Anda di halaman 1dari 15

Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

Audit completion (Menyelesaikan Audit)

 MELAKSANAKAN PENGUJIAN TAMBAHAN UNTUK PENYAJIAN DAN


PENGUNGKAPAN

Sebagai bagian dari tahap IV proses audit, auditor mengevaluasi bukti yang diperoleh
selama tiga tahap pertama audit untuk menentukan apakah mereka harus melaksanakan
prosedur tambahan bagi tujuan penyajian dan pengungkapan. Auditor melakukan
pendekatan untuk memperoleh bukti bagi tujuan audit yang berhubungan dengan
penyajian dan pengungkapan, yang konsisten dengan bagaimana mereka melakukan
pendekatan demi memperoleh bukti untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
dan saldo.

 Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian yang berkaitan dengan tujuan


penyajian dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko.
 Melakukan pengujian pengendalian yang berkaitan dengan pengungkapan apabila
penilaian awal atas risiko pengendalian berada di bawah maksimum.
 Melaksanakan prosedur substantif untuk memperoleh assurance bahwa semua tujuan
audit dicapai menyangkut informasi dan jumlah yang disajikan serta diungkapkan
dalam laporan keuangan

Kolom kedua Tabel 24-1 menyajikan contoh prosedur substantif yang berkaitan dengan
tujuan penyajian dan pengungkapan. Sering kali, prosedur untuk tujuan yang
berhubungan dengan penyajian dan pengungkapan dipadukan dengan pengujian auditor
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

untuk tujuan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo. Sebagai contoh, sebagai bagian
dari audit piutang usaha, auditor mengevaluasi kebutuhan untuk memisahkan wesel tagih
dan jumlah yang jatuh tempo, dengan afiliasi dan piutang usaha yang jatuh tempo dari
pelanggan. Mereka juga harus menentukan bahwa piutang lancar atau tidak lancar
diklasifikasikan secara terpis ah dan setiap factoring atau diskonto wesel tagih
diungkapkan.

Dalam tahap IV, auditor juga mengevaluasi apakah keseluruhan penyajian laporan
keuangan dan catatan kaki yang berhubungan sudah sesuai dengan standar akuntansi. Hal
ini mencakup evaluasi mengenai apakah laporan keuangan individual merefleksikan
klasifikasi dan deskripsi akun yang tepat konsisten dengan persyaratan dan informasi
disajikan dalam bentuk yang tepat serta dengan terminologi yang tepat sebagaimana
dituntut oleh standar akuntansi.
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

 REVIEW KEWAJIBAN KONTINJEN DAN KOMITMEN


Kewajiban kontinjen (contingent liability) adalah potensi kewajiban di masa mendatang
kepada pihak luar sebesar jumlah yang tidak diketahui dari aktivitas yang telah terjadi.
Kewajiban kontinjen yang material harus diungkapkan dalam catatan kaki. Diperlukan tiga
kondisi agar kewajiban kontinjen ada:
1. Terdapat potensi pembayaran di masa depan ke pihak luar atau kerusakan aktiva
(aset) yang diakibatkan oleh kondisi yang ada.
2. Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau kerusakan di masa
mendatang.
3. Hasil akan dipecahkan oleh satu atau beberapa kejadian di masa mendatang.

Sebagai contoh, tuntutan hukum yang diajukan tetapi belum diputuskan memenuhi ketiga
kondisi tersebut.

Standar akuntansi menggunakan dua pendekatan utama dalam kaitannya dengan


ketidakpastian kontinjensi kerugian. Ukuran kontinjensi yang pertama menggunakan
pendekatan nilai wajar. Pendekatan yang kedua menggunakan ambang (threshold)
probabilitas. Dengan ambang probabilitas, standar ini menguraikan tiga tingkat
kemungkinan keterjadian (berkisar dari kecil hingga mungkin terjadi) dan perlakuan
laporan keuangan yang tepat bagi masing-masing kemungkinan itu.

Catatan kaki kontinjensi harus menggambarkan sifat kontinjensi sejauh yang diketahui,
juga opini dari penasehat hukum atau manajemen terhadap hasil yang diharapkan.

Auditor terutama mencurahkan perhatiannya pada beberapa kewajiban kontinjen:

 Tuntutan tertunda (pending) untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau


tindakan lainnya
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

 Perselisihan pajak penghasilan


 Garansi produk
 Diskonto wesel tagih
 Jaminan untuk kewajiban orang lain
 Saldo letter of credit yang beredar yang tidak digunakan

Tujuan auditor yang utama dalam memverifikasi kewajiban kontinjen adalah:

 Mengevaluasi perlakuan akuntansi kewajiban kontinjen yang diketahui untuk


menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan dengan benar kontinjensi
tersebut (tujuan klasifikasi penyajian dan pengungkapan)
 Mengidentifikasi seberapa praktis setiap kontinjensi yang belum diidentifikasikan
oleh manajemen (tujuan kelengkapan penyajian dan pengungkapan)

Hal yang berhubungan erat dengan kewajiban kontinjen adalah komitmen. Biasanya
perusahaan menggambarkan semua komitmennya baik dalam catatan kaki yang terpisah
atau menggabungkannya dengan catatan kaki yang berkaitan dengan kontinjensi.

 Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi


Langkah pertama dalam mengaudit kontinjensi adalah menentukan ada tidaknya
kontinjensi (tujuan keterjadian penyajian dan pengungkapan). Begitu auditor mendapati
adanya kontinjensi, evaluasi terhadap materialitas dan pengungkapan catatan kakinya
biasanya dapat dilakukan dengan memuaskan.
Berikut kami sajikan beberapa prosedur audit yang sering digunakan untuk mencari
kewajiban kontinjen, tetapi tidak semuanya dapat diterapkan dalam semua audit:
 Mengajukan pertanyaan kepada manajemen (secara lisan maupun tertulis) mengenai
kemungkinan adanya kontinjensi yang tidak dicatat.
 Mereview laporan agen pendapatan internal tahun berjalan dan tahun sebelumnya
untuk penyelesaian pajak penghasilan.
 Mereview notulen rapat direksi dan pemegang saham untuk menunjukkan adanya
tuntutan hukum atau kontinjensi lainnya.
 Menganalisis beban hukum selama periode audit dan mereview faktur serta laporan
dari penasihat hukum untuk indikasi kewajiban kontinjen, terutama tuntutan hukum
dan penundaan penilaian pajak.
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

 Memperoleh surat dari setiap pengacara utama yang memberikan jasa hukum untuk
kliennya dalam status penundaan tuntutan atau kewajiban kontinjen lain.
 Mereview dokumentasi audit atas setiap informasi yang mungkin menunjukkan
potensi kontinjensi.
 Memeriksa letter of credit yang berlaku pada tanggal neraca dan memperoleh
konfirmasi menyangkut saldo yang digunakan dan tidak digunakan.

 Evaluasi Kewajiban Kontijen yang Diketahui


Jika menyimpulkan bahwa ada kewajiban kontinjen, auditor harus mengevaluasi
signifikansi kewajiban yang potensial itu dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangan untuk memperoleh bukti mengenai tujuan keterjadian dan hak serta
kewajiban penyajian dan pengungkapan. Dalam beberapa kejadian, kewajiban yang
potensial cukup penting untuk dimasukkan dalam laporan sebagai kewajiban aktual
berdasarkan pendekatan ambang probabilitas. Dalam kejadian lain, pengungkapan
mungkin tidak diperlukan jika kontinjensi sangat kecil terjadi atau tidak material.

 Prosedur Audit untuk Menemukan Komitmen


Pencarian komitmen yang tidak diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit
atas setiap bidang audit. Sebagai contoh, dalam memverifikasi transaksi penjualan, auditor
harus waspada terhadap komitmen penjualan. Demikian juga, komitmen untuk pembelian
bahan baku atau peralatan dapat diidentifikasi sebagai bagian dari audit atas setiap akun
tersebut. Auditor juga harus waspada akan kemungkinan komitmen ketika membaca
notulen, kontrak, dan file korespondensi.

 Mengajukan Pertanyaan kepada Pengacara Klien


Mengajukan pertanyaan kepada pengacara klien (inquiry of the client's attorney)
mempakan prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengevaluasi tuntutan hukum
yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi tuntutan tambahan.
Auditor mengandalkan keahlian dan pengetahuan pengacara klien mengenai persoalan
hukum klien untuk memberikan opini profesional mengenai hasil yang diharapkan dari
tuntutan hukum yang ada dan jumlah kewajiban yang mungkin, termasuk biaya
pengadilan. Pengacara juga dapat mengetahui penundaan tuntutan hukum dan klaim yang
mungkin diabaikan oleh manajemen.
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

Pertanyaan standar kepada pengacara klien, yang disiapkan di kertas surat berkop
pemsahaan klien dan ditandatangani oleh pejabat pemsahaan, harus meliputi hal-hal
berikut:
 Suatu daftar yang mencantumkan (1) penundaan tuntutan hukum yang mungkin
diajukan dan (2) klaim yang telah diasersi atau belum diasersi atau penilaian di mana
keterlibatan pengacara sangat signifikan.
 Permintaan bahwa pengacara akan memberikan informasi atau komentar mengenai
kemajuan setiap item yang terdaftar.
 Permintaan biro hukum untuk mengidentifikasi setiap penundaan yang tidak
disebutkan atau tindakan atau pernyataan hukum yang mungkin diajukan bahwa
daftar klien sudah lengkap.
 Pernyataan yang memberitahukan pengacara tentang tanggung jawab pengacara untuk
memberitahukan manajemen tentang persoalan hukum yang memerlukan
pengungkapan dalam laporan keuangan dan untuk merespons secara langsung kepada
auditor.

Sifat penolakan oleh pengacara untuk menyediakan informasi yang lengkap mengenai
kewajiban kontinjen kepada auditor berada dalam dua kategori:
1. Pengacara menolak merespons karena kurangnya pengetahuan mengenai
persoalan yang melibatkan kewajiban kontinjen
2. Pengacara menolak mengungkapkan informasi yang mereka anggap rahasia.

Jika pengacara menolak menyediakan auditor informasi mengenai tuntutan hukum yang
ada yang material (klaim yang diasersi) atau klaim yang belum diasersi, auditor harus
memodifikasi laporan auditnya untuk merefleksikan kurangnya bukti yang tersedia
(keterbatasan mang lingkup, yang mengharuskan auditor memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat).

 REVIEW TERHADAP PERISTIWA KEMUDIAN


Bagian ketiga dari penyelesaian audit yang termasuk dalam bagan arus adalah review
terhadap peristiwa kemudian. Auditor harus mereview transaksi dan peristiwa yang terjadi
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah setiap transaksi atau peristiwa tersebut
mempengaruhi penyajian dan pengungkapan yang wajar atas laporan periode berjalan.
Prosedur audit yang disyaratkan oleh standar auditing untuk memverifikasi transaksi dan
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

peristiwa tersebut sering kali disebut review terhadap peristiwa kemudian (review for
subsequent events) atau review pasca tanggal neraca

 Jenis Peristiwa Kemudian


1. Peristiwa yang Memiliki Dampak Langsung Terhadap Laporan Keuangan
dan Memerlukan Penyesuaian
Peristiwa periode selanjutnya, seperti berikut ini, memerlukan penyesuaian
terhadap saldo akun pada laporan keuangan tahun berjalan jika jumlahnya
material:
o Deklarasi kebangkrutan oleh pelanggan dengan saldo piutang usaha yang
beredar karena kondisi keuangan pelanggan yang memburuk.
o Penyelesaian tuntutan hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang
dicatat pada pembukuan.
o Pelepasan peralatan yang tidak digunakan dalam operasi dengan harga di
bawah nilai buku saat ini.

2. Peristiwa yang Tidak Memiliki Dampak Langsung Terhadap Laporan


Keuangan Tetapi Memerlukan Pengungkapan

Peristiwa kemudian jenis ini menyediakan bukti tentang kondisi yang tidak ada
pada tanggal neraca dilaporkan tetapi muncul setelah tanggal neraca dan cukup
signifikan sehingga memerlukan pengungkapan. Contoh jenis peristiwa kemudian
yang tidak diakui ini meliputi:

o Penurunan nilai pasar sekuritas yang dipegang untuk investasi sementara atau
untuk dijual kembali.
o Penerbitan sekuritas obligasi atau ekuitas.
o Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi dari tindakan
pemerintah yang menghalangi penjualan lebih lanjut suatu produk.
o Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
o Merger atau akuisisi.

 Pengujian Audit
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

Terdapat dua kategori prosedur audit untuk review peristiwa kemudian:


1. Prosedur yang biasanya diintegrasikan sebagai bagian dari verifikasi saldo akun
akhir tahun. mencakup pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai
bagian dari pengujian atas rincian saldo
2. Prosedur yang dilaksanakan terutama untuk tujuan mengungkapkan peristiwa atau
transaksi yang harus diakui sebagai peristiwa kemudian. pengujian dilaksanakan
secara khusus untuk memperoleh informasi yang akan dimasukkan ke dalam saldo
akun tahun berjalan atau catatan kaki sebagai pengujian atas tujuan kelengkapan
penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut mencakup hal berikut:
- Mereview Catatan yang Disiapkan Setelah Tanggal Neraca
Auditor harus mereview jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan
dan sifat transaksi yang signifikan terkait dengan tahun berjalan
- Mereview Laporan Internal yang Disiapkan pada Tanggal Neraca
Dalam mereview, auditor harus menekankan pembaharuan bisnis dibandingkan
dengan hasil untuk periode yang sama di tahun yang diaudit dan perubahan
setelah akhir tahun.
- Memeriksa Notulen yang Diterbitkan pada Tanggal Neraca
Auditor harus memeriksa notulen rapat pemegang saham dan direktur setelah
tanggal neraca untuk peristiwa kemudian yang mempengamhi laporan
keuangan periode berjalan.
- Berkorespondensi dengan Pengacara
auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian
kewajiban kontinjen. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberi
tanggal dan mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan
yang diharapkan untuk memenuhi tanggung jawab auditor menyangkut
peristiwa kemudian.
- Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen
Pengajuan pertanyaan bervariasi dari klien ke klien, tetapi biasanya mencakup
perubahan signifikan aset atau struktur modal perusahaan setelah tanggal
neraca,
- Memperoleh Letter of Representation
Letter of representation ditulis oleh manajemen klien kepada auditor yang
mengesahkan laporan yang dibuat manajemen mengenai persoalan yang
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

berbeda selama audit berlangsung, termasuk diskusi mengenai peristiwa


kemudian.

 Penanggalan Ganda
Kadang-kadang, auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang mempengaruhi
laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan selesai tetapi
sebelum laporan audit diterbitkan. Auditor memiliki dua pilihan sebanding yang dapat
diterima untuk memperluas pengujian peristiwa kemudian:
1. Memperluas semua pengujian peristiwa kemudian hingga ke tanggal yang barn.
2. Membatasi review peristiwa kemudian pada persoalan yang berhubungan dengan
peristiwa kemudian yang baru.

Untuk opsi pertama, auditor hanya mengubah tanggal laporan audit ke tanggal yang barn.
Untuk opsi yang kedua, auditor menerbitkan laporan audit dengan tanggal ganda (dual-
dated audit report), yang berarti laporan audit tersebut memasukkan dua tanggal: tanggal
yang pertama pada saat pekerjaan lapangan selesai, kecuali untuk pengecualian tertentu,
dan tanggal kedua, yang selalu lebih lambat, untuk pengecualian

 AKUMULASI BUKTI AKHIR


 Meleksanakan Prosedur Analitis Akhir
Ketika melaksanakan prosedur analitis selama tahap review akhir, umumnya partner
membaca laporan keuangan, termasuk catatan kaki, dan mempertimbangkan kecukupan
bukti yang dikumpulkan mengenai saldo akun yang tidak biasa atau tidak diharapkan
atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau ketika melaksanakan audit.
 Mengevaluasi Asumsi Going Concern
Standar auditing mengharuskan auditor mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang
substansial mengenai kemampuan klien untuk terus going concern setidaknya selama
satu tahun setelah tanggal neraca. Auditor melakukan penilaian awalnya sebagai bagian
dari perencanaan tetapi dapat merevisinya jika memperoleh informasi baru
Penilaian akhir atas status going-concern entitas dilakukan setelah semua bukti
dikumpulkan dan penyesuaian audit yang diusulkan telah dimasukkan ke dalam laporan
keuangan. Jika memiliki reservasi mengenai asumsi going-concern, auditor harus
mengevaluasi rencana manajemen untuk menghindari kebangkrutan dan kemampuan
mencapai rencana tersebut. Mengambil keputusan akhir menyangkut apakah akan
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

menerbitkan laporan dengan paragraf penjelasan going-concern dapat menghabiskan


waktu dan sulit
 Memperoleh Surat Representasi Manajemen
Tiga tujuan dari surat representasi klien adalah:
1. Untuk menekankan pada manajemen tentang tanggung jawabnya atas asersi
laporan keuangan.
2. Untuk mengingatkan manajemen potensi salah saji atau penghapusan dalam
laporan keuangan.
3. Untuk mendokumentasikan respons dari manajemen atas pertanyaan yang diajukan
mengenai berbagai aspek audit.

Standar auditing menyarankan empat kategori persoalan khusus yang harus


dimasukkan. Keempat kategori tersebut, dengan contoh masing-masing, adalah:

1. Laporan Keuangan
- Pengakuan manajemen atas tanggung jawabnya untuk penyajian laporan
keuangan yang wajar.
2. Kelengkapan Informasi
- Ketersediaan semua catatan keuangan dan data terkai
3. Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan
- Keyakinan manajemen bahwa dampak dari setiap salah saji laporan keuangan
yang belum diperbaiki adalah tidak material terhadap laporan keuangan
(ikhtisar item-item tersebut harus dimasukkan atau dilampirkan pada surat).
4. Peristiwa Kemudian
- Kebangkmtan pelanggan utama yang masih memiliki piutang usaha yang
beredar pada tanggal neraca.

 Mempertimbangkan lnformasi Tambahan dalam Kaitannya dengan Laporan


Keuangan secara Keseluruhan
Informasi tambahan yang diperlukan ini bukan merupakan bagian dari laporan
keuangan dasar; namun, penyusun standar akuntansi tertentu mempertimbangkan
informasi ini sebagai bagian penting dari pelaporan keuangan. Jika informasi
tambahan yang diperlukan
menyertai laporan keuangan
dasar, standar auditing
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

mengharuskan auditor melaksanakan prosedur tambahan tertentu yang terbatas pada


pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang metode penyiapan informasi dan
perbandingan informasi menyangkut konsistensi dengan respons manajemen atas
pertanyaan yang diajukan auditor, laporan keuangan dasar, dan informasi yang
diperoleh auditor selama audit laporan keuangan dasar.

 Membaca Informasi Lain dalam Informasi lain dalam Laporan Tahunan


Standar auditing mengharuskan auditor untuk membaca informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan ( other information included in annual reports)
yang berhubungan langsung dengan laporan keuangan. Tanggung jawab auditor untuk
membaca informasi lain yang dimasukkan dalam laporan tahunan hanya berkaitan
dengan informasi yang bukan merupakan bagian dari laporan keuangan tetapi
diterbitkan bersama laporan keuangan.

 MENGEVALUASI HASIL
 Bukti yang Tepat dan Mencukupi
Untuk melakukan evaluasi akhir menyangkut apakah bukti yang tepat dan mencukupi
telah dikumpulkan, auditor mereview dokumentasi audit untuk menentukan apakah
semua kelas transaksi yang material, akun, dan pengungkapan telah diuji secara
memadai, dengan mempertimbangkan semua situasi audit. Bagian review yang penting
adalah memastikan bahwa semua bagian program audit telah diselesaikan dan
didokumentasikan secara akurat, serta semua tujuan audit telah dipenuhi. Auditor harus
memutuskan apakah program audit sudah memadai, dengan mempertimbangkan bidang
masalah yang diidentifikasi ketika audit sedang berlangsung Untuk membantu
memutuskan apakah bukti audit sudah mencukupi, auditor sering kali menggunakan
penyelesaian daftar pemeriksaan audit (completing the audit checklist) yang merupakan
sisa item yang mungkin telah terabaikan. Jika auditor menyimpulkan bahwa bukti yang
mencukupi belum diperoleh untuk memutuskan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, auditor memiliki dua pilihan: mengumpulkan bukti tambahan
atau mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan
pendapat.
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

 Bukti yang Mendukung Pendapat Auditor


Bagian yang penting ketika mengevaluasi apakah laporan keuangan telah dinyatakan
secara wajar meliputi review auditor terhadap ikhtisar salah saji yang ditemukannya
dalam audit. Jika salah satu salah sajinya material, auditor harus mengusulkan agar
klien memperbaiki laporan keuangan itu.

 Pengungkapan Laporan Keuangan


Sebelum menyelesaikan audit, auditor harus melakukan evaluasi akhir apakah
pengungkapan dalam laporan keuangan telah memenuhi semua tujuan penyajian dan
pengungkapan. Sebagai bagian dari review akhir terhadap pengungkapan laporan
keuangan, banyak kantor akuntan publik mengharuskan penyelesaian daftar
pemeriksaan pengungkapan laporan keuangan (financial statement disclosure checklist)
atas setiap audit. Kuesioner tersebut dirancang untuk mengingatkan auditor akan
masalah pengungkapan umum dalam laporan keuangan dan untuk memfasilitasi review
akhir atas keselumhan audit oleh partner yang independen.

 Mengaudit Review Dokumentasi


Ada tiga alasan mengapa seorang anggota kantor akuntan publik yang berpengalaman
harus meneliti dengan seksama review dokumentasi audit pada tahap penyelesaian
audit:
1. Untuk mengevaluasi kinerja personil yang belum berpengalaman
2. Untuk memastikan bahwa audit memenuhi standar kinerja kantor akuntan
publik
3. Untuk mengatasi bias yang sering kali merecoki pertimbangan auditor
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

 Review Independen
Pada tahap penyelesaian audit yang lebih besar, merupakan hal yang umum untuk
membiarkan laporan keuangan dan sejumlah rangkaian file audit direview oleh
reviewer independen yang sama sekali tidak berpartisipasi dalam audit, tetapi
merupakan anggota kantor akuntan publik yang melakukan audit. Review independen
(independent review), yang terkadang dikenal sebagai review mutu penugasan,
diwajibkan oleh penugasan SEC, termasuk review informasi keuangan internal dan
audit atas pengendalian internal.

 Ikhtisar Evaluasi Bukti


mengikhtisarkan pengevaluasian apakah ada bukti yang tepat dan mencukupi serta
apakah bukti tersebut mendukung pendapat atas laporan keuangan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti dengan
pertama kali mengevaluasi risiko audit yang dicapai, menurut akun dan siklus, dan
kemudian melakukan evaluasi yang sama atas laporan keuangan secara keseluruhan.

 MENERBITKAN LAPORAN KEUANGAN


Auditor harus menunggu untuk memutuskan jenis laporan audit yang tepat yang akan
diterbitkan hingga semua bukti telah terkumpul dan dievaluasi, termasuk semua langkah
penyelesaian audit yang telah dibahas sejauh ini. Mengingat laporan audit merupakan
satu-satunya hal yang ingin dilihat oleh sebagian besar pengguna dalam proses audit, dan
konsekuensi dari menerbitkan laporan audit yang tidak benar dapat sangat berat, maka
penting untuk menerbitkan laporan yang benar.

 BERKOMUNIKASI DENGAN KOMITE AUDIT DAN MANAJEMEN


1. Mengomunikasikan Kecurangan dan Tindakan llegal
Standar auditing mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan semua kecurangan
dan tindakan ilegal kepada komite audit atau kelompok yang ditunjuk, tanpa
memandang materialitas. Tujuannya adalah membantu komite audit dalam
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

melaksanakan perannya sebagai pengawas atas laporan keuangan yang dapat


diandalkan.
2. Mengomunikasikan Defisiensi Pengendalian Internal
auditor juga harus mengomunikasikan secara tertulis defisiensi pengendalian internal
yang signifikan dan kelemahan yang material dalam perancangan atau pengoperasian
pengendalian internal kepada pihak yang berhak.
3. Komunikasi Lain dengan Komite Audit
Tujuan dari komunikasi yang diwajibkan ini adalah untuk mempertahankan agar komite
audit, atau pihak yang berhak, tetap memperoleh informasi yang relevan dan signifikan
guna mengawasi proses pelaporan keuangan serta menyediakan kesempatan bagi
komite audit untuk mengomunikasikan persoalan penting kepada auditor. Jadi,
persyaratan standar auditing dirancang untuk mendorong komunikasi dua arah antara
auditor dan pihak yang berhak. Ada empat tujuan utama dari komunikasi yang
diwajibkan ini:
- Untuk mengomunikasikan tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan
keuangan
- Untuk menyediakan tinjauan mengenai lingkup dan penetapan waktu audit
- Untuk menyediakan pihak yang berhak temuan yang signifikan yang diperoleh
selama audit
- Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
berhak atau yang terlibat dalam tata Kelola

4. Surat Manajemen
Surat manajemen (management letter) ditujukan untuk memberi tahu personil klien
mengenai rekomendasi akuntan publik guna memperbaiki setiap bagian bisnis klien.
Sebagian besar rekomendasi itu berfokus pada saran agar operasi berjalan lebih efisien.
Perpaduan antara pengalaman auditor dalam berbagai bisnis dan pemahaman mendalam
yang diperoleh ketika melaksanakan audit telah menempatkan auditor pada posisi yang
unik untuk menyediakan bantuan kepada manajemen.

 PENEMUAN FAKTA FAKTA LEBIH LANJUT


Ketika penemuan fakta-fakta lebih lanjut (subsequent discovery of facts) ini terjadi,
auditor berkewajiban untuk memastikan bahwa para pemakai yang mengandalkan laporan
Adisty Hartanti Purnama – 2111000067

keuangan diberi tahu mengenai salah saji tersebut atau pembahan kesimpulan atas
keefektifan pengendalian internal. (Jika auditor sudah mengetahui salah saji tersebut
sebelum laporan audit diterbitkan, auditor akan bersikeras bahwa manajemenlah yang
harus memperbaiki salah saji itu, atau, sebagai gantinya, laporan audit yang berbeda akan
diterbitkan.) Kita tidak perlu mempersoalkan apakah kegagalan untuk menemukan salah
saji itu merupakan kesalahan auditor atau klien.

Ketika penemuan fakta-fakta lebih lanjut (subsequent discovery of facts) ini terjadi,
auditor berkewajiban untuk memastikan bahwa para pemakai yang mengandalkan laporan
keuangan diberi tahu mengenai salah saji tersebut atau pembahan kesimpulan atas
keefektifan pengendalian internal. (Jika auditor sudah mengetahui salah saji tersebut
sebelum laporan audit diterbitkan, auditor akan bersikeras bahwa manajemenlah yang
harus memperbaiki salah saji itu, atau, sebagai gantinya, laporan audit yang berbeda akan
diterbitkan.) Kita tidak perlu mempersoalkan apakah kegagalan untuk menemukan salah
saji itu merupakan kesalahan auditor atau klien.

Sumber :
Alvin A. Arens. Auditing and Assurance Services edisi 15

Anda mungkin juga menyukai