Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISIS BREAK EVENT POINT

Dosen Pengampu: Ira Grania Mustika, S.E..M.M.,Ak

Disusun Oleh:
Eva Murty Sentanu (B1031201021)
Diandra Ayu Pratama (B1031201025)
Chintami Oktrivia (B1031201039)
Arini Puti Kinasih (B1031201047)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis
Break Event Point” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ira Grania
Mustika, S.E..M.M.,Ak pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan menambah wawasan tentang Menganalisis Break Event Point pada Analisis
Laporan Keuangan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Ira Grania Mustika, S.E..M.M.,Ak selaku Dosen mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 31 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Analisis Titik Impas ......................................... 3

B. Tujuan Analisis Titik Impas................................................................. 4


C. Asumsi Dan Keterbatasan Analisis Titik Impas ................................ 6
D. Rumusan Yang Digunakan .................................................................. 7
E. Tingkat Keamanan (Margin Of Safety) .............................................. 11
F. BEP Dengan Perubahan ....................................................................... 12
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ........................................................................................... 18
Daftar Pusataka .................................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun
jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dulu merencanakan berapa besar laba yang
ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai
perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan, salah
satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu berapa titik impasnya.
Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga
perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan, yang dikenal dengan sebutan
Break Event Point atau titik impas. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan Break
Event Point bila mana penghasilan yang diterima sama dengan pengeluaran yang
dikeluarkan dan juga adanya keseimbangan dalam grafik Break Even dimana terdapat
titik potong antara garis hasil penjualan dan jumlah biaya-biaya. Biaya produksi sangat
berpengaruh terhadap harga jual sehingga dengan penentuan titik impas diketahui jumlah
barang dan harga yang pada penjualan. Analisis break even dapat digunakan dalam hal
lain misalnya analisis laporan keuangan. Setiap organisasi perlu melakukan suatu
perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya, baik perencanaan produksi,
perencanaan rekrutmen karyawan maupun perencanaan anggarannya.
Analisis Break Event Point ini diperlukan, karena BEP amatlah penting, yaitu pada
saat kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian. Terdapat beberapa manfaat
dari Analisa Break Event Point yaitu sebagai alat perencanaan untuk menghasilkan laba,
memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan,
mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan dan mengganti system laporan
yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti. Analisis Break Event Point
menyajikan informasi hubungan biaya, volume dan laba kepada manajemen, sehingga
memudahkan dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi pencapaian laba
perusahaan di masa yang akan datang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Analisis Break Event Point?
2. Apa saja tujuan dari Analisis Break Event Point?
3. Apa saja biaya berdasarkan Analisis Titik Impas?
4. Apa saja Asumsi Keterbatasan dari Analisis Titik Impas?
5. Bagaimana metode Perhitungan Analisis Titik Impas?
6. Bagaimana menghitung Tingkat keamanan (Margin of Safety)?
7. Bagaimana perubahan dengan BEP yang terjadi?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari Analisis Break Event Point.
2. Mengetahui tujuan dari Analisis Break Event Point.
3. Mengetahui biaya-biaya berdasarkan Analisis Titik Impas.
4. Mengetahui asumsi – asumsi keterbatasan dari analisis titik impas.
5. Mengetahui metode perhitungan Analisis Titik Impas.
6. Mengetahui perhitungan Tingkat keamanan (Margin of Safety).
7. Mengetahui perubah dengan BEP yang terjadi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Titik Impas

Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis
Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting
dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis
perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila
perusahaan ingin mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk
baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama
dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak
rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui analisis titik impas, kita akan dapat mengetahui
bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan
(penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama
cost profit volume analysis Analisis titik impas juga memberikan pedoman tentang
berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar
perusahaan mampu memperoleh laba (keuntungan) yang maksimal. Dengan
memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan
akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh
apabila diproduksi secara penuh.Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat
dengan biaya yang dikeluarkan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga
jual, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas
adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Manfaat
lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal
aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu.
Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada
berbagai tingkat penjualan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa arti analisis titik impas adalah suatu
keadaan di mana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan

3
(laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan
yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Dalam rangka penentuan titik impas ini, perlu diketahui beberapa hal yang penting, agar
titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu:
1. tingkat keuntungan (laba) yang ingin dicapai dalam suatu periode
2. besarnya kapasitas produksi yang tersedia atau yang mungkin dapat ditingkatkan;
3. jumlah biaya yang harus dikeluarkan, baik biaya tetap maupun biaya variabel.
Untuk semua itu, diperlukan suatu analisis yang mendalam dan analisis tersebut kita
kenal dengan nama analisis titik impas.

B. Tujuan Analisis Titik Impas


Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara
umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Misalnya dengan informasi tersebut,
manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan memprediksi
keuntungan yang diharapkan.
Penggunaaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. mendesain spesifikasi produk;
2. menentukan harga jual per satuan
3. menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian;
4. memaksimalkan jumlah produksi:
5. merencanakan laba yang diinginkan; dan tujuan lainnya.

Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk
berbagai desain sebelum spesifikasi produk ditetapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat
besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita dapat menguji terlebih
dulu kelayakan suatu produk. Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga
jual dapat diterima pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan,
harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika
penentuan harga jual yang tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua
atau sebagian biaya yang akan dikeluarkan.
Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan
kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan
seperti yang telah ditentukan. Maksud penentuan jumlah produksi atau penjualan minimal

4
agar tidak mengalami kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah
produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya.
Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk mem pertimbangkan apakah
harga jual sudah layak jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas
produksi yang dimiliki.
Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan
atau tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar
jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga
mampu menjaga agar berproduksi secara efisien. Arti menentukan perencanaan laba yang
diinginkan adalah manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan
kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas
minimal produk atau dari total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan
atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual. Di samping
memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pimpinan
perusahaan, analisis titik impas juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis
titik impas mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1. Perlu Asumsi
Analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan
antara biaya dengan penda patan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah
tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2. Bersifat statis
Analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Analisis titik impas hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang
dapat dilakukan.
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek
dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5. Hubungan penjualan dan biaya
Hubungan penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan
dalam kapasitas penuh, tetapi memer lukan tambahan penjualan, akan ada
tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel

5
dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan
meningkat.
6. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan
Selama masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya
kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada
akhir nya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara kese luruhan, baik unit
maupun rupiah.
7. Pengukuran kemungkinan penjualan
Jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan
yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus
dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga.

Namun, meskipun analisis titik impas memiliki banyak kelemahan, manajemen masih
dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan, terutama
perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya saja
bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau
pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.

C. Asumsi dan keterbatasan analisis titik Impas.


Salah satu kelemahan dari analisis titik pulang pokok BEP adalah banyaknya asumsi
yang mendasari analisis ini. Asumsi bertujuan agar dapat mempermudah perhitungan titik
impas atau Break Even Point (BEP). Adapun asumsi – asumsi yang digunakan dalam
analisis titik pulang pokok atau break even point adalah :
1. Biaya
Dalam analisis titik impas, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu biaya tetap dan
biaya variable. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan
sebagai berikut :
a. Pendekatan analitis, yaitu meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung
satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.
b. Pendekatan historis. Adalah memisahkan biaya tetap dan variable berdasarkan
angka – angka dan data biaya masa lampau.

6
2. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun
ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Contoh biaya
tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga, sewa atau biaya kantor dan
biaya tetap lainnya.
3. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Biaya Variabel merupakan biaya yang secara total berubah – ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi biaya variable berubah-
ubah secara sebanding (Proporsional) dengan perubahan volume produksi atau
penjualan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, upah buruh langsung dan
komisi penjualan biaya variable lainnya.
4. Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga
jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.
5. Tidak ada perubahan Harga Jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode
analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual
dalam suatu periode dapat berubah – ubah seiring dengan perubahan biaya – biaya
lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak.

D. Rumusan yang Digunakan

Untuk mencari titik impas dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian
rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing
– masing rumus memiliki keuntungan atau kelebian masing – masing. Misalnya rumus
matematika dengan grafk tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas,
seperti lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan menggunakan.
Sebagai contoh, dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah
mencari dan mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik
memberikan informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan
mudah pula
Berikut ini beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis titik impas:
1. Dengan Rumus Matematik
a. Analisis Titik Impas Dalam Unit

7
𝐹𝐶
BEP = 𝑃−𝑉𝐶/𝑈𝑁𝐼𝑇

Dimana:
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variable Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales Volume)

b. Analisis Titik Impas Dalam Rupiah


𝐹𝐶

𝑉𝐶
BEP =1 − 𝑆

Contoh kasus:
PT Sungailiat memiliki usaha dibidang aat perkakas gergaji dengan data sebagai berikut.
1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji
2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp 5.000/ unit
3. Total biaya tetap sebesar Rp 150.000.000 dan total biaya variable sebesar Rp
250.000.000

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut:

1. Biaya Tetap (Fixed Cost):


Overhead Pabrik Rp 60.000.000,00
Biaya distribusi Rp 65.000.000,00
Biaya administrasi dan umum Rp 25.000.000,00
Total biaya tetap Rp 150.000.000,00

2. Biaya Variabel (Variable Cost):


Biaya bahan langsung Rp 70.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 85.000.000,00
Overhead pabrik Rp 20.000.000,00
Biaya distribusi RP 45.000.000,00
Biaya administrasi dan umum Rp 30.000.000,00

8
Total biaya variable Rp 250.000.000,00

Pertanyaan:

Cari titik impas baik dalam unit maupun rupiah.

Jawab:

Kapasitas produksi 100.000 unit

Harga jual per unit Rp 5.000,00

Total penjualan 100.000 unit x Rp 5.000,00 = Rp 500.000.000,00

𝑅𝑝 150.000.000
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 𝑅𝑝 1.500/𝑢𝑛𝑖𝑡
100.000

𝑅𝑝 250.000.000
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 𝑅𝑝 2.500/𝑢𝑛𝑖𝑡
100.000

Ringkasan bujet laba rugi adalah sebagai berikut.

Total penjualan 100.000 unit x Rp 5.000 = Rp 500.000.000,00 (100%)

Total biaya variable = Rp 250.000.000,00 (50%)

Marginal Income = Rp 250.000.000,00 (50%)

Total Biaya Tetap = Rp 150.000.000,00 (30%)

Laba = Rp 100.000.000,00 (20%)

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut:

𝐹𝐶
BEP = 𝑃−𝑉𝐶/𝑈𝑁𝐼𝑇

Dimana:
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)

9
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variable Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales Volume)

𝑅𝑝 150.000.000
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 60.000𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝5.000 − 𝑅𝑝2.500

Kemudian mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut.

𝐹𝐶

𝑉𝐶
BEP =1 − 𝑆

𝑅𝑝 150.000.000
𝐵𝐸𝑃 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 𝑅𝑝. 300.000.000,00
Rp 250.000.000
Rp 500.000.000

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan:

BEP = Unit BEP x harga jual unit

BEP = 60.000 unit x Rp5.000 = Rp300.000.000,00

2. Dengan Coba-Coba

Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan sehingga akan
terlihat laba rugi untuk setiap penjualan.
Jumlah Unit Jumlah Biaya Tetap Biaya Total Biaya Laba (Rugi)
Penjualan Rupiah Variabel
Penjualan
10.000 50.000.000 150.000 25.000.000 175.000.000 (125.000.000)
20.000 100.000.000 150.000 50.000.000 200.000.000 (100.000.000)
30.000 150.000.000 150.000 75.000.000 225.000.000 (75.000.000)
40.000 200.000.000 150.000 100.000.000 250.000.000 (50.000.000)
50.000 250.000.000 150.000 125.000.000 275.000.000 (25.000.000)
60.000 300.000.000 150.000 150.000.000 300.000.000 0

10
70.000 350.000.000 150.000 175.000.000 325.000.000 25.000.000
80.000 400.000.000 150.000 200.000.000 350.000.000 50.000.000
90.000 450.000.000 150.000 225.000.000 375.000.000 75.000.000
100.000 500.000.000 150.000 250.000.000 400.000.000 100.000.000

3. Dengan Grafik

Dari grafik terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang
lengkap seperti setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variable, total biaya maupun laba
atau rugi.

E. Tingkat Keamanan (Margin of Safety)

Tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara
penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman
digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk
mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Rumus yang digunakan:
1. Penjualan Direncanakan
penjualan per budget
𝑀𝑜𝑆 = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 𝑥 100%

2. Penjualan MoS

11
penjualan per budget−penjualan per titik impas
𝑀𝑜𝑠 = 𝑥%
penjualan per budget

Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :


Rp500.000.000,−
𝑀𝑜𝑆 = Rp300.000.000,− 𝑥 100% = 166,66% 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 167%

Rp500.000.000−Rp300.000.000
𝑀𝑜𝑆 = 𝑥 100% = 40%
Rp500.000.000

Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat
penjualan yang direncanakan atau 67% dari tingkat penjualan titik impas yang telah
ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan, dapat dicari
sebagai berikut.
Pertama : 67% x Rp300.000.000,00 = Rp201.000.000,00
Kedua : 40% x Rp500.000.000,00 = Rp200.000.000,00

F. BEP Dengan Perubahan

Dalam praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya
berbagai perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya, pihak manajemen harus
selalu mengantisipasi apabila terjadi perubahan perolehan titik impas berikut ini berbagai
sebab yang mengakibatkan perubahan titik impas:

1. Pengaruh Perubahan Harga Jual Per Unit


Sebagai contoh dari kasus sebelumnya, apabila terjadi kenaikan harga jual per unit dari
Rp5.000,00 menjadi Rp6.000,00 (kenaikan 20%). Pengaruh kenaikan harga jual ini akan
berdampak terhadap BEP yang akan berubah menjadi lebih kecil baik dalam rupiah
maupun unit.
BEP yang sesudah kenaikan harga tersebut adalah sebagai berikut :
Rp150.000.000,−
𝐵𝐸𝑃 (𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ) = Rp250.000.000,− =

1− 𝑅𝑝500.000.000,− 𝑥 120%
Rp150.000.000,−
𝐵𝐸𝑃 (𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ) = Rp250.000.000,− = 𝑅𝑝257,144.327, −

1− Rp600.000.000,−

12
Nilai Rp600.000.000,00 dapat pula dicari dari jumlah kapasitas produksi 100.000 unit kali
harga jual baru Rp6.000,00.

Dari BEP rupiah tampak terjadi penurunan sebesar Rp42.855.673,00 yaitu dari
Rp300.000.000,00 menjadi Rp257,144.327,00.

Rp150.000.000, −
𝐵𝐸𝑃 (𝑢𝑛𝑖𝑡) = = 42.858 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
Rp6.000 − Rp2.500
atau
Rp257.144.327, −
𝐵𝐸𝑃 = = 42.858
Rp6.000

Dari BEP dalam unit tampak terjadi penurunan sebesar 17.142 unit, yaitu dari 60.000 unit
menjadi 42.858 unit.
Demikian juga apabila terjadi penurunan harga jual per unit sebesar Rp 1.000,00, misalnya
dari Rp5.000,00 menjadi Rp4.000,00 BEP yang baru adalah sebagai berikut:

Rp150.000.000,−
B𝐸𝑃 (𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ) = Rp250.000.000,− =

1− 𝑅𝑝500.000.000,− 𝑥 80%
Rp150.000.000,−
𝐵𝐸𝑃 (𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ) = Rp250.000.000,− = 𝑅𝑝400.000.000, −

1− Rp400.000.000,−

Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp100.000.000,00 yaitu dari
Rp300.000.000,00 menjadi Rp400.000.000,00.

Rp400.000.000, −
BEP dalam unit = = 66.667 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)
Rp6.000, −

Dari BEP dalam unit tempak terjadi kenaikan sebesar 6.667 unit yaitu dari 60.000 unit
menjadi 66.667 unit.

13
2. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Tetap
Seperti diketahui bahwa dalam analisis BEP, biaya tetap secara total diasumsikan tetap
(konstan). Jadi, apabila perubahan biaya tetap, otomatis BEP-nya juga berubah. Dalam
praktiknya, apabila biaya tetap berubah, BEP akan naik. Demikian pula sebaliknya apabila
biaya tetap turun, SEP akan turun. Perubahan biaya tetap biasanya diakibatkan karena
adanya tambahan kapasitas produksi atau kenaikan atau penurunan (efisiensi).

Sebagai contoh kita ambil dari kasus di atas apabila biaya tetap berubah dari
Rp150.000.000,00 menjadi Rp180.000.000,00, berarti adanya tambahan biaya tetap sebesar
Rp30.000.000,00 (20%) hal ini disebabkan karena adanya kenaikan biaya tetap.

𝑅𝑝 150.000.000,00 + 𝑅𝑝 30.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ) = = 𝑅𝑝 360.000.000,00
𝑅𝑝 250.000.000,00
1 − 𝑅𝑝 500.000.000,00

Dari BEP rupiah tampak terjadi kenaikan sebesar Rp60.000.000,00 yaitu dari
Rp300.000.000,00 menjadi Rp360.000.000,00

𝑅𝑝 360.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 72.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 5.000,00

Dari BEP dalam unit tampak terjadi kenaikan sebesar 12.000 unit, yaitu dari 60.000. unit
menjadi 72.000 unit.

Demikian pula jika terjadi penurunan biaya tetap, misalnya terjadi penurunan biaya tetap
sebesar 10% dari semula Rp150.000.000,00 menjadi Rp135.000.000,00.

𝑅𝑝 150.000.000,00 × 90%
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ) = = 𝑅𝑝 270.000.000,00
𝑅𝑝 250.000.000,00
1 − 𝑅𝑝 500.000.000,00

𝑅𝑝 270.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑢𝑛𝑖𝑡 ) = = 54.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 5.000

3. Pengaruh Perubahan Jumlah Biaya Variabel


BEP akan juga ikut berubah apabila terjadi perubahan, baik terhadap peningkatan maupun
penurunan biaya varaibel. Sebagai contoh apabila terjadi kenaikan terhadap biaya variabel
sebesar 20% dari sebelumnya, BEP akan berubah sebagai berikut.

14
𝑅𝑝 150.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ) = = 𝑅𝑝 375.000.000,00
𝑅𝑝 250.000.000,00 × 120 %
1− 𝑅𝑝 500.000.000, −

𝑅𝑝 375.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑢𝑛𝑖𝑡 ) = = 75.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 5.000,00

Kemudian, sebaliknya jika terjadi penurunan terhadap biaya variabel sebesar 20%, BEP
akan berubah sebagai berikut.

𝑅𝑝 150.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ ) = = 𝑅𝑝 250.000.000,00
𝑅𝑝 250.000.000,00 × 80%
1− 𝑅𝑝 500.000.000,00

𝑅𝑝 250.000.000,00
𝐵𝐸𝑃 ( 𝑢𝑛𝑖𝑡 ) = = 50.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝 5.000,00

4. Pengaruh Perubahan Penjualan Campuran


Penjualan campuran (sales mix) merupakan gambaran perimbangan penjualan antara
beberapa macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Oleh karena itu, pengaruh ini
berlaku apabila perusahaan memiliki dua macam produk atau lebih. Dalam asumsi dikatakan
bahwa tidak ada perubahan dalam penjualan campuran sales mix-nya.

Sebagai contoh PT Yumiko memiliki dua macam produk yaitu sebagai berikut.

Komponen Produk A Produk B Total

Sales 60.000 unit = 40.000 unit = Rp 600.000.000

Rp 300.000.000 Rp 300.000.000

VC 60% = 40% = Rp 300.000.000

Rp 180.000.000 Rp 120.000.000

FC = Rp 60.000.000 = Rp 120.000.000 Rp 180.000.000

Total Cost = Rp 240.000.000 = Rp 240.000.000 Rp 480.000.000

Laba Bersih = Rp 60.000.000 = Rp 60.000.000 Rp 120.000.000

15
5. Penentuan Harga Jual Minimal
Suatu perusahaan pasti selalu menetapkan keuntungan yang diinginkan atau profit margin
lebih dulu sebelum kegiatan dijalankan. Oleh karena itu, sebelumnya perlu ditetapkan
penjualan minimal yang harus dicapai sehingga keuntungan yang telah ditargetkan dapat
tercapai. Bila tidak, kita sulit untuk melihat berapa penjualan yang dicapai.

Contoh kegiatan PT Yumiko pada tahun 2007 mengalami titik impas pada penjualan (S)
sebesar Rp300.000,00. Biaya tetap (FC) yang dikeluarkan Rp120.000,00. Diperkirakan
penjualan harus ditetapkan untuk memperoleh keuntungan per tahun.. Untuk tahun 2008
perusahaan menetapkan keuntungan sebesar Rp50.000,00

Pertanyaan:

Berapa penjualan minimal yang harus ditetapkan? Seperti diketahui bahwa dalam keadaan
BEP besarnya biayatotal sama dengan penjualan atau

Sales = VC + FC

VC = Sales - FC

Jadi, dari soal di atas:

VC= 300.000-120.000 = 180.000

Selanjutnya, terlebih dulu cari Rasio Variabel Cost (RVC)

𝑅𝑝 180.000
𝑅𝑉𝐶 = × 100% = 60%
𝑅𝑝 300.000

Sales minimal adalah sebagai berikut.

𝑅𝑝 120.000 + 𝑅𝑝 50.000
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = = 𝑅𝑝 425.000
6
1 − 10

Jadi, untuk memperoleh keuntungan sebesar Rp50.000,00 diperlukan penjualan


Rp425.000,00 hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.

Penjualan = Rp 425.000,00

VC (60% x sales) =Rp255.000,00

FC = Rp120.000,00

16
Total biaya = Rp375.000,00

Keuntungan = Rp50.000,00

Selanjutnya jika perusahaan menetapkan dalam profit margin, misalnya 20% (0,2), sales
minimal dapat dicari sebagai berikut.

Sales minimal = x

120.000 + 0,2𝑥
𝑋 = = 𝑅𝑝 425.000
6
1 − 10

120.000 + 0,2𝑥
𝑋 =
4
10

0,4 x - 0,2 x = 120.000

0,2 x = 120.000

x = 600.000

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian.
Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diteima sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan. Analisis titik impas dapat digunakan untuk desain produk, pembelian
peralaan dana dan analiss produksi. Kelemahan analisis titik impas adalah
membutuhkan banyak asumsi terbatas, bersifat statis, tidak digunakan untuk mengambil
keputusa akhir, tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, kurang
mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan.
Salah satu kelemahan dari analisis titik pulang pokok BEP adalah banyaknya
asumsi yang mendasari analisis ini. Asumsi bertujuan agar dapat mempermudah
perhitungan titik impas atau Break Even Point (BEP). Adapun asumsi – asumsi yang
digunakan dalam analisis titik pulang pokok atau break even point adalah biaya-biaya,
biaya tetap, biaya variable, harga jual dan tidak ada perubahan harga jual.
beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis titik impas:
Dengan Rumus Matematik, dengan coba-coba dan dengan grafik. Tingkat keamanan
atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan
tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman digunakan
untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi
penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian. BEP Dengan Perubahan Dalam
praktiknya perolehan titik impas akan berubah-ubah seiring dengan terjadinya berbagai
perubahan kondisi lingkungan atau kebijakan. Artinya, pihak manajemen harus selalu
mengantisipasi apabila terjadi perubahan perolehan titik impas berikut ini berbagai
sebab yang mengakibatkan perubahan titik impas yaitu pengaruh perubahan Harga Jual
Per Unit, pengaruh perubahan jummlah biaya tetap, pengaruh perubahan jumlah biaya
variable, pengaruh perubahan penjualan campuran dan penentuan harga jual minimal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir,1964. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Depok, Rajawali Pers.

19

Anda mungkin juga menyukai