Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Financial Statement Fraud


Kecurangan Laporan Keuangan

DISUSUN OLEH :

Muhammad Farhan (A014211003)


Gina Anggi Rianthy (A014211002)
Asriyana (A014211001)

KELAS B

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Financial Statement Fraud”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Audit Forensik. Makalah ini terdiri dari 3 bab
yaitu pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta
memenuhi kewajiban tugas. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulis. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 4
1. Latar Belakang....................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
3. Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB II Pembahasan .......................................................................................................... 6


1. Pengertian Financial Statement Fraud ................................................................... 6
2. Skema Yang Dilakukan Dalam Kecurangan Laporan Keuangan ........................... 7
3. Motif Yang Melatarbelakangi Terjadi Kecurangan Dalam Laporan Keuangan ...... 10
4. Cara Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan ................................................ 11

BAB III Penutup .............................................................................................................. 14


1. Kesimpulan .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan (Maula dan Rakhman, 2018). Namun terdapat
beberapa kasus di mana manajer gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya sehingga
informasi yang akan tampil dalam laporan keuangan tidak akan memuaskan. Untuk
menutupi hal tersebut terkadang manajemen rela melakukan kecurangan supaya
informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. Sebagai upaya dalam mencegah
perbuatan tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan (Arles, 2014).
Kecurangan (fraud) merupakan bahaya laten yang mengancam dunia.
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Global
menunjukkan bahwa setiap tahun, rata-rata 5% dari pendapatan organisasi menjadi
korban fraud. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE yang dituangkan dalam laporan
Report To The Nation (RTTN) menunjukkan pada tahun 2016 total kerugian yang
diakibatkan oleh fraud mencapai USD 6,3 miliar dengan ratarata kerugian per kasus
mencapai lebih dari USD 2,7 juta (Nugrahaeni & Triatmoko, 2017). Menurut ACFE,
fraud dapat dibagi menjadi 3 yaitu coruption (korupsi), asset misappropriatio
(penyalahgunaan asset), dan financial statement fraud (kecurangan laporan
keuangan).
Financial statement fraud merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan (Kennedy &
Siregar, 2018).

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan kecurangan laporan keuangan?
b. Apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan?
c. Motif apakah yang melatarbelakangi terjadi kecurangan dalam laporan
keuangan?
d. Bagaimanakah cara mencegah kecurangan laporan keuangan?

4
3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kecurangan laporan
keuangan.
b. Untuk mengetahui apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan
laporan keuangan.
c. Untuk mengetahui motif apa yang melatarbelakangi terjadi kecurangan
dalam laporan keuangan.
d. Untuk mengetahui Bagaimana cara mencegah kecurangan laporan
keuangan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD

Financial statement fraud atau kecurangan pelaporan keuangan adalah


salah saji yang disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan
dengan maksud untuk menipu pengguna laporan keuangan (Arens et al, 2014
dalam Adelina & Harindahyani, 2018).
Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan financial
statement fraud sebagai tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk
menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan
subjek audit (Nugrahaeni & Triatmoko, 2017).
Australian Auditing Standarts (2000) yang menyatakan kecurangan
laporan keuangan adalah tindakan salah saji material yang disengaja untuk
menyesatkan informasi laporan keuangan. Sehingga dapat berakibat kesalahan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pengguna informasi
laporan keuangan (Maula dan Rakhman, 2018).
Financial statement fraud adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan (ACFE,
2016).
Dalam The Treadway Commission’s Report of the National Commission
on Fraudulent Financial Reporting, (1987), financial statement fraud diartikan
sebagai kesengajaan atau kecerobohan dalam melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan yang menyebabkan laporan
keuangan menjadi penyesatkan secara material (Purba dan Putra, 2017).
Rezaee dan Riley (2009) mendefinisikan kecurangan pelaporan keuangan
sebagai berikut:
“Financial statement fraud is a deliberate attempt by corporations to deceive or
mislead users of published financial statements, especially investors and
creditors, by preparing and disseminating materially misstated financial
statements”.
Artinya, kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang
dilakukan dengan sengaja oleh perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan
para pengguna laporan keuangan, terutama investor dan kreditor, dengan
menyajikan dan merekayasa nilai material dari laporan keuangan. Manipulasi
keuntungan (earning manipulation) disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor (Sidiq dan Hadinata, 2016).
Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas maka:

6
1. Semua definsi diatas sepakat bahwa financial statement fraud merupakan
perbuatan yang disengaja.
2. Statement of Auditing Standards No.99, Australian Auditing Standarts
(2000), The Treadway Commission’s Report of the National Commission on
Fraudulent Financial Reporting (1987), Rezaee dan Riley (2009)
menyatakan penyataan yang sama bahwa perbuatan financial statement
fraud yang disengaja tersebut berupa salah saji yang material.
3. Arens et al (2014), Australian Auditing Standarts (2000), The Treadway
Commission’s Report of the National Commission on Fraudulent Financial
Reporting, (1987), Rezaee dan Riley (2009) menyatakan hal yang sama
bahwa financial statement fraud dilakukan untuk menyesatkan informasi
keuangan sehingga menipu pengguna laporan keuangan.

Sedangkan ACFE (2016) menyatakan bahwa financial statement fraud


dilakukan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.

2. SKEMA YANG DILAKUKAN DALAM KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

Sartono (2013) dalam jurnalnya menyatakan bahaw COSO


menyebutkan adapun skema yang sering dilakukan dalam penyimpangan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan pendapatan yang tidak benar;
b. Melebih-lebihkan nilai asset perusahaan;
c. Penyajian biaya yang tidak benar;
d. Penyalahgunaan aset;
e. Pengungkapan secara tidak tepat; dan
f. Skema lainnya.
Menurut COSO sekitar separuh dari semua penyimpangan yang ada
adalah melebih-lebihkan pendapatan. Manajemen akan menggunakan
bermacam teknik akunting “kreatif” agar laporan keuangan tampak sehat.
Berikut di bawah ini kategori kecurangan yang sering dilakukan
manajemen.
a. Penjualan fiktif/overstatement
Dalam katagori ini penjualan dilakukan dengan cara memfakturkan
kepada pelanggan yang tidak pernah ada atau kepada pihak hubungan
istimewa dengan harga yang diatur, atau dengan cara faktur palsu yang tidak
pernah dikirim ke pelanggan tapi dicatat. Overstatement penjualan juga
dilakukan dengan mencatat penjualan kepada cabang sendiri, mencatat
deposit pelanggan sebagai pendapatan, penjualan retur dianggap
pendapatan, dan mencatat seluruh hasil penjualan atas aktiva yang dijual
(seperti aktiva tetap, surat berharga) sebagai pendapatan.

7
b. Lebih dini mengakui pendapatan
Dalam katagori ini termasuk :
- Mencatat penjualan beberapa hari setelah tanggal neraca.
- Melakukan pengiriman barang dan mencatat penjualan walaupun pada
saat tanggal neraca pelanggan belum setuju dengan syarat-syarat pada
kontrak jual beli.
- Mengakui penjualan destination point walaupun pada tanggal neraca
barang belum tiba di pelabuhan pembeli.
- Overstatement persentase pendapatan berdasarkan penyelesaian
(percentage of companion) walaupun terdapat keraguan atas tingkat
penyelesaian sesuai kontrak.
- Tidak mencatat penjualan retur dan klaim penjualan.
- Mencatat penjualan atas pengiriman barang lebih dini tanpa persetujuan
pembeli.
- Barang masih dalam proses perakitan telah diakui sebagai penjualan.
c. Sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan aktiva
- Transaksi ekstra ordinasi dan rugi laba nonrecurring dicatat sebagai
pendapatan operasi.
- Sengaja salah mencatat ke aktiva lancar dan tidak lancar.
- Menggabung saldo kas dan bank dalam restriksi ke saldo tanpa restriksi.
- Investasi jangka panjang dicatat sebagai surat berharga jangka pendek.
d. Mencatat aktiva fiktif
Umumnya dilakukan dengan overstatement persediaan barang
dagangan dengan cara:
- Mencatat barang rusak dengan label baru dan barang dengan nilai rendah
seolah olah barang mahal dan laku di pasaran.
- Mencatat barang konsinyasi seperti barang sendiri.
- Mencatat barang belum tiba di gudang dimana pembelian dilakukan dengan
syarat destination point.
e. Overvalued aktiva dan undervalued biaya dan kewajiban
Ini umumnya dilakukan dengan cara:
- Mencatat dengan nilai nominal piutang yang sudah lama jatuh tempo.
- Nilai piutang yang material kepada pihak hubungan istimewa.
- Cadangan piutang/pinjaman dan biaya piutang/pinjaman ragur-ragu kurang
dicatat.
- Cadangan kerugian persediaan usang kurang dicatat.
- Tidak mengkoreksi penurunan nilai pasar investasi atau surat berharga.
- Menangguhkan biaya administrasi dan biaya penjualan sebagai beban yang
masih mempunyai manfaat di mada depan (deferred cost atau
preoperational expense) dan menyusutkan secara periodik.
- Masih tetap mencatat biaya research and development cost yang diketahui
sudah gagal sebagai deferred charges.

8
- Kurang membukukan penurunan nilai aktiva.
f. Tidak mencatat kewajiban
- Tidak atau kurang mencatat kewajiban pensiun kepada karyawan.
- Tidak mencatat putusan pengadilan yang mengharuskan perusahaan
membayar kerugian sejumlah tertentu kepada pihak ketiga, namun baru
mencatat saat dibayar (cash basis method).
- Tidak atau kurang mencatat biaya yang akan timbul pada masa garansi
produk tertentu.
- Tidak mencatat hutang komisi penjualan kepada pihak ketiga.
g. Menghilangkan atau mengurangi disclosure penting
Ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak transparan, misal
penjelasan atas perubahan prinsip akuntansi, penjelasan perubahan
manajemen puncak dan komposisi pemegang saham, penjelasan atas aktiva
yang dijaminkan untuk pinjaman bang yang diterima.

h. Kecurangan dalam permodalan


Ini mencakup :
- Overvalued aktiva yang merupakan setoran modal.
- Melakukan overvalued nilai appraisal atas aktiva tetap, misal dalam rangka
kuasi reorganisasi dimana keuntungan atau selisih nilai buku dengan nilai
appraisal digunakan untuk menutupi kerugian akumulasi.
- Memilih metode akuntansi yang salah untuk merger atau akuisisi, yakni
antara metode pembelian dengan metode penggabungan kepentingan.
- Hubungan dengan pihak istimewa. Banyak sekali jenis kecurangan yang
dapat dilakukan dengan pihak ini, kecurangan transaksi ini meliputi;
- Melakukan penjualan dan pembelian fiktif.
- Pemberian/penerimaan pinjaman tanpa bunga atau bunga di bawah
ketentuan pasar.
- Pemberian fee atas jasa manajemen tanpa kejelasan jasa yang diberikan.
- Transfer pricing.
- Pemberian dividen terselubung saat perusahaan merugi.
- Kurangnya disclosure pada laporan keuangan.
i. Kecurangan dalam laporan keuangan dengan “arah terbalik”
Hal ini dilakukan dengan undervalued aktiva/pendapatan dan
overvalued kewajibannya/biaya dengan tujuan menghindari/merendahkan
kewajiban paja perusahaan, atau menghindari akuisisi yang tidak diinginkan
oleh manajemen agar perusahaan tampak tidak sehat secara keuangan
(financially not health), atau “menabung saat panen raya” contoh kecurangan
seperti ini adalah :
- Membentuk pencadangan yang menjadikan biaya lebih besar (seperti
membentuk cadangan piutang ragu saat semua piutang dapat ditagih) saat
laba perusahaan tinggi di suatu periode dengan harapan di kemudian hari saat

9
perusahaan merugi/laba kecil, cadangan dimaksud di jurnal balik (reverse)
dan diakui sebagai pendapatan.
- Menggeser pendapatan ke periode mendatang.
- Mencatat pembelian aktiva tetap sebagai biaya saat laba perusahaan tinggi.

3. MOTIF YANG MELATARBELAKANGI TERJADI KECURANGAN DALAM


LAPORAN KEUANGAN

Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan dalam laporan


keuangan umumnya melibatkan 5 (lima) faktor yang saling berinteraksi,
disingkat dengan CRIME (Sartono, 2013). Dalam bentuk formula dijabarkan
sebagai berikut:
Cooks + Recipes + Incentives + Monitoring (lack of) = End result

Cooks
Hasil survey di Amerika, Beasley, et al (1999), ternyata kecurangan
selama tahun 1987 hingga 1997 banyak melibatkan “Koki-koki” manajemen
puncak, dimana CEO dan CFO terlibat dalam 83% kasus, controller dalam 21%
kasus dan hanya 10% kasus yang melibatkan manajemen puncak bawah.
Kecurangan yang melibatkan manajemen puncak disebabkan lemah dan tidak
efektifnya dewan komisaris dan komite audit yang merupakan bagian dari
corporate governance, dan ini dimanfaatkan oleh manajemen puncak yang
menjadi sangat dominan dan tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan.

Recipes
Kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni
penjualan fiktif, penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam
pembayaran hutang atas pembelian yang tidak pernah dilakukan. Transaksi
fiktif merupakan kecurangan yang lebih agresif dan mendapatkan perhatian
lebih dari auditor dan regulator dibandingkan dengan sengaja mengakui lebih
dini (atau penangguhan) suatu transaksi. Survei di Amerika yang dilakukan
COSO atas kecurangan high profile yang terjadi di sana, mengungkapkan
bahwa kecurangan yang dilakukan sebagian besar dengan overstatement
pendapatan dan aktiva, dan hanya 20% dengan understatement biaya dan
kewajiban.

Incentives
Menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para koki (manajemen
puncak) melakukan kecurangan. Beberapa motivasi dilakukannya kecurangan
dalam laporan keuangan:
a. Mencapai tujuan perusahaan;
b. Ingin menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian kredit;

10
c. Adanya bonus kinerja;
d. Dalam rangka mencari pembiayaan baru;
e. Untuk meng-counter opini negatif pasar; dan
f. Tax avoidance.

Monitoring (lack of)


Tata kelola perusahaan yang menuntut kualitas yang tinggi terhadap pelaporan
keuangan dan tidak mentolerir adanya kesalahan pada laporan keuangan
merupakan mekanisme monitoring utama yang proaktif dalam mencegah dan
mendeteksi kecurangan. Mekanisme penting lainnya adalah keberadaan
pengendalian intern yang terstruktur dan efektif. Selanjutnya, walaupun
manajemen bertanggung jawab atas pembentukan dan penerapan
pengendalian intern, namun audit komite, internal audit dan akuntan publik
harus yakin bahwa pengendalian intern adalah efektif dalam mencegah,
mendeteksi dan mengkoreksi kecurangan, dan tidak memberikan sedikitpun
kesempatan bagi manajemen untuk mengabaikan aktivitas pengendalian.
Internal audit dianggap sebagai palang pintu pertama dalam mencegah
kecurangan, sedangkan sudah menajdi tradisi bahwa akuntan publik dianggap
bertanggung jawab dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan.

End result
Hasil akhir dari kecurangan dalam laporan keuangan sangatlah buruk
bagi korporasi yakni berakhir pada kebangkrutan, penggantian pemegang
saham delisting dari pasar modal dan penurunan yang sangat atas harga
saham. Manajemen puncak yang terlibat dalam cooking the books menderita
konsekuensi pribadi seperti: Kehilangan nilai dari saham kompensasinya,
dipecat, dilarang menjabat sebagai manajemen dalam perusahaan publik
lainnya, dan denda uang hingga dipenjara.

Akuntan publik yang terlibat dalam kecurangan juga mengalami hal


terburuknya yakni di-suspense hingga pencabutan ijin pemeriksaan yang
berdampak pada kehilangan klien dan akhirnya menurut kepada kebangkrutan
seperti terjadi pada akuntan publik kelas dunia, Arthur Andersen.

4. CARA MENCEGAH KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN


Undang-undang Sarbanes-Oxley memfokuskan terhadap pencegahan
terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Landasan utama dalam
SarbanesOxley adalah untuk meminimalisir terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dengan menekankan pada penerapan Good Corporate Governance
(GCG) dengan mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG. Menurut Sutedi
(2011) good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan

11
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Elemen-elemen GCG yang dimaksud yakni:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada
pasal 108 ayat 1 dijelaskan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris adalah
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi
nasihat kepada Direksi.
2. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor : Kep-643/BL/2012,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada
dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan
komisaris. Komite audit adalah komite yang lazimnya dibentuk oleh dewan
komosaris atau direksi korporasi dengan tujuan:
a. Memantau kinerja internal audit sebagai kepanjangan tangan dewan
komisasris yang diberi mandat mengawasi seluruh aktivitas korporasi,
termasuk merekomendasikan dewan komisaris/direksi untuk memberikan
sanksi kepada individu auditor atau institusi internal audit, bila terjadi
penyimpangan dari kaidah profesionalisme yang berlaku (Kumaat, 2011:59).
b. Menjadi institusi yang akan memberikan final judgment terhadap solusi atau
sanksi atas temuan internal audit, terutama bila dijumpai tindak kecurangan
(fraund) atau kasus yang melibatkan senior management (direksi,
manajemen) atau permasalahan sistem yang menyentuh corporate/business
strategy secara substansial (Kumaat, 2011:59).
3. Manajemen
Manajemen adalah anggota gorporate governance yang paling
bertanggung jawab atas kualitas, integritas dan kehandalan proses pelaporan
keuangan dan penyajian yang wajar atas laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan oleh karenanya manajemen
bertanggung jawab atas pencegahan dan pendeteksian kecurangan atas
laporan keuangan (Sartono, 2013).
4. Internal Audit
Internal audit bertanggung jawab memonitor aspek operasional, kinerja
keuangan dan struktur pengendalian intern (Sartono, 2013). Internal auditor,
menurut IIA (2011) No. 2120.A1 menjelaskan bahwa aktivitas internal audit harus
mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan tata kelola perusahaan, operasi
dan sistem informasi untuk memenuhi kehandalan dan intergritas informasi
keuangan dan operasi, keefektivan dan efisiensi operasi dan program,
mengamankan harta dan taat pada hukum, regulasi, kebijakan, prosedur dan
kontrak. Internal auditor juga adalah auditor yang harus memiliki pengetahuan
yang cukup untuk mengevaluasi risiko atau potensial terjadinya kecurangan dan
sikap yang ada di perusahaan, tetapi tidak diharapkan untuk mendeteksi dan

12
menginvestigasi kecurangan sebagai tanggung jawab utamanya (IIA, 2011)
dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Sawyer’s (2005:10) dalam Yuliani et al (2013) menggambarkan lingkup
audit internal modern sebagai sebuah penilaian yang sistematis dan objektif
yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi
telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan
prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu
anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjwabnya secara efektif.

5. Eksternal Audit
Auditor eksternal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan (IAPI, 2011) dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Akuntan publik bertanggung jawab untuk melaksanakan auditing dan attestasi
atas kewajaran laporan keuangan (Sartono, 2013). Auditor memberikan
kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan dengan demikian menambah nilai
tata kelola perusahaan melalui audit yang terintegrasi terhadap pelaporan
keuangan dan laporan keuangan (Anugerah, 2014).
6. Regulator
Pihak regulator merupakan bagian dari CG yang tak kalah pentingnya dalam
mencegah terjadinya kecurangan material dalam pelaporan keuangan dengan
mengeluarkan aturan-aturan yang disebut diatas dan mengenakan sanksi
terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan oleh pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran (Sartono, 2013).

13
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

A. Financial statement fraud adalah tindakan atau perbuatan yang


disengaja untuk menghasilkan salah saji material untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya, sehingga informasi keuangan yang dihasilkan
menyesatkan dan menipu pengguna laporan keuangan.
B. Skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan adalah
melakukan pencatatan penjualan fiktif/overstatement, mengakui
pendapatan lebih dini, sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan
aktiva, mencatat aktiva fiktif, overvalued aktiva dan undervalued biaya dan
kewajiban, tidak mencatat kewajiban, menghilangkan atau mengurangi
disclosure penting, kecurangan dalam permodalan, kecurangan dalam
laporan keuangan dengan “arah terbalik”.
C. Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan umumnya melibatkan 5 (lima) faktor yang saling berinteraksi,
disingkat dengan CRIME (Cooks + Recipes + Incentives + Monitoring
(lack of) = End result). Cooks maksudnya adalah pihak yang banyak
melakukan kecurangan adalah manjemen puncak (koki perusahaan)
karena beliaulah tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan. Hal ini
disebabkan lemah dan tidak efektifnya dewan komisaris dan komite audit
yang merupakan bagian dari corporate governance. Recipes (resep)
maksudnya kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni
penjualan fiktif, penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam
pembayaran hutang atas pembelian yang tidak pernah dilakukan.
Incentives adalah menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para
koki (manajemen puncak) melakukan kecurangan. beberapa motivasi
dilakukannya kecurangan dalam laporan keuangan: mencapai tujuan
perusahaan, ingin menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian
kredit, adanya bonus kinerja, dalam rangka mencari pembiayaan baru,
untuk meng-counter opini negatif pasar dan tax avoidance. Monitoring
maksudnya adalah untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan maka
diperlukan Tata kelola perusahaan dan pengendalian intern yang
memadai. End result maksudnya adalah hasil akhir dari kecurangan dalam
laporan keuangan sangatlah buruk bagi korporasi dan akuntan public.
D. Cara mencegah kecurangan laporan keuangan adalah dengan
menekankan pada penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan
mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG yaitu dewan komisaris,
komite audit, manajemen, internal audit, eksternal audit, dan regulator.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adelina, Nadia Dan Harindahyani, Senny. 2018. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Potensi Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Lq-45 Periode 2011-2016.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.1 (2018).
Arles, Leardo. 2014. Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Fraud : Predator Vs. Accidental
Fraudster Diamond Theory Refleksi Teori Fraud Triangle (Klasik) Suatu Kajian
Teoritis. Papper Mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau
15 Januari 2014.
Lukman, Hendro Dan Harun, Viviani. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Deteksi
Kecurangan Dalam Persepsi Auditor Eksternal Dan Auditor Internal. Jurnal
Akuntansi/Volume Xxii, No. 02, Mei 2018: 255-265 255.
Maula, Kholida Atiyatul Dan Rakhma, Arif. 2018. Pengaruh Board Diversity (Ceo Wanita,
Cfo Wanita, Proporsi Dewan Komisaris Wanita, Proporsi Komite Audit Wanita)
Terhadap Pelanggaran Aturan Laporan Keuangan. Jurnal Universitas
Singaperbangsa Karawan Vol. 3 No. 01 2018.
Nugraheni, Nella Kartika Dan Triatmoko, Hanung. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Financial Statement Fraud: Perspektif Diamond Fraud
Theory (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi Dan Auditing Volume 14/No. 2 Tahun 2017:
118-143.
Nurbalti, Zulfi Dan Hanafi, Rustam. 2017. Analisis Pengaruh Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Tingkat Accounting Irregularities. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 6 No.
2 Juli 2017, Hal. 167 – 184.
Purba, Erny Luxy D. Dan Putra, Samuel. 2017. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2013-2015. Jakpi Vol 05 No 01 - April
2017.
Septriani, Yossi Dan Handayani, Desi. 2018. Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Bisnis Vol. 11, No.
1, Mei 2018, 11-23.
Siddiq, Faiz Rahman Dan Hadinata, Sofyan. 2016. Fraud Diamond Dalam Financial
Statement Fraud. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam Bisnis, Vol. 4, No. 2, Desember
2016.
Sumber dari internet :
https://www.academia.edu/37962319/FINANCIAL_STATEMENT_FRAUD_KECURANGAN
_LAPORAN_KEUANGAN Tanggal 13 Mei 2022 (Diakses Tanggal 13 Mei 2022, Pukul 20:56
WITA).

15

Anda mungkin juga menyukai