Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SEMINAR TEORI AKUNTANSI

Judul :

Analisis Pengungkapan Kecurangan Laporan Keuangan pada PT.


Hanson International Tbk

Kelompok : 11
Indah Nurul Gina C.1710054
Muhammad Ulfaz C.1710591
Muhammad Taufik C.1710005

UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Teori Akuntansi dengan judul “Analisis Pengungkapan kecurangan
laporan keuangan PT Hanson Internasional Tbk”.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami sangat berharap akan masukan dan saran yang
akan diberikan untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi sehingga
dapat lebih bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, 23 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI i
i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu..............................................................6

2.2 Tinjauan Teori................................................................................................7

2.2.1 Laporan Keuangan..................................................................................7

2.2.1.1 Definisi Laporan Keuangan.................................................................7

2.2.1.2 Penyajian Laporan keuangan..........................................................8

2.2.2 Pengungkapan laporan keuangan..........................................................9

2.2.2.1 Pengertian.......................................................................................9

2.2.2.2 Jenis pengungkapan laporan keuangan........................................10

2.2.2.3 Tujuan Pelaporan Keuangan........................................................13

2.2.3 Kecurangan Pengungkapan Laporan Keuangan..................................16

BAB III..................................................................................................................19

3.1 Hasil.............................................................................................................19

3.2 Pembahasan..................................................................................................21

BAB IV..................................................................................................................23

4.1 Simpulan......................................................................................................23

4.2 Saran.............................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu
perusahaan yang dapat menggambarkan kondisi perusahaan dalam suatu periode
akuntansi. Berdasarkan pernyataan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2014) dalam
PSAK 1, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pengungkapan laporan keuangan
yakni untuk menyajikan informasi perusahaan terkait kondisi dan kinerja
keuangan yang berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomik. Informasi keuangan akan bermanfaat apabila disajikan
secara wajar sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU)
dalam suatu negara. Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan
mengungkapkan laporan keuangan.
Pelaporan keuangan merupakan informasi yang menghubungkan
komunikasi entitas bisnis dengan investor, kreditor dan pihak lain yang
berkepentingan terhadap informasi tersebut. Pelaporan keuangan di samping
sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik juga berfungsi
sebagai informasi yang akan digunakan oleh investor, kreditor dan pihak lain
untuk mengambil keputusan ekonomi. Selain itu, apabila kualitas laporan
keuangan memenuhi standar yang berlaku, kreditur akan merasa yakin dalam
memberi pinjaman dana pada perusahaan.
Kualitas laporan keuangan dinilai sangat penting karena mewakili kondisi
suatu perusahaan pada periode tersebut mengenai perkembangan kinerja dan
aktivitas dalam perusahaan. Manajemen harus menyajikan laporan keuangan yang
tidak bias dan bebas dari salah saji. Informasi keuangan yang bias dapat
berpengaruh buruk bagi perusahaan dalam jangka panjang yang berpotensi
menjadi kecurangan atau fraud (Cahyani, 2009).
Dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak fenomena yang terjadi
terkait dengan fraud. Kecurangan atau fraud adalah suatu tindakan melawan
hukum yang ditandai dengan penipuan, penyembunyian, atau perbuatan yang

1
melanggar kepercayaan (IIA, 2009:8-6). Fraud dilakukan oleh suatu pihak dan
organisasi untuk mendapatkan kekayaan, menghindari pembayaran atau kerugian
dalam keuangan, menyembunyikan kondisi perusahaan yang tidak stabil, atau
untuk melindungi keuntungan pribadi atau bisnis. Kecurangan yang dilakukan
telah menyimpang dari tujuan pengungkapan laporan keuangan organisasi.
Kecurangan yang melibatkan pemalsuan laporan keuangan organisasi disebut
sebagai kecurangan dalam laporan keuangan atau financial statement fraud (IIA,
2009:8-8).
Kasus-kasus kecurangan pada laporan keuangan menjadi semakin sulit
terdeteksi. Skandal akuntansi yang terjadi pada tahun 1992 yakni kasus Phar-Mor,
Inc. di Amerika Serikat menjadi tindakan kecurangan yang melegenda di kalangan
auditor keuangan. Chief Executive Officer (CEO) Phar-Mor, Inc. dengan sengaja
membuat dua laporan ganda untuk mendapatkan keuntungan finansial dan
menyimpan sebagai harta pribadi pada jajaran top manajemen perusahaan
(Hartopo, 2011).
Skandal akuntansi yang baru-baru ini terjadi Pt. Hanson Internasional Tbk
yang merupakan perusahaan properti. Bisnisnya juga masuk ke ranah
pertambangan, khususnya batu bara. Perusahaan ini berdiri pada 1971 dengan
usaha tekstil. Kendati demikian, pada tahun 2008, perusahaan mengumumkan
banting setir dengan fokus menggarap bisnis tambang. Dilansir dalam
Money.kompas.com Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pemeriksaan, PT
Hanson International pernah terbukti melakukan manipulasi penyajian laporan
keuangan tahunan (LKT) untuk tahun 2016. OJK pun menjatuhkan sanksi, baik
untuk perusahaan maupun direktur utamanya, Benny Tjokro.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk membahas mengenai
pengungkapan laporan keungan Pt. Hanson Internasional Tbk.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengungkapan laporan keuangan PT. Hanson International


Tbk yang diduga melakukan kecurangan?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi terjadinya manipulasi pelaporan
keuangan oleh PT. Hanson International Tbk?

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yg dilakukan oleh cahyani nuswandari (2008) menyimpulkan


bahwa Pengungkapan informasi mempertimbangkan biaya dan manfaat yang
pengukurannya relatif sulit dilakukan terutama pengukuran manfaat. Seberapa
luas informasi yang diungkap perlu mendapat perhatian agar informasi yang
disajikan tidak terlalu banyak yang dapat menyebabkan noise dan tidak terlalu
sedikit yang dapat menyesatkan users.
Aryati dkk. (1998) dalam Fitriany (2000), penelitiannya atas laporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1995, Penelitian ini tidak
berhasil membuktikan adanya hubungan antara faktor-faktor keuangan (tingkat
penjualan, besarnya asset, return on asset dan rasio likuiditas) dengan tingkat
pengungkapan dalam laporan keuangan.
Darmawati, dkk. (1999), Fitriany (2000), penelitiannya atas laporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1997-1998, penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (firm size) yang diukur dengan
total aset dan total penjualan ternyata signifikan terhadap luasnya pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan tahun 1997. Sedangkan variabel lain seperti
leverage, rasio likuiditas, profitabilitas, jenis industri, dan timeliness, ternyata
tidak signifikan terhadap luasnya pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan.
Sri Handayani, (2006), penelitian ini membuktikan bahwa terdapat
hubungan positif dan signifikan variabel kekayaan daerah dan kompleksitas
pemerintahan terhadap tingkat pengungkapan pada tingkat kepercayaan 95%.
Sedangkan variabel tingkat ketergantungan mempunyai hubungan yang tidak
signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD pada judul penelitian
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/ kota di Indonesia
tahun 2006.
Andi Kartika, (2009), penelitian ini menyimpulkan bahwa debt to equity
memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan laporan

4
keuangan, Dengan tidak siginifikannya pengaruh DER terhadap pengungkapan
mengindikasikan bahwa pengungkapan laporan keuangan dengan penjelasannya
tidak menekankan pada informasi hutang perusahaan. Dengan kata lain penyajian
informasi penjelas dari hutang disajikan secara normal dengan tidak
memperhatikan besarnya perubahan hutang yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) (2016) menemukan bahwa 36,8% pelaku fraud adalah manajemen.
Manajemen memegang peranan penting dalam laporan keuangan sehingga
berpotensi melakukan kecurangan dalam laporan keuangan. Dalam suatu periode
tertentu, terdapat kemungkinan bahwa manajemen tidak dapat memenuhi target
kinerja yang telah ditentukan. Laporan keuangan yang tidak sesuai harapan akan
berdampak terhadap pengambilan keputusan investor atau kreditur.
Penelitian yang dilakukan Dechow, Sloan, dan Sweeney (1996, dalam
Marfuah, 2015) bahwa kecurangan paling tinggi terjadi pada tata kelola
perusahaan (Corporate Governance) yang lemah, seperti perusahaan yang lebih
didominasi orang dalam dan cenderung tidak memiliki komite audit.
II.2 Tinjauan Teori
II.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1 Definisi Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi


Keuangan (SAK): Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti,
misalnya: sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral ari laporan keuangan.
Di samping itu juga ternasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misal: informasi keuangan segmen industri dan geografis
serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia,
2009).
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan
informasi histories. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan

5
melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut (M. Sadeli, 2002:2).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa laporan
keuangan mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang
menghasilkan baik peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi
pemilik modal. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

2.2.1.2 Penyajian Laporan keuangan


A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1
Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur
laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan keuangan. Entitas
menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak berlaku bagi
penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;

4. Laporan arus kas selama periode;

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang


signifikan dan informasi penjelasan lain; Informasi komparatif mengenai
periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38
dan 38A; dan laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat
sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan,
atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf 40A-40D.

Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015. Entitas menerapkan penyesuaian

6
paragraf 128 dan secara prospektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2015.

2.2.2 Pengungkapan laporan keuangan

2.2.2.1 Pengertian

Secara konseptual pengungkapan merupakan bagian integral dari


pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir
dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat
penuh statement keuangan. Evans (2003) dalam Suwardjono (2014) mengartikan
pengungkapan sebagai berikut Pengungkapan adalah penyediaan informasi dalam
laporan keuangan termasuk laporan keuangan itu sendiri, catatan atas laporan
keuangan, dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Pengertian pengungkapan oleh Evans ini terbatas hanya pada hal-hal yang
menyangkut pelaporan keuangan, pernyataan manajemen atau informasi di luar
lingkup pelaporan keuangan tidak termasuk.
Secara lebih spesifik, Wolk, Tearney, and Dold (2001) dalam Suwardjono
(2014) menginterpretasi pengertian pengungkapan sebagai berikut:
Arti dari pengertian pengungkapan menurut Wolk, Tearney, and Dold
(2001) pengungkapan adalah berkaitan dengan informasi baik dalam laporan
keuangan maupun komunikasi tambahan termasuk catatan kaki, peristiwa-
peristiwa setelah tanggal laporan, diskusi dan analisis manajemen, prakiraan
keuangan dan operasi, dan laporan keuangan tambahan yang meliputi
pengungkapan segmental dan informasi pelengkap lebih dari kos historis.
Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang
menyangkut pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau
media masa lain serta informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk
dalam pengertian pengungkapan. Sementara itu, Wolk, Tearney, dan Dold
memasukan pula laporan keuangan segmental dan laporan yang merefleksi
perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.
Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih
dari apa yang didapat disampaikan dalam bentuk laporan keuangan formal. Hal ini

7
tampaknya sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya sebagai
berikut (SFAC no.1,prg.5):
“Although financial reporting and fianncial statement have essentially the
same objectives, some useful information is better provided by financial statement
and some is better provided, or can only be provided, by means of financial
reporting other than financial statements.”
Pengertian pengungkapan dalam laporan keuangan menurut Stice (2000)
dalam Sidharta dan Sherly Christianti (2007), pengungkapan dalam laporan
keuangan adalah pelaporan rinci sebuah transaksi dalam catatan pada laporan
keuangan. Hendriksen (2002:429) mengatakan secara sederhana, pengungkapan
dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information).
Pengungkapan laporan keuangan dalam arti luas berarti penyampaian
(release) informasi. Sedangkan menurut para akuntan memberi pengertian secara
terbatas yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di
dalam laporan keuangan biasanya laporan tahunan. Pengungkapan informasi
dalam Laporan Keuangan dilakukan untuk melindungi hak pemegang saham yang
cenderung terabaikan akibat terpisahnya pihak manajemen yang mengelola
perusahaan dan pemegang saham yang memiliki modal. Informasi dalam Laporan
Keuangan harus disajikan dengan memadai untuk memungkinkan dilakukannya
sebuah prediksi kondisi keuangan, arus kas, dan profitabilitas perusahaan di masa
depan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
pengungkapan (disclosure) adalah informasi yang diberikan oleh perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai keadaan perusahaan. Didalam
pengungkapan semua informasi harus diungkapkan termasuk informasi kuantitatif
(seperti komponen persediaan dalam nilai mata uang), dan komponen kualitatif
(seperti tuntutan hukum).

2.2.2.2 Jenis pengungkapan laporan keuangan


Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan
mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan,
jumlah saham yang beredar dan ukuran alternatif, misalnya pos-pos yang dicatat

8
berdasarkan historical cost. Adapun jenis pengungkapan yang digunakan
perusahaan untuk memberikan informasi kepada stakeholders berupa :
1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure)
Pengungkapan ini merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan
oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam), namun sebelum dikeluarkan keputusan Ketua
Bapepam Nomor 38/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 mengenai laporan tahunan
bahwa yang dimaksud dengan pengungkapan wajib adalah meliputi semua
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan. Pengungkapan wajib adalah
informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar
modal suatu negara.
Publik diatur dalam peraturan nomor X.K.6. Laporan tahunan wajib
memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan
direksi, profit perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola
perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan
yang telah diaudit. Ikhtisar data keuangan penting meliputi sekurang-kurangnya:
Tabel 1:
A. Penjualan / pendapatan L. Jumlah investasi;
usaha;
B. Laba (rugi) kotor M Jumlah kewajiban;
C. Laba (rugi) usaha; N. Jumlah ekuitas;
D. Laba (rugi) bersih; O. Rasio laba (rugi) terhadap jumlah
aktiva;
E. Jumlah saham yang beredar P. Rasio laba (rugi) terhadap ekuitas;
F. Laba (rugi) bersih per Q. Rasio lancar;
saham;
G. Proforma penjualan / pend R. Rasio kewajiban terhadap ekuitas;
apatan usaha (jika ada)
H. Proforma laba (rugi) bersih S. Rasio kewajiban terhadap jumlah
(jika ada) aktiva;
I. Proforma laba (rugi) bersih T. Rasio kredit yang diberikan terhadap
per saham (jika ada) jumlah simpanan (khusus untuk
perbankan);
J. Modal kerja bersih U. Rasio kecukupan modal (khusus untuk
perbankan); dan
K. Jumlah aktiva V. Informasi keuangan perbandingan
lainnya yang relevan dengan
perusahaan.

9
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan
secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku
atau pengungkapan melebihi yang diwajibkan.
Perusahaan akan melakukan pengungkapan melebihi kewajiban
pengungkapan minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan
menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin ketinggalan praktik-
praktik pengungkapan yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan akan
mengungkapkan lebih sedikit apabila mereka merasa pengungkapan keuangan
akan menampakkan rahasia kepada pesaing atau menampakkan sisi buruk
perusahaan di depan berbagai pihak.
Dengan adanya pengungkapan sukarela ini maka upaya untuk
berkomunikasi secara efektif dengan pembaca-pembaca asing, karena tidak
adanya standar akuntansi di pelaporan yang diterima secara internasional.
Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan
kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam
memahami strategi bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993 dalam Sotomo, 2004).
Dalam konteks pengungkapan sukarela manajemen perusahaan bebas memilih
untuk memberikan informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam
mendukung pengambilan keputusan oleh pemakai laporan tahunan (Meek, Gary
K, Clare B. Robert dan Sidney J. Gray, 1995 dalam Sutomo, 2004).
Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara
sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan
mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh lebih besar
daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan
sukarela adalah biaya modal yang rendah (Elliot, Robert K. dan Jacobson, Peter
D, 1994 dalam Sutomo, 1994). Pengungkapan informasi oleh perusahaan
diharapkan akan membantu investor dan kreditor memahami risiko investasi.
Biaya pengungkapan informasi oleh perusahaan dapat digolongkan ke
dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya pengungkapan langsung
adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengembangkan dan

10
menyajikan informasi. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pengumpulan, biaya
pemrosesan, biaya pengauditan dan biaya penyebaran informasi. Biaya
pengungkapan tidak langsung adalah biaya-biaya yang timbul akibat
diungkapkannya atau tidak diungkapkannya informsi. Biaya-biaya tersebut
meliputi biaya litigasi dan proprietary cost (biaya competitive disadvantage dan
biaya politik). Biaya litigasi timbul karena pengungkapan informasi yang tidak
mencukupi atau pengungkapan informasi yang menyesatkan. Biaya politik terjadi
bila praktik pengungkapan perusahaan memicu regulasi oleh pemerintah.
Kerugian persaingan dari pengungkapan informasi terjadi bila informasi yang
diungkapkan melemahkan daya saing perusahaan karena informasi tersebut
digunakan pesaing untuk memperkuat daya saing mereka.
Manajer menyediakan item-item pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan karena mereka mempersepsikan bahwa item-item tersebut
penting untuk diungkap. Ada beberapa kelompok user yang masing-masing
memiliki persepsi berkenaan dengan item-item pengungkapan sukarela. Satu
kelompok user mungkin mempersepsikan item A lebih penting daripada item B.
Sebaliknya mungkin kelompok user lain mempersepsikan item B lebih penting
daripada item A. Perbedaan persepsi ini di antara group users mungkin
disebabkan oleh perbedaan kebutuhan informasi untuk memenuhi tujuan spesifik
mereka. Situasi ini memunculkan penelitian yang bertujuan:
a) Mengidentifikasi item-item pengungkapan sukarela yang biasanya
disajikan dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
b) Menentukan item-item pengungkapan sukarela yang penting dari
persepsi users dan prepares (penyedia laporan keuangan).
c) Menentukan tingkat konsensus antara users dan prepares atas
pengungkapan sukarela yang penting.

2.2.2.3 Tujuan Pelaporan Keuangan


Tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna
untuk semua pemakai potensial informasi tersebu dalam bentuk dan dalam
kerangka waktu yang relevan dengan berbagai kebutuhan mereka.

11
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani
berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Setelah disinggung
bahwa investor dan kreditor tidak homogen, tetapi bervariasi dalam hal
kecanggihannya (sophistication) karena pasar modal merupakan sarana utama
pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk tujuan
melindungi (protective), informatif (informative), atau melayani kebutuhan
khusus (differential).
1. Tujuan Melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai
cukup canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan
mengungkapkan informasi yang mereka tidak mungkin memperolehnya atau tidak
mungkin mengolah informasi untuk menangkap substansi ekonomi yang
melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain, pengungkapan
dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang mungkin kurang adil
dan terbuka (unfair). Dengan tujuan ini, tingkat dan volume pengungkapan akan
menjadi tinggi.
2. Tujuan Informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju
sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian,
pengungkapan diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu
keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut.
3. Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan
tujuan informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa
yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan
pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas
berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan
secara rinci.
Di sisi lain,dalam buku Accounting Theory, Riahi dan Belkaoui (2006)
menjelaskan bahwa tujuan dari pengungkapan diantaranya:

12
a. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor
menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
b. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi
mereka.
Tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan menurut (Chariri, Anis dan
Ghozali 2007:382), mengungkapkan bahwa tujuan pengungkapan dalam laporan
keuangan adalah:
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor, dan
pemakai lainnya dalam mengambil keputusan secara rasional.
b. Memberikan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai
lainnya menilai jumlah, pengakuan tentang penerimaan kas bersih.
c. Memberikan informasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu
perusahaan.
d. Menyediakan informasi tentang hasil usaha (performance keuangan)
suatu perusahaan selama 1 periode.
e. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer dan direktur
sesuai kepentingan pemilik.
f. Untuk membandingkan antar perusahaan dan antar tahun. Untuk
menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar dimasa
mendatang.
g. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

Perusahaan besar umumnya menjadi sorotan banyak pihak, baik dari


masyarakat secara umum maupun pemerintah, perusahaan dengan ukuran yang
lebih besar relatif lebih diawasi oleh lembaga-lembaga pemerintah, sehingga
mereka berupaya menyajikan pengungkapan yang lebih baik untuk dapat
meminimalisasi tekanan-tekanan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan besar
tersebut dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak daripada
perusahaan kecil.

13
Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan
informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang
besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan
dengan mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan,
misalnya kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana
dari pasar modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan
dana dari pasar modal, mengingat pembatasan ukuran aset bila terjun ke bursa,
sehingga perusahaan kecil tidak dapat menikmati keuntungan dari pengungkapan
informasi yang memadai.
Kerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor
merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan
ditujukan terutama untuk mereka. Namun, pengungkapan yang dilakukan
perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi para
pemangku kepentingan, seperti investor, kreditor, pemerintah, masyarakat dan
pihak-pihak lain yang terkait. FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan
para investor dan kreditor cukup tinggi sehingga pengungkapan yang diwajibkan
dapat dikatakan lebih sedikit dibandingkan yang dituntut oleh SEC. SEC
menuntut lebih banyak pengungkapan karena pelaporan keuangan mempunyai
aspek sosial dan publik (public interest). Oleh karena itu, pengungkapan menuntut
lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi
kualitatif maupun kuantitatif. Karena beragam pihak yang dituju lebih luas dan
model pengambilan keputusannya yang kurang dapat diidentifikasi,
pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang menjadi sempit (spesifik).
Telah disebutkan bahwa pengungkapan meliputi statemen keuangan itu
sendiri dan semua informasi pelengkap. Penyusun standar dan badan pengawas
seperti SEC dan BAPEPAM mengeluarkan ketentuan tentang apa yang harus
diungkapkan. SEC mewajibkan perusahaan publik untuk menyusun dua laporan
tahunan, satu laporan tahunan harus diserahkan ke SEC untuk memenuhi
ketentuan dan satu laporan tahunan harus disusun untuk keperluan pemegang
saham dan pihak eksternal lainnya.

14
2.2.3 Kecurangan Pengungkapan Laporan Keuangan

Dalam pengungkapan laporan keuangan, banyak fenomena yang terjadi


terkait dengan fraud. Kecurangan atau fraud adalah suatu tindakan melawan
hukum yang ditandai dengan penipuan, penyembunyian, atau perbuatan yang
melanggar kepercayaan (IIA, 2009:8-6). Fraud dilakukan oleh suatu pihak dan
organisasi untuk mendapatkan kekayaan, menghindari pembayaran atau kerugian
dalam keuangan, menyembunyikan kondisi perusahaan yang tidak stabil, atau
untuk melindungi keuntungan pribadi atau bisnis. Kecurangan yang dilakukan
telah menyimpang dari tujuan pengungkapan laporan keuangan organisasi.
Kecurangan yang melibatkan pemalsuan laporan keuangan organisasi disebut
sebagai kecurangan dalam laporan keuangan (financial statement fraud) (IIA,
2009:8-8).
Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) (2016) menemukan bahwa 36,8% pelaku fraud adalah manajemen.
Manajemen memegang peranan penting dalam laporan keuangan sehingga
berpotensi melakukan kecurangan dalam laporan keuangan. Dalam suatu periode
tertentu, terdapat kemungkinan bahwa manajemen tidak dapat memenuhi target
kinerja yang telah ditentukan. Laporan keuangan yang tidak sesuai harapan akan
berdampak terhadap pengambilan keputusan investor atau kreditur. Hal ini dapat
menimbulkan tekanan pada manajemen dan terdorong untuk melakukan
kecurangan dalam laporan keuangan. Kecurangan yang umumnya dilakukan
manajemen adalah manajemen laba (earning management).
Manajemen laba yang dilakukan yakni dengan mengubah jumlah laba
yang sesungguhnya dengan menaikkan atau menurunkan laba dengan tujuan
menipu pengguna laporan keuangan agar kondisi keuangan perusahaan terlihat
baik. Dalam suatu kasus, manajemen dapat menurunkan jumlah pendapatan pada
suatu periode untuk dicadangkan, sehingga beban pajak perusahaan menjadi kecil.
Pendapatan yang dicadangkan digunakan pada periode selanjutnya agar dapat
menaikkan laba peusahaan. Salah satu skandal akuntansi yakni pada PT. Bank
Lippo yang memanipulasi laporan keuangan dengan laporan ganda agar bisa
mendapat rekapitulasi dari pemerintah (Kusumawardhani, 2013).

15
Tidak hanya manajemen yang menjadi pelaku kecurangan, ACFE (2016)
menemukan bahwa 18,9% kasus fraud yang terjadi dilakukan oleh pemilik
perusahaan atau dewan direksi. Tingkat persentase tersebut memang tidak terlalu
besar secara keseluruhan, namun memiliki dampak kerugian paling tinggi yakni
sebesar 67%. Pada banyak kasus, tindakan ini dilakukan dengan tujuan
mendapatkan laba yang sebesar-besarnya atau untuk menyembunyikan kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik
dalam suatu periode, sering kali menjadi penyebab yang mengakibatkan pemilik
perusahaan melakukan financial statement fraud.

16
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Berdasarkan hasil dari analisis data empiris laporan keuangan pada PT


Hanson Internasional Tbk kami mendapatkan hasil bahwa PT Hanson
International pernah terbukti melakukan manipulasi penyajian laporan keuangan
tahunan (LKT) untuk tahun 2016. Dalam pemeriksaan yang dilakukan OJK,
ditemukan manipulasi dalam penyajian akuntansi terkait penjualan kavling siap
bangun (Kasiba) dengan nilai gross Rp 732 miliar, sehingga membuat pendapatan
perusahaan naik tajam.
Dalam jual beli tersebut, Hanson International melakukan pelanggaran
Standar Akuntansi Keuangan 44 tentang Akuntansi Aktivitas Real Estat (PSAK
44). OJK mempermasalahkan pengakuan dengan metode akrual penuh.
Menurut PSAK 44 pendapatan penjualan bisa diakui dengan metode
akrual penuh dengan syarat telah memenuhi kriteria, termasuk penyelesaian
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang tidak bisa dibuktikan oleh perseroan.
Menurut OJK, dengan tidak menyampaikan PPJB kepada auditor yang
mengaudit LKT PT Hanson International Tbk, membuat pendapatan pada LKT
2016 menjadi overstated dengan nilai material Rp 613 miliar. Karena rekayasa
LKT tersebut, OJK menjatuhkan sanksi PT Hanson International Tbk dikenai
denda sebesar Rp 500 juta dan perintah untuk melakukan perbaikan dan penyajian
kembali atas LKT 2016. Sementara CEO PT Hanson International Benny Tjokro
dijatuhi sanksi denda Rp 5 miliar. Direksi lainnya, Adnan Tabrani juga dikenai
sanksi denda Rp 100 juta. Kemudian pada Sherly Jokom, auditor dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja, member dari Ernst and
Young Global Limited (EY), dengan hukuman pembekuan Surat Tanda Terdaftar
(STTD) selama satu tahun.
Kami juga mendapatkan hasil berupa data tabel perubahan laporan
keuangan PT Hanson Internasional Tbk, yaitu:

17
Tabel 2:

PT. Hanson International Tbk menempatkan dana nasabah dengan nominal yang
besar dalam investasi saham dan investasi lewat pembelian medium term note
(MTN) atau surat berharga berjenis hutang, selain itu dalam catatan otoritas jasa
keuangan (OJK) ada bukti bahwa PT. Hanson International Tbk melakukan
manipulasi penyajian laporan keuangan tahunan untuk tahun 2016.
Maka kami dapat menyimpulkan hasil ini bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi kecurangan dalam pelaporan keuangan pada PT. Hason
International Tbk adalah :
a. Tekanan (Unshareable pressure/ incentive).
Merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud. Motivasi
melakukan fraud, antara lain motivasi ekonomi, alasan emosional (iri/cemburu,
balas dendam, kekuasaan, gengsi), nilai (values) dan apa pula karena dorongan
keserakahan. Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum
terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut
adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial
targets.
b. Adanya kesempatan / peluang (Perceived Opportunity).
Yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang melakukan atau
menutupi tindakan tidak jujur. Biasanya hal ini dapat terjadi karena adanya

18
internal control perusahaan yang lemah kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity
merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui
penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
c. Rasionalisasi (Rationalization).
Merupakan elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudah melakukan tindakan
tersebut. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang
illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya,
tetapi setelah kejahatan dilakukan, rasionalisasi ini ditinggalkan karena sudah
tidak dibutuhkan lagi. Rasionalisai atau sikap (attitude), yang paling banyak
digunakan adalah hanya meminjam (borrowing) asset yang dicuri dan alasan
bahwa tindakannya untuk membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

III.2 Pembahasan

Makalah ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pengungkapan


laporan keuangan pada PT. Hason International Tbk dan untuk mengetahui faktor-
faktor apasaja yang menjadikan adanya kecurangan pelaporan keuangan pada PT.
Hanson International Tbk.
Berdasaran analisis dari hasil penelitian dengan menggunakan data
empiris, juga dikuatkan oleh beberapa teori – teori dan penelitian terdahulu terkait
studi kasus pada perusahaan PT. Hason International Tbk.
1. Pengungkapan Laporan Keuangan Pada PT. Hanson International Tbk
menggunakan jenis pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) karena PT.
Hanson Internasional Tbk harus melaporkan laporan keuangan sesuai dengan
aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut peraturan Publik yang diatur
dalam peraturan nomor X.K.6. Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data
keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit
perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan,
tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah
diaudit.

19
Kecurangan yang terjadi pada PT. Hanson International Tbk merupakan
kecurangan yang dilakukan oleh suatu pihak dan organisasi untuk mendapatkan
kekayaan, menghindari pembayaran atau kerugian dalam keuangan,
menyembunyikan kondisi perusahaan yang tidak stabil, atau untuk melindungi
keuntungan pribadi atau bisnis. Kecurangan yang dilakukan telah menyimpang
dari tujuan pengungkapan laporan keuangan organisasi. Kecurangan yang
melibatkan pemalsuan laporan keuangan organisasi disebut sebagai kecurangan
dalam laporan keuangan (financial statement fraud) (IIA, 2009:8-8).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya manipulasi laporan keuangan PT.


Hanson International Tbk adalah faktor Tekanan (Unshareable pressure/
incentive), Adanya kesempatan / peluang (Perceived Opportunity), Rasionalisasi
(Rationalization). Dari tiga faktor tersebut kami menyimpulkan bahwa faktor
tekanan berpengaruh positif dalam terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.
Konsep fraud triangle pertama kali dikemukakan oleh Donald Cressey (1953).
Fraud triangle terdiri atas tiga komponen yaitu rationalization, pressure, dan
opportunity.
Fraud triangle biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko kecurangan, Rationalization, Kecurangan dilakukan karena adanya
rasionalisasi yang dilakukan seseorang. Alasannya beragam namun pembenaran
akan selalu ada. Rasionalisasi dilakukan melalui keputusan yang dibuat secara
sadar dimana pelaku kecurangan menempatkan kepentingannya di atas
kepentingan orang lain. Pressure. Tekanan dapat terjadi dari dalam organisasi
maupun kehidupan individu. Kebutuhan individu secara personal dianggap lebih
penting dari kebutuhan organisasi.

20
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data makalah ini kami menyimpulkan bahwa


pengungkapan laporan keuangan PT. Hanson International Tbk, telah melakukan
kecurangan yaitu memanipulasi laporan keuangan tahunan pada tahun 2016
dengan membuat pendapatan perusahaan seolah-olah meningkat tajam, hal ini
disebabkan oleh factor fraud triangle dengan di dorong oleh beberapa penelitian
terdahulu yang mengatakan bahwa factor utama dari terjadinya kecurangan
pelaporan keuangan adalah fraud triangle, salah satu factornya adalah factor
tekanan karena adanya tekanan dari pihak manajemen yang ingin mendapatkan
dana nasabahnya dengan nominal yang cukup besar sedangkan produk yang dijual
kepada public adalah investasi saham dan Medium Term Note (MTN) atau surat
berharga berjenis hutang.
IV.2 Saran
saran penulis bagi kasus ini adalah lebih meningkatkan pengawasan karena
dengan meningkatkan pengawasan maka akan memperkecil kesempatan
melakukan fraud, dan juga pemilik perusahaan tidak memberikan tekanan yang
melebihi kemampuan perusahaan untuk memenuhinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Alim, M., & Ida, I. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN. JMB: Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 7(2).

Belkaoui, A. R. (2006). Accounting Theory: Teori Akuntansi. Edisi. Kelima.


Jakarta: Salemba Empat.

Cahyani Nuswandari, S. E. (2009). Pengungkapan pelaporan keuangan dalam


perspektif signalling theory. Kajian Akuntansi, 1(1), 48-57.

Handayani, S. (2010). Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2006. Jurnal Ilmu Administrasi:
Media Pengembangan Ilmu dan Praktek Administrasi, 7(2), 07.

Hafizah, N., Respati, N. W., & Chairina, C. (2017). Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud
Triangle. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, 6(1).

Kartika, A. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada


perusahaan Manufaktur yang go public di BEI. Dinamika Keuangan
dan Perbankan, 1(2), 105-122.

Kusumawardhani, P. (2013). Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis


fraud triangle pada Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Jurnal
Akuntansi AKUNESA, 1(3).

Ningrum, W. W., & Justinia Castellani, S. E. (2019). PENGARUH REPUTASI


AUDITOR DAN DISCLOSURE ANNUAL REPORT TERHADAP
OPINI AUDIT GOING CONCERN (Pada Perusahaan Pertambangan
Subsektor Batubara yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2014-
2017) (Doctoral dissertation, Perpustakaan FEB-UNPAS BANDUNG).

Oktaviani, I. H., & Martani, D. (2014). Analisis pengungkapan laporan keuangan


perusahaan pembiayaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 3(2), 239-260.

Sofiana, N. (2010). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap


Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Silvia, S., Zulkarnaini, Z., & Agustina, N. (2018). PERSEPSI YANG


MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Survey
pada Aparatur Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara). Jurnal Akuntansi

22
dan Pembangunan (JAKTABANGUN) STIE Lhokseumawe, 3(2), 94-
106.

_.”pengungkapan Laporan Keuangan”.


http://repository.wima.ac.id/9378/2/BAB%201.pdf. diakses tanggal 22
febuari 2020

Idris, muhammad. 2020. Kompas.com.Jejak Hitam PT Hanson Internasional,


Manipulasi Laporan Keuangan
2016.https://money.kompas.com/read/2020/01/15/160600526/jejak-
hitam-pt-hanson-international-manipulasi-laporan-keuangan-2016?
page=all diakses pada 22 Februari 2016

23

Anda mungkin juga menyukai