai-nilai dasar organisasi. Berdasarkan Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, nilai dasar organisasi BPK adalah sebagai berikut:

1. Independensi yaitu BPK menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan,


organisasi, maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan/atau
organisasi yang dapat mempengaruhi independensi. BPK perlu memperhatikan gangguan pribadi
terhadap independensi pemeriksanya. Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan
dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan Pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan

9
pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab
untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang di BPK apabila memiliki gangguan
pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu antara lain:

 memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa;
 memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas
atau program yang diperiksa;
 pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam
kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
 mempunyai hubungan kerja sama dengan entitas atau program yang diperiksa; dan
 terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan,
seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan sistem, menyusun dan/atau
mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
2. Integritas, yaitu BPK membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, objektif, dan tegas
dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan. Gangguan terhadap integritas meliputi antara
lain:

 meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/atau fasilitas lainnya baik langsung
maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan;
 menghambat pelaksanaan tugas pemeriksaan untuk kepentingan pribadi, seseorang,
dan/atau golongan;
 memaksakan kehendak pribadi kepada pihak yang diperiksa; dan
 mengubah temuan atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, opini,
kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai fakta dan/atau bukti-
bukti dalam Pemeriksaan.
3. Profesionalisme yaitu BPK membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.
Profesionalisme ini meliputi kemahiran profesional, skeptisisme profesional, pertimbangan
profesional, dan kompetensi profesional. Ketiga nilai dasar yaitu Integritas, Independensi, dan
Profesionalisme (IIP) telah dimasukkan ke dalam sistem organisasi BPK.
10
Nilai dasar Integritas diturunkan ke dalam program-program Implementasi Kode Etik, Sistem
Kendali Kecurangan, Pakta Integritas, Program Pengendalian Gratifikasi, dan Zona Integritas.
Nilai dasar Independensi dinyatakan dalam independensi di bidang audit, kelembagaan,
keuangan, dan SDM. Nilai dasar Profesionalisme dinyatakan dalam Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, Pedoman Pemeriksaan dan Non-Pemeriksaan, tugas dan fungsi, dan proses
bisnis.

C. Prosedur Pemeriksaan Akuntansi Pemerintah

Pelaksanaan Pemeriksaan

BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup
kebebasandalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya
telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan permintaan khusus
dari lembaga perwakilan.
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalam
penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu
pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif.
Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah.
Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan difokuskan pada
bidangbidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat
efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat pengawasan intern
pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan

11
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang,
barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan
menghasilkan opini.
Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil
pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya
ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan
oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan
BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements) memuat koreksi
dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk
menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan.
Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan
kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini
mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1 (satu) semester.
Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan
kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi
secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan
bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan
dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan
untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs web BPK.
Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK.
Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan atas
tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.

12
D. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pemeriksaan Akuntansi Pemerintahan

Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara wajib dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara memiliki standar pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pemeriksa
Keuangan dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara dilindungi oleh Undang-Undang. Undang-Undang tersebut adalah Undang-Undang
Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung


Jawab Keuangan Negara disahkan di Jakarta pada tanggal 19 Juli 2004 oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara diundangkan pada tanggal 19 Juli 2004 di Jakarta oleh
Sekretaris Negara Bambang Kesowo. Agar setiap orang mengetahuinya, Undang-Undang Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
ditempatkan pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, dan. Penjelasan
Atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400.

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah:

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 23 dan Pasal 23E Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4355);

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Audit merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap


pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan
supaya dapat mendeteksi terjadinya penyelewengan dan ketidakwajaran yang dilakukan oleh
perusahaan. Proses audit sangat diperlukan suatu perusahaan karena dengan proses tersebut
seorang akuntan publik dapat memberikan pernyataan pendapat terhadap kewajaran atau
kelayakan laporan keuangan berdasarkan international standards auditing yang berlaku umum. 

Auditor eksternal merupakan auditor yang independen dan mandiri bukan bagian
pemerintah yang diaudit. Lembaga auditor eksternal berdasarkan UUD 1945 adalah Badan
Pemeriksa Keuangan(BPK). BPK berwenang melakukan audit keuangan, audit kinerja, dan
audit dengan tujuan tertentu. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Auditor eksternal merupakan auditor yang independen dan mandiri bukan bagian | Course Hero

BAB II.pdf (polsri.ac.id)

Apa Tugas dan Wewenang BPK? | BPK RI Perwakilan Propinsi Provinsi SUMATERA BARAT

BPK RI

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-15-2004-pemeriksaan-pengelolaan-tanggung-jawab-
keuangan-negara

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2004/15TAHUN2004UUPENJ.htm

15
16

Anda mungkin juga menyukai