Anda di halaman 1dari 32

TUGAS 8

AUDIT, ASSURANS DAN ETIKA PROFESI

“Penerapan Prosedur Audit”

DISUSUN OLEH :

Muhammad Farhan – A014211003

KELAS B

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2022
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pada
dasarnya prosedur audit diklasifikasikan menurut tujuan audit dalam kategori sebagai
beikut:
1. Perencanaan Audit (Planning the Audit)
Terlebih dahulu harus merencanakan sasaran yang akan di audit kemudian harus
memahami sasaran tersebut, kemudian mengumpulkan informasi awal yang
dibutuhkan dan mengidentifikasikan resiko.
2. Pengujian Pengendalian (Test of Controls)
Melakukan observasi terhadap pengendalian dan mengevaluasi sistem yang telah
ada, apakah sistem sudah berjalan dengan baik atau belum.
3. Pengujian Subtantif
a. Pengujian Transaksi (Test of Transactions)
Melakukan pengujian terhadap seluruh aktivitas transaksi yang terjadi.
b. Pengujian Keseluruhan Hasil (Test of Overall Result)
Melakukan pengujian terhadap efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan
komputerisasi.
4. Penyelesaian Audit (Completion of the Audit)
Membuat kesimpulan atau rekomendasi untuk dikomunikasikan pada manajemen

SURAT REPRESENTASI MANAJEMEN


Pengertian Surat Representasi Manajemen
Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan publik
pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan publik yang terdiri dari
pendapat auditor (auditor’s opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan klien dan
laporan keuangan yang telah diaudit, yang merupakan tanggung jawab manajemen
(klien). Namun demikian, sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus
meminta surat representasi manajemen dan manajemen/klien harus memberikannya.
SA Seksi 333 menyatakan bahwa Surat Representasi Manajemen adalah bagian
dari bukti audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan
prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor

1
atas laporan keuangan. Auditor memperoleh representasi tertulis dari manajemen untuk
melengkapi prosedur audit lain yang dilakukannya. Dalam banyak hal, auditor
menerapkan prosedur audit terutama didesain untuk memperoleh informasi yang
mendukung masalah yang juga direpresentasikan secara tertulis. Jika suatu representasi
yang dibuat oleh manajemen bertentangan dengan bukti audit lain, auditor harus
menyelidiki keadaan tersebut dan mempertimbangkan keandalan representasi tersebut.
Berdasarkan keadaan tersebut, auditor harus mempertimbangkan apakah keandalan
representasi manajemen yang berkaitan dengan aspek lain laporan keuangan memadai
dan beralasan.
Tanggal surat representasi manajemen harus sama dengan tanggal tanggal
selesainya pemeriksaan lapangan (audit field work) dan tanggal laporan akuntan publik.
Tanggal tersebut menunjukkan sampai batas waktu mana auditor harus menjelaskan hal-
hal atau kejadian penting sesudah tanggal neraca. Surat representasi manajemen
tersebut harus ditandatangani pejabat perusahaan (klien) yang berwenang, biasanya
Direktur Keuangan dan Akuntansi atau Direktur Utama dan ditik diatas kop surat klien,
walaupun konsep surat tersebut disiapkan oleh kantor akuntan publik. Jadi, surat
representasi manajemen ialah surat yang dibuat oleh klien, ditujukan kepada kantor
akuntan publik, yang berisi pernyataan mengenai beberapa hal yang penting, antara lain:
1. Bahwa manajemen menyadari, merekalah yang bertanggung jawab terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia (Standar Akuntansi Keuangan).
2. Bahwa semua data, catatan akuntansi, notulen rapat direksi dan pemegang saham
serta informasi-informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan audit, seluruhnya sudah
diperlihatkan kepada akuntan publik dan tidak ada yang disembunyikan.
3. Penjelasan mengenai pos-pos laporan keuangan, misalnya :
a. Piutang yang disajikan di neraca semuanya bisa tertagih atau sudah dibuatkan
penyisihan yang cukup untuk piutang yang diragukan bisa tertagih.
b. Aktiva tetap yang tercantum di neraca semuanya merupakan milik perusahaan
dan dicatat berdasarkan harga perolehannya.
c. Hutang yang tercantum di neraca betul-betul merupakan kewajiban perusahaan
dan tidak ada hutang atau kewajiban kepada pihak ketiga yang belum
dicantumkan di neraca.

2
4. Menyatakan ada atau tidaknya aktiva perusahaan yang dijadikan jaminan atas kredit
yang diperoleh dari bank. Jika ada aktiva yang dijadikan jaminan, harus dijelaskan
aktiva apa saja yang dijaminkan dan dijaminkan kepada siapa.
5. Menyatakan ada atau tidaknya kewajiban bersyarat (contingent liability) per tanggal
neraca. Kalau ada harus dijelaskan dalam bentuk apa. Contingent liability adalah
kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga yang mungkin terjadi, mungkin juga tidak
terjadi, tergantung pada kejadian di periode yang akan datang. Contingent liability
bisa berasal dari pendiskontoan wesel tagih atau jika ada tuntutan terhadap
perusahaan di pengadilan yang pada tanggal neraca, belum ada keputusan hukum
dari pengadilan tersebut.
6. Menyatakan ada atau tidaknya transaksi-transaksi hubungan istimewa (related party
transaction) dengan perusahaan induk (holding company) atau perusahaan afiliasi.
Jika ada hubungan transaksi istimewa, misalnya dalam bentuk pembelian atau
penjualan barang dagangan antar perusahaan dalam satu group, maka harus
dinyatakan bahwa transaksi tersebut dilakukan dengan harga pasar yang wajar (arms
length transactions), dan harus dijelaskan juga berapa jumlah transaksi tersebut.
7. Menyatakan ada atau tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang
mempunyai pengaruh yang penting atau material terhadap kewajaran laporan
keuangan, misalnya terjadinya kebakaran sesudah tanggal neraca namun sebelum
laporan akuntan diterbitkan.

Kegunaan Surat Representasi Manajemen


Manfaat surat representasi manajemenbagi kantor akuntan publik sangat besar
sekali. Misalnya jika ternyata klien tidak mencatat transaksi perusahaan secara
keseluruhan atau ada bukti-bukti yang disembunyikan/tidak diperlihatkan kepada kantor
akuntan, sehingga ada pihak-pihak yang menggunakan laporan keuangan klien dan
merasa dirugikan lalu mengajukan tuntutan kepada akuntan publik di pengadilan. Dalam
hal ini akuntan publik dapat menunjukkan surat representasi manajemen tersebut sebagai
bukti di pengadilan, sehingga tidak bisa disalahkan. Jika akuntan publik tidak memiliki
surat representasi manajemen, maka ia bisa disalahkaan di pengadilan dan harus
membayar ganti rugi atau dicabut ijin prakteknya oleh Menteri Keuangan jika terbukti lalai
dalam melakukan pemeriksaannya sehingga merugikan pihak lain.

3
Isi Dari Surat Representasi Manajemen
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan dalam Standar Profesional Akuntan publik
(PSA No. 17), bahwa surat representasi manajemen (representasi tertulis) umumnya
meliputi hal-hal berikut, jika dimungkinkan :
1. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan
keuangan secara wajar, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus
kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Tersedianya catatan keuangan dan data yang berkaitan.
3. Kelengkapan dan tersedianya semua notulen rapat pemegang saham, direksi dan
dewan komisaris.
4. Tidak terdapat kesalahan dalam laporan keuangan dan transaksi yang tidak tercatat.
5. Informasi mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dan
piutang atau hutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
6. Ketidakpatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak
terhadap laporan keuangan.
7. Informasi mengenai peristiwa kemudian.
8. Ketidakberesan yang melibatkan manajemen dan karyawan.
9. Komunikasi dari instansi pemerintah mengenai ketidakpatuhan terhadap atau
kelemahan dalam praktik laporan keuangan.
10. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau klasifikasi aktiva
atau kewajiban.
11. Pengungkapan saldo kompensasi atau perjanjian yang menyangkut pembatasan
terhadap saldo kas, dan pengungkapan line-of-credit atau perjanjian yang serupa.
12. Pengurangan kelebihan atau keusangan persediaan menjadi nilai yang dapat
direalisasikan.
13. Rugi dari komitmen penjualan.
14. Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan.
15. Perjanjian untuk membeli kembali aktiva yang sebelumnya dijual.
16. Rugi dari komitmen pembelian untuk jumlah persediaan yang melebihi kebutuhan
atau pada harga diatas harga pasar.

4
17. Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang dampaknya
harus dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan atau sebagai
dasar untuk mencatat rugi bersyarat.
18. Kewajiban lain dan laba atau rugi bersyarat yang harus diungkapkan.
19. Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan kemungkinannya oleh
penasehat hukum klien.
20. Hak atau perjanjian pembelian kembali saham perusahaan atau modal saham yang
disisihkan untuk hak pembelian saham, warrant, konversi, atau persyaratan lainnya.

PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS


Penggunaan Pekerjaan Spesialis diatur dalam SA Seksi 336 bahwa Spesialis
mencakup, namun tidak terbatas pada, aktuaris, appraiser, insinyur, konsultan lingkungan
dan ahli geologi. Seksi ini juga berlaku untuk penasihat hukum yang ditugasi sebagai
spesialis dalam situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien berkaitan dengan
tuntutan pengadilan, klaim. Sebagai contoh, penasihat hukum dapat ditugasi oleh klien
atau auditor untuk menafsirkan pasal-pasal dalam perjanjian kontrak.

Keputusan Untuk Menggunakan Pekerjaan Spesialis


Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami
hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang
yang terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan
lain. Namun, dalam audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks
dan subjektif, yang secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-
masalah seperti ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan
menurut pertimbangan auditor memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis untuk
mendapatkan bukti audit yang kompeten.
Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan auditor
memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
1. Penilaian (misalnya, sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau equipment teknologi
tinggi, produk farmasi, instrumen keuangan yang kompleks, real estate, sekuritas
terbatas, karya seni, kontijensi lingkungan).

5
2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, kuantitas atau kondisi mineral, cadangan mineral atau bahan yang
disimpan dalam timbunan).
3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial dalam penentuan kewajiban manfaat
pensiun dan dalam penentuan kewajiban manfaat polis masa depan).
4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).

Kualifikasi Dan Pekerjaan Spesialis


Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi kualifikasi
profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki keterampilan
atau pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:
1. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain dalam
bidangnya.
2. Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
3. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sifat pekerjaan yang dilaksanakan
atau akan dilaksanakan oleh spesialis. Pemahaman tersebut harus mencakup berikut ini:
1. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis
2. Hubungan spesialis dengan klien
3. Metode dan asumsi yang digunakan
4. Suatu perbandingan metode atau asumsi yang digunakan dengan yang digunakan di
tahun sebelumnya.
5. Kelayakan penggunaan pekerjaan spesialis untuk tujuan yang dimaksudkan.
6. Bentuk dan isi temuan spesialis yang akan memungkinkan auditor untuk membuat
evaluasi yang diuraikan dalam paragraf.

Hubungan Spesialis Dengan Klien


Auditor harus mengevaluasi hubungan spesialis dengan klien, termasuk keadaan
yang mungkin merusak objektivitas spesialis. Keadaan tersebut mencakup situasi yang
didalamnya klien memiliki kemampuan melalui hubungan kepegawaian, kepemilikan, hak

6
kontrak, hubungan keluarga atau melalui cara lain-untuk secara langsung atau tidak
langung mengendalikan atau secara signifikan mempengaruhi spesialis.
Bila spesialis tidak memiliki hubungan dengan klien, pekerjaan spesialis biasanya
akan memberikan keyakinan lebih besar bagi auditor tentang keandalan. Namun,
pekerjaan spesialis yang memiliki hubungan dengan klien dapat diterima dalam keadaan
tertentu. Jika spesialis memiliki hubungan dengan klien, auditor harus manaksir risiko
bahwa objektivitas spesialis tersebut mungkin terganggu. Jika auditor yakin hubungan
tersebut akan mengganggu objektivitas spesialis, auditor harus melakukan prosedur
tambahan berkaitan dengan semua asumsi, metode atau temuan spesialis uintuk
menentukan bahwa temuannya masuk akal (dapat diterima) atau harus menugasi
spesialis lain untuk tujuan tersebut.

PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASIHAT HUKUM KLIEN


Suatu surat permintaan keterangan kepada penasihat hukum klien merupakan cara
utama yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti penguat informasi yang
disediakan oleh manajemen tentang litigasi, klaim, dan assessment (perkiraan). Bukti
audit yang diperoleh dari penasihat hukum atau departemen hukum klien mungkin
menyediakan bukti penguat yang diperlukan bagi auditor. Namun, bukti audit yang
diperoleh dari penasihat intern bukan merupakan pengganti bagi informasi yang tidak
dapat disediakan oleh penasihat hukum dari luar organisasi klien. Hal-hal yang harus
dicakup dalam suatu permintaan keterangan meliputi, namun tidak terbatas pada berikut
ini:
1. Identifikasi perusahaan, termasuk anak perusahaan, dan tanggal audit.
2. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen (atau suatu permintaan dari manajemen
agar penasihat hukum membuat suatu daftar) yang menggambarkan dan
mengevaluasi litigasi, klaim, dan assessment yang masih belum selesai atau yang
bersifat ancaman yang ditangani oleh penasihat hukum yang bersangkutan dan
memerlukan perhatian besar dari penasihat hukum yang bertindak atas nama klien,
dalam bentuk konsultasi atau pemberian kuasa hukum.
3. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen yang menggambarkan dan mengevaluasi
klaim assessment yang belum diajukan (unasserted claim and assessment) yang
menurut pertimbangan manajemen merupakan asersi yang mungkin, dan jika
diasersi, akan mempunyai paling tidak kemungkinan yang masuk akal berakibat

7
merugikan klien, yang terkait dengan perikatan yang dibuat antara klien dengan
penasihat hukum danyang menjadi perhatian besar penasihat hukum tersebut atas
nama perusahaan dalam bentuk konsultasi atau pemberian kuasa secara hukum.
4. Untuk setiap hal yang dicantumkan dalam daftar yang dijelaskan pada butir b di atas,
suatu permintaan yang dipenuhi oleh penasihat hukum atau komentar penasihat
hukum atas hal-hal tersebut yang menurut pandangan penasihat hukum
kemungkinannya berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh manajemen.
a. Suatu gambaran tentang sifat hal-hal tersebut, kemajuan perkara sampai dengan
saat ini, dan
tindakan yang menurut maksud perusahaan akan dilaksanakan (misalnya melawan
atau mencari
penyelesaian di luar pengadilan).
b. Suatu evaluasi tentang kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan dan suatu
estimasi, jika hal
ini dapat dilakukan, tentang jumlah atau kisaran kerugian potensial.
c. Berkaitan dengan daftar yang dibuat oleh manajemen, suatu identifikasi terhadap
penghilangan
adanya litigasi, klaim, dan assessment yang masih belum selesai atau yang bersifat
ancaman atau
suatu pernyataan bahwa daftar tentang hal-hal tersebut telah selesai.
5. Terhadap setiap hal yang tercantum dalam butir c, suatu permintaan kepada
penasihat hukum untuk memberikan komentar atas hal-hal tersebut tentang
pandangannya mengenai penjelasan atau evaluasi terhadap hal-hal tersebut yang
kemungkinan berbeda dengan yang dinyatakan oleh manajemen.
6. Suatu pernyataan oleh klien bahwa klien memahami bahwa bilamana dalam
pelaksanaan jasa legal bagi kepentingan klien berkaitan dengan suatu hal yang
disadari melibatkan suatu klaim yang mungkin timbul namun belum dinyatakan,
assessment yang mungkin memerlukan pengungkapan bahwa klien harus
mengungkapkan atau mempertimbangkan pengungkapan klaim atau assessment
yang mungkin tersebut, sebagai tanggung jawab profesionalnya terhadap klien,
penasihat hukum akan menasihati kliennya atau memberikan konsultasi kepada
kliennya mengenai pernyataan yang berkaitan dengan pengungkapan tersebut dan
persyaratan yang lain.

8
7. Suatu permintaan bahwa penasihat hukum menegaskan apakah pemahaman
sebagaimana yang dijelaskan dalam butir f adalah benar.
8. Suatu permintaan bahwa penasihat hukum secara khusus mengidentifikasi sifat dan
alasan tentang adanya pembatasan terhadap jawaban yang diberikannya.
Permintaan keterangan tidak dapat dilakukan tentang hal-hal yang dipandang
material, dengan syarat klien dan auditor telah mencapai suatu pemahaman atas batas
materialitas untuk tujuan ini.
Dalam keadaan khusus, auditor dapat memperoleh jawaban tentang hal-hal yang
dicakup dalam surat permintaan keterangan dalam suatu rapat, yang menawarkan suatu
peluang untuk membahas dan memperoleh penjelasan lebih rinci dibandingkan dengan
suatu jawaban tertulis. Suatu rapat dapat tepat jika evaluasi atas kebutuhan akuntansi
untuk mengungkapkan litigasi, klaim, dan assessment mencakup hal-hal seperti evaluasi
tentang dampak nasihat hukum mengenai undang-undang, dampak informasi yang
bersifat tidak menguatkan, atau pertimbangan rumit yang lain. Auditor harus
mendokumentasikan dengan semestinya kesimpulan yang dicapai mengenai kebutuhan
akuntansi untuk mengungkapkan litigasi, klaim, dan assessment tersebut.
Dalam beberapa keadaan, seorang penasihat hukum mungkin diwajibkan oleh
Kode Etik Profesinya untuk mengundurkan diri dari perikatan jika nasihatnya tentang
akuntansi dan pelaporan keuangan mengenai litigasi, klaim, dan assessment diabaikan
oleh klien. Jika auditor mengetahui bahwa klien mengganti penasihat hukumnya atau
penasihat hukum yang mengadakan perikatan dengan klien telah mengundurkan diri,
auditor harus mempertimbangkan perlunya permintaan keterangan tentang alasan
penasihat hukum tersebut tidak lagi melakukan perikatan dengan klien.

Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien


Tanya jawab dengan pengacara klien merupakan prosedur utama yang diandalkan
auditor dalam mengevaluasi proses hukum yang ada atau tuntutan lain atas klien dan
mengindentifikasikan bila ada masalah lainnya. Beberapa tahun terakhir pengacara
enggan memberikan informasi kepada auditor sehubungan dengan kewajiban mereka
untuk menjaga kerahasiaan informasi klien. Jenis-jenis penolakan pengacara dalam
memberikan informasi kepada auditor mengenai kewajiban kontijensi kliennya dapat
dibagi menjadi dua hal:
1. Pengacara tidak mau menanggapi karena tidak memahami kewajiban kontijensi.

9
2. Pengacara tidak mau mengungkapkan informasi karena sifatnya rahasia.
Jika pengacara tidak mau memberikan informasi kepada auditor mengenai
tuntutan hukum yang ada secara material (klaim yang sudah diajukan/asserted claim) atau
klaim yang diajukan, maka auditor harus memodifikasikan laporan audit agar dapat
menggambarkan kurangnya bukti yang tersedia (pembatasan ruang lingkup yang
mensyaratkan adanya kualifikasi ataupun penolakan pemberian opini). Hal ini dalam PSA
74 (SA 337) akan mensyaratkan manajemen untuk memberikan ijin kepada pengacaranya
agar menginformasikan adanya kewajiban kontijensi kepada auditor dan mendorong
pengacara untuk bekerja sama dengan auditor dalam memperoleh informasi kontijensi.
Batasan Atas Lingkup Jawaban Penasihat Hukum
Seorang penasihat hukum dapat membatasi jawabannya pada hal-hal yang ia
memberikan perhatian besar dalam bentuk konsultasi atau representasi hukum. Jawaban
penasihat hukum juga dapat terbatas pada hal-hal yang dipandang material baik secara
individual atau kolektif terhadap laporan keuangan, dengan syarat penasihat hukum dan
auditor telah mencapai suatu pemahaman tentang batasan materialitas untuk tujuan
tersebut. Batasan seperti ini bukan merupakan batasan atas lingkup audit.
Penolakan penasihat hukum untuk memberikan informasi yang diminta dalam
surat permintaan keterangan, secara tertulis atau lisan akan merupakan batasan terhadap
lingkup audit yang cukup untuk menghalangi auditor untuk menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian (SA Seksi 508 [PSA 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan
Auditan paragraf 22 dan 23). Jawaban penasihat hukum terhadap permintaan keterangan
dan prosedur yang ditetapkan dalam paragraf 05 menyediakan bagi auditor bukti audit
untuk memenuhi kebutuhannya tentang akuntansi dan pelaporan litigasi, klaim, dan
assessment yang belum selesai dan bersifat ancaman. Auditor memperoleh bukti audit
kompeten yang memadai untuk memenuhi kebutuhannya tentang pelaporan mengenai
klaim dan assessment yang belum diajukan (unasserted claim and assessment) yang
harus diungkapkan dalam laporan keuangan dari prosedur pemeriksaan dan pengakuan
tertentu oleh penasihat hukum tentang tanggung jawabnya kepada klien berkaitan dengan
kewajiban pengungkapan (lihat paragraf 08g). Pendekatan ini berkaitan dengan klaim dan
assessment yang belum diajukan merupakan suatu kebutuhan publik dalam perlindungan
terhadap kerahasiaan komunikasi antara penasihat hukum dan klien.

Batasan Lain Atas Jawaban Penasihat Hukum

10
Penasihat hukum mungkin tidak dapat memberikan jawaban tentang kemungkinan
hasil yang tidak menguntungkan dari litigasi, klaim, dan assessment atau tentang jumlah
atau kisaran kerugian potensial, karena ketidakpastian bawaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan hasil yang tidak menguntungkan kadang-kadang berada di
luar kompetensi penasihat hukum untuk mempertimbangkannya; pengalaman historis
entitas yang bersangkutan dalam litigasi yang sama atau pengalaman entitas lain
kemungkinan tidak relevan atau tidak tersedia; dan jumlah kemungkinan kerugian
seringkali bervariasi sangat besar pada berbagai tahap litigasi. Sebagai akibatnya,
seorang penasihat hukum kemungkinan tidak dapat membuat simpulan berkaitan dengan
hal-hal tersebut. Dalam keadaan seperti ini, auditor biasanya akan menyimpulkan bahwa
laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian tentang hasil peristiwa masa yang akan
datang yang tidak dapat diestimasi secara masuk akal, dan harus mengacu ke panduan
dalam SA Seksi 508 [PSA 29] Laporan Auditor atas Laporan Keuangan Auditan, paragraf
45 sampai dengan 49 untuk menentukan dampak, jika ada jawaban penasihat hukum atas
laporan audit.

Contoh Surat Permintaan Keterangan Dari Penasihat Hukum Klien


Dalam hubungannya dengan audit atas laporan keuangan kami tanggal [tanggal
neraca] dan untuk [periode] yang berakhir pada tanggal tersebut, manajemen PT KXT
telah membuat dan menyerahkan kepada auditor kami [nama dan alamat auditor], suatu
penjelasan dan evaluasi kontijensi tertentu, termasuk yang disebutkan di bawah ini yang
mencakup hal-hal yang untuk itu Saudara membuat perikatan dengan kami, dan Saudara
telah mencurahkan perhatian besar sebagai pihak yang diberi kuasa oleh Perusahaan
dalam bentuk konsultasi atau representasi hukum. Kontinjensi ini dipandang oleh
manajemen Perusahaan material jumlahnya untuk tujuan ini [manajemen dapat
menunjukkan batas materialitas jika pemahaman telah dicapai dengan auditor]. Jawaban
Saudara harus mencakup hal-hal yang ada pada tanggal [tanggal neraca] dan dalam
periode sejak tanggal tersebut sampai dengan tanggal jawaban Saudara.
Litigasi yang Belum Selesai dan Bersifat Ancaman (tidak termasuk klaim yang
ditegaskan)
[Biasanya informasi akan mencakup berikut ini: (1) sifat litigasi, (2) kemajuan
perkara tersebut sampai dengan saat ini, (3) bagaimana manajemen menanggapi atau
bermaksud menanggapi litigasi tersebut (sebagai contoh melawan perkara tersebut atau

11
mencari penyelesaian di luar pengadilan), dan (4) suatu evaluasi tentang kemungkinan
hasil yang tidak menguntungkan dan suatu estimasi, jika hal ini dapat dilakukan, jumlah
atau kisaran kerugian yang mungkin]. Kami minta Saudara memberikan informasi berikut
ini, termasuk suatu penjelasan hal-hal tersebut yang menurut pandangan Saudara
kemungkinan berbeda dari yang kami nyatakan dan suatu identifikasi adanya
penghilangan litigasi, klaim, dan assessment yang belum selesai atau bersifat ancaman
atau suatu pernyataan bahwa daftar hal-hal tersebut telah lengkap.
Klaim dan Assessment yang Ditegaskan (dipandang oleh manajemen merupakan
asersi yang mungkin, dan bahwa, jika ditegaskan, akan paling tidak mempunyai
kemungkinan masuk akal untuk menjadi hasil yang tidak menguntungkan)
[Biasanya informasi manajemen akan mencakup berikut ini: (1) sifat hal-hal yang
bersangkutan, (2) bagaimana manajemen bermaksud untuk menanggapi jika klaim
tersebut ditegaskan, dan (3) suatu evaluasi tentang kemungkinan hasil yang tidak
menguntungkan dan suatu estimasi, jika hal ini dapat dilakukan, jumlah atau kisaran
kerugian potensial]. Kami minta Saudara memberikan penjelasan kepada auditor kami,
jika ada, yang Saudara pandang perlu untuk menambah informasi berikut ini, termasuk
suatu penjelasan tentang hal-hal tersebut yang menurut pandangan Saudara
kemungkinan berbeda dari yang kami nyatakan. Kami memahami bahwa bilamana, dalam
pelaksanaan jasa hukum bagi kami yang berkaitan dengan hal-hal tersebut mencakup
klaim yang mungkin belum ditegaskan atau assessment yang dapat memerlukan
pengungkapan dalam laporan keuangan, jika Saudara telah merumuskan simpulan
profesional bahwa kami harus mengungkapkan atau mempertimbangkan pengungkapan
mengenai klaim atau assessment yang mungkin seperti itu, sebagai tanggung jawab
profesional Saudara kepada kami, Saudara akan menasihati dan akan memberikan
konsultasi kepada kami mengenai pertanyaan seperti pengungkapan dan persyaratan
yang berlaku. Silakan menegaskan secara khusus kepada auditor kami bahwa
pemahaman kami adalah benar.
Silakan Saudara mengidentifikasi secara khusus sifat dan alasan mengenai adanya
pembatasan terhadap jawaban Saudara.
[Auditor dapat meminta kepada kliennya untuk meminta keterangan tentang hal-hal
tambahan, seperti, beban yang belum dibayar atau beban yang belum ditagih oleh
pemasok atau informasi khusus tentang kewajiban yang dianggap timbul berdasarkan
kontrak perusahaan, jaminan hutang bagi pihak lain.

12
XV. NILAI WAJAR
Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk
investasi yang dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang
menguatkan nilai wajar tersebut. Pada beberapa kasus, metode penentuan nilai wajar
dispesifikasikan oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh,
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengatur bahwa nilai wajar suatu
investasi dapat ditentukan dengan menggunakan harga pasar yang telah ditetapkan
(quoted market price) atau penentuan sebagai kebalikan (quontations as opposed to)
teknik estimasi. Pada kasus-kasus tersebut auditor harus menilai apakah penentuan nilai
wajar konsisten dengan metode penilaian. Paragraf-paragraf berikut memberikan panduan
tentang bukti audit yang dapat digunakan untuk menguatkan asersi mengenai nilai wajar:
panduan harus dipertimbangkan dalam konteks kondisi akuntansi tertentu.
Harga pasar yang telah ditetapkan untuk investigasi yang terdaftar pada bursa
nasional atau pasar langsung antara penjual dan pembeli tersedia dari sumber seperti
publikasi keuangan atau bursa. Untuk investasi lain tertentu, harga pasar yang telah
ditetapkan dapat diperoleh dari pialang yang menjadi pencipta pasar dalam investasi
tersebut. Jika harga pasar yang ditetapkan tidak tersedia, estimasi nilai wajar secara
berkala dapat diperoleh dari sumber pihak ketiga berdasarkan model yang dikembangkan
atau diperoleh secara internal.
Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari
bursa nasional biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang
memadai mengenai nilai wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu,
seperti efek yang tidak diperdagangkan secara regular, auditor harus mempertimbangkan
untuk memperoleh estimasi nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya.
Dalam beberapa situasi, auditor dapat menentukan bahwa penting untuk memperoleh
estimasi nilai wajar lebih dari satu sumber. Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber
harga investasi memiliki hubungan dengan entitas yang dapat menghalangi
objektivitasnya.
Untuk estimasi nilai wajar yang diperoleh dari pialang dan sumber pihak ketiga
lainnya, auditor harus mempertimbangkan penerapan panduan dalam SA Seksi 336 [PSA
No. 39] Penggunaan Pekerjaan Spesialis atau SA Seksi 324 [PSA No. 61] Pelaporan atas
Pengolahan Transaksi oleh Organisasi Jasa. Keputusan auditor untuk mengetahui apakah

13
panduan tersebut dapat diterapkan dan panduan mana yang dapat diterapkan tergantung
pada situasi. Panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39] dapat diterapkan jika nilai wajar
efek sumber pihak ketiga berasal dari penggunaan model atau teknik serupa. Jika sebuah
entitas menggunakan jasa pemeringkat untuk memperoleh harga dari efek yang terdaftar
dalam portofolio entitas, panduan dalam SA Seksi 324 [PSA No. 61] dapat diterapkan.
Pada kasus investasi dinilai oleh entitas dengan menggunakan sebuah model
pengukuran, auditor tidak berfungsi sebagai jasa penilai (appraiser) dan tidak diharapkan
mengganti keputusannya dengan penilaian manajemen entitas. Auditor harus menaksir
masuk akalnya dan ketetapan model tersebut. Auditor harus menentukan apakah variabel
dan asumsi pasar yang digunakan mendukung secara masuk akal dan tepat. Estimasi
arus kas masa datang yang diharapkan (expected future cash flow) harus berdasarkan
asumsi yang masuk akan dan yang mendukung. Auditor juga harus menentukan apakah
entitas telah membuat pengungkapan yang semestinya mengenai metode dan asumsi
yang signifikan yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar investasi.
Penilaian terhadap ketetapan model pengukuran (valuation model) serta setiap
variabel dan asumsi yang digunakan dalam model membutuhkan pertimbangan dan
pengetahuan teknik pengukuran, faktor pasar yang mempengaruhi ukuran (value), dan
kondisi pasar, terutama dalam hubungannya dengan investasi sejenis yang
diperdagangkan. Karena itu, pada beberapa keadaan, auditor harus mempertimbangkan
pentingnya melibatkan pekerjaan spesialis dalam menaksir estimasi nilai wajar entitas
atau model yang berkaitan.
Efek yang dapat dinegosiasikan (negotiable securities), real estate, barang
bergerak dan kekayaan lainnya umumnya digunakan menjadi jaminan untuk investasi
pada efek hutang. Jika jaminan merupakan faktor penting dalam menilai nilai wajar dan
tertagihnya investasi tersebut, maka auditor harus memperoleh keyakinan mengenai
keberadaan, nilai wajar dan mudah atau tidaknya jaminan tersebut dialihkan,
sebagaimana hak investor terhadap jaminan tersebut.

Penurunan Nilai
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Penentuan
harga semacam itu seringkali mencakup estimasi hasil dari kejadian masa datang. Karena

14
itu pertimbangan dibutuhkan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai
sementara terjadi pada tanggal laporan keuangan. Penentuan ini bersifat subjektif, sebaik
faktor objektif, termasuk pengetahuan dan pengalaman mengenai kejadian masa lampau
dan kini tentang kejadian masa datang.
Auditor harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang
relevan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara terjadi. Contoh
faktor-faktor yang mungkin mengindikasikan kondisi penurunan nilai sementara adalah
sebagai berikut:
1. Nilai wajar secara signifikan di bawah harga pemerolehan.
2. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi berlawanan tertentu yang
berdampak pada investasi khusus.
3. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi tertentu, seperti kondisi industri atau
daerah geografis.
4. Manajemen tidak memiliki baik maksud maupun kemampuan untuk memiliki investasi
selama periode waktu yang memadai bagi perbaikan antisipasi nilai wajar.
5. Penurunan nilai wajar terjadi dalam periode waktu yang panjang.
6. Peringkat efek hutang diturunkan oleh badan pemeringkat efek.
7. Kondisi keuangan penerbit memburuk.
8. Dividen berkurang atau tidak dibagikan, atau pembayaran bunga yang terjadwal pada
efek hutang tidak terlaksana.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi
penurunan nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus
memperoleh keyakinan mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragraf 32, yang
cenderung untuk menguatkan atau melemahkan kesimpulan tersebut.

XVI. TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA


Seksi 334 memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh
auditor jika ia melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki
hubungan istimewa dan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan
untuk memperoleh keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang diuraikan dalam Seksi ini seharusnya tidak dipandang

15
sudah mencakup seluruh prosedur, dan juga tidak semuanya harus dilakukan dalam
setiap audit.

Pertimbangan Akuntansi
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan
pihak yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu
mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa;
namun, prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi
dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang
berbeda dari yang seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa.
Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
dalam kerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau
tidaknya pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi
suatu transaksi dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa
laporan keuangan harus mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya
bentuk hukumnya semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya
pihak yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:
1. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan
suku bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang
berlaku umum pada saat transaksi.
2. Transaksi penjualan real-estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan
dari nilai taksiran.
3. Transaksi pertukaran properti dengan properti yang serupa dalam transaksi non-
moneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara
pengembaliannya.

Prosedur Audit
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa
semua transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat ditemukan. Namun,
selama proses audit, auditor harus waspada akan adanya transaksi antar pihak yang

16
memiliki hubungan istimewa yang material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan
dan kepemilikan bersama (common ownership) atau hubungan pengendalian manajemen;
yang menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia harus diungkapkan.
Banyak prosedur yang dikemukakan dalam paragraf selanjutnya yang biasanya
dilaksanakan dalam audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, walaupun jika auditor tidak memiliki alasan untuk mencurigai adanya transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa atau adanya hubungan pengendalian.
Prosedur-prosedur audit lain yang dikemukakan dalam Seksi ini terutama diarahkan pada
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan
kemungkinan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor
harus memperoleh pemahaman tentang tanggung jawab manajemen dan hubungan
masing-masing bagian dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus mempertimbangkan
pengendalian atas aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis
yang dilayani oleh berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya
operasi didasarkan atas kemampuan manajemen, pertimbangan hukum dan pajak,
diversifikasi produk, dan lokasi geografis. Pengalaman menunjukkan bahwa struktur bisnis
dan gaya operasi kadang-kadang dirancang dengan sengaja untuk mengaburkan
transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Dalam kondisi yang di dalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas
bisnis biasa dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada terhadap kemungkinan
bahwa transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata-mata,
atau dalam ukuran yang lebih besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:
1. Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
2. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara
berkelanjutan dalam upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
3. Prakiraan laba yang terlalu optimis.
4. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk
kelangsungan keberhasilan perusahaan.
5. Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis.
6. Kelebihan kapasitas.

17
7. Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang
saham dengan manajemen.
8. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industri
berteknologi tinggi.

Penentuan Keberadaan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa


Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan entitas
pelapor. Hubungan tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk
perusahaan, hubungan investor dengan penerima investasi, mungkin terlihat jelas.
Penentuan ada atau tidak adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa lainnya
memerlukan penerapan prosedur audit khusus, yang meliputi prosedur-prosedur berikut:
1. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan
memadai atas transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah ada transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa selama periode yang diperiksa.
3. Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau instansi
pemerintah yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
dan bisnis lain yang di dalamnya para direktur entitas yang diperiksa menduduki
jabatan direksi atau manajemen.
4. Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan karyawan
dan nama para pejabat dan dewan pengawasnya.
5. Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk mengidentifikasi
pemegang saham utama.
6. Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
7. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor entitas
yang memiliki hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman mereka akan
adanya hubungan dan lingkup keterlibatan manajemen dalam transaksi-transaksi
yang material.

18
8. Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa untuk
menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut menimbulkan
pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila diperlukan.

Identifikasi Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa


Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasitransaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi material yang
mungkin merupakan indikasiadanya hubungan yang sebelumnya belum ditentukan:
1. Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang dikenal
sebagai pihak yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit menjadi waspada
terhadap transaksi antar pihak tersebut selama audit.
2. Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi transaksi
material yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
3. Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada Bapepam dan
data pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi lain untuk mengidentifikasi
transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang diperoleh dari
manajemen perusahaan.
5. Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama, pemasok,
pemberi pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk memperoleh indikasi
hubungan yang belum diungkapkan.
6. Mempertimbangkan apakah transaksi telah terjadi, tetapi belum memperoleh
perlakuan akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa akuntansi, manajemen
atau jasa lain tanpa dipungut biaya, atau pemegang saham utama menanggung
biaya-biaya perusahaan.
7. Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar, luar biasa
atau tidak sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan menaruh perhatian khusus
pada transaksi yang terjadi pada atau dekat akhir periode pelaporan.
8. Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh indikasi bahwa
saldo dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa.

19
9. Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah diterima
perusahaan secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi adanya pihak
yang memiliki hubungan istimewa atau transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
10. Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk memperoleh
indikasi adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan, tentukan sifat dan hubungan,
jika ada, antara penjamin dengan entitas pelapor.

Pemeriksaan Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa yang
Berhasil Diidentifikasi
Setelah mengidentifikasi adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa, auditor harus menerapkan prosedur yang dipandang perlu untuk memperoleh
keyakinan mengenai tujuan, sifat,dan luas transaksi tersebut dan dampaknya pada
laporan keuangan. Prosedur audit harus diarahkan untuk memperoleh dan mengevaluasi
bahan bukti yang cukup dan kompeten serta harus diperluas sampai di luar batas
manajemen. Prosedur-prosedur tersebut harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
2. Memeriksa faktur, dan me-review surat perjanjian, kontrak dan dokumen relevan
lainnya, seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman.
3. Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris atau direksi atau
pejabat yang berwenang.
4. Melakukan pengujian kewajaran terhadap perhitungan jumlah yang diungkapkan, atau
yang dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Merancang audit atas rekening koran antar perusahaan yang dilaksanakan pada
tanggal yang bersamaan, walaupun tahun fiskalnya berbeda, dan audit atas transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang khusus, penting dan representatif
yang dilakukan oleh auditor dari masing-masing pihak dengan tukar-menukar
informasi relevan memadai.
6. Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah
atau tidaknya jaminan dialihkan.
Prosedur-prosedur berikut ini perlu dipertimbangkan untuk mematuhi standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, jika auditor perlu memahami transaksi
tertentu sepenuhnya:

20
1. Mengkonfirmasi jumlah dan syarat transaksi, termasuk jaminan dan data signifikan
lainnya, dengan pihak lain dalam transaksi.
2. Menginspeksi bukti yang dimiliki oleh pihak lain dalam transaksi.
3. Mengkonfirmasi atau membahas informasi signifikan dengan pihak perantara, seperti
bank, penjamin, agen, atau penasihat hukum, untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik mengenai transaksi.
4. Merujuk ke publikasi keuangan, jurnal perdagangan, lembaga kredit, dan sumber
informasi lain untuk memperoleh dasar yang dapat dipercaya dalam menilai ada atau
tidaknya transaksi dengan jumlah material dengan pelanggan, pemasok atau
perusahaan lain yang luar biasa.
5. Memperoleh informasi mengenai kemampuan keuangan pihak lain terhadap transaksi
yang berkenaan dengan saldo yang tidak tertagih, jaminan dan kewajiban lain yang
material. Informasi tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit,
laporan keuangan yang tidak diaudit, surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak
penghasilan, dan laporan-laporan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah,
direktorat jenderal pajak, publikasi keuangan, atau lembaga keuangan. Auditor harus
memutuskan tingkat keyakinan yang diinginkan dan lingkup audit yang dapat
memberikan informasi untuk memenuhi tingkat keyakinan yang diinginkan tersebut.

Pengungkapan
Untuk setiap transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa (atau
gabungan transaksi serupa) atau kepemilikan bersama (common ownership) atau
hubungan pengendalian manajemen yang pengungkapannya diharuskan dalam prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, auditor harus mempertimbangkan apakah ia
telah memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten untuk memahami hubungan dan
transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, serta dampaknya terhadap
laporan keuangan. la kemudian harus mengevaluasi semua informasi yang tersedia
baginya mengenai transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa atau hubungan
pengendalian dan memperoleh keyakinan yang didasarkan atas pertimbangan
profesionalnya tentang memadai atau tidaknya pengungkapan hal tersebut dalam laporan
keuangan.

21
Kecuali untuk transaksi rutin, biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah
suatu transaksi akan terjadi jika pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan
istimewa atau jika dianggap transaksi tersebut telah terjadi, maka sulit untuk menentukan
apakah syarat-syarat dan cara penyelesaian yang digunakan seperti halnya jika pihak
yang terlibat memiliki hubungan istimewa. Oleh sebab itu, sulit untuk menguatkan suatu
pencerminan transaksi yang dilaksanakan atas dasar syarat-syarat yang berlaku antara
pihak yang bebas. Jika. pencerminan transaksi semacam ini dicantumkan dalam laporan
keuangan dan auditor yakin bahwa pencerminan tersebut tidak didukung oleh manajemen,
ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena merupakan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
tergantung atas materialitasnya.

XVII. PERTIMBANGAN ATAS KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN


KELANGSUNGAN HIDUP (GOING CONCERN)
Pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya diatur dalam SA Seksi 341. Kelangsungan hidup entitas dipakai
sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi
yang menunjukkan hal yang berlawanan. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi
apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak
tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut
dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang
kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan
selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur
audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang
bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang
sedang diaudit. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi
kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian
besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain. Auditor bertanggung
jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,

22
tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas) yaitu dengan
cara:
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam
perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian
auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan,
menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia
harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk
mengurangi
dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah
ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang
akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya
setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar,
dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan
sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak
dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang
sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur
audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup

23
untuk tujuan tersebut. Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi
kondisi atau peristiwa tersebut:
1. Prosedur analitik.
2. Review terhadap peristiwa kemudian.
3. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat hutang dan perjanjian penarikan
hutang.
4. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau
panitia penting yang dibentuk.
5. Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan,
tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan
entitas tersebut.
6. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga
mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu
yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar
tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan
tergantung atas keadaan, dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi
signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain seperti:
1. Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting
yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan
pembelian kredit biasa, rektrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari sumber atau
metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen
jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan
memperbaiki operasi.

24
Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi
secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak
merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi
tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan
bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak
negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas.
Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen meliputi:
1. Rencana untuk menjual aktiva
a. Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi
transaksi tersebut
dalam perjanjian penarikan hutang atau perjanjian yang serupa.
b. Kenyataan dapat dipasarkannya aktiva yang direncanakan akan dijual oleh
manajemen.
c. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan
aktiva.
2. Rencana penarikan hutang atau restrukturisasi hutang
a. Tersedianya pembelanjaan melalui hutang, termasuk perjanjian kredit yang telah
ada atau yang
telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-sewa aktiva
(sale-leaseback of assets).
b. Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan hutang yang ada maupun
yang telah disanggupi atau untuk meminta jaminan hutang dari entitas.
c. Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan
hutang dengan
adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau
tidaknya jaminan yang dimiliki oleh entitas.
d. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
e. Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi,
untuk menunda
biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai alternatif membeli.

25
f. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari
pengurangan atau
penundaan pengeluaran.
3. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
a. Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang
ada atau yang
disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
b. Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat
distribusi kas dari perusahaan afiliasi (perusahaan yang secara efektif dikendalikan
oleh perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau beberapa
perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan atau pengurus yang sama) atau
investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur-
unsur terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan
harus merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit
tentang hal tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau
tidaknya dukungan tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan
pembelanjaan atau penjualan aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan
prospektif sangat signifikan bagi rencana manajemen, auditor harus meminta kepada
manajemen untuk menyediakan informasi tersebut dan harus mempertimbangkan cukup
atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor
harus menaruh perhatian khusus atas asumsi yang:
1. Material bagi informasi keuangan prospektif.
2. Rentan atau mudah sekali berubah.
3. Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas,
bisnis, dan manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi keuangan prospektif
dan asumsi yang melandasinya, (b) membandingkan informasi keuangan prospektif
periode lalu dengan hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai
menyadari faktor-faktor yang dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan

26
prospektif tersebut, ia harus membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan,
jika perlu, meminta perbaikan atas informasi keuangan prospektif tersebut.

XVIII. KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA


Ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal neraca
tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai
akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Misalnya, auditor mengaudit laporan
keuangan per 31 Desember 2007 dan menerbitkan laporan auditor independen (opini
auditor) pada tanggal 22 Maret 2008. Selama pelaksanaan audit, auditor harus
memperhatikan kemungkinan adanya peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal
31 Desember 2007 sampai tanggal 22 Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan keuangan auditan per 31 Desember 2007 tersebut.
Peristiwa atau transaksi dalam contoh tersebut merupakan “Peristiwa Kemudian
atau Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa
Kemudian serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003)
tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neracaseperti dipaparkan berikut:
Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa, baik yang menguntungkan (favourable)
atau tidak menguntungkan (unfavourable), yang terjadi di antara tanggal neraca dan
tanggal penyelesaian laporan keuangan. Dua jenis peristiwa dapat diidentifikasikan:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya suatu kondisi pada tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang mengakibatkan laporan keuangan harus
disesuaikan); dan
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak mengakibatkan laporan keuangan
disesuaikan).
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Yang Memerlukan Penyesuaian
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas
laporan keuangan adalah:
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang
mengalami kesulitan
keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca.

27
b. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang
jumlahnya
berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang menyebabkan
timbulnya tuntutan
tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca.
c. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan
tidak benar.
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang Tidak Memerlukan Penyesuaian
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian
adalah penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan
keputusan pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan
informasi berikut untuk setiap peristiwa tersebut:
a. jenis peristiwa yang terjadi
b. estimasi atas dampak keuangan, atau penyataan bahwa estimasi semacam itu tidak
dapat dibuat.
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian
tetap diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru.
b. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh
peristiwa yang terjadi
sesudah tanggal neraca.
c. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilan aset
oleh
pemerintah.
d. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal
neraca.
e. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan
setelah
tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan kewajiban pajak
kini dan
pajak tangguhan.
f. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran.

28
XIX. PERTIMBANGAN PROSEDUR YANG DIHILANGKAN SETELAH TANGGAL
NERACA
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai
kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk
mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan
jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan auditor yakin
bahwa orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera
melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternatif yang akan memberikan
dasar yang memuaskan atas pendapatnya.
Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh dan
bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai tanggung
jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan mengungkapkan fakta
yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah pendapat yang dinyatakan
sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur pemberitahuan yang diuraikan dalam
paragraf terakhir dari bagian terdahulu untuk mencegah ketergantungan selanjutnya atas
laporan bersangkutan. Jika auditor tidak dapat melaksanakan prosedur alternatif atau
yang dihilangkan, maka auditor dapat berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan
tindakan yang tepat.

29
30
DAFTAR PUSTAKA
IAPI. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Kell, W.C., Johnson, R.N., Boynton, W.G., 2002. Modern Auditing Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga

31

Anda mungkin juga menyukai