Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AUDIT FORENSIK

“Pemeriksaan Keuangan Negara”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

Muhammad Farhan (A014211003)


Gina Anggi Rianthy (A014211002)
Asriyana (A014211001)

KELAS B

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2022

1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan
Keuangan Negara”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah
Audit Forensik. Makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu pendahuluan, pembahasan
dan penutup.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
serta memenuhi kewajiban tugas. Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 09 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan........................................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................................4
2. Rumusan Masalah................................................................................................4
3. Tujuan................................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan....................................................................................................... 6
1. Pengertian Pemeriksaan Keuangan Negara.........................................................6
2. Sumber Hukum.....................................................................................................6
3. Pemeriksa Keuangan Negara...............................................................................8
4. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara................................................14
5. Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara................................................................15
6. Pelaksaan Pemeriksaan Keuangan Negara.......................................................18
7. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Keuangan Negara..........................................19
8. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara................................................................................................................ 22

BAB III Penutup............................................................................................................ 27


1. Kesimpulan.........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang – undang nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan negara dan undang – undang tahun
2004 tentang pembendaharaan negara perlu dilakukan
pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 23 E undang – undang
dasar negara republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara, sampai saat ini BPK berpedoman kepada Instructie en
Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR
(Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320)

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pemeriksaan keuangan negara ?
2. Bagaimana sumber hukum dari pemeriksaan keuangan
negara ?
3. Bagaimana pemeriksaan keuangan negara ?
4. Bagaimana lingkup pemeriksaan keuangan negara ?
5. Apa sajakah jenis pemeriksaan keuangan negara ?
6. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara ?
7. Bagaimana tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan negara ?
8. Bagaimana penjelasan atas undang – undang Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara ?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan keuangan negara

4
2. Untuk mengetahui sumber hukum dari pemeriksaan keuangan
negara
3. Untuk mengetahui pemeriksaan keuangan negara
4. Untuk mengetahui lingkup pemeriksaan keuangan negara
5. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan keuangan negara
6. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara
7. Untuk mengetahui tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan
negara
8. Untuk mengetahui penjelasan atas undang – undang Republik
Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis,


dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara diupayakan agar pemeriksa maupun pengelola keuangan
negara sebagai terperiksa, tetap berpegang pada asas
keterbukaan, kejujuran dan tidak melanggar hukum keuangan
negara. Hal ini dimasukkan agar terhindar dari kompromi yang
bersifat negatif sehingga menimbulkan kejahatan dalam bentuk
tindak pidana korupsi.

Terlaksananya pemeriksaan keuangan secara benar


berdasarkan hukum keuangan negara yang berarti terjalin
keberhasilan yang baik untuk menegakkan hukum keuangan
negara. Keberhasilan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara tergantung pada kesadaran hukum, baik
pada pemeriksa maupun yang diperiksa.

2. SUMBER HUKUM

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab tentang


keuangan negara wajib berpedoman pada sumber hukum yang
telah ditentukan. Pemeriksaan keuangan negara memiliki sumber
hukum sebagaimana terdapat dalam Pasal 23E, Pasal 23F, dan
Pasal 23G Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 .

6
Pasal 23E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab


tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri. (2) Hasil pemeriksaan
keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, sesuai dengan kewenangannya. (3) Hasil pemeriksaan
tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh


Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. (2)
Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh
anggota.
Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota


negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. (2) Ketentuan
lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan
undang-undang.

Berdasarkan Pasal 23G UUD NRI 1945 mencantumkan


bahwa Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-
undang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Sebagai Pengganti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003 Tentang Keuangan Negara.

7
3. PEMERIKSA KEUANGAN NEGARA

Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara


berada pada pemerintah karena merupakan bagian dari
pemerintahan negara. Hal ini didasarkan bahwa pemerintah
berkewajiban memenuhi fungsi negara sebagaimana yang
tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam kerangka
memenuhi tugas negara maka pemerintah memerlukan
pendanaan dalam bentuk keuangan negara yang setiap tahun
ditetapkan dalam bentuk Undang- Undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Keberadaan Undang-Undang
tentang APBN yang dilaksanakan oleh pemerintah memerlukan
pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara agar keuangan negara tidak
disalahgunakan oleh pengelola keuangan negara yang tidak
bertanggung jawab.

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) bersifat bebas dan


mandiri sebagaimana yang telah dicantumkan pada Pasal 23E
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bebas diartikan dapat melakukan segala tindakan yang terkait
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dengan tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku terkait keuangan negara.

Mandiri, diartikan dalam melakukan pemeriksaan atas


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun, termasuk pihak eksekutif, legislatif,
yudikatif dan bahkan dari dalam Badan Pemeriksa Keuangan
sendiri. Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kedudukan
melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat
sebagaimana tersirat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang

8
Dasar Negara Republik Indonesiat Tahun 1945. Pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalam wujud pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara harus dipertanggungjawabkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai wakil rakyat.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan bertujuan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih
dan bebas dari perbuatan hukum yang menimbulkan kerugian
keuangan negara. Perbuatan hukum itu, berupa perbuatan yang
melanggar hukum, penyalahgunaan wewenang, atau perbuatan
yang melampaui batas kewenangan. Ketiga jenis perbuatan
hukum tersebut, kadang kala terjadi dalam pengelolaan keuangan
negara sehingga menimbulkan kerugian keuangan negara yang
ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Sebagai lembaga
negara yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki
tugas dan wewenang.
Tugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berdasarkan UU Nomor
15 Tahun 2006, sebagai berikut :
1. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara;
2. Pelaksanaan pemeriksaan BPK tersebut dilakukan atas dasar
Undang- Undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara;
3. Pemeriksaan yang dilakukan BPK mencakup pemeriksaan
kinerja, keuangan, dan pemeriksaan dengan adanya maksud
tertentu;

4. Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung


jawab keuangan negara, BPK melakukan pembahasan atas

9
temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan keuangan negara;
5. Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil
pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan;
6. Hasil pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara diserahkan kepada DPD, DPR, dan DPRD. Dan juga
menyerahkan hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
Presiden, Gubernur, dan Bupati/Walikota;
7. Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK
menyerahkan pula hasil pemeriksaan secara tertulis kepada
Presiden, Gubernur, Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya;
8. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK
melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana
tersebut.
Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UU Nomor
15 Tahun 2006, sebagai berikut :
1. Dalam menjalankan tugasnya, BPK memiliki wewenang untuk
menentukan objek pemeriksaan, merencanakan serta
melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu dan metode
pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga
menjadi wewenang dari BPK tersebut;
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan
oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan
Usaha Milik Daerah dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara;

10
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan
barang milik negara, di tempat pelaksanaan kegiatan,
pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat,
bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar
lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib
disampaikan kepada BPK;

5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah


konsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang
wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara;
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara;
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar
BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK;
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa;

9. Memberi pertimbangan atas standar akuntansi pemerintahan;

10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian


internal Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
Ketika terjadi perbuatan melanggar hukum, penyalahgunaan
wewenang atau perbuatan yang melampaui batas kewenangan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sehingga
menimbulkan kerugian keuangan negara. Adapun tindakan hukum
yang boleh dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagai
berikut :
1. Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang
diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum, baik dilakukan
dengan sengaja maupun kelalaian bagi yang

11
menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara (bendahara,
pengelola Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah, lembaga dan badan lain);
2. Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak
yang berkewajiban membayar ganti kerugian ditetapkan
dengan keputusan Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian maka
Badan Pemeriksa Keuangan berwenang memantau :
- Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan
oleh pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara
dan pejabat lain.
- Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah
kepada bendahara, pengelola Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah dan lembaga atau badan
lain yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan,

- Pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang


ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pemantauan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
pada hakikatnya bertujuan agar penyelesaian atau pelaksanaan
pengenaan ganti kerugian atas kerugian keuangan negara
terlaksana secara optimal. Kewenangan Badan Pemeriksa
Keuangan tidak hanya terbatas melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selain
kewenangan itu, Badan Pemeriksa Keuangan dapat memberi
pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lain, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, badan
layaanan umum, yayasan dan lembaga atau badan lain yang
diperlukan karena sifat pekerjaannya, pemberian pertimbangan,

12
atau pemberian keterangan ahli oleh Badan Pemeriksa Keuangan
kepada pengelola keuangan negara yang membutuhkan bukan
merupakan suatu kewajiban. Hal ini didasarkan bahwa adanya kata
frasa “dapat” yang menunjukkan boleh atau tidak boleh
dilaksanakan, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi
oleh Badan Pemeriksa Keuangan pada saat itu.
Untuk memperlancar pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, maka telah ditetapkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan tersebut tidak hanya memuat kaidah hukum
mengenai standar pemeriksaan keuangan negara tetapi memuat
pula lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Dalam Peraturan Pemeriksa Keuangan Nomor 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, sebagai berikut :
1. Lampiran I, Pendahuluan tentang Standar Pemeriksaan

2. Lampiran II, Pernyataan standar Pemeriksaan 01 Standar


Umum

3. Lampiran III, Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 Standar


Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.
4. Lampiran IV, Pernyataan Standar Pemriksaan 03 Standar
Pelaporan Pemeriksaan Keuangan.

5. Lampiran V, Pernyataan Standar Pemeriksaan 04 Standar


Pelaksanaan Pemeriksaan kinerja.
6. Lampiran VI, Pernyataan Standar Pemeriksaan 05 Standar
Pelaporan Pemeriksaan kinerja.
7. Lampiran VII, Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Tujuan tertentu.
8. Lampiran VIII, pernyataan Standar Pemeriksaan 07 Standar
Pelaporan Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

13
4. RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Lingkup pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan


atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pengelolaan meliputi seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban. Tanggung jawab adalah
kewajiban untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Keuangan
Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara. Lingkup Keuangan
Negara tersebut meliputi :
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan
mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas
layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;

d. Pengeluaran Negara;

e. Penerimaan Daerah;

f. Pengeluaran Daerah;

g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau


oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau
kepentingan umum; dan
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan
fasilitas yang diberikan pemerintah.

14
Ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi pemeriksaan
yang bersifat preventif dan pemeriksaan yang bersifat represif.
Pemeriksaan yang bersifat preventif bertujuan untuk memberi
bimbingan atau pengarahan untuk mencegah agar tidak terjadi
pelanggaran hukum keuangan negara yang bermuara kepada
timbulnya kerugian keuangan negara. Namun, dalam prakteknya,
pemeriksaan yang bersifat represif tidak selalu dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan tetapi kenyatannya sangat dibutuhkan
untuk mencegah agar tidak terjadi kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang bersifat represif adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan seteah memperoleh
laporan maupun dugaan adanya kerugian keuangan negara.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
bertujuan bagaimana cara menanggulangi kerugian keuangan
negara yang terjadi atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

5. JENIS PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Jenis pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan


keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Tujuan suatu pemeriksaan menentukan jenis pemeriksaan.
Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini atas
kewajaran laporan keuangan. Penyajian itu mencakup semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif, selain prinsip akuntasi
yang berlaku umum. Tujuan pemeriksaan kinerja adalah memberikan
kesimpulan atas aspek ekonomi, efisiensi dan/atas efektivitas
pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi untuk
memperbaiki aspek tersebut. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja,
pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan
peraturan perundang-undangan serta pengendalian intern.
Pemeriksaan kinerja dilakukan secara objektif dan sistematik

15
terhadap berbagai jenis bukti, untuk dapat melakukan penilaian
secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang
diperiksa. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk
memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
ditetapkan.

Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi yang berguna


untuk meningkatkan kinerja suatu program dan memudahkan
pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk
mengawasi dan melakukan tindakan koreksi serta meningkatkan
pertanggungjawaban publik. Pemeriksaan kinerja dapat memiliki
lingkup yang luas atau sempit serta menggunakan berbagai
metodologi, berbagai tingkat analisis, penelitian atau evaluasi.
Kinerja pemerintah sering menjadi sorotan masyarakat dikarenakan
banyaknya pemberitaan mengenai kasus korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh anggota pemerintah.

Organisasi sektor publik pemerintah merupakan lembaga yang


menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal
dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat kepada penyelenggaraan pemerintahan haruslah
diimbangi dengan adanya pemerintahan yang bersih. Pemeriksaan
kinerja menghasilkan temuan, simpulan dan rekomendasi.
Pemeriksaan dengan tujuan tertenu dapat berbentuk pemeriksaan
kepatuhan dan pemeriksaan investigatif. Pemeriksaan tersebut dapat
bersifat eksaminasi, review, atau prosedur yang disepakati.
Pemeriksaan itu meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern.
Tindakan selanjutnya adalah bergantung pada pihak yang
diperiksa untuk memanfaatkan atau tidak hasil pemeriksaan dalam
rangka penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku terkait keuangan negara. Pemeriksa secara
profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan

16
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. Dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta
menjunjung tinggi integritas, objektifitas dan independensi.
Pemeriksa harus memiliki sikap untuk melayani kepentingan publik,
menghargai dan memelihara kepercayaan publik dan
mempertahankan profesionalisme.
Pemeriksaan harus mengambil keputusan yang konsisten
dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Selain
itu, pemeriksa harus berhati-hati dalam menggunakan informasi yang
diperoleh selama melaksanakan pemeriksaan. Dengan sifat
integritas dapat mencegah kebohongan dan pelanggaran prinsip
tetapi tidak dapat menghilangkan kecerobohan dan perbedaan
pendapat. Integritas juga mensyaratkan agar pemeriksa
memerhatikan prinsip-prinsip objektifitas dan independensi.
Sebenarnya integritas sangat menentukan kepribadian pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.

Dalam melaporkan hasil pemeriksaannya, pemeriksa


bertanggung jawab untuk mengungkapkan semua hal yang material
atau signifikan yang diketahuinya. Ketika tidak diungkapkan dapat
mengakibatkan kesalahpahaman para pengguna laporan hasil
pemeriksaan, kesalahan dalam penyajian hasilnya atau menutupi
praktik-praktik yang tidak patut atau tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Negara

Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, Badan Pemeriksa


Keuangan memerhatikan permintaan, saran, dan pendapat lembaga
perwakilan seperti Dewa Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Namun, keputusan
rapat paripurna, rapat kerja, dan alat kelengkapan lembaga

17
perwakilan tersebut tidak bersifat mengikat kecuali bila Badan
Pemeriksa Keuangan menganggap bahwa keputusan itu memiliki
relevansi dengan objek pemeriksaan. Untuk mewujudkan
perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan
masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari
berbagai pihak.

Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan


pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu
pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode
pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK
dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya
yang memadai. BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat


disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara
potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta tingkat
efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu,
aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK.
Ketika pemeriksaan berlangsung bagi pengelolaan keuangan
dan tanggung jawab keuangan negara, pemeriksa menurut Pasal 10
Undang- Undang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara dapat :

a. Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau


pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
keuangan negara dan tanggungjawab keuangan negara;
b. Mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset,
lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam
penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi objek

18
pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaannya;
c. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan
dokumen pengelolaan keuangan negara;
d. Meminta keterangan kepada seseorang;

e. Memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat


bantu pemeriksaan.
Jika pemeriksaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, Badan
Pemeriksa Keuangan segera melaporkan hal tersebut kepada
Instansi yang berwenang sesuai dengan kaidah hukum keuangan
negara. Instansi yang terkait dengan pelaporan Badan Pemeriksa
Keuangan terdiri dari kepolisian, kejaksaan agung, dan komisi
pemberantasan korupsi. Tata cara penyampaian laporan tersebut
diatur bersama oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pemerintah
untuk menghindari ketentuan yang dapat menimbulkan
penyalahgunaan wewenang.

7. TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan


disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah
kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan
menghasilkan opini. Laporan hasil pemeriksaan merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pemeriksaan yang dilaksanakan. Laporan
internal diterbitkan sebelum suatu pemeriksaan secara keseluruhan.
Tujuannya agar segera dilakukan tindakan pengamanan dan/atau
pencegahan untuk tidak bertambahnya kerugian keuangan negara
yang semula ditemukan.
Terdapat empat jenis opini yang boleh diberikan oleh pemeriksa
atas nama Badan Pemeriksa Keuangan. Keempat opini tersebut
setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan pengelolaan keuangan
negara. Adapun keempat opini yang diberikan oleh pemeriksa,
sebagai berikut :

19
a. Opini wajar tanpa pengecualian;

b. Opini wajar dengan pengecualian;

c. Opini tidak wajar;

d. Pernyataan menolak memberikan opini.

Opini terbaik adalah Wajar Tanpa Pengeculian (Unqualified


Opinion), opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-
bukti audit yang dikumpulkan, laporan keuangan telah bebas dari
kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang material. Laporan
keuangan dengan opini WTP merupakan kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan Dalam laporan
keuangan (Pasal 1 Ayat 11 UU 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).

Dengan kata lain, opini WTP merupakan bentuk apresiasi


tertinggi dalam penilaian pengelolaan laporan keuangan. Opini
terbaik kedua adalah Wajar Dengan Pengecualian (Qualified
Opinion), opini diberikan karena meskipun ada kekeliruan, namun
kesalahan atau kekeliruan tersebut secara keseluruhan tidak
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Opini paling buruk
adalah Tidak Wajar (Adverse Opinion), opini diberikan karena
auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa
laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau
kekeliruan yang material.

Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi


keuangan secara benar. Opini Tidak Memberikan Pendapat atau
Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) tidak bisa
diartikan bahwa laporan keuangan sudah benar atau salah. Opini
diberikan karena auditor tidak bisa meyakini apakah laporan
keuangan benar atau salah. Ini terjadi karena auditor tidak bisa
memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan
dan menyatakan apakah laporan disajikan dengan benar atau salah.

20
Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh BPK kepada lembaga
perwakilan dan pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah
untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,
sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial
statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan
kepada DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk
menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam
laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada
DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana,
Undang-undang ini mewajibkan BPK melaporkannya kepada
instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang
dilakukan selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan
kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang
bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh
tentang hasil pemeriksaan. Dalam rangka transparansi dan
peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan
bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan
kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan
untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi
dan situs web BPK. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kasus Tindak Pidana
Korupsi karena melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK
inilah diketahui bahwa suatu instansi pemerintah teridentifikasi atau
telah melakukan penyelewengan dana yang mengakibatkan
kerugian keuangan Negara. Selain itu, Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK ini berfungsi untuk meminimalisir penyalahgunaan

21
keuangan dan mencegah gejala korupsi serta sebagai suatu alat
bukti yang sangat kuat dalam memecahkan suatu kasus Tindak
Pidana Korupsi.

8. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN
PENGELOLAAN DAN TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA

A. Umum
1) Dasar Pemikiran
Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
masih belum memiliki landasan operasional yang memadai
dalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Sebelum berlakunya
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, selain berpedoman pada IAR, dalam
pelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman pada
Indische Comptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925 Nomor
448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53). Agar BPK dapat
mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-undang
ini diatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagai
berikut:
a. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
b. Lingkup pemeriksaan;
c. Standar pemeriksaan;
d. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan
pemeriksaan;
e. Akses pemeriksa terhadap informasi;
f. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
g. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;

22
h. Pengenaan ganti kerugian negara;
i. Sanksi pidana.

B. Lingkup Pemeriksaan BPK


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang
menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan
tersebut mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara. Sehubungan dengan itu, kepada BPK
diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan,
yakni:
1) Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2) Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi
dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang
lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah. Pasal 23E Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan
kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah,
pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai
dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara
ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara
efektif.
3) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan

23
dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan
tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. Pelaksanaan
pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan
pada suatu standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun
oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan
profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud
ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak
pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang
pemeriksaan.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan
BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga
tahap pemeriksaan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap
perencanaan mencakup kebebasandalam menentukan obyek
yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah
diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan
berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan. Untuk
mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat
memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern
pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak.
Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan
pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan
waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode
pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK
dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan
sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya
yang memadai. BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Dengan
demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat

24
disesuaikan dan difokuskan pada bidangbidang yang secara
potensial berdampak pada kewajaran laporan keuangan serta
tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara.
Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK. BPK diberi
kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan
dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara
fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi
yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk
mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan
keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.

D. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut


Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun
dan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera
setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan
akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan
menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan
kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan
kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya
ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak
terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan
hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah.
Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan
BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan
penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang
telah diperiksa (audited financial statements) memuat koreksi
dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR/DPRD. Pemerintah
diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan
yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan.

25
Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil
pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila
pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini
mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundangundangan. BPK diharuskan
menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1
(satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada
DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada
Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang bersangkutan agar
memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil
pemeriksaan. Dalam rangka transparansi dan peningkatan
partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap
laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada
lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan
demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk
mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan
situs web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah
untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu,
BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan
atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.
E. Pengenaan Ganti Kerugian Negara
Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-undang ini mengatur lebih lanjut tentang
pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara.
BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu
pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang yang
terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam
persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara
tersebut dapat mengajukan keberatan terhadap putusan BPK.
Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.

26
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara diupayakan agar pemeriksa maupun pengelola keuangan
negara sebagai terperiksa, tetap berpegang pada asas
keterbukaan, kejujuran dan tidak melanggar hukum keuangan
negara. Terlaksananya pemeriksaan keuangan secara benar
berdasarkan hukum keuangan negara yang berarti terjalin
keberhasilan yang baik untuk menegakkan hukum keuangan
negara.
Pasal 23E (1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.
Tujuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara agar keuangan negara tidak disalahgunakan oleh
pengelola keuangan negara yang tidak bertanggung jawab. Bebas
diartikan dapat melakukan segala tindakan yang terkait
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dengan tidak
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
terkait keuangan negara. Mandiri, diartikan dalam melakukan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun, termasuk pihak
eksekutif, legislatif, yudikatif dan bahkan dari dalam Badan
Pemeriksa Keuangan sendiri.
Badan Pemeriksa Keuangan memiliki kedudukan melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagaimana
tersirat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesiat Tahun 1945. Pemeriksaan yang dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan bertujuan untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari perbuatan hukum yang
menimbulkan kerugian keuangan negara. Sebagai lembaga negara
yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, Badan Pemeriksa Keuangan memiliki tugas dan
wewenang.

27
DAFTAR PUSTAKA

BPK RI. “Dasar Hukum BPK RI”. https://kepri.bpk.go.id/dasar-


hukum-bpk-ri/, diakses pada tanggal 25 Oktober 2020 pukul
13.00.
BPR RI. “Apa Tugas dan Wewenang BPK RI ?”
https://sumbar.bpk.go.id/apa- tugas-dan-wewenang-bpk/,
diakses pada tanggal 25 oktober 2020 pukul 13.10.
Pradita U.Alvita. 2019. “Implementasi E-Audit dalam Meningkatkan
Fugsi Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Negara Pada BPK RI. Universitas Negeri Surabaya.
Rempengan Carla Margareth. 2013. “ Fungsi Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan Dalam Kasus
Tindak Pidana Korupsi”. Lex Crimen Vol. II. No. 2. summer 2013.
Saidi Djafar Muhammad., Eka Merdekawati Djafar. 2018. Hukum
Keuangan Negara (teori dan praktik). Depok : PT Raja GRafindo.

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor


1 Tahun 2007 Standar Pemeriksaan.

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003


Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004


Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Badan


Pemeriksa Keuangan.

28

Anda mungkin juga menyukai