AUDIT FORENSIK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS B
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2022
1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Keuangan Negara”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
Audit Forensik. Makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu pendahuluan, pembahasan
dan penutup.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
serta memenuhi kewajiban tugas. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan........................................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah................................................................................................4
3. Tujuan................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 6
1. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara.........................................................6
2. Sumber Hukum.....................................................................................................6
3. Pemeriksa Keuangan Negara...............................................................................8
4. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara................................................14
5. Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara................................................................15
6. Pelaksaan Pemeriksaan Keuangan Negara.......................................................18
7. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Keuangan Negara..........................................19
8. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang – undang nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan negara dan undang – undang tahun
2004 tentang pembendaharaan negara perlu dilakukan
pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 23 E undang – undang
dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, sampai saat ini BPK berpedoman kepada Instructie en
Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR
(Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320)
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pemeriksaan keuangan negara ?
2. Bagaimana sumber hukum dari pemeriksaan keuangan
negara ?
3. Bagaimana pemeriksaan keuangan negara ?
4. Bagaimana lingkup pemeriksaan keuangan negara ?
5. Apa sajakah jenis pemeriksaan keuangan negara ?
6. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara ?
7. Bagaimana tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan negara ?
8. Bagaimana penjelasan atas undang – undang Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ?
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan keuangan negara
4
2. Untuk mengetahui sumber hukum dari pemeriksaan keuangan
negara
3. Untuk mengetahui pemeriksaan keuangan negara
4. Untuk mengetahui lingkup pemeriksaan keuangan negara
5. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan keuangan negara
6. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara
7. Untuk mengetahui tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan
negara
8. Untuk mengetahui penjelasan atas undang – undang Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. SUMBER HUKUM
6
Pasal 23E
7
3. PEMERIKSA KEUANGAN NEGARA
8
Dasar Negara Republik Indonesiat Tahun 1945. Pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalam wujud pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara harus dipertanggungjawabkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih
dan bebas dari perbuatan hukum yang menimbulkan kerugian
keuangan negara. Perbuatan hukum itu, berupa perbuatan yang
melanggar hukum, penyalahgunaan wewenang, atau perbuatan
yang melampaui batas kewenangan. Ketiga jenis perbuatan
hukum tersebut, kadang kala terjadi dalam pengelolaan keuangan
negara sehingga menimbulkan kerugian keuangan negara yang
ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Sebagai lembaga
negara yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki
tugas dan wewenang.
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor
15 Tahun 2006, sebagai berikut :
1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara;
2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar
Undang- Undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara;
3. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan
kinerja, keuangan, dan pemeriksaan dengan adanya maksud
tertentu;
9
temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan keuangan negara;
5. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil
pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan;
6. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara diserahkan kepada DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga
menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota;
7. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK
menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
Presiden, Gubernur, Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya;
8. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK
melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana
tersebut.
Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UU Nomor
15 Tahun 2006, sebagai berikut :
1. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk
menentukan objek pemeriksaan, merencanakan serta
melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu dan metode
pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga
menjadi wewenang dari BPK tersebut;
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan
oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara;
10
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan
barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan,
pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat,
bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib
disampaikan kepada BPK;
11
menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara (bendahara,
pengelola Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, lembaga dan badan lain);
2. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak
yang berkewajiban membayar ganti kerugian ditetapkan
dengan keputusan Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian maka
Badan Pemeriksa Keuangan berwenang memantau :
- Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan
oleh pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara
dan pejabat lain.
- Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah
kepada bendahara, pengelola Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah dan lembaga atau badan
lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
12
atau pemberian keterangan ahli oleh Badan Pemeriksa Keuangan
kepada pengelola keuangan negara yang membutuhkan bukan
merupakan suatu kewajiban. Hal ini didasarkan bahwa adanya kata
frasa “dapat” yang menunjukkan boleh atau tidak boleh
dilaksanakan, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh Badan Pemeriksa Keuangan pada saat itu.
Untuk memperlancar pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, maka telah ditetapkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan tersebut tidak hanya memuat kaidah hukum
mengenai standar pemeriksaan keuangan negara tetapi memuat
pula lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Dalam Peraturan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, sebagai berikut :
1. Lampiran I, Pendahuluan tentang Standar Pemeriksaan
13
4. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
14
Ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi pemeriksaan
yang bersifat preventif dan pemeriksaan yang bersifat represif.
Pemeriksaan yang bersifat preventif bertujuan untuk memberi
bimbingan atau pengarahan untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran hukum keuangan negara yang bermuara kepada
timbulnya kerugian keuangan negara. Namun, dalam prakteknya,
pemeriksaan yang bersifat represif tidak selalu dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan tetapi kenyatannya sangat dibutuhkan
untuk mencegah agar tidak terjadi kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang bersifat represif adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan seteah memperoleh
laporan maupun dugaan adanya kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
bertujuan bagaimana cara menanggulangi kerugian keuangan
negara yang terjadi atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
15
terhadap berbagai jenis bukti, untuk dapat melakukan penilaian
secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang
diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk
memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
ditetapkan.
16
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta
menjunjung tinggi integritas, objektifitas dan independensi.
Pemeriksa harus memiliki sikap untuk melayani kepentingan publik,
menghargai dan memelihara kepercayaan publik dan
mempertahankan profesionalisme.
Pemeriksaan harus mengambil keputusan yang konsisten
dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Selain
itu, pemeriksa harus berhati-hati dalam menggunakan informasi yang
diperoleh selama melaksanakan pemeriksaan. Dengan sifat
integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip
tetapi tidak dapat menghilangkan kecerobohan dan perbedaan
pendapat. Integritas juga mensyaratkan agar pemeriksa
memerhatikan prinsip-prinsip objektifitas dan independensi.
Sebenarnya integritas sangat menentukan kepribadian pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
17
perwakilan tersebut tidak bersifat mengikat kecuali bila Badan
Pemeriksa Keuangan menganggap bahwa keputusan itu memiliki
relevansi dengan objek pemeriksaan. Untuk mewujudkan
perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan
masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari
berbagai pihak.
18
pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaannya;
c. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan
dokumen pengelolaan keuangan negara;
d. Meminta keterangan kepada seseorang;
19
a. Opini wajar tanpa pengecualian;
20
Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh BPK kepada lembaga
perwakilan dan pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah
untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial
statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan
kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk
menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam
laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada
DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana,
Undang-undang ini mewajibkan BPK melaporkannya kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang
dilakukan selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan
kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang
bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh
tentang hasil pemeriksaan. Dalam rangka transparansi dan
peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan
bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan
kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan
untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi
dan situs web BPK. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kasus Tindak Pidana
Korupsi karena melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK
inilah diketahui bahwa suatu instansi pemerintah teridentifikasi atau
telah melakukan penyelewengan dana yang mengakibatkan
kerugian keuangan Negara. Selain itu, Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK ini berfungsi untuk meminimalisir penyalahgunaan
21
keuangan dan mencegah gejala korupsi serta sebagai suatu alat
bukti yang sangat kuat dalam memecahkan suatu kasus Tindak
Pidana Korupsi.
A. Umum
1) Dasar Pemikiran
Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
masih belum memiliki landasan operasional yang memadai
dalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Sebelum berlakunya
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, selain berpedoman pada IAR, dalam
pelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman pada
Indische Comptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925 Nomor
448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53). Agar BPK dapat
mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-undang
ini diatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagai
berikut:
a. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
b. Lingkup pemeriksaan;
c. Standar pemeriksaan;
d. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan
pemeriksaan;
e. Akses pemeriksa terhadap informasi;
f. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
g. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
22
h. Pengenaan ganti kerugian negara;
i. Sanksi pidana.
23
dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan
tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. Pelaksanaan
pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan
pada suatu standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun
oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan
profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud
ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak
pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang
pemeriksaan.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga
tahap pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap
perencanaan mencakup kebebasandalam menentukan obyek
yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah
diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan
berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan. Untuk
mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat
memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak.
Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan
pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan
waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode
pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK
dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya
yang memadai. BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengan
demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat
24
disesuaikan dan difokuskan pada bidangbidang yang secara
potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta
tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara.
Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK. BPK diberi
kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan
dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara
fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi
yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk
mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan
keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
25
Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila
pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini
mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundangundangan. BPK diharuskan
menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1
(satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada
Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang bersangkutan agar
memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil
pemeriksaan. Dalam rangka transparansi dan peningkatan
partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap
laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada
lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan
demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk
mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan
situs web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah
untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu,
BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan
atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.
E. Pengenaan Ganti Kerugian Negara
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-undang ini mengatur lebih lanjut tentang
pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara.
BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu
pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang
terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam
persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara
tersebut dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.
Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
26
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
28