Anda di halaman 1dari 16

BAB 24

PENYELESAIAN AUDIT

A. Melaksanakan Pengujian Tambahan Untuk Penyajian dan Pengungkapan


Pendekatan auditor dalam memperoleh bukti sehubungan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan konsisten dengan pendekatan dalam memperoleh bukti yang berkaitan
dengan transaksi dan saldo, diantaranya yaitu :
 Melakukan prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian untuk tujuan
penyajian dan pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian resiko.
 Melakukan pengujian pengendalian yang berhubungan dengan pengungkapan saat
penilaian awal resiko pengendalian berada di bawah maksimum.
 Melakukan prosedur subtantif
Prosedur untuk tujuan penyajian dan pengungkapan diintegrasikan dengan pengujian
auditor atas tujuan audit – terkait transaksi dan tujuan audit – terkait saldo. Banyak informasi
yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan diaudit sebagai bagian dari
pengujian auditor pada tahap awal audit. Ditahap ini auditor mengevaluasi bukti yang
diperoleh dari 3 tahap pertama untuk menilai apakah diperlukan bukti tambahan untuk tujuan
penyajian dan pengungkapan. Auditor juga mengevaluasi apakah keseluruhan penyajian
dalam laporan keuangan dan penjelasan tambahan terkait telah mematuhi prinsip akuntansi
berlaku umum. Hal ini meliputi evaluasi apakah setiap laporan keuangan mencerminkan
klasifikasi yang tepat dan deskripsi setiap akun yang konsisten dengan persyaratan dan
bahwa informasi disajikan dalam bentuk yang benar dan dengan terminology yang tepat
seperti disyaratkan dalam standar akuntansi.
Salah satu perhatian utama auditor berhubungan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan adalah menentukan apakah manajemen sudah mengungkapkan seluruh
informasi yang diperlukan. Untuk menilai resiko yang tidak dapat memenuhi tujuan
penyajian dan pengungkapan, auditor harus mempertimbangkan informasi yang diperoleh
selama tiga tahap pertama dalam pengujian audit untuk menentukan apakah sudah cukup
menjelaskan fakta dan keadaan yang harus diungkapkan.
Sehubungan dengan uniknya pengungkapan atas kewajiban kotijensi dan kejadian setelah
tanggal neraca, auditor sering kali memberikan penilaian resiko tinggi karena tidak seluruh
informasi yang dibutuhkan diungkapkan dalam penjelasan tambahan. Pengujian audit yang
dilakukan pada tahap awal audit sering kali tidak menyediakan bukti yang memadai
mengenai kewajiban kotijensi dan kejadian setelah tanggal neraca. Oleh karena itu, auditor
mendesain dan melakukan prosedur pada setiap audit untuk menelaah kewajiban kotijensi
dan kejadian setelah tanggal neraca sebagai bagian dari pengujian tahap keempat.

B. Review Kewajiban Kontinjen dan Komitmen


Kewajiban Kontinjensi adalah potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas
jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah dilakukan.
Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban kontijensi, yaitu :
 Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan
nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
 Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang.
 Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.
Ketidakpastian atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat mungkin
terjadi sampai kemungkinan besar tidak terjadi. Adapun menurut PSAK 57 dijelaskan tiga
tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan yang dapat
digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan melakukan penilaian
secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.
Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor, bertanggung jawab atas
identifikasi dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban kontinjensi dan
pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas kerjasama pihak
manajemen dengan auditor. Tujuan utama auditor dalam melakukan verifikasi kewajiban
kontijensi adalah :
 Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui untuk
menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi dengan benar
(tujuan penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).
 Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen (tujuan
penyajian dan pengungkapan untuk kelengkapan).
Komitmen sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen meliputi hal-hal
seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna usaha suatu fasilitas
pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada harga yang sudah ditentukan.
Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju berada dalam kondisi tertentu di masa
mendatang, tanpa memperhatikan apa yang terjadi dengan laba perusahaan atau perekonomian
keseluruhan. Perusahaan biasanya menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan
tambahan terpisah maupun digabungkan, dengan sebuah catatan mengenai kontinjensi.
1. Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi
Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah
terdapat kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada
kenyataannya lebih sulit menemukan transaski yang tidak tercatat daripada melakukan
verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi mereka
akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut
adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban
kontijensi :
 Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang
tercatatnya kontijensi.
 Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya
atas penentuan PPh.
 Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan
hukum atau kontijensi lainnya.
 Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan
dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
 Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
 Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya
kontijensi.
 Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang
terpakai atau tidak.

2. Evaluasi Kewajiban Kontijensi Yang Telah Diketahui


Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka harus
mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan kewajiban dalam
tujuan penyajian dan pengungkapan. Untuk kontijensi yang membutuhkan pengungkapan,
auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan untuk memastikan bahwa informasi
yang diuangkapkan dapat dipahami dan dinyatakan dengan wajar sesuai kondisi
kontijensi.
3. Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen
Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan
sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkan, dalam melakukan
verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.
4. Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien
Prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengungkapkan tuntutan hukum
yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan mengidentifikasi klaim tambahan yaitu
Tanya jawab dengan pengacara klien. Auditor mengandalkan keahlian dan pengetahuan
pengacara mengenai masalah hukum guna memberikan pendapat professional atas hasil
tuntutan hukum yang diharapkan dan kemungkinan jumlah kewajiban kewajiban termasuk
biaya sidang.

C. Review Terhadap Peristiwa Kemudian


Telaah kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor untuk menelaah transaksi
dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat transaksi
atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada laporan periode
berjalan. Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560). Tanggung jawab auditor atas
telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal
neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor
merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah
kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit
1. Jenis-Jenis Kejadian Setelah Tanggal Neraca
Ada dua kejadian yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dan dievaluasi oleh
auditor yaitu:
 Kejadian yang berdampak langsung pada Laporan Keuangan dan
membutuhkan penyesuaian.
Beberapa kejadian setelah tanggal neraca memberikan informasi tambahan kepada
manajemen agar dapat menentukan penyajian dan pengungkapan yang wajar atas saldo
akun pada tanggal neraca. Informasi ini membantu auditor dalam melakukan verifikasi
saldo. Kejadian setelah tanggal neraca seperti berikut ini, memerlukan penyesuaian atas
saldo akun pada laporan keuangan tahun berjalan jika jumlahnya material;
 Pernyataan kebangkrutan oleh pelanggan atas saldo piutang dagang yang beredar
karena kondisi keuangan pelanggan memburuk.
 Penetapan proses litigasi pada nilai yang berbeda dengan nilai yang ditetapkan pada
pembukuan.
 Penghentian asset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pada nilai di bawah nilai
buku.
 Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan.
Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk mengevaluasi jumlah yang
dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor harus memisahkan antara
kondisi pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir tahun. Informasi setelah tanggal
neraca tidak boleh dimasukkan dalam laporan jika keadaan yang menyebabkan perubahan
nilai terjadi setelah akhir tahun.

 Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi


memerlukan pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang
dilaporkan, tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan meskipun
tidak memerlukan penyesuaian akun. Akun ini biasanya diungkapkan dengan
penjelasan tambahan, tetapi terkadang bisa cukup signifikan sehingga memerlukan
pengungkapan pada laporan keuangan tambahan (supplemental financial statements)
yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah kejadian tersebut muncul pada
tanggal neraca. Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca yang
memerlukan pengungkapan, bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan,
meliputi:
 Penurunan nilai pasar atas sekuritas milik perusahaan untuk investasi sementara atau
akan dijual kembali
 Penerbitan obligasi atau sekuritas ekuitas
 Penurunan nilai pasar atas persediaan sebagai dampak dari tindakan pemerintah yang
membatasi penjualan produk
 Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
 Penggabungan usaha atau akuisisi.
Auditor perusahaan publik dapat juga mengidentifikasi kejadian yang berhubungan
dengan pengendalian internal atas laporan keuangan yang muncul setelah tanggal neraca.
Jika auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca ini berdampak material
pada pengendalian internal atas laporan keuangan perusahaan, maka laporan auditor harus
memasukkan paragraph penjelasan, baik yang menjelaskan kejadian dan dampaknya atau
pun yang langsung mengarahkan pembaca kepada pengungkapan laporan manajemen
dalam pengendalian internal berikut dampaknya.
2. Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua
kategori yaitu:
1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun
akhir tahun.
Prosedur ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai
bagian dari pengujian perincian saldo. Misal auditor memeriksa transaksi penjualan dan
pembelian setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah batasnya akurat.
2. Prosedur yang dilakukan khususnya untuk menemukan kejadian atau transaksi
yang harus diakuai sebagai kejadian setelah tanggal neraca.
Kategori pengujian kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi
untuk menguji saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian
kelengkapan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi:
– Tanya jawab dengan Manajemen
Tanya jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal neraca
harus dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang
memadai.
– Koresondensi dengan Pengacara
Auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian
kewajiban kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal
dan mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi
kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.
– Telaah atas Laporan Internal yang dibuat setelah tanggal neraca
Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis
perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan
setelah akhir tahun. Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi dalam
bisnis atau lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor harus membahas laporan intern
dengan manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat dengan dasar yang sama
dengan laporan periode berjalan dan melakukan Tanya jawab mengenai perubahan
signifikan atas hasil operasinya.
– Telaah atas pencatatan yang dibuat setelah tanggal neraca
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan
sifat dari transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal tidak
selalu terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan untuk
menyusun jurnal tersebut.
– Pemeriksaan notulensi pertemuan dewan direksi setelah tanggal neraca
Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan
direksi atas kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan
periode berjalan.
– Permintaan surat representasi
Surat represintasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan
adanya perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai kejadian
setelah tanggal neraca. Surat ini harus dibuat dan mencakup hal-hal lain yang penting.
3. Penetapan Tanggal Ganda
Biasanya auditor menentukan bahwa kejadian setelah tanggal neraca yang
memengaruhi laporan keuangan periode berjalan terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai, tetapi sebelum laporan audit diterbitkan. Misal jika klien audit membeli
perusahaan lain setelah hari terakhir pekerjaan lapangan. Dengan mengasumsikan bahwa
pembelian terjadi pada 23 Maret, sedangkan hari terakhir pekerjaan lapangan adalah 11
Maret. Dalam situasi ini, PSA 43 (SA 530) mensyarakatkan auditor untuk memperluas
pengujian audit pada kejadian setelah tanggal neraca yang baru ditemukan untuk
memastikan hal itu sudah diungkapkan. Auditor memiliki dua pilihan atas perluasan
pengujian kejadian setelah tanggal neraca, yaitu:
1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian
baru setelah tanggal neraca.
D. Akumulasi Bukti Akhir
Terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Melakukan Prosedur Analitis Akhir
Saat melakukan prosedur analitis selama tahap telah akhir, yang disyaratkan dlam
standar audit, rekanan biasanya membaca laporan keuangan, termasuk penjelasan
tambahan, dan mempertimbangkan hal berikut :
a) Kecukupan bukti yang dikumpulkan atas saldo akun yang tidak lazim atau tidak
diharapkan atau hubungan yang teridentifikasi selama perencanaan atau selama
pelaksanaan audit.
b) Saldo akun yang tidak lazim atau tidak diharapkan atau hubungan yang tidak
teridentifikasi sebelumnya.
Hasil dari prosedur analitis akhir bisa jadi mengindikasikan bahwa bukti audit
tambahan dibutuhkan.
2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha
Auditor membuat penilaian pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan, tetapi
bisa saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru. Misalnya, penilaian awal atas
kelangsungan usaha akan direvisi bila ada temuan auditor selama masa audit bahwa
perusahaan tidak dapat membayar utang, kehilangan konsumen utama, atau memutuskan
untuk menjual aset penting untuk membayar utang. Auditor menggunakan prosedur
analitis, mendiskusikan dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kesulitan
keuangan, dan mengumpulkan informasi mengenai bisnis klien selama masa audit agar
dapat memberikan penilaian terhadap kemungkinan kesulitan keuangan pada tahun depan.
Penilaian akhir atas kelangsungan usaha entitasdipertimbangkan setelah seluruh bukti
dikumpulkan dan rencana penyesuaian audit diajukan kedalam laporan keuangan. Saat
auditor menetapkan asumsi kelangsungan usaha, mereka harus mengevaluasi rencana
manajemen dalam menghindari kebangkrutandan mengevaluasi kelayakan dalam realisasi
rencana tersebut.
3. Memperoleh Surat Representasi Manajemen
Tiga tujuan suat representasi klien tersebut adalah :
a) Menekankan kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian
laporan keungan. Manajemen mudah melupakan tanggung jawab mereka atas
penyajian laporan keuangan yang wajar, terutama untuk perusahaan kecil yang
personelnya kurang memahami akuntansi.
b) Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan dalam
laporan keuangan. Misalnya, jika surat representasi memasukkan referensi aset yang
dijaminkan atau kewajiban kontijensi, maka manajemen yang jujur akan diingatkan
atas kesalahan tak disengaja terhadap pengungkapan laporan keuangan secara
memadai, yang akan membantu memenuhi kelengkapan tujuan penyajian dan
pengungkapan. Untuk memenuhi tujuan ini, surat representasi harus memuat perincian
secara memadai untuk mengingatkan manajemen.
c) Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai berbaagai
spek dalam audit. Dokumen ini dinuat tertulis dan memuat perihal ketidaksetujuan atu
tuntutan hukum antara auditor dengan klien. Oleh karena hal ini lebih formal
dibandingkan dengan kamunikasi langsung, maka surat representasi juga membantu
mengurangi kesalahpahaman antara manajemen dan auditor.
SA 333 menyebutkan empat kategori penting yang perlu dimasukkan. Keempat
kategori tersebut beserta contohnya, adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan
 Pernyataan manajemen berisi pertanggungjawaban atas penyajian laporan keuangan
yang wajar.
 Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar dan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2. Kelengkapan informasi
 Ketersediaan seluruh pencatatan akuntansi dan data terkait.
 Kelengkapan dan ketersediaan seluruh notulensi pertemuan pemegang saham,
direktur, dan dewan direksi.
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
 Keyakinan manajemen bahwa dampak dari salah saji laporan keuangan yang tidak
dikoreksi adalah tidak material bagi laporan keuangan keseluruhan.
 Informasi mengenai kecurangan meliputi (a) manajemen, (b) karyawan yang
berperan penting dalam pengendalian internal, atau (c) lain-lain dimana kecurangan
dapat berdampak material dalam laporan keuangan.
 Informasi mengenai transaksi pihak terkait dan jumlah piutang dan terutang dari dan
kepada pihak terkait.
 Klaim yang belum diajukan atau penilaian dari pengacara klien memiliki asersi
penting dan harus diungkapkan sesuai PSAK No.57, Estimasi Utang, Kewajiban
Kontijensi, dan Aset Bersyarat.
4. Kejadian setelah tanggal neraca
 Kebangkrutan konsumen utama dengan piutang dagang berjumlah besar pada tanggal
neraca.
 Penggabungan usaha atau akuisisi setelah tanggal neraca.
Surat representasi klien adalah pernyataan tertulis dari sumber yang tidak
independen, karena itu tidak dapat dianggap sebagai bukti yang bisa diandalkan.
Meskipun demikian, surat tersebut merupakan dokumen dimana manajemen ditanyai
dengan pertanyaan tertentu untuk memastikan bahwa manajemen memahami
tanggung jawabnya dan untuk melindungi auditor jika manajemen akan menuntut
auditor.

4. Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar


Auditor harus jelas memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan
keuangan utama dan untuk informasi tambahan. Biasanya, auditor tidak melakukan audit
terperinci yang memadai untuk menyesuaikan opini atas informasi tambahan, tetapi dalam
kondisi tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa informasi tersebut disajikan
dengan wajar. Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk membuat pernyataan
yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas informasi tambahan ini.
Dua jenis opini yang diperbolehkan : opini positif yang mengindikasikan tingkat kepastian
tinggi atau tidak memberikan pendapat yang mengindikasikan tidak ada kepastian.
Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan
dasar yang dibuat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar. PSA 36 (SA 351)
merujuk pada informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan
keuangan dasar dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor.
Saat auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan
keuangan, materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap
laporan keuangan dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat
auditor menerbitkan opini atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas laporan akun
atau bagian tertentu. Auditor memberikan tambahan kata-kata pada laporan standar
auditor saat menyatakan opini untuk tambahan informasi, seperti contoh berikut :
Audit kami dilakukan dengan membentuk opini atas laporan keuangan dasar secara
keseluruhan. Informasi yang menyertai pada halaman x sampai y disajaikan sebagai
analisis tambahan dan bukan bagian penting dalam laporan keuangan dasar. Informasi ini
ditujukan untuk memenuhi prosedur audit yang diterapkan pada audit laporan keuangan
dasar dan, dalam opini kami, disajikan dengan wajar dalam segala hal yang sifatnya
material sehubungan dengan laporan keuangan dasar secara keseluruhan.
5. Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan
PSA 44 (SA 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya, asumsikan
bahwa surat direktur dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikan laba per lembar saham
dari Rp.2.600 menjadi Rp.2.930. auditor diminta untuk membandingkan informasi tersebut
dengan laporan keuangan atas kesesuaiannya.
SA 550 hanya menyebutkan informasi yang bukan bagian dari laporan keuangan,
tetapi dipublikasikan bersama dengan laporan ini. Misalnya, surat direktur dan penjelasan
atas aktivitas perusahaan yang dimasukkan dalam laporan tahunan untuk hampir sekuruh
perusahaan publik. Auditor biasanya hanya menghabiskan waktu beberapa menit untuk
memastikan bahwa informasi non-laporan keuangan konsisten dengan laporannya. Jika
auditor menyimpulkan bahwa ada ketidakkonsistenan yang material, maka ia harus
meminta klien untuk mengubah informasi tersebut. Jika klien menolak, dan hal ini tidak
biasa, maka auditor akan memasukkan paragraf penjelasan dalam laporan audit atau
mengundurkan diri.

E. Mengevaluasi Hasil
Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah
untuk kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir, auditor
harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan mengenai
laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor harus memutuskan apakah bukti audit sudah
memadai dan tepat untuk diakumulasikan untuk menjamin kesimpoulan bahwa laporan
keuanga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, dan diaplikasikan secara
konsisten dengan tahun sebelumnya.
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas
seluruh audit untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan
program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi.
1. Bukti yang tepat dan memadai
Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan
apakah seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara
memadai, dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah
adalah memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan akurat
dan didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Untuk membantu dalam memutuskan apakah audit sudah memadai, auditor sering
menggunakan daftar pembanding (checklist) penyelesaian audit, sebagi pengingat biloa
ada yang terlewatkan. Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang memadai tidak
terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar,
maka mereka memiliki dua pilihan: (1) mengakumulasikan bukti tambahan atau (2)
menerbitkan opini dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.
2. Bukti pendukung opini auditor
Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar
adalah mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit. Manakala auditor
menemukan salah saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk menkoreksi
laporan keuangan. Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan bahan bukti tetapi
tidak menjamin kesimpulan mengenai penyajian laporan keuangan yang awajar, auditor
sekali lagi mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor puas atau
memberikan pendapat wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus
diterbtikan. Perhatikan bahwa pilihan disini berbeda dengan yang dibahas dalam kasus
ketidakcukupan bahan bukti yang diperoleh.
3. Pengungkapan laporan keuangan
Sebelum menyelesesaikan audit, auditor harus membeuat evaluasi akhir apakah
pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan
pengungkapan.
Sebagai bagian dari telaah akhir dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak
KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar pembanding laporan keuangan untuk
setiap audit. Kuesioner ini didesain untuk mengingatkan auditor tentang masalah yang
biasanya muncul dalam laporan keuangan dan memfasilitasi telaah akhir untuk
keseluruhan audit oleh seorang rekanan independen.
4. Telaah dokumentasi audit
Ada tiga alasan mengapa staf firma audit yang berpengalaman harus menelaah
dokumentasi audit pada saat penyelesaian audit:
1) Untuk mengevalusi kinerja karyawan yang belum berpengalaman.
Bagian yang perlu dipertimbangkan dari kebanyakan audit dilaksanakan oleh staf
audit dengan pengalaman kurang dari empat atau lima tahun.
2) Memastikan bahwa proses audit memenuhi standar kinerja
Dalam setiap organisasi kualitas kinerja individu sangat bervariasi, tetapi
penelaahan yang seksama oleh staf tingkat atas dalam perusahaan membantu
mempertahankan kualitas audit yang seragam.
3) Menghilangkan kerancuan yang sering muncul dalam penilaian auditor
Auditor dapat berusaha agar senantiasa objektif dalam seluruh audit, tetapi mudah
untuk kehilangan perspektif yang memadai dalam audit yang panjang jika terdapat
masalah kompleks yang ingin dipecahkan.
5. Telaah independen
Pada saat penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya terdapat telaah untuk
laporan keuangan dan keseluruhan berkas audit oleh penelaah independen yang ridak
terlibat dalam audit, tetapi merupakan staf kantor akuntan yang juga melakukan audit.
Telaah independen diisyaratkan oleh SEC termasuk telaah atas informasi keuangan
interim dan audit pengendalian internal.
6. Ringkasan evaluasi bukti
Auditor mengevaluasi kecukupan dan kelayakan bukti pada saat mengevauasi
risiko audit, berdasarkan akun dan siklus, dan kemudian membuat evaluasi yang sama
untuk laporan keuangan keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi bukti pendukung atas
opini audit dengan mengestimasi salah saji dalam setiap akun dan kemudian untuk laporan
keuangan keseluruhan. Evaluasi risiko audit dan estimasi salah saji dibuat pada waktu
bersamaan dan berdasarkan evaluasi tersebut, laporan audit diterbitkan untuk laporan
keuangan.
F. Menerbitkan Laporan Audit
Auditor harus menunggu untuk menentukan laporan audit untuk di audit hingga seluruh
bukti diakumulasi dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan karena laporan audit merupakan
satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar pengguna dari keseluruhan proses audit dan
konsekuensi dari penerbitan laporan audit yang tidak benar sangat besar.
Sebagian besar auditor dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa pengecualian
dengan kata-kata baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan audit dan hanya di ganti
nama klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila KAP memutuskan bahwa
laporan standar tanpa pengecualian tidak memadai, maka pembahasan lebih lanjut dilakukan
antara rekanan dalam KAP dan juga klien. KAP memiliki manual laporan audit komprehensif
yang membantu mereka dalam memilih kata-kata yang tepat dalam laporan jika diperlukan
oleh auditor.
G. Berkomunikasi Dengan Komite Audit dan Manajemen
1. Pembahasan Tentang Kecurangan dan Tindakan Ilegal
PSA 32 (SA 316) dan PSA 31 (SA 317) mensyaratkan auditor untuk
menyampaikan seluruh kecurangan dan tindakan illegal kepada komite audit dan kelompok
lain yang sejenis, meskipun tidak material. Tujuannya adalah untuk membantu komite
audit dalam melakukan tugas pengawasan atas laporan keuangan.
2. Pembahasan Tentang Kurangnya Pengendalian Internal
Auditor harus menyampaikan perihal kurangnya pengendalian internal dan
kelemahan material dalam desain atas pengoperasian pengendalian internal secara tertulis
kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Untuk perusahaan yang lebih besar,
hal tersebut disampaikan kepada komite audit dan dalam perusahaan yang lebih kecl, dapat
dilakukan kepada pemilik perusahaan atau manajemen senior
3. Pembahasan Hal Lainnya Kepada Komite Audit
PSA 48 (SA 380) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan informasi tambahan
yang diperoleh selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
biasanya adalah komite audit. Tujuan dari penyampaian ini adalah agar komite audit dan
pihak lain yang bertanggung jawab atas tata kelola mengetahui tentang informasi penting
dan relevan mengenai proses laporan keuangan dan memberikan kesempatan kepada
komite audit untuk membahas hal-hal penting dengan auditor.
4. Surat Manajemen (Management Letter)
Surat manajemen ditujukan untuk menginformasikan kepada klien mengenai
rekomendasi KAP guna meningkatkan bisnis klien. Rekomendasi biasanya berfokus pada
efisiensi pengoperasian perusahaan. Kombinasi antara pengalaman auditor dalam berbagai
area bisnis dan melalui pemahaman yang diperoleh dalam melakukan audit membuat
auditor dapat memberikan pengarahan kepada managemen.
Surat manajemen berbeda dengan surat yang melaporkan kurangnya pengendalian
internal. Surat manajemen diperlukan karena adanya kekurangan signifikan atau
kelemahan penting atas pengendalian internal dan harus mengikuti format yang diberikan
dan dikirimkan sesuai dengan persyaratan standar audit. Surat manajemen merupakan
suatu opsi dan ditujukan untuk membantu klien dalam mengoperasikan bisnisnya lebih
efektif.
H. Penemuan Fakta-Fakta Lebih Lanjut
Audit dikatakan selesai ketika auditor menerbitkan laporan audit dan
menyelesaikannya seluruh pembahasan dengan manajemen dan komite audit. Terkadang
auditor menemukan bahwa setelah audit laporan keuangan diterbitkan terjadi salah saji
material dalam laporan keuangan. Pada saat terdapat penemuan fakta setelah penerbitan
laporan audit terjadi, auditor berkewajiban untuk memastikan bahwa pengguna laporan
keuangan mendapatkan informasi atas salah saji tersebut. Jika auditor mengetahui salah saji
sebelum pelaporan audit diterbitkan, maka auditor akan memaksa manajemen untuk
melakukan koreksi salah saji atau menerbitkan laporan audit yang berbeda.
Jika auditor menemukan bahwa terdapat kekeliruan dalam laporan keuangan setelah
diterbitkan, maka tindakan yang paling tepat adalah meminta klien untuk menerbitkan revisi
laporan keuangan yang memasukkan penjelasan atas alasannya. Jika periode setelah tanggal
neraca atas laporan keuangan sudah selesai sebelum revisi diterbitkan, maka diperbolehkan
mengungkapkan salah saji tersebut dalam laporan periode setelah tanggal neraca. Jika hal
tersebut penting, maka klien harus melaporkan kepada Bapepam-LK dan regulator lainnya
atas salah saji laporan keuangan tersebut.
Jika klien menolak mengungkapkan salah saji ke dalam laporan, maka auditor harus
menginformasikan kepada dewan dierksi dan harus mengingatkan kepada regulator agar
membatasi klien karena laporan keuangan tidak lagi disajikan wajar dan jika memungkinkan,
menyampaikan kepada semua pihak pengguna laporan keuangan. Jika saham perusahaan
dijual kepada publik, maka auditor dapat meminta Bapepam-LK dan pihak pasar modal untuk
mengingatkan para pemegang saham mengenai hal tersebut.
Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca berakhir pada
tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mencari
fakta-fakta, tetapi jika mereka menemukan bahwa laporan keuangan tidak dinyatakan dengan
wajar, maka mereka harus melakukan tindakan koreksi.

Anda mungkin juga menyukai