DISUSUN OLEH :
KELAS B
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Financial Statement Fraud”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Audit Forensik. Makalah ini terdiri dari 3 bab
yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta
memenuhi kewajiban tugas. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulis. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 4
1. Latar Belakang....................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
3. Tujuan ................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan (Maula dan Rakhman, 2018). Namun terdapat
beberapa kasus di mana manajer gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya sehingga
informasi yang akan tampil dalam laporan keuangan tidak akan memuaskan. Untuk
menutupi hal tersebut terkadang manajemen rela melakukan kecurangan supaya
informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. Sebagai upaya dalam mencegah
perbuatan tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan (Arles, 2014).
Kecurangan (fraud) merupakan bahaya laten yang mengancam dunia.
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Global
menunjukkan bahwa setiap tahun, rata-rata 5% dari pendapatan organisasi menjadi
korban fraud. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE yang dituangkan dalam laporan
Report To The Nation (RTTN) menunjukkan pada tahun 2016 total kerugian yang
diakibatkan oleh fraud mencapai USD 6,3 miliar dengan ratarata kerugian per kasus
mencapai lebih dari USD 2,7 juta (Nugrahaeni & Triatmoko, 2017). Menurut ACFE,
fraud dapat dibagi menjadi 3 yaitu coruption (korupsi), asset misappropriatio
(penyalahgunaan asset), dan financial statement fraud (kecurangan laporan
keuangan).
Financial statement fraud merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan (Kennedy &
Siregar, 2018).
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan kecurangan laporan keuangan?
b. Apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan?
c. Motif apakah yang melatarbelakangi terjadi kecurangan dalam laporan
keuangan?
d. Bagaimanakah cara mencegah kecurangan laporan keuangan?
4
3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecurangan laporan
keuangan.
b. Untuk mengetahui apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan
laporan keuangan.
c. Untuk mengetahui motif apa yang melatarbelakangi terjadi kecurangan
dalam laporan keuangan.
d. Untuk mengetahui Bagaimana cara mencegah kecurangan laporan
keuangan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Semua definsi diatas sepakat bahwa financial statement fraud merupakan
perbuatan yang disengaja.
2. Statement of Auditing Standards No.99, Australian Auditing Standarts
(2000), The Treadway Commission’s Report of the National Commission on
Fraudulent Financial Reporting (1987), Rezaee dan Riley (2009)
menyatakan penyataan yang sama bahwa perbuatan financial statement
fraud yang disengaja tersebut berupa salah saji yang material.
3. Arens et al (2014), Australian Auditing Standarts (2000), The Treadway
Commission’s Report of the National Commission on Fraudulent Financial
Reporting, (1987), Rezaee dan Riley (2009) menyatakan hal yang sama
bahwa financial statement fraud dilakukan untuk menyesatkan informasi
keuangan sehingga menipu pengguna laporan keuangan.
7
b. Lebih dini mengakui pendapatan
Dalam katagori ini termasuk :
- Mencatat penjualan beberapa hari setelah tanggal neraca.
- Melakukan pengiriman barang dan mencatat penjualan walaupun pada
saat tanggal neraca pelanggan belum setuju dengan syarat-syarat pada
kontrak jual beli.
- Mengakui penjualan destination point walaupun pada tanggal neraca
barang belum tiba di pelabuhan pembeli.
- Overstatement persentase pendapatan berdasarkan penyelesaian
(percentage of companion) walaupun terdapat keraguan atas tingkat
penyelesaian sesuai kontrak.
- Tidak mencatat penjualan retur dan klaim penjualan.
- Mencatat penjualan atas pengiriman barang lebih dini tanpa persetujuan
pembeli.
- Barang masih dalam proses perakitan telah diakui sebagai penjualan.
c. Sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan aktiva
- Transaksi ekstra ordinasi dan rugi laba nonrecurring dicatat sebagai
pendapatan operasi.
- Sengaja salah mencatat ke aktiva lancar dan tidak lancar.
- Menggabung saldo kas dan bank dalam restriksi ke saldo tanpa restriksi.
- Investasi jangka panjang dicatat sebagai surat berharga jangka pendek.
d. Mencatat aktiva fiktif
Umumnya dilakukan dengan overstatement persediaan barang
dagangan dengan cara:
- Mencatat barang rusak dengan label baru dan barang dengan nilai rendah
seolah olah barang mahal dan laku di pasaran.
- Mencatat barang konsinyasi seperti barang sendiri.
- Mencatat barang belum tiba di gudang dimana pembelian dilakukan dengan
syarat destination point.
e. Overvalued aktiva dan undervalued biaya dan kewajiban
Ini umumnya dilakukan dengan cara:
- Mencatat dengan nilai nominal piutang yang sudah lama jatuh tempo.
- Nilai piutang yang material kepada pihak hubungan istimewa.
- Cadangan piutang/pinjaman dan biaya piutang/pinjaman ragur-ragu kurang
dicatat.
- Cadangan kerugian persediaan usang kurang dicatat.
- Tidak mengkoreksi penurunan nilai pasar investasi atau surat berharga.
- Menangguhkan biaya administrasi dan biaya penjualan sebagai beban yang
masih mempunyai manfaat di mada depan (deferred cost atau
preoperational expense) dan menyusutkan secara periodik.
- Masih tetap mencatat biaya research and development cost yang diketahui
sudah gagal sebagai deferred charges.
8
- Kurang membukukan penurunan nilai aktiva.
f. Tidak mencatat kewajiban
- Tidak atau kurang mencatat kewajiban pensiun kepada karyawan.
- Tidak mencatat putusan pengadilan yang mengharuskan perusahaan
membayar kerugian sejumlah tertentu kepada pihak ketiga, namun baru
mencatat saat dibayar (cash basis method).
- Tidak atau kurang mencatat biaya yang akan timbul pada masa garansi
produk tertentu.
- Tidak mencatat hutang komisi penjualan kepada pihak ketiga.
g. Menghilangkan atau mengurangi disclosure penting
Ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak transparan, misal
penjelasan atas perubahan prinsip akuntansi, penjelasan perubahan
manajemen puncak dan komposisi pemegang saham, penjelasan atas aktiva
yang dijaminkan untuk pinjaman bang yang diterima.
9
perusahaan merugi/laba kecil, cadangan dimaksud di jurnal balik (reverse)
dan diakui sebagai pendapatan.
- Menggeser pendapatan ke periode mendatang.
- Mencatat pembelian aktiva tetap sebagai biaya saat laba perusahaan tinggi.
Cooks
Hasil survey di Amerika, Beasley, et al (1999), ternyata kecurangan
selama tahun 1987 hingga 1997 banyak melibatkan “Koki-koki” manajemen
puncak, dimana CEO dan CFO terlibat dalam 83% kasus, controller dalam 21%
kasus dan hanya 10% kasus yang melibatkan manajemen puncak bawah.
Kecurangan yang melibatkan manajemen puncak disebabkan lemah dan tidak
efektifnya dewan komisaris dan komite audit yang merupakan bagian dari
corporate governance, dan ini dimanfaatkan oleh manajemen puncak yang
menjadi sangat dominan dan tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan.
Recipes
Kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni
penjualan fiktif, penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam
pembayaran hutang atas pembelian yang tidak pernah dilakukan. Transaksi
fiktif merupakan kecurangan yang lebih agresif dan mendapatkan perhatian
lebih dari auditor dan regulator dibandingkan dengan sengaja mengakui lebih
dini (atau penangguhan) suatu transaksi. Survei di Amerika yang dilakukan
COSO atas kecurangan high profile yang terjadi di sana, mengungkapkan
bahwa kecurangan yang dilakukan sebagian besar dengan overstatement
pendapatan dan aktiva, dan hanya 20% dengan understatement biaya dan
kewajiban.
Incentives
Menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para koki (manajemen
puncak) melakukan kecurangan. Beberapa motivasi dilakukannya kecurangan
dalam laporan keuangan:
a. Mencapai tujuan perusahaan;
b. Ingin menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian kredit;
10
c. Adanya bonus kinerja;
d. Dalam rangka mencari pembiayaan baru;
e. Untuk meng-counter opini negatif pasar; dan
f. Tax avoidance.
End result
Hasil akhir dari kecurangan dalam laporan keuangan sangatlah buruk
bagi korporasi yakni berakhir pada kebangkrutan, penggantian pemegang
saham delisting dari pasar modal dan penurunan yang sangat atas harga
saham. Manajemen puncak yang terlibat dalam cooking the books menderita
konsekuensi pribadi seperti: Kehilangan nilai dari saham kompensasinya,
dipecat, dilarang menjabat sebagai manajemen dalam perusahaan publik
lainnya, dan denda uang hingga dipenjara.
11
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Elemen-elemen GCG yang dimaksud yakni:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada
pasal 108 ayat 1 dijelaskan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris adalah
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi
nasihat kepada Direksi.
2. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor : Kep-643/BL/2012,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada
dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan
komisaris. Komite audit adalah komite yang lazimnya dibentuk oleh dewan
komosaris atau direksi korporasi dengan tujuan:
a. Memantau kinerja internal audit sebagai kepanjangan tangan dewan
komisasris yang diberi mandat mengawasi seluruh aktivitas korporasi,
termasuk merekomendasikan dewan komisaris/direksi untuk memberikan
sanksi kepada individu auditor atau institusi internal audit, bila terjadi
penyimpangan dari kaidah profesionalisme yang berlaku (Kumaat, 2011:59).
b. Menjadi institusi yang akan memberikan final judgment terhadap solusi atau
sanksi atas temuan internal audit, terutama bila dijumpai tindak kecurangan
(fraund) atau kasus yang melibatkan senior management (direksi,
manajemen) atau permasalahan sistem yang menyentuh corporate/business
strategy secara substansial (Kumaat, 2011:59).
3. Manajemen
Manajemen adalah anggota gorporate governance yang paling
bertanggung jawab atas kualitas, integritas dan kehandalan proses pelaporan
keuangan dan penyajian yang wajar atas laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan oleh karenanya manajemen
bertanggung jawab atas pencegahan dan pendeteksian kecurangan atas
laporan keuangan (Sartono, 2013).
4. Internal Audit
Internal audit bertanggung jawab memonitor aspek operasional, kinerja
keuangan dan struktur pengendalian intern (Sartono, 2013). Internal auditor,
menurut IIA (2011) No. 2120.A1 menjelaskan bahwa aktivitas internal audit harus
mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan tata kelola perusahaan, operasi
dan sistem informasi untuk memenuhi kehandalan dan intergritas informasi
keuangan dan operasi, keefektivan dan efisiensi operasi dan program,
mengamankan harta dan taat pada hukum, regulasi, kebijakan, prosedur dan
kontrak. Internal auditor juga adalah auditor yang harus memiliki pengetahuan
yang cukup untuk mengevaluasi risiko atau potensial terjadinya kecurangan dan
sikap yang ada di perusahaan, tetapi tidak diharapkan untuk mendeteksi dan
12
menginvestigasi kecurangan sebagai tanggung jawab utamanya (IIA, 2011)
dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Sawyer’s (2005:10) dalam Yuliani et al (2013) menggambarkan lingkup
audit internal modern sebagai sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi
telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan
prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu
anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjwabnya secara efektif.
5. Eksternal Audit
Auditor eksternal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan (IAPI, 2011) dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Akuntan publik bertanggung jawab untuk melaksanakan auditing dan attestasi
atas kewajaran laporan keuangan (Sartono, 2013). Auditor memberikan
kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan dengan demikian menambah nilai
tata kelola perusahaan melalui audit yang terintegrasi terhadap pelaporan
keuangan dan laporan keuangan (Anugerah, 2014).
6. Regulator
Pihak regulator merupakan bagian dari CG yang tak kalah pentingnya dalam
mencegah terjadinya kecurangan material dalam pelaporan keuangan dengan
mengeluarkan aturan-aturan yang disebut diatas dan mengenakan sanksi
terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan oleh pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran (Sartono, 2013).
13
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Adelina, Nadia Dan Harindahyani, Senny. 2018. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Potensi Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Lq-45 Periode 2011-2016.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.1 (2018).
Arles, Leardo. 2014. Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Fraud : Predator Vs. Accidental
Fraudster Diamond Theory Refleksi Teori Fraud Triangle (Klasik) Suatu Kajian
Teoritis. Papper Mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau
15 Januari 2014.
Lukman, Hendro Dan Harun, Viviani. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Deteksi
Kecurangan Dalam Persepsi Auditor Eksternal Dan Auditor Internal. Jurnal
Akuntansi/Volume Xxii, No. 02, Mei 2018: 255-265 255.
Maula, Kholida Atiyatul Dan Rakhma, Arif. 2018. Pengaruh Board Diversity (Ceo Wanita,
Cfo Wanita, Proporsi Dewan Komisaris Wanita, Proporsi Komite Audit Wanita)
Terhadap Pelanggaran Aturan Laporan Keuangan. Jurnal Universitas
Singaperbangsa Karawan Vol. 3 No. 01 2018.
Nugraheni, Nella Kartika Dan Triatmoko, Hanung. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Financial Statement Fraud: Perspektif Diamond Fraud
Theory (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi Dan Auditing Volume 14/No. 2 Tahun 2017:
118-143.
Nurbalti, Zulfi Dan Hanafi, Rustam. 2017. Analisis Pengaruh Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Tingkat Accounting Irregularities. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 6 No.
2 Juli 2017, Hal. 167 – 184.
Purba, Erny Luxy D. Dan Putra, Samuel. 2017. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2013-2015. Jakpi Vol 05 No 01 - April
2017.
Septriani, Yossi Dan Handayani, Desi. 2018. Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Bisnis Vol. 11, No.
1, Mei 2018, 11-23.
Siddiq, Faiz Rahman Dan Hadinata, Sofyan. 2016. Fraud Diamond Dalam Financial
Statement Fraud. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam Bisnis, Vol. 4, No. 2, Desember
2016.
Sumber dari internet :
https://www.academia.edu/37962319/FINANCIAL_STATEMENT_FRAUD_KECURANGAN
_LAPORAN_KEUANGAN Tanggal 13 Mei 2022 (Diakses Tanggal 13 Mei 2022, Pukul 20:56
WITA).
15