Disusun oleh :
I GUSTI AGUNG AYU ISTRI VIRA DEWI ( 120113555 )
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Break Even Point (BEP)”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
juga wawasan. Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan
saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 5
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah Break Even Point untuk menganalisis target
suatu penjualan agar dapat memaksimalkan penjualan dan meminimalisir resiko. Teknik Break
Even Point yang sering dipakai menilai sukses tidaknya suatu manajemen perusahaan adalah
tercapainya target penjualan dalam arti laba yang maksimal.
Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produksi, hal tersebut
dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan sebaliknya. Sehingga
dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumblah barang dan harga yang pada
penjualan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari aspek pembahasan mengenai Break Even Point ini sebagai berikut
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Break-even Point atau BEP adalah sebuah kondisi di mana jumlah pengeluaran yang
diperlukan untuk biaya produksi sama dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil
penjualan. Akibatnya, perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi. Dalam istilah akuntansi,
BEP disebut dengan titik impas.
Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (
total penghasilan = total biaya)
Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa
besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mengahsilkan produk tersebut.
Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba
dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya
variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi
5. Menurut Garrison dan Noreen (2004)
break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua
biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan
nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok
penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan
berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung
dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Sebelum menghitung BEP, terlebih dahulu Anda harus mengetahui apa saja komponen
yang membentuk break-even point ini. Berikut di antaranya:
2. Biaya variabel
merupakan nilainya berubah-ubah sesuai dengan kapasitas produksi. Biaya variabel bisa
saja meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan. Misalnya biaya bahan baku, biaya
transportasi, atau biaya lainnya yang berkaitan langsung dengan kapasitas produksi.
3. Harga jual
merupakan besaran harga setelah menentukan seluruh biaya produksi ditambah dengan
nilai keuntungan atau margin. Harga jual biasanya dihitung per-unit setelah produksi.
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri
terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik
tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan
menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan
mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja
atau bertambah besarnya upah lembur.
- Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan
biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan
kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas,
biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila
perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar
dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang
dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang
harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi
yang bertambah besar juga.
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya
(sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk
meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu
asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang
yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan
dalam kenyataan dan prakteknya.
Menurut Mulyadi Keterbatasan analisa Break Even Point adalah sebagai berikut :
1. Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya
variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya
biaya tersebut tidak berubah secara propesilnaltiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum
tentu mengeluarkan biayavariabel yang sama "
2. Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan
keadaan yang sebenarnya" Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan
Break even yang dikonvensionalkan dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya
produksi"
3. Bagan Break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat
dinamis
4. Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi
tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik Break
Even garis-garis jumblah penjualan, jumblah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variable )
semua nampak lurus. Sedangkan menurut Munawir ( 1990 : 197 ) Anggapan merupakan suatu
konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan atau pun anggapan-anggapan tersebut
mungkin tidak sesuai dengan kenyataan" Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik Break
even Point baik dengan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang
mendasari perhitungan tersebut"
Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa Break Even Point
sebagai berikut :
1. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya variabel dan prinsip validitas biaya dapat diterapkandengan tepat"Terhadap
biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahanmenjadi unsur tetap dan unsur variabel
secara teliti baik dengan dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan
historis.
2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan walaupun mengalami perubahan dalam
volume produksi" Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun
perusahaan berhenti beroperasi"
3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil sebanding dengan perubahan
volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan"
4. Bahwa harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan"(ika dalam
usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba
Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan laba rugi.
1. Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang harus
diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya
variabel setiap unit produk
2. Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima
untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut.
BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit Produk /
Harga Jual Per Unit)
Atau
BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x Harga Jual
per Unit
3. BEP untuk produk ganda
BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]
Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan harga jual. Sedangkan
Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam rupiah atau bisa disebut dengan
bobot kontribusi margin. Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama dengan nol sehingga
menghasilkan jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya tetap.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka dapat menyimpulkan bahwa Break Even Point
suatu titik dimana jumblah pendapatan sama dengan jumblah pengeluaran atau biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa atau yang disebut dengan titik impas. Serta
memiliki keterbatasan dalam sistem Break Even Point
3.2. Saran
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi
atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Karena
keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena
naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break event.
Jadi,Tujuan dari analisis Break Even Point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan
atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi-
breakeven/kelemahan-analisis-breakeven
https://www.academia.edu/30064339/ANALISA_BREAK_EVEN
https://zaviabalqis.wordpress.com/2020/06/05/makalah-analisi-break-event-point/