Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“Analisa Laporan Posisi Keuangan”

Dosen : Ira Grania Mustika, S.E., M.M., Ak.

Disusun oleh :

Stefanie Natasya Saputri (B1031201093)

Kesya Stefhanie (B1031201158)

Meisya Maulidya Y. (B1031201181)

Cicha Jansuanti (B1031201186)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmatnya sehingga makalah “Analisa Laporan Posisi Keuangan” ini
dapat disusun hingga selesai. Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih
kepada setiap pihak yang berkontribusi atas terselesaikannya penyusunan makalah,
terutama kepada Ibu Ira Grania Mustika, S.E., M.M., Ak., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Analisis Laporan Keuangan, yang telah memberikan
bimbingan kepada kami berupa pemahaman materi sehingga memungkinkan
penyusunan makalah ini dapat dilakukan dan diselesaikan.

Penyusunan makalah ini kami tujukan demi memenuhi nilai tugas laporan untuk
mata kuliah Analisa Laporan Keuangan. Selain itu, penyusunan makalah ini kami
fokuskan untuk menambah ilmu dan wawasan pembaca mengenai bahan materi
yang kami sajikan dalam makalah ini.

Akibat adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam penyusunan


makalah ini, maka kami sangat menerima masukan pembaca berupa kritik dan saran
yang membangun, agar sekiranya kami dapat menjadikan masukan yang
disampaikan sebagai bahan untuk mengembangkan diri kami sebagai penulisan
kedepannya.

Di akhir kata, kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber literatur yang
berguna bagi setiap pembaca.

Pontianak, 9 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Pengertian dan Kegunaan Laporan Posisi Keuangan................................... 3
2.2. Bagian-Bagian Laporan Posisi Keuangan ................................................... 3
2.3. Aktiva Lancar dan Tidak Lancar................................................................. 4
2.4. Utang dan Modal ......................................................................................... 6
2.5. Bentuk Penyusunan Laporan Posisi Keuangan ........................................... 7
2.6. Prinsip Pelaporan Posisi Keuangan Menurut IAI ..................................... 10
2.7. Analisis Laporan Posisi Keuangan............................................................ 13
2.7.1 Analisis EPS/EBIT .................................................................................. 13
2.7.2. Analisis Common Size ........................................................................... 14
2.7.3. Analisis Persentase Perubahan ............................................................... 18
2.7.4. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas ................................................... 22
2.7.5. Analisis Komparatif ............................................................................... 24
2.7.6. Analisis Trend ........................................................................................ 25
2.7.7 Analisis Rasio........................................................................................... 26
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 31
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Munawir (2010:35), “Analisis laporan keuangan adalah analisis
laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan
dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan
hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”. Kegiatan
analisis laporan keuangan memiliki tujuan utama untuk memahami dan
mendiagnosis informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, dengan maksud
untuk menilai profitabilitas dan kesehatan keuangan serta membuat perkiraan
tentang prospek masa depan perusahaan.
Pada penulisan kali ini, akan berfokus pada analisis laporan posisi
keuangan. Menurut Mahmud M Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), “Laporan
posisi keuangan adalah laporan yang meringkas posisi keuangan suatu perusahaan
pada tanggal tertentu. Laporan ini menampilkan sumber daya ekonomis
(aset/aktiva), kewajiban ekonomis (hutang), modal, dan hubungan antar item
tersebut.” Dari pengertian tersebut, terdapat 3 komponen utama dalam laporan
posisi keuangan, yaitu: aset, kewajiban/liabilitas, dan modal.
Dalam melakukan analisis, terdapat banyak metode/teknik yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis. Setiap metode/teknik, memiliki cara dan
tujuannya masing-masing. Penentuan penggunaan metode/teknik tersebut harus
disesuaikan dengan kebutuhan informasi perusahaan terhadap data-data yang
terdapat pada laporan posisi keuangan.
Pemanfaatan penyajian laporan posisi keuangan dan hasil analisis tersebut
akan sangat berguna bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pihak
internal perusahaan yang membutuhkan informasi dari hasil analisis tersebut, salah
satu yang paling utama adalah manajer. Hasil analisis laporan posisi keuangan akan
membantu manajer memahami kondisi yang sedang dialami perusahaan. Setelah
mengetahui kondisi dan penyebabnya, manajer dapat melakukan pengambilan

1
keputusan dengan bijak untuk kepentingan keberlangsungan hidup perusahaan
kedepannya.
Selain pihak internal, terdapat pula pihak eksternal yang akan membutuhkan
informasi dari hasil analisis tersebut. Pihak-pihak eksternal tersebut, yaitu kreditor,
investor, mitra bisnis, maupun lembaga peminjaman. Penyajian laporan dan hasil
analisis memungkinkan beberapa pihak untuk membuat keputusan kerja sama atau
tanam modal bagi perusahaan bersangkutan.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja pengertian dan kegunaan dari laporan posisi keuangan?
2. Apa saja bagian-bagian dari laporan posisi keuangan?
3. Apa yang dimaksud dengan aktiva lancar dan tidak lancar?
4. Apa yang dimaksud dengan utang dan modal?
5. Apa saja bentuk penyusunan laporan posisi keuangan?
6. Apa saja prinsip-prinsip pelaporan keuangan menurut IAI?
7. Bagaimana cara analisis laporan posisi keuangan?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan yang menjadi dasar penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dan kegunaan dari laporan posisi keuangan.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari laporan posisi keuangan
3. Untuk mengetahui pengertian aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
4. Untuk mengetahui pengertian utang dan modal.
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyusunan laporan posisi keuangan.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pelaporan keuangan menurut IAI.
7. Untuk mengetahui cara analisis laporan posisi keuangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Kegunaan Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan atau statement of financial position adalah suatu
laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal
sendiri/ekuitas (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada periode tertentu.
Dengan menyediakan informasi mengenai aset, utang, dan ekuitas, laporan posisi
keuangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas,
struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat pengembalian
aset atas laba bersih. Laporan posisi keuangan digunakan oleh pihak-pihak terkait
seperti investor untuk menganalisa kondisi keuangan entitas tersebut.

2.2. Bagian-Bagian Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu aktiva, utang,
dan modal. Aktiva atau aset adalah harta atau kekayaan, baik yang berupa uang
maupun benda lain yang dapat dinilai dengan uang ataupun yang tidak berwujud
secara nyata, seperti hak paten. Aktiva meliputi akun-akun keuangan seperti kas,
piutang, dan investasi. Aktiva juga meliputi biaya yang diperkirakan akan
memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang. Seperti contoh, pengeluaran
yang dilakukan untuk membeli persediaan, peralatan, dan paten, yang diperkirakan
akan membantu menciptakan pendapatan di periode mendatang.
Kemudian utang adalah sumber modal yang berasal dari kreditur. Dalam
jangka waktu tertentu, perusahaan wajib membayar atau memenuhi tagihan yang
berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban ini dapat berupa pembayaran
uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak yang telah memberikan pinjaman
kepada perusahaan.
Selanjutnya modal sendiri adalah sumber modal yang berasal dari pemilik
perusahaan. Modal sendiri atau ekuitas perusahaan merupakan aset bersih
perusahaan, yaitu selisih antara total aset dengan total kewajiban. Ekuitas timbul

3
dari setoran atau investasi pemilik, dan akan bertambah dengan adanya laba bersih,
serta akan berkurang jika adanya kerugian dan distribusi dividen.
Hubungan antara aset, utang, dan modal dapat dirumuskan ke dalam
persamaan akuntansi: Aset = Utang + Modal/Ekuitas. Rumusan persamaan tersebut
sifatnya mutlak. Aset merupakan harta perusahaan yang dibeli dengan modal dari
pinjaman utang kepada kreditor dan modal sendiri atau investasi. Kemudian letak
utang didahulukan sebelum ekuitas, dengan makna bahwa kreditor memiliki hak
pertama atas aset perusahaan, dan kemudian sisa aset yang tersisa merupakan hak
pemilik atau investor.

2.3. Aktiva Lancar dan Tidak Lancar


Aktiva merupakan kepemilikan aset, harta, dan kekayaan yang menunjang
kegiatan perusahaan dan dapat ditukarkan ke dalam bentuk uang tunai. Harta
kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan uang, dan
diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah menjadi uang kas
(likuiditas).Aktiva memiliki beberapa sifat yaitu:
1. Memiliki bentuk fisik atau non fisik
2. Diperoleh dari kegiatan atau transaksi ekonomi masa lalu
3. Dimiliki atau dikuasai suatu badan/perusahaan
4. Mendatangkan manfaat di masa depan
5. Dapat dipinjamkan
Aktiva terbagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar atau aktiva
tetap. Aktiva lancar merupakan aset yang dimiliki perusahaan yang diperoleh dari
aktivitas masa lalu dan memiliki manfaat ekonomi yang pasti karena mudah
diuangkan, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Contoh aktiva
lancar yaitu:
1. Kas (cash), semua aktiva yang tersedia di dalam kas perusahaan ataupun
setara dengan kas yang disimpan di Bank yang bisa diambil setiap saat.
2. Surat Berharga, kepemilikan saham atau juga obligasi perusahaan lain yang
mempunyai sifat sementara, yang sewaktu-waktu bisa dijual kembali.

4
3. Piutang Dagang, tagihan dari perusahaan kepada pihak lain (debitur) yang
disebabkan karena penjualan barang atau jasa secara kredit.
4. Piutang Wesel, adalah surat perintah penagihan pada seseorang atau juga
badan untuk dapat membayar sejumlah uang di tanggal yang telah
ditentukan sebelumnya, pada orang yang namanya sudah disebut di dalam
surat.
5. Piutang Pendapatan, pendapatan yang sudah menjadi hak, namun belum
diterima pembayarannya.
6. Beban Dibayar di Muka, pembayaran beban yang dibayar di awal, namun
belum menjadi suatu kewajiban pada periode yang bersangkutan.
7. Perlengkapan, seluruh perlengkapan yang dipakai demi suatu kelancaran
bisnis dan bersifat habis pakai.
8. Persediaan Barang Dagang, barang yang dibeli dengan tujuan dijual
kembali dengan mengharapkan untuk mendapat suatu laba.
Aktiva tidak lancar atau aktiva tetap merupakan bentuk kekayaan yang
dimiliki oleh perusahaan yang umur ekonomisnya lebih dari satu tahun, digunakan
untuk operasional perusahaan, dan tidak untuk dijual. Aktiva tetap akan mengalami
penyusutan setiap tahunnya dan penyusutan tersebut harus dicatat dalam
pembukuan atau laporan posisi keuangan. Aktiva tetap dibagi menjadi aktiva tetap
berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud merupakan
kekayaan atau kepemilikan perusahaan yang hadir dalam bentuk fisik dan relatif
permanen atau dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Contoh aktiva tetap
berwujud yaitu tanah, gedung atau bangunan, dan peralatan seperti mesin untuk
kegiatan operasional atau produksi. Aktiva tetap tidak berwujud merupakan bentuk
kekayaan perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik, dapat dialihkan, disewakan,
dilisensikan, ditukarkan, atau dijual melalui suatu kontrak, muncul dari hak
kontraktual atau hak hukum lainnya, dan hanya dapat diakui apabila didapatkan dari
pihak eksternal. Aktiva tetap tidak berwujud umumnya disimpan dalam bentuk
dokumen dan wajib diperbarui beberapa tahun sekali, tapi sulit diubah menjadi kas.
Contoh aktiva tetap tidak berwujud yaitu hak paten, hak cipta, hak sewa, merek
dagang, franchise, dan sebagainya.

5
2.4. Utang dan Modal
Utang atau liabilitas merupakan kewajiban yang timbul akibat peristiwa di
masa lalu baik dari pihak internal maupun eksternal yang harus dibayarkan
perusahaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Utang memiliki
karakteristik yaitu memiliki tanggal jatuh tempo, akibat dari peristiwa masa lalu,
harus dibayarkan dan tidak bisa ditinggalkan, serta membutuhkan aset atau entitas
lain untuk menyelesaikannya. Utang terbagi menjadi dua jenis yaitu utang jangka
pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek merupakan kewajiban yang
harus diselesaikan oleh perusahaan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.
Contoh liabilitas jangka pendek yaitu utang pajak penghasilan, utang pajak
penjualan, utang wesel, utang dagang, wesel, dividen, pendapatan diterima di muka,
dan utang biaya. Utang jangka panjang merupakan kewajiban yang harus
dibayarkan oleh perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode atau satu
tahun. Periode pembayaran utang jangka panjang bervariasi dari 3 tahun sampai
dengan 20 tahun. Perusahaan cenderung membuat keputusan untuk mengambil
utang jangka panjang karena bunga lebih kecil, aset yang menjadi jaminan tetap
bisa digunakan, mengurangi pajak, dan arus kas dapat tercerna dengan baik. Namun
utang jangka panjang juga memiliki kekurangan yaitu risiko gagal melunasi utang,
beban biaya tahunan perusahaan semakin meningkat, perusahaan dituntut untuk
terus meningkatkan jumlah pendapatan dan laba, serta dapat mempengaruhi nilai
saham perusahaan. Contoh utang jangka panjang yaitu utang obligasi dan utang
hipotek.
Modal atau ekuitas merupakan jumlah uang yang akan dikembalikan kepada
pemegang saham suatu perusahaan, jika seluruh aset perusahaan dicairkan dan
seluruh hutang perusahaan dibayar. Nilainya ditentukan dari total pencairan seluruh
aset perusahaan dikurangi dengan total hutang perusahaan yang harus dibayar.
Modal dibagi menjadi 4 jenis yaitu:
● Modal Pemilik
Merupakan besaran aset atau uang yang disetorkan dalam jumlah
tertentu oleh pemilik usaha atau investor dengan tujuan untuk

6
menjalankan dan mengembangkan bisnis. Dibagi menjadi 2 jenis
yaitu modal saham dan agio serta disagio saham (paid-in capital).
● Laba yang ditahan (Retained Earnings)
Laba yang tidak dibagi atau saldo laba yang ditahan merupakan
sebuah kumpulan laba atau keuntungan bersih dari operasional
perusahaan dari tahun-tahun sebelumnya. Laba yang tidak dibagikan
ini merupakan sebagian dividen atau yang tidak diambil oleh
pemilik atau pemegang saham.
● Saham treasury
Merupakan saham milik perusahaan yang telah diterbitkan dan
beredar namun dibeli kembali oleh perusahaan (ditarik kembali)
● Akumulasi laba komprehensif lainnya
Laba komprehensif terdiri atas laba bersih dan laba komprehensif
lainnya yang biasanya timbul dari:
1. penyesuaian atas penilaian ulang mata uang asing.
2. keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas
sekurtitas yang tersedia untuk dijual.
3. keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan atas
instrumen keuangan derivatif.

2.5. Bentuk Penyusunan Laporan Posisi Keuangan


Dalam penyusunan laporan posisi keuangan, terdapat 2 macam bentuk yang
dapat digunakan untuk menyajikan laporan tersebut, yakni bentuk rekening
(account form/skontro) dan bentuk laporan (report form/staffel). Dalam bentuk
rekening/skontro yang biasa dikenal sebagai bentuk T, penyajian informasi posisi
keuangan dibagi menjadi bagian aktiva dan pasiva. Pada bagian aktiva yang
ditempatkan di sebelah kiri, terdapat akun-akun dari aset lancar dan aset tidak
lancar/aset tetap. Sedangkan pada bagian pasiva yang terletak pada bagian kanan
laporan, terdapat akun-akun utang dan modal perusahaan.
Sebagai variasi lain dari bentuk laporan (report form) terdapat cara
penyusunan neraca yang disesuaikan dengan posisi keuangan perusahaan (financial

7
position form). Bentuk bertujuan agar posisi keuangan perusahaan yang
dikehendaki terlihat dengan jelas, misalnya besarnya modal kerja neto (net working
capital), total aktiva minus utang jangka pendek, besarnya aktiva neto atau besarnya
modal sendiri.
Berikut ini adalah contoh penyajian laporan posisi keuangan dalam bentuk
rekening (account form/skontro) dan bentuk laporan (report form/staffel):

Contoh 1.1 Laporan Posisi Keuangan Bentuk Rekening

8
Contoh 1.2 Laporan Posisi Keuangan Bentuk Laporan
Penyajian laporan posisi keuangan dapat ditujukan untuk kepentingan
umum, yakni untuk kepentingan berbagai pihak di luar perusahaan seperti kreditur,
pemegang saham, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum (general all
purpose), maupun untuk kepentingan khusus yang bersifat intern bagi kepentingan
manajemen (special purpose).

9
Di dalam praktiknya, laporan posisi keuangan disusun dengan mengikuti
kaidah-kaidah sebagai berikut.
1. Harus disebutkan judul laporan yang memuat nama perusahaan, nama
laporan (posisi keuangan), dan periode penyusunan laporan posisi keuangan
tersebut dilakukan.
2. Dalam bentuk rekening (account form), di sebelah kiri selalu diberi judul
“Aktiva”, sedangkan di sebelah kanan selalu diberi judul “Pasiva” atau
“Utang dan Modal Sendiri”.
3. Dalam laporan posisi keuangan, metode penilaian harta kekayaan yang
dianut berdasarkan harga pokoknya (cost).
4. Pos-pos dalam laporan posisi keuangan harus dikelompokkan secara logis
dan tepat.
5. Pos-pos yang tidak sejenis tidak akan dikelompokkan tersendiri dalam
laporan posisi keuangan.
6. Jumlah suatu kelompok atau sub kelompok harus ditunjukkan dengan jelas.
7. Jumlah keseluruhan untuk kedua sisi harus sama atau seimbang.
Aktiva = Utang + Modal Sendiri
8. Laporan harus menunjukkan hal yang sebenarnya agar tidak menyesatkan
pihak berkepentingan yang memerlukan informasi yang disajikan dalam
laporan tersebut.
9. Harus digunakan judul pos-pos aktiva dan utang yang bersifat deskriptif.
10. Untuk keperluan analisis laporan keuangan, jumlah sen dapat diabaikan atau
dihilangkan.

2.6. Prinsip Pelaporan Posisi Keuangan Menurut IAI


IAI atau Ikatan Akuntan Indonesia (Institute of Indonesia Chartered
Accountants) merupakan sebuah organisasi profesi yang menaungi seluruh akuntan
yang berada di Indonesia. IAI mewakili profesi akuntan Indonesia secara
keseluruhan, baik yang berpraktik sebagai akuntan sektor publik, akuntan sektor
privat, akuntan pendidik, akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan pajak,
akuntan forensik, dan jenis profesi akuntan lainnya.

10
Harta atau aset merupakan apa yang menjadi milik dari sebuah entitas. Para
pemegang saham dan para kreditur juga menanamkan hartanya dalam sebuah
perusahaan, sehingga harta-harta yang ditanam oleh pemegang saham dan para
kreditur tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan oleh perusahaan. Pembuatan
laporan posisi keuangan ini memastikan agar harta perusahaan berhubungan dengan
utang dan kewajiban serta modal perusahaan agar tergambarkan secara layak
keadaan keuangan perusahaan.
Prinsip-prinsip harta/aset/aktiva adalah sebagai berikut:
1. Pos yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus mempunyai
kemungkinan yang beralasan untuk dapat dicairkan dalam waktu tidak
melebihi jangka waktu perputaran normal dari perusahaan yang
bersangkutan.
2. Aktiva tetap harus dinyatakan sebesar biaya historis daripada perolehannya
atau pembangunannya terkecuali apabila nilai tersebut tidak
menggambarkan lagi sisa kegunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Pos-
pos yang diperlakukan sebagai aktiva tetap harus dapat dipergunakan oleh
perusahaan sedikitnya satu tahun, lazimnya jangka waktu ini lebih lama.
3. Untuk aktiva yang dapat disusutkan harus dilakukan penyusutan yang layak
atau beban biaya operasi selama taksiran jangka hidup aktiva tersebut.
Akumulasi penyusutan dikurangi dengan nilai aktiva yang sudah tidak
dipergunakan harus dinyatakan sebagai pengurangan dari aktiva tetap.
4. Investasi jangka panjang dalam surat berharga biasanya dicantumkan
dengan harga belinya. Jika catatan harga pasar dapat diperoleh maka jumlah
seluruhnya menurut catatan harga pasar harus dinyatakan. Investasi dalam
bentuk penyertaan dalam perusahaan afiliasi harus dipisahkan dari investasi
lainnya.
5. Biaya aktiva tidak berwujud misalnya untuk potongan piutang dan biaya
lainnya (debt and expense), patent, copyright, research and development
(bila ditangguhkan), dan goodwill harus diperlihatkan secara terpisah. Pos-
pos dengan jangka waktu terbatas, harus diamortisasikan atas beban
pendapatan selama jangka waktu hidupnya. Kebijaksanaan mengenai

11
amortisasi aktiva tidak berwujud dengan jangka waktunya yang terbatas,
harus dijelaskan.
6. Sifat dan luasnya aktiva-aktiva yang dihipotikkan atau dijaminkan harus
dinyatakan.
Semua utang dan kewajiban dinyatakan sedemikian rupa sehingga
terhubung dengan aktiva dan modal. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
yang layak mengenai posisi keuangan perusahaan.
Prinsip-prinsip liabilitas/utang/kewajiban adalah sebagai berikut:
1. Semua kewajiban yang diketahui harus dicatat, tanpa memperhatikan
apakah jumlah yang pasti dapat ditentukan atau tidak. Jika jumlah itu tidak
dapat diperkirakan secara wajar maka sifat kewajiban ini harus dijelaskan
dalam perincian kewajiban-kewajiban itu atau dalam bentuk catatan.
2. Utang jangka pendek mencakup semua utang dan kewajiban yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun atau dalam suatu masa
perputaran usaha yang sesuai dengan masa yang digunakan dalam
penggolongan aktiva lancar.
3. Kewajiban jangka panjang harus diuraikan secara jelas dan tanggal jatuh
tempo serta tingkat bunga harus disebutkan.
4. Sifat dan luasnya ikatan suatu kewajiban khusus yang dijamin dengan hak
utama atas aktiva tertentu, hendaknya dinyatakan.
5. Pendapatan yang diterima di muka hendaknya digolongkan tersendiri dan
diberi penjelasan.
6. Utang-utang bersyarat yang penting, harus dijelaskan di luar neraca.
Modal yang dimasukkan oleh pemegang saham berupa aktiva atau
keuntungan yang tidak dibagikan harus dinyatakan secara jelas atas dasar
akumulatif demikian juga perubahannya selama masa yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip modal/ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Apabila ada dua atau lebih golongan saham, nyatakanlah modal mana yang
berhubungan dengan golongan-golongan saham tersebut dan nyatakan bila
ada, hak dan hak-hak preferen atas dividen dan modal dalam likuidasi.

12
2. Dipandang dari sudut finansial, kekayaan yang diinvestasikan oleh para
pemegang saham adalah bagian pokok dari badan perusahaan dan
identitasnya harus dipertahankan. Setiap pengurangan yang mengecilkan
kekayaan yang diinvestasikan harus dipertanggungjawabkan menurut
waktu terjadinya atau pada waktu berikutnya.
3. Surplus modal tidak boleh dipergunakan untuk mengurangi atau menambah
laba dari tahun yang berjalan atau tahun mendatang dari beban-beban yang
seharusnya diperhitungkan. Tidak boleh ada pencampur adukan antara laba
yang tidak dibagikan dengan modal yang ditanam berupa kelebihan atas
harga pari.
4. Pos laba yang tidak dibagikan harus menunjukkan saldo kumulatif dari
keuntungan periodik dikurangi pembagian dividen dalam bentuk uang tunai,
aktiva lainnya, atau dalam bentuk saham. Keseluruhan jumlah laba yang
tidak dibagikan dapat dianggap tidak tidak ada pembatasnya untuk
keperluan pembagian dividen, kecuali bila dalam laporan tahunan
dinyatakan dengan jelas pembatasnya.
5. Pos laba yang tidak dibagikan dapat berkurang dengan pemindahan ke pos
modal yang ditanam bila berdasarkan tindakan formil dari perusahaan untuk
mengubah komposisi dari modal. Pos rugi, yaitu kerugian dari tahun-tahun
yang lalu dapat dihapuskan dengan pos modal yang ditanam berdasarkan
keputusan formil yang disetujui oleh para pemegang saham yang diikuti
dengan dasar-dasar pembukuan yang baru.
6. Jumlah tiap penilaian kembali pos kredit harus dipisahkan dari pos modal
lainnya dan jumlah penilaian kembali ini tidak boleh dibebani oleh biaya-
biaya dalam bentuk apapun, melainkan hanya koreksi dari penilaian
kembali yang pernah dilakukan.

2.7. Analisis Laporan Posisi Keuangan


Berikut ini adalah analisis yang dapat dilakukan terhadap laporan posisi
keuangan, yaitu:
2.7.1 Analisis EPS/EBIT

13
Modal suatu perusahaan terdiri dari dua sumber, yaitu pinjaman dan setoran
modal dari investor atau pemilik perusahaan. Analisis EPS/EBIT (earning per
share-EPS/earning before interest and taxes-EBIT) adalah teknik yang digunakan
untuk menentukan apakah utang, saham, atau kombinasi dari utang dan saham
untuk memperoleh modal. Teknik ini meliputi pemeriksaan dampak yang
ditimbulkan pendanaan dari pinjaman dengan saham terhadap laba per saham di
bawah berbagai asumsi.
Contoh analisis EPS/EBIT adalah sebagai berikut:
Jumlah uang yang dibutuhkan adalah sebesar $1.000.000
Harga saham adalah $50 per lembar
Tingkat pajak adalah 50%
Tingkat bunga adalah 10%
Jumlah saham yang beredar adalah 100.000
EBIT diperkirakan akan bernilai $2 jika terjadi resesi, $4 jika ekonomi stabil, dan
$8 jika ada peningkatan ekonomi. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan oleh
perusahaan:

14
Dari diagram di atas, common stock financing (100% saham) adalah
alternatif terbaik dalam kondisi ekonomi apapun.

2.7.2. Analisis Common Size


Analisis common size merupakan suatu laporan yang membandingkan
semua nilai yang ada dalam laporan keuangan. Fungsi dan manfaat analisis
common size adalah mempermudah pembaca laporan keuangan memperhatikan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Selain itu, analisis common size
dapat memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi
investasi maupun struktur modal, dengan merancang common size bermanfaat
untuk menilai tepat tidaknya kebijakan operasi, investasi dan pendanaan entah itu
diambil oleh perusahaan di masa lalu, maupun kemungkinan di masa yang akan
datang penyajian dalam bentuk common size ini akan mempermudah pembaca
menganalisis laporan-laporan keuangan dengan memperhatikan perubahan-

15
perubahan yang terjadi dalam neraca dan laporan laba rugi. Analisis common size
menggunakan rumus:
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 𝐶 100%
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶
Contoh analisis common size yang menghasilkan neraca common size yaitu:

16
2.7.3. Analisis Persentase Perubahan
Analisis persentase perubahan adalah salah satu teknik analisis yang
perhitungan dan penyajiannya dilakukan dengan melalui proses perbandingan
kenaikan dan penurunan atau dapat dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan posisi
laporan keuangan pada suatu periode tertentu dengan periode lainnya dari masing-
masing pos yang terdapat di dalam laporan. Analisis persentase perubahan ini
dilakukan dengan tujuan utama untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
seperti misalnya kebutuhan mengetahui kinerja perusahaan atau mengetahui
pertumbuhan di bidang apa saja. Melalui analisis persentase perubahan, pihak-
pihak yang berkepentingan bisa mengetahui apakah akun posisi keuangan relatif
tumbuh atau menurun bila dibandingkan pertumbuhan atau penurunan total aset
yang ada.
Dalam perhitungan analisis persentase terdapat rumus dalam perhitungan
persentase perubahan kenaikan atau penurunan akun-akun dalam laporan posisi
keuangan. Rumus tersebut antara lain: (Item tahun ini - Item tahun lalu) : Item tahun
lalu. Berikut contoh penyajian perhitungan analisis persentase perubahan dari
laporan posisi keuangan PT. ANTAM:

17
18
Setelah melakukan analisis persentase perubahan, dapat disajikan hasil
pergerakan pos-pos aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan dalam bentuk diagram,
misalnya dibawah ini disajikan dalam bentuk diagram batang dan diagram garis.

19
20
21
2.7.4. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Analisis sumber dan penggunaan kas atau aliran dana adalah suatu alat
untuk melakukan analisis keuangan yang penting bagi pihak-pihak yang memiliki
kebutuhan akan informasi-informasi yang disajikan dari hasil analisis tersebut.
Dengan analisa aliran dana dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola atau
menggunakan dana yang dimilikinya. Dalam analisis aliran dana terdapat dua
pengertian mengenai aliran dana, yaitu sebagai kas dan modal. Dalam
Analisis sumber dan penggunaan kas ini berguna untuk menunjukkan
perubahan bertambah atau berkurangnya uang kas selama satu periode, serta
menyertakan sebab-sebab dari perubahan tersebut. Adapun penyebab dari
perubahan kas dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang memperbesar kas atau sumber-sumber kas.
2. Kelompok yang mengurangi jumlah kas dalam penggunaan kas.

22
Dalam melakukan analisis sumber dan penggunaan kas, dapat dilakukan dengan
membandingkan dua buah neraca atau lebih. Contoh penyajian laporan sumber dan
penggunaan kas:

Penjelasan tabel laporan sumber dan penggunaan kas di atas adalah


sebagai berikut ini:
1. Dari laporan Sumber dan Penggunaan kas atas perbandingan tahun 2014,
2015, 2016, 2017 dan 2018 dapat diketahui bahwa sumber-sumber kas
berasal dari berkurangnya piutang usaha sebesar Rp 2.087.174,
berkurangnya pajak pertambahan nilai dibayar dimuka sebesar Rp
6.802.734, berkurangnya biaya dibayar dimuka Rp 1.702.920,
Berkurangnya pajak penghasilan badan dibayar dimuka Rp 25.443.937,
berkurangnya aktiva lancar lainnya Rp 1.307.532, berkurangnya aset tetap
Rp 12.519.575, bertambahnya pinjaman Rp 33.500.000, berkurangnya
utang Rp 73.186.690, berkurangnya liabilitas imbalan jangka pendek Rp
4.584.451 dan pendapatan komprehensif lainnya Rp 623.834.
2. Dari keseluruhan sumber kas, komponen yang memberikan kontribusi yang
terbesar yaitu dari berkurangnya hutang yaitu sebesar Rp 73.186.690.

23
3. Penggunaan Dana atas perbandingan tahun 2014, 2015, 2016, 2017, dan
2018 dapat diketahui dari bertambahnya kas Rp 28.331.174, bertambahnya
persediaan barang Rp 32.063.565, bertambahnya piutang non usaha Rp
915.463, Bertambahnya uang jaminan sewa Rp 2.488.469, bertambahnya
beban akrual Rp 5.295.835, bertambahnya liabilitas jangka panjang Rp
4.302.710 dan saldo laba Rp 83.168.444

2.7.5. Analisis Komparatif


Teknik analisis komparasi yaitu salah satu teknik analisis kuantitatif yang
digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada atau tidaknya perbedaan antar
variabel atau sampel yang diteliti.
Analisis komparatif dilakukan untuk melakukan perbandingan komparatif
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau
menjawab pertanyaan yang relevan.
Metode analisis komparatif laporan keuangan diklasifikasikan menjadi dua
yaitu :
a. Metode analisis horizontal yaitu metode analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode untuk
mengetahui perkembangan dan kecenderungannya.

24
b. Metode analisis vertikal yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara pos satu dengan pos lainya pada periode laporan
keuangan yang sama untuk satu periode yang sama.

2.7.6.
Analisis
Trend

Analisis trend digunakan untuk menganalisis posisi dan kemajuan keuangan


perusahaan yang dinyatakan dalam persentase, merupakan suatu teknik analisis
untuk mengetahui tendensi suatu keadaan laporan keuangan perusahaan apakah
menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan menurun.
Menurut Harahap (1998), untuk melakukan analisis trend dapat dilakukan
dengan 2 metode :
1. Metode statistik, dengan cara menghitung garis trend dari laporan keuangan
beberapa periode.
2. Metode persentase trend atau angka indeks, dengan menghitung angka
indeks tahun lainnya dengan menggunakan angka pos laporan keuangan
tahun dasar sebagai penyebut.
Rumus analisis trend menurut Harahap (2017):
Angka indeks = Tahun Pembanding / Tahun Dasar x 100%
Contoh dari analisis trend:

25
2.7.7 Analisis Rasio
Analisis rasio yang dapat dihitung dari laporan posisi keuangan adalah rasio
likuiditas dan solvabilitas. Rasio likuiditas adalah rasio untuk menghitung
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya. Rasio ini dihitung untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek. Jika perusahaan dapat melunasi
utang jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan
likuid. Sebaliknya, jika perusahaan tersebut tidak mampu melunasi kewajiban
jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, perusahaan tersebut dikatakan sebagai
perusahaan yang tidak likuid. Jenis-jenis rasio likuiditas antara lain adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar (Current ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dalam mengukur likuiditas yang terpenting bukan besar
kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan hutang lancar melainkan harus
dilihat pada hubungannya atau perbandingannya yang mencerminkan
kemampuan mengembalikan utang. Rata-Rata standar industri untuk
current ratio adalah 200% atau 2 kali. Rumus menghitung rasio lancar,
yaitu:
Rasio Lancar = (Aktiva Lancar / Hutang Lancar) x 100%.
Contoh rasio lancar:

26
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utang lancar (Utang Jangka Pendek) yang harus segera dipenuhi dengan
aktiva lancar yang tersedia dalam perusahaan tanpa memperhitungkan nilai
persediaan (Inventory). Rata-rata standar industri untuk quick ratio adalah
1,5 kali atau 150%. Rumus menghitung rasio cepat, yaitu:
Rasio Cepat = ((Aktiva Lancar - Persediaan) / Hutang Lancar) x 100%
Contoh rasio cepat:

27
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas (Cash ratio) merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Cash ratio yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan dana kas yang tersedia. Sebaliknya, cash
ratio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kekurangan
dana kas untuk membayar hutang jangka pendeknya sehingga perlu
dilakukan penjualan aktiva lancar yang lain untuk menutupi kekurangan
dana kas. Rata-rata standar industri untuk cash ratio adalah 50%. Rumus
menghitung rasio kas, yaitu:
Rasio Kas = ((Kas + Setara Kas) / Hutang Lancar) x 100%
Contoh rasio kas:

Kemudian rasio solvabilitas atau rasio leverage adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini
dihitung untuk mengukur seberapa besar beban utang yang harus ditanggung
perusahaan dalam rangka pemenuhan aset. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain
adalah:
a. Rasio Utang Terhadap Aset (Debt to Asset Ratio)
Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aset. Rasio ini dihitung untuk mengukur seberapa besar aset
perusahaan yang dibiayai utang. Apabila rasio utang terhadap aset tinggi,
maka perlu dipertanyakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman dari kreditor karena dikhawatirkan perusahaan tidak

28
mampu melunasi utang-utangnya. Rata-rata standar umum untuk rasio ini
adalah kurang dari 0,5. Rumus dari rasio utang terhadap aset, yaitu:
Rasio Utang Terhadap Aset = Total Utang / Total Aset

b. Rasio Utang Terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)


Rasio utang terhadap modal merupakan rasio untuk mengukur seberapa
proporsi utang terhadap modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui
besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor
dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Rata-rata standar
untuk rasio ini adalah kurang dari 0,5. Rumus rasio utang terhadap modal,
yaitu:
Rasio Utang Terhadap Modal = Total Utang / Total Modal

c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio)
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya
proporsi utang jangka panjang terhadap modal. Rasio ini dihitung untuk

29
mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan
oleh kreditor jangka panjang dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik
perusahaan. Rumus rasio utang jangka panjang terhadap modal, yaitu:
Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal = Utang Jangka Panjang /
Total Modal

30
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang penting terhadap entitas
bisnis. Dengan menyediakan informasi mengenai aset, utang, dan ekuitas, laporan
posisi keuangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat
likuiditas, struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat
pengembalian aset atas laba bersih. Baik pihak internal maupun eksternal akan
sangat terbantu dengan adanya laporan ini.
Laporan posisi keuangan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu aktiva, utang,
dan modal. Aktiva adalah aset atau harga yang dimiliki oleh perusahaan dan dibagi
menjadi aktiva lancar dan tidak lancar. Utang adalah kewajiban yang harus dipenuhi
oleh perusahaan dan dibagi menjadi utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
Kemudian modal atau ekuitas adalah modal yang diberikan oleh pemilik atau
investor kepada perusahaan.
Laporan posisi keuangan dibagi menjadi dua macam, yaitu bentuk rekening
dan bentuk laporan. Adapun pelaporan posisi keuangan yang digunakan di
Indonesia mengikuti prinsip pelaporan dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Adapun berbagai cara untuk menganalisa laporan keuangan, yaitu analisis
EPS/EBIT, analisis common size, analisis persentase perubahan, analisis sumber
dan penggunaan kas, analisis komparatif, analisis trend, dan analisis rasio.

31
DAFTAR PUSTAKA

Corrina, Fatti, and Gita Sari Gustika. “Analisis Sumber dan Penggunaan Kas Pada
PT Sepatu Bata Tbk Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 - 2018.”
Jurnal Manajemen dan Bisnis, vol. VIII, no. 1, 2019, p. 48. online,
file:///C:/Users/surih/Downloads/78-Article%20Text-198-3-10-20211014.pdf.
Accessed Rabu November 2022.

Dewi, Meutia. “Analisis Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja Keuangan PT


Smartfren Telecom, Tbk.” Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (Jensi), vol.
1,no.1,2017,p.14.online,file:///C:/Users/surih/Downloads/394Research%20Results
-1592-1-10-20171205.pdf. Accessed Rabu November 2022.

Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, PT Bumi Aksara, 2006.

Educated12.blogspot.com. (2018). Perhitungan Rasio keuangan menggunakan


Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas. Diakses pada 9 November 2022,
dari
https://educated12.blogspot.com/2018/10/perhitungan-rasio-keuangan-
menggunakan_21.html

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. CAPS: Yogyakarta

Rogahang, dkk. (2021). Analisis common size pada perusahaan PT Federal


International Finance (FIF Group) cabang Manado. Productivity, 2(6), 1-6.

OCBC NISP. (2022). Ruang meNyala: Pengertian liabilitas. Diakses pada 8


November 2022 dari https://ruangmenyala.com/article/read/pengertian-utang-
jangka-panjang-jenis-manfaat-dan-kekurangan.

OCBC NISP. (2021). Mengenal aktiva, pengertian, sifat, jenis-jenis, dan


contohnya. Diakses pada 8 November 2022 dari
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/23/aktiva-adalah

Analisis common size laporan keuangan (formula dan contoh). (2021). Diakses
pada 8 November 2022 dari https://mjurnal.com/keuangan/analisis-common-size/

32

Anda mungkin juga menyukai