Dosen Pengampu:
PUSVITA INDRIA MEI SUSILOWATI SE, MSA, Ak, CA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
NURSYAHAMAH ATH THAARIQUL JUM’ATI (1810313120008)
HUSNUL KHOTIMAH (1810313120007)
SITI ALVIAWATI (1810313220018)
KEZIA LYNN DWI PUTRI (1810313220038)
NOVIA THEANA ANGGRAENI (1810313320050)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kesempatan yang telah
diberikan kepada kami untuk dapat menyelesaikan tugas Analisis Laporan Keuangan tentang
“Pendahuluan Tentang Pengertian, Proses, Sifat, Karakteristik dan Bentuk-Bentuk
Laporan Keuangan”.
Makalah ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu tugas mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan semester ganjil tahun 2020. Makalah ini disusun untuk membahas
pengertian, proses, sifat, karakteristik dan bentuk-bentuk laporan keuangan. Kami berharap
informasi yang kami berikan tidak hanya untuk kami sendiri melainkan untuk para pembaca
sebagai informasi ilmu untuk menambah wawasan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mohon masukan, kritik, serta saran yang bersifat membangun
dan semoga bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan.......................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya Laporan Keuangan.................................................................... 2
2.2. Pengertian Laporan Keuangan..................................................................... 2
2.3. Kegunaan Laporan Keuangan...................................................................... 3
2.4. Sifat Laporan Keuangan............................................................................... 4
2.5. Tujuan Laporan Keuangan........................................................................... 6
2.6. Keterbatasan Laporan Keuangan................................................................. 6
2.7. Tahap-Tahap Analisis Laporan Keuangan................................................... 8
2.8. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan............... 9
2.9. Karakteristik dan Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan................................. 10
2.10. Contoh Laporan Keuangan PT MNC STUDIOS
INTERNATIONAL Tbk dan ENTITAS ANAK......................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu laporan keuangan.
2. Untuk mengetahui sifat, tujuan, dan keterbatasan pada laporan keuangan.
3. Untuk mengetahui proses atau tahap-tahap analisis laporan keuangan.
4. Untuk mengetahui karakteristik dan bentuk-bentuk laporan keuangan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.4. Sifat Laporan Keuangan
Sifat Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah
lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan Keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk kebutuhan pihak
tertentu.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:7-10), sifat laporan keuangan meliputi:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomis dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, atau mengkoreksi, hasil mereka di
masa lalu.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa
kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Informasi
dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang
diambil atas dasar laporan keuangan. materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahanyang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu
karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan
4
dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapt
menyesatkan.
5. Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada
tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. Informasi keuangan pada
umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang
seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk
menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasi
transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuaidengan makna transaksi dan
peristiwa tersebut.
6. Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya untuk hukumnya.
Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak
dari bentuk hukum.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidk boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan
8. Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa
manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin
timbul. Keetidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta
tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan keuangan. pertimbangan sehat mengandung unsure kehati-hatian
pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan
terlalu rendah.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission)
5
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyestakan karena itu tidak dapat
diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
10. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode
untuk mengidentifikasi kecendrungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. pemakai
juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode
perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
6
Berikut merupakan keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan menurut
Munawir (2010:9)
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan
merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang
dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menujukkan nilai likwidasi atau realisasi di
mana dalam interim reportini terdapat atau terkandung pendapat-pendapat pribadi
(personal judgment) yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang
bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti
dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standars nilai yang
mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep
going concern atau anggapan Bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva
tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan
pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi
depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya
merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar
sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai
rupia dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli (purchasing
power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah
belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar,
mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin
juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi, suatu analisa dengan
memperbadningkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuain terhadap
perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan keliru (misleading).
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut
tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir); misalnya reputasi dan
prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya
kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta
integritas menagernya dan sebagainya.
Sedangkan menurut Kasmir (2012:6), keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang
diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak
tertentu saja.
3. Penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian.
Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung
7
kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling
rendah.
1. Analisis Akuntansi
Dengan karakteristik sistem akuntansi yang telah dibahas sebelumnya, langkah
pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan analisis laporan keuangan adalah
dengan melakukan analisis akuntansi. Analis akuntansi adalah proses mengevaluasi
apakah pelaporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan telah mencerminkan
realitas ekonomi yang sebenarnya atau tidak sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi
Keuangan). Proses ini dilakukan dengan cara mempelajari transaksi yang terjadi,
kebijakan akuntansi yang digunakan, dan melakukan penyesuaian (menghilangkan
distorsi akuntansi) laporan keuangan agar laporan tersebut lebih mencerminkan
realitas ekonomi. yang sebenarnya sehingga kesimpulan yang diambil pada tahap
analisis keuangan menjadi lebih bisa diandalkan.
2. Analisis Keuangan
Pada tahap berikutnya, setelah laporan keuangan ‘dibersihkan’, dilakukan analisis
keuangan yaitu pemanfaatan laporan keuangan untuk menganalisa posisi dan kinerja
keuangan yang telah dicapai perusahaan dan mengevaluasi kinerja perusahaan di masa
yang akan datang. Dalam tahap ini, secara umum perusahaan melakukan analisis
kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan pendanaan yang telah dicapai perusahaan.
Analisis atas kegiatan operasi dan kegiatan investasi biasanya dilakukan dengan
melakukan apa yang biasa disebut sebagai analisis profitabilitas, yaitu evaluasi atas
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kegiatan operasi) dari sumber daya
yang dimilikinya (kegiatan investasi). Analisis kegiatan pendanaan biasanya
dilakukan dengan melakukan apa yang biasa disebut sebagai analisis risiko, yaitu
melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Di
dalamnya dilakukan analisis likuiditas dan solvabilitas.
3. AnalisisProspektif
Analisis terakhir adalah analisis prospektif yang merupakan tahap terakhir dari
analisis laporan keuangan. Analisis ini terdiri dari dua bagian: peramalan (forecasting)
dan penilaian (valuation), dan akan dibahas pada modul berikutnya.
8
2.8. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Pada dasarnya, laporan keuangan yang disusun oleh suatu perusahaan melibatkan
beberapa pihak. Pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pihak internal dan eksternal perusahaan.
Pihak Internal Perusahaan: Pihak internal perusahaan adalah pihak-pihak yang
berada di dalam perusahaan, seperti direktur, akuntan dan staff accounting, dan karyawan.
1. Direktur: Direktur atau dalam hal ini dapat disebut sebagai pendiri perusahaan adalah
pihak (internal) nomor satu yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan. Sebab,
ia memiliki kewenangan penuh untuk menilai laporan keuangan di perusahaan yang
dimilikinya. Laporan keuangan tersebut nantinya dapat ia gunakan untuk mengetahui
perkembangan keuangan yang terjadi di perusahaannya dalam kurun waktu tertentu,
serta dapat digunakan untuk mengetahui apakah perusahaannya masih bisa bertahan
selama satu atau beberapa tahun mendatang dengan keuangan yang ada.
2. Akuntan dan Staff Accounting: Akuntan atau staff accounting adalah pihak (internal)
nomor dua yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan. Sebab, dialah yang
bertanggungjawab untuk menyusun laporan keuangan suatu perusahaan sebelum
dipresentasikan dan dipertanggungjawabkan di hadapan direktur.
3. Karyawan: Karyawan adalah pihak (internal) nomor tiga yang terkait dalam
penyusunan laporan keuangan. Mereka membutuhkan informasi seputar laporan
keuangan untuk mengetahui apakah perusahaan tempat mereka bekerja berada dalam
kondisi sehat atau sedang dalam kondisi krisis. Apabila perusahaan berada dalam
keadaan sehat, mereka tidak perlu risau memikirkan untuk mencari pekerjaan baru.
Sebaliknya, apabila perusahaan dalam kondisi krisis, mereka bisa bersiap-siap
mengundurkan diri dan mencari pekerjaan yang baru.
Pihak Eksternal: Perusahaan Pihak eksternal perusahaan adalah pihak-pihak yang
berada di luar perusahaan, seperti investor, kreditor, supplier, pemerintah, dan masyarakat.
1. Investor: Investor atau dalam hal ini dapat disebut sebagai penanam modal adalah
pihak (eksternal) nomor satu yang terkait dalam penyusunan laporan keuangan.
Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menilai apakah suatu
perusahaan masih bisa go public dan memiliki kemampuan untuk membayar dividen’
atau justru sebaliknya. Penilaian investor tersebut digunakan dalam mengambil
keputusan, apakah mereka akan menambah pembelian jumlah saham di perusahaan
tersebut atau menjual semua saham yang mereka miliki.
2. Kreditor: Kreditor adalah pihak (eksternal) nomor dua yang terkait dalam penyusunan
laporan keuangan. Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan untuk menilai
apakah suatu perusahaan berada dalam keadaan sehat dan memiliki kemampuan
membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo (apabila suatu
perusahaan diberikan bantuan dana kredit) atau tidak.
9
3. Supplier: Supplier adalah pihak (eksternal) nomor 3 yang terkait dalam penyusunan
laporan keuangan. Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan masih memiliki kemampuan untuk membayar
dan melu-nasi utang atas bahan baku yang dipesan dari mereka atau tidak. Selain itu,
mereka juga membutuhkan informasi laporan keuangan untuk mengetahui kesehatan
suatu perusahaan sebelum mereka merriutuskan memperpanjang kerja sama kontrak
dengan perusahaan yang bersangkutan.
4. Pemerintah: Pemerintah adalah pihak (eksternal) nomor empat yang terkait dalam
penyusunan laporan keuangan. Pemerintah membutuhkan informasi laporan keuangan
untuk menentukan kebijakan dalam kaitannya dengan pajak dan pungutan yang nanti
akan dibebankan kepada perusahaan serta bantuan yang nantinya diberikan kepada
perusahaan.
5. Masyarakat: Masyarakat adalah pihak (eksternal) nomor lima yang terkait dalam
penyusunan laporan keuangan. Mereka membutuhkan informasi laporan keuangan
untuk mengetahui jumlah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Informasi
laporan keuangan ini nantinya dapat mereka gunakan sebagai bahan ajar, analisis, dan
penelitian dengan tujuan-tujuan tertentu.
10
disajikan. Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan
suatu informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa
yang digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (tidak di rekayasa)
yang tersaji dalam laporan keuangan oleh manajemen.
4. Comparability (dapat bandingkan)
Suatu laporan keuangan dapat bandingkan bila informasi yang disajikan dapat
saling diperbandingkan seperti antar periode maupun antar perusahaan.
Laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sehingga ketepatan waktu dalam penyampaian laporan
keuangan sangat dibutuhkan pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan harus bersifat
wajar dan tidak memihak. Untuk mengetahui hal ini perlu adanya profesi akuntan
publik (auditor). Audit atas laporan keuangan diperlukan terutama untuk perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen yang ditunjuk oleh
pemegang saham.
11
b. Neraca Bentuk Staffel (Report Form)
Mengapa neraca bentuk staffel disebut sebagai neraca bentuk laporan?
Neraca bentuk staffel disebut sebagai neraca bentuk laporan karena
bentuk susunannya berurutan dari atas ke bawah secara
berurutan.Neraca bentuk laporan tersusun secara urut dari kelompok
harta (aktiva) paling atas sampai kelompok utang dan modal paling
bawah.
12
2. Laporan Rugi Laba (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan tentang
penghasilan/pendapatan/kerugian dan biaya yang ditanggung perusahaan pada
suatu periode tertentu yang disusun secara sistematis.
Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa perhitungan rugi/laba
perusahaan yang disusun harus dapat menggambarkan kondisi tentang
gambaran secara keseluruhan terkait besarnya kegiatan perusahaan serta
hasil/pendapatan dari kegiatan tersebut.
Syarat penyajiannya meliputi:
a. Laporan L/R harus memuat secara terperinci unsur-unsur dari hasil
yang diperoleh dan biaya yang ditanggung.
b. Laporan L/R dapat disusun dalam bentuk dengan posisi urutan
kebawah (staffel).
c. Laporan L/R semestinya dipisahkan antara hasil utama dengan hasil
usaha lain-lain serta usaha luar biasa (extra ordinary income)
Bentuk laporan rugi/laba
Cara penyusunan laporan keuangan laba rugi umumnya dengan
menggunakan 2 macam metode yaitu:
a. Single Step
Penyusunan menggunakan metode single step adalah dengan
mengelompokkan seluruh akun pendapatan secara total dikurangi
dengan seluruh kelompok biaya pula, sehingga hasil laba/rugi bersih
dapat diperoleh dengan sekali tahap saja.
b. Multiple Step
Metode kedua ini perlu menggunakan beberapa tahap untuk
mendapatkan laba/rugi bersih yaitu dengan cara
13
Pendapatan – hpp (harga pokok penjualan) = Laba Kotor
Laba Kotor – Biaya-biaya operasi = laba/rugi bersih.
Terkadang harus dipotong juga dengan pajak sehingga rumusnya akan
begini:
Pendapatan – hpp (harga pokok penjualan) = Laba Kotor
Laba Kotor – Pajak = laba/rugi setelah pajak
Laba/rugi setelah pajak – Biaya-biaya operasi = laba/rugi bersih.
Jika terdapat beberapa tambahan transaksi lagi tinggal dikaitkan saja,
apakah transaksi tersebut termasuk kategori pendapatan atau beban.
14
b. Non Clean Surplus Principle (current operating performance)
Laporan perubahan modal menunjukkan:
1) Saldo laba tidak dibagi awal periode.
2) Ditambah laba bersih setelah pajak.
3) Ditambah Pos luar biasa.
4) Dikurangi deviden yang diumumkan.
Contoh Laporan laba tidak dibagi untuk melengkapi laporan
perhitungan rugi/laba current operating performance:
15
a. Kelompok pertama adalah kelompok penerimaan dan pengeluaran kas
yang berasal dari kegiatan investasi.
b. Kelompok kedua berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berasal dari kegiatan pembelanjaan.
c. Kelompok ketiga berdasarkan Penerimaan dan pengeluaran kas yang
berasal dari kegiatan usaha.
16
2.10.1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
17
18
2.10.2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif dan Konsolidasian
19
2.10.3. Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
20
2.10.4. Laporan Arus Kas Konsolidasian
21
2.10.5. Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian
22
23
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan
tersebut. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Proses analisis laporan keuangan dimulai dari analisis
akuntansi, lalu analisis keuangan, dan yang terakhir analisis prospektif. laporan keuangan
sangat diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke
waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Laporan
keuangan pada dasarnya merupakan hasil peroses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahan dengan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan data atau aktiva tersebut. Sehingga laporan keuangan
memegang peranan yang luas dan mempuyai suatu posisi yang mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dan laporan keuangan sangat berguna dalam melihat kondisi suatu
perusahan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi di
masa yang akan datang.
25
DAFTAR PUSTAKA
- Munawir. S., Drs., Ak., (1997), "Analisis Laporan Keuangan", Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
- http://eprints.polsri.ac.id/2639/3/BAB%20II.pdf
- BINUS UNIVERSITY. (2017, Juni 14). Retrieved from Binus University Faculty of
Econimics and Communication:
www.accounting.binus.ac.id
- Ma’ruf. ____. Cari Tahu 5 Bentuk dan Contoh Laporan Keuangan di SINI.
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/bentuk-dan-contoh-laporan-keuangan/
26