Anda di halaman 1dari 18

PT.

ADIPURA SETIA ABADI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bahan
baku menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data – data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2005:

1. Biaya produksi.

Biaya bahan baku (raw material ) Rp. 8.000 / unit

Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost ) Rp. 5.500 / unit

Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp. 800.000.000 / th

(Variabel 70%, Tetap 30%)

Total biaya administrasi dan umum Rp. 72.000.000 / th

(Variabel 40%, Tetap 60%)

Total biaya pemasaran Rp. 55.000.000 / th

(Variabel 60%, Tetap 40%)

2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 52.000/unit

3. Data penjulan dan produksi

Persediaan awal 6.500 unit

Produksi 95.000 unit

Penjualan 60.000 unit

Persediaan akhir 12.500 unit

Diminta:

1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !

JAWABAN CONTOH KASUS

1. Biaya Produksi per Unit

v BOP Tetap/unit = 30% x Rp. 800.000.000 = 2.526,3 ,-/unit

95.000

v BOP Variabel/unit = 70% x 800.000.000 = 5.894,7 ,-/unit

95.000
Biaya Produksi /

Unit Metode Full Costing Metode Variabel Costing

BBB 8.000 8.000

BTKL 5.500 5.500

BOP Variabel 5.894,7 5.894,7

BOP Tetap 2.526,3 -

Total Biaya Produksi 21.921 19.394,7

PT Karya Tangan Abadi adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur


pembuatan spare part motor. Pada awal bulan Juli, PT Karya Tangan Abadi memiliki
persediaan bahan baku mentah sebesar Rp 50.000.000,-, bahan setengah jadi sebesar Rp.
100.000.000,- dan persediaan spare part siap jual sebesar Rp 150.000.000,-. Untuk proses
produksi spare part di bulan Juli, PT Karya Tangan Abadi membeli persediaan bahan baku
sebesar Rp 750.000.000,- dengan biaya pengiriman Rp 20.000.000,-. Selama proses
produksi, terdapat biaya pemeliharaan bahan mesin sebesar Rp 10.000.000,-. Pada akhir
bulan juli terdapat sisa penggunaan bahan baku mentah sebesar Rp 80.000.000,-, sisa
bahan setengah jadi sebesar Rp 10.000.000,- dan sisa sparepart siap jual sebesar Rp
25.000.000,-. Berapakah HPP dari PT Karya Abadi?

Dari contoh soal di atas, diketahui bahwa PT Karya Tangan Abadi adalah perusahaan
manufaktur. Oleh karena itu, untuk menghitung HPP diperlukan 4 tahap menghitung HPP
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Tahap 1: Menghitung Bahan Baku Yang Digunakan


Rumus untuk menghitung bahan baku yang digunakan adalah
Bahan Baku Yang Digunakan = Saldo awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir
Bahan Baku
50.000.000 + (750.000.000 + 20.000.000) – 80.000.000 = 740.000.000

Tahap 2: Menghitung Biaya Produksi


Rumus untuk menghitung biaya produksi adalah
Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung + biaya
overhead produksi
740.000.000 + 10.000.000 = 750.000.000

Tahap 3: Menghitung Harga Pokok Produksi


Rumus untuk menghitung Harga Pokok Produksi adalah
Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + saldo awal persediaan barang dalam proses
produksi – saldo akhir persediaan barang dalam proses produksi
750.000.000 + 100.000.000 – 10.000.000 = 840.000.000

Tahap 4: Menghitung HPP


Rumus Menghitung HPP adalah
HPP = Harga pokok produksi + Persediaan barang awal – persediaan barang akhir
840.000.000 + 150.000.000 – 25.000.000 = 965.000.000

Jadi HPP dari PT Karya Abadi pada bulan Juli adalah Rp 965.000.000,-

Soal anggaran biaya overhead pabrik


Data tahunan yang tersedia dari PT. AMOR adalah sbb :

a. Biaya overhead pabrik (BOP)

Departemen Sifat Jumlah Biaya Tingkat


Kegiatan

a. Perakitan Produksi Rp 4.000.000,- 10.000 DMH

b. Penyelesaian Produksi Rp 2.000.000,- 5.000 DLH

c. Bengkel (X) Jasa Rp 1.000.000,- 1.000 DRH

d. Diesel (Y) Jasa Rp 1.000.000,- 1.000 KWH

b. Penggunaan hasil kegiatan departemen jasa :

Pemberian Perakitan Penyelesaian Bengkel Diesel


Jasa

Dept. Bengkel 40% 40% - 20%

Dept. Diesel 50% 40% 10% -

Diminta :

1. Menentukan persamaan yg berlaku utk kedua Departemen Jasa!

2. Menghitung besarnya BOP Netto masing-masing Departemen Jasa setelah saling memberi
dan menerima jasa masing-masing!

3. Menghitung besarnya BOP keseluruhan masing-masing Departemen Produksi!

4. Menentukan tarif BOP masing-masing Departemen Produksi per DMH dan per DLH!

Jawaban

1. Persamaan aljabar utk BOP masing-masing Dept. Jasa setelah saling memberi & menerima jasa
adalah :

Keterangan :
X = BOP dept. jasa bengkel setelah menerima alokasi BOP dari dept. jasa diesel.

Y = BOP dept. jasa diesel setelah menerima alokasi BOP dari dept. jasa bengkel.

a1 = BOP dept. jasa bengkel sebelum menerima alokasi BOP dari dept. jasa diesel.

a2 = BOP dept. jasa diesel sebelum menerima alokasi BOP dari dept. jasa bengkel.

b1 = Prosentase penggunaan jasa dept. jasa diesel oleh dept. jasa bengkel.

b2 = Prosentase penggunaan jasa dept. jasa bengkel oleh dept. jasa diesel.

Sehingga : X = 1.000.000 + 0.1 Y

Y = 1.000.000 + 0.2 X

Maka : X = 1.000.000 + 0.1 (1.000.000 + 0.2 X)

X = 1.000.000 + 100.000 + 0.02 X

X – 0.02 X = 1.100.000

0.98 X = 1.100.000

X = 1.122.448,979 = 1.122.449

X = 1.000.000 + 0.1 Y

1.122.449 = 1.000.000 + 0.1 Y

1.122.449 - 1.000.000 = 0.1 Y

122.449 = 0.1 Y

Y = 1.224.489,79 = 1.224.490

2. BOP netto masing-masing Departemen Jasa :

Keterangan Dept. Bengkel Dept. Diesel

Budget BOP Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000,-

Menerima BOP dari :

Dept. Diesel = 0.1 x Rp 1.224.490,- = Rp 122.449,- -

Dept. Bengkel = 0.2 x Rp 1.122.449,- = - Rp 224.490,-

Memberi BOP kepada :


Dept. Diesel ( Rp 224.490,- )

Dept. Bengkel ( Rp 122.449,- )

BOP Neto masing-masing Rp 897.959,- Rp 1.102.041,-

3. Jumlah BOP keseluruhan masing-masing Dept. Produksi

Keterangan Perakitan Penyelesaian

Budget BOP Rp 4.000.000,- Rp 2.000.000,-

Alokasi BOP dari :

Dept. Bengkel

40/80 x Rp 897.959,- Rp 448.979,5

40/80 x Rp 897.959,- Rp 448.979,5

Dept. Diesel

50/90 x Rp 1.102.041,- Rp 612.245,-

40/90 x Rp 1.102.041,- Rp 489.796,-

Jumlah BOP keseluruhan Rp 5.061.224,5 Rp 2.938.775,5

4. Tarif BOP masing-masing Dept. Produksi untuk setiap satuan kegiatan :

¨ Tarif BOP Dept. Perakitan per satuan DMH :

Rp 5.061.224,5 : 10.000 = Rp 506,10

¨ Tarif BOP Dept. Penyelesaian per satuan DLH :

Rp 2.938.775,5 : 5.000 = Rp 587,76

Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000 = Rp 900.000

Biaya overhead pabrik PT.ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no


110 menghabiskan rincian biaya sebagai berikut :

Biaya bahan baku

Kertas jenis X 85 rem @ Rp 10.000 Rp 85.000


Tinta jenis B 5 kg @ Rp 100.000 Rp 500.000

Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp 1.350.000

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja
langsung

Pesanan 110 150% @ Rp 900.000 = Rp 1.350.000

Dari data diatas kita masukkan ke dalam kartu biaya pesanan sebagai berikut :

PT. ABC

Surabaya

KARTU BIAYA PESANAN

No. Pesanan : 110 Pemesan :

Jenis produk : Sifat Pesanan :

Tgl. Pesanan : Jumlah :

Tgl. Selesai : Harga Jual :

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Tgl. No. Ket. Jml Tgl. No. Jml Tgl. Dasar Tarif Jml
BPBG Kartu
Jam
Kerja

Kertas X 850.000 900.000 BTKL 150% 1.350.000

Tinta B 500.000

Jumlah 1.350.000 Jumlah 900.000 Jumlah 1.350.000

Jumlah total Biaya Produksi

Pencatatan akuntansi metode harga pook pesanan

a. Akuntansi biaya bahan baku

Pemakaian bahan baku sebesar Rp 1.350.000 maka jurnalnya adalah

Barang dalam proses Rp 1.350.000

Persediaan bahan baku Rp 1.350.000

b. Akuntansi biaya tenaga kerja


Untuk mencatat pemakaian biaya tenaga kerja adalah

Barang dalam proses Rp 900.000

Gaji dan upah Rp 900.000

c. Akuntansi biaya overhead pabrik

Barang dalam proses Rp 1.350.000

BOP yang diebankan Rp 1.350.000

BOP yang dibebankan Rp 1.350.000

BOP sesungguhnya Rp 1.350.000

d. Akuntansi untuk produk jadi

Harga pokok pesanan 110 dihitung sebagai berikut :

Biaya bahan baku Rp 1.350.000

Biaya tenaga kerja Rp 900.000

BOP Rp 1.350.000

Total harga pokok pesanan 110 Rp 3.600.000

Maka jurnalnya adalah

Persediaan produk jadi Rp 3.600.000

Barang dalam proses Rp 3.600.000

e. Akuntansi untuk harga pokok produk dalam proses

Misal pesanan 110 telah dijual dengan harga Rp 5.200.000

Maka jurnalnya adalah

Harga pokok penjualan Rp 3.600.000

Persediaan produk jadi Rp 3.600.000

Piutang dagang/kas Rp 5.200.000

Penjualan Rp 5.200.000

Diketahui pada tahun 200A, PT. ABC memproduksi sebanyak 1.000 unit produk A. Berikut data biaya
produksi untuk memproduksi produk A pada PT. ABC:

- Biaya Bahan Baku Rp. 200/unit

- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 150/unit

- Biaya Overhead Variabel Rp. 400/unit

- Biaya Overhead Tetap Rp. 100.000


- Biaya Pemasaran Variabel Rp. 300/unit

- Biaya Pemasaran Tetap Rp. 150.000

- Biaya adm. & umum Tetap Rp. 200.000

Produk A dijual dengan harga Rp. 2.000/unit. Dan produk A terjual 1.000 unit.

Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing dan buat laporan laba/rugi!

Penyelesaian :

Biaya Bahan Baku (Rp. 200 x 1.000) Rp. 200.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp. 150 x 1.000) Rp. 150.000

Biaya Overhead Variabel (Rp. 400 x 1.000) Rp. 400.000

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000

PT. ABC

Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 200A

Penjualan (Rp. 2.000 x 1.000) Rp. 2.000.000

Dikurangi biaya-biaya variabel :

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000

Biaya pemasaran variabel (Rp. 300 x 1.000) Rp. 300.000

Rp. 1.050.000

Kontribusi Marjin Rp. 950.000

Dikurangi Biaya-biaya tetap :

Biaya overhead tetap Rp. 150.000

Biaya pemasaran tetap Rp. 100.000

Biaya adm. & umum tetap Rp. 200.000

Rp. 450.000

Laba/Rugi Bersih Rp. 500.000

Jadi, dalam metode variable costing hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang bersifat
variabel dalam perhitungan harga pokok produksi. Sedangkan biaya tetap dianggap sebagai period
cost dan langsung dibebankan pada periode yang bersangkutan.

Metode variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi dimana yang hanya
memasukkan biaya-biaya yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Sedangkan untuk
biaya produksi tetap dianggap sebagai period cost. Dikarenakan seluruh biaya tetap dianggap period
cost, maka tidak ada biaya tetap yang belum dibebankan pada periode tersebut.

Diketahui pada tahun 200A, PT. ABC memproduksi sebanyak 1.000 unit produk A. Berikut data biaya
produksi untuk memproduksi produk A pada PT. ABC:

- Biaya Bahan Baku Rp. 200/unit

- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 150/unit

- Biaya Overhead Variabel Rp. 400/unit

- Biaya Overhead Tetap Rp. 100.000

- Biaya Pemasaran Variabel Rp. 300/unit

- Biaya Pemasaran Tetap Rp. 150.000

- Biaya adm. & umum Tetap Rp. 200.000

Produk A dijual dengan harga Rp. 2.000/unit. Dan produk A terjual 1.000 unit.

Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing dan buat laporan laba/rugi!

Penyelesaian :

Biaya Bahan Baku (Rp. 200 x 1.000) Rp. 200.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp. 150 x 1.000) Rp. 150.000

Biaya Overhead Variabel (Rp. 400 x 1.000) Rp. 400.000

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000

PT. ABC

Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 200A

Penjualan (Rp. 2.000 x 1.000) Rp. 2.000.000

Dikurangi biaya-biaya variabel :

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000

Biaya pemasaran variabel (Rp. 300 x 1.000) Rp. 300.000

Rp. 1.050.000

Kontribusi Marjin Rp. 950.000

Dikurangi Biaya-biaya tetap :

Biaya overhead tetap Rp. 150.000

Biaya pemasaran tetap Rp. 100.000


Biaya adm. & umum tetap Rp. 200.000

Rp. 450.000

Laba/Rugi Bersih Rp. 500.000

Jadi, dalam metode variable costing hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang bersifat
variabel dalam perhitungan harga pokok produksi. Sedangkan biaya tetap dianggap sebagai period
cost dan langsung dibebankan pada periode yang bersangkutan.

PT “NURCAHYA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 1995, perusahaan
membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan data produksi sebagai
berikut :

Jenis Biaya

Biaya bahan baku Rp 5.000.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000

Biaya bahan penolong Rp 1.100.000

Biaya depresiasi pabrik Rp 500.000

Biaya bahan bakar Rp 750.000

Biaya listrik Rp 1.600.000

Biaya reparsi & pemeliharaan masing-masing Rp 675.000 dan Rp 400.000

Biaya asuransi bangunan Rp 800.000

Biaya promosi Rp 1.250.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung biaya variavel Rp 1.400.000 sedangkan biaya tetap Rp 1.850.000

Biaya kesejahteraan karyawan Rp 1.050.000

Data-data lain yang berkaitan dengan produksi :

Jam kerja langsung 42.000 jam

Unit produksi 60.000 unit

Pada akhir bulan BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 27.500 jam

Jenis Biaya:

Biaya bahan baku Rp 5.000.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp 2.500.000

Biaya bahan penolong Rp 1.000.000

Biaya depresiasi pabrik Rp 500.000


Biaya bahan bakar Rp 750.000

Biaya listrik Rp 1.400.000

Biaya reparasi & pemeliharaan masing masing Rp 600.000 dan Rp 400.000

Biaya asuransi bangunan Rp 800.000

Biaya promosi Rp 1.050.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung dengan biaya variabel Rp 1.200.000 dan biaya tetap Rp 1.850.000

Biaya kesejahteraan karyawan Rp 1.050.000

Diminta :

Berapakah BOP tetap & variabel yang dianggarkan.

Hitung tarip BOP bulan Januari berdasarkan:

Jam mesin (Rp)

Biaya bahan baku (%)

Biaya tenaga kerja langsung (Rp)

Jam kerja langsung (Rp)

Unit produksi (Rp)

Hitunglah pada BOP sesungguhnya ;

Tarip BOP variabel & tetap.

selisih BOP.

Selisih anggaran |& kapasitas.

Buatlah jurnal yang diperlukan.

PENYELESAIAN :

1. BOP Tetap = Rp 4.600.000.

BOP Variabel = 5.525.000.

2. a. Tarif BOP tetap = Rp 4.600.000 = Rp 153,3 jam mesin.

30.000

Tarif BOP variabel = Rp 5.525.000 = Rp 184,2 jam mesin.

30.000
Tarif BOP = (153,3 + 184,2) = Rp 337,5 jam mesin.

b. Biaya bahan baku :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 x 100% = 202,5%

5.000.000

c. Biaya tenaga kerja langsung :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 x 100% = 405%

2.500.000

d. Jam kerja langsung :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 = Rp 241.

42.000

e. Unit produksi :

Tarif BOP = Rp 10.125.000 = Rp 168,75

60.000

3.a. BOP tetap = Rp 4.600.000 : 27.500 = 167,3

BOP variabel = 4.750.000 : 27.500 = 172.7

b. Selisih BOP :

BOP yang dibebankan (27.500 x 337,5) Rp 9.281.250.

BOP sesungguhnya 9.350.000.

Selisih BOP (R) Rp 68.750.

c. Selisih Anggaran :

BOP sesungguhnya Rp 9.350.000.

BOP dianggarkan pada kapasitas :

BOP variabel (27.500 x Rp 184,2) = Rp 5.065.500

BOP tetap Rp 4.600.000

9.665.500.

Laba 315.500.

Selisih kapasitas :

(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.

BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) 4.215.750.

Rugi Rp 384.250.

(metode 2)

Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.

Kapasitas dicapai 27.500

2.500 jam mesin.

Tarif BOP tetap : Rp 153,3

Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250

4. Mencatat pembebanan BOP :

BDP – BOP 9.281.250 -

BOP yang dibebankan - 9.281.250

Mencatat BOP sesungguhnya :

BOP sesungguhnya 9.350.000 -

Berbagai rekening di kredit - 9.350.000

Mencatat penutupan rekening BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya dan mencatat

selisih :

BOP dibebankan 9.281.250 -

Selisih kurang BOP 68.750 -

BOP sesungguhnya - 9.350.000

Scovy’s CC menerapkan metode harga pokok pesanan. BOP dibebankan kepada produk, diterapkan
berdasarkan pemakaian jam kerja langsung dengan tarif :

a. Pesanan No. 11 – 14 : Rp. 16.500/jam

b. Pesanan No. 15 – 19 : Rp. 16.750/jam

Data produksi dan BOP yang sesungguhnya terjadi dalam bulan November 2010 sebagai berikut :

Produk yang diproses selama bulan November 2010 :

Pesanan No. 11 Menggunakan jam kerja langsung 150 jam

Pesanan No. 12 Menggunakan jam kerja langsung 360 jam


Pesanan No. 13 Menggunakan jam kerja langsung 215 jam

Pesanan No. 14 Menggunakan jam kerja langsung 240 jam

Pesanan No. 15 Menggunakan jam kerja langsung 300 jam

Pesanan No. 16 Menggunakan jam kerja langsung 200 jam

Pesanan No. 17 Menggunakan jam kerja langsung 320 jam

Pesanan No. 18 Menggunakan jam kerja langsung 450 jam

Pesanan No. 19 Menggunakan jam kerja langsung 250 jam

Biaya produksi yang terjadi dalam bulan November 2010, sebagai berikut :

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 7.320.000

Biaya Bahan Penolong Rp. 4.350.000

Biaya Pembangkit Tenaga Listrik Pabrik Rp. 8.115.000

Biaya Telepon Rp. 520.000

Biaya Gaji Karyawan Toko Rp 5.000.000

Biaya Penyusutan Gedung Pabrik Rp. 4.500.000

Biaya Penyusutan Mesin Pabrik Rp. 2.500.000

Biaya Asuransi Gedung Pabrik Rp. 4.725.000

Biaya Penyusutan Peralatan Kantor Rp. 4.500.000

Biaya Perbaikan Mesin Rp. 3.890.000

Biaya Produksi tidak Langsung Lainnya Rp. 6.570.000

Berdasarkan data di atas diminta :

a. Hitung biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi !

b. Hitung biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk !

c. Hitung selisih biaya overhead pabrik dan tentukan selisih tersebut laba atau rugi!

d. Buatlah jurnal yang diperlukan !

a. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 7.320.000

Biaya Bahan Penolong Rp. 4.350.000

Biaya Pembangkit Tenaga Listrik Rp. 8.115.000

Biaya Telepon Rp. 520.000


Biaya Penyusutan Gedung Pabrik Rp. 4.500.000

Biaya Penyusutan Mesin Pabrik Rp. 2.500.000

Biaya Asuransi Pabrik Rp. 4.725.000

Biaya Perbaikan Mesin Rp. 3.890.000

Biaya Produksi tidak Langsung Lainnya Rp. 6.570.000

Rp.42.490.000

b. Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk

Jumlah jam kerja langsung bulan November 2010 untuk pesanan No. 11 - 14 sebesar 965 jam
dengan tarif Rp.16.500/jam dan untuk pesanan No. 15 - 19 sebesar 1.520 jam dengan tarif Rp.
16.750/jam. BOP dibebankan kepada produk ditetapkan berdasarkan pemakaian jam kerja langsung.

BOP dibebankan kepada produk = Jumlah jam kerja langsung X Tarif BOP

Pesanan No. 11 – 14

965 Jam X Rp. 16.500/Jam = Rp. 15.922.500

Pesanan No. 15 - 19

1.579 Jam X Rp. 16.750/Jam =Rp. 25.460.000

Total BOP dibebankan Rp. 41.382.500

c. Selisih BOP

Biaya overhead yang sesungguhnya terjadi Rp. 42.490.000

Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk Rp. 41.382.500

Selisih Rugi Rp. 1.107.500

d. Jurnal yang diperlukan

1. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :

BOPS Rp.42.490.000

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Rp. 7.320.000

Biaya Bahan Penolong Rp. 4.350.000

Biaya Pembangkit Tenaga Listrik Rp. 8.115.000

Biaya Telepon Rp. 520.000

Biaya Penyusutan Gedung Pabrik Rp. 4.500.000

Biaya Penyusutan Mesin Pabrik Rp. 2.500.000

Biaya Asuransi Pabrik Rp. 4.725.000

Biaya Perbaikan Mesin Rp. 3.890.000


Biaya Produksi tidak Langsung Lainnya Rp. 6.570.000

2. Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk

BDP – BOP Rp. 41.382.500

BOP dibebankan Rp. 41.382.500

3. Jurnal tersebut pada akhir periode dipindahkan ke dalam akun BOPS dengan jurnal :

BOP dibebankan Rp. 41.382.500

BOPS Rp. 41.382.500

4. Pencatatan selisih BOP

Selisih BOPS Rp. 1.107.500

BOPS Rp. 1.107.500

Soal :

Alternatif 1 (Membuat Sendiri)

Rincian Biaya pembuatan suku cadang pada PT “ Andalas Putra” adalah sebagai berikut (Jml Produksi
: 100.000 unit)

Biaya Bahan baku Rp. 500.000

Biaya tenaga kerja Rp. 2.000.000

Biaya Overhead Variable Rp. 800.000

Biaya Overhead Tetap

Biaya tetap langsung.

Biaya Supervisi Rp. 500.000

Biaya Sewa equipment Rp. 700.000

Total Biaya Rp. 4.500.000

Alternatif 2 (Membeli dari Pihak luar)

Jika perusahaan membeli dari pihak luar, maka harga yang ditawarkan adalah sebesar Rp. 70 per
unit.

Pendekatan Konvensional

Keputusan Membeli atau membuat sendiri berdasarkan pendekatan konvensional, biaya


terhindarkan secara sederhana hanya diidentifikasikan berdasarkan besarnya biaya variable dan
biaya tetap langsung. Biaya variable dan tetap langsung dianggap akan dapat dihindarkan jika
alternative membeli suku cadang dari pemasok luar dipilih. Biaya tetap tidak langsung bukan
merupakan biaya diferensial, karena alternative manapun yang dipilih, tidak akan terpengaruh oleh
keputusan yang diambil.

Analisis Biaya Diferensial Alternatif Membuat atau Membeli dengan Pendekatan Konvensional

Jawaban :

Alternatif Membuat

Biaya Bahan Rp. 500.000

Biaya tenaga kerja Rp. 2.000.000

Biaya Overhead Variable Rp. 800.000

Biaya Overhead Tetap

Biaya tetap langsung Rp. 500.000

Biaya Sewa equipment Rp. 700.000

Total Biaya Rp. 4.500.000

Biaya per unit : Rp. 4.500.000 / 100.000 Rp. 45 per unit

Alternatif Membeli :

Biaya Membeli = Rp. 70 x 100.000 = Rp. 7.000.000

Keputusan :

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpul kan bahwa membeli dari luar tidak
menguntungkan karena biaya yang dikeluarkan dalam alternative membeli lebih besar Rp. 2.500.000
daripada alternative membuat sendiri.

Menghitung Leverage Operasi (3 soal)

1. Hitunglah margin kontribusi. Margin kontribusi adalah total penjualan dikurangi biaya
variabel. Biaya variabel adalah biaya yang meningkat seiring penjualan inkremental. Harga
pokok penjualan, komisi penjualan dan beban pengiriman adalah contoh-contoh biaya
variabel. Kurangilan beban-beban ini untuk mendapatkan margin kontribusi.[1]

o Sebagai contoh, perusahaan ABC memiliki total penjualan Rp1.000.000.000 selama


bulan Desember tahun 2015. Biaya variabelnya adalah: harga pokok penjualan
Rp300.000.000, komisi penjualan Rp200.000.000, beban pengiriman Rp100.000.000.

o Margin kontribusinya adalah: Rp1.000.000.000 - Rp300.000.000 - Rp200.000.000-


Rp100.000.000 = Rp400.000.000.

2. Hitunglah pendapatan operasi. Pendapatan operasi adalah penjualan total dikurangi semua
beban operasi kecuali bunga dan pajak. Jika Anda sudah mengurangkan biaya variabel dari
penjualan total, cukup kurangkan saja dengan biaya tetap untuk memperoleh pendapatan
operasi. Biaya tetap meliputi beban iklan, asuransi, sewa, gaji, dan utilitas (misalnya air dan
listrik).[2]

o Sebagai contoh, biaya tetap perusahaan ABC adalah: iklan Rp20.000.000, asuransi
Rp50.000.000, sewa Rp30.000.000, utilitas Rp20.000.000, dan gaji Rp180.000.000.
o Biaya tetap total adalah Rp300.000.000

o Penjualan total perusahaan ABC adalah Rp1.000.000.000, biaya variabelnya


Rp600.000.000, dan biaya tetapnya Rp300.000.000.

o Pendapatan operasi perusahaan adalah Rp1.000.000.000 – Rp600.000.000 –


Rp300.000.000 = Rp100.000.000.

3. Hitunglah leverage operasi. Bagikan margin kontribusi dengan pendapatan operasi


perusahaan. Margin kontribusi perusahaan adalah Rp400.000.000 dan pendapatan
operasinya adalah Rp100.000.000.[3].

o Leverage operasi = margin kontribusi / pendapatan operasi.

o Rp400.000.000 / Rp100.000.000 = 4

o Leverage operasi perusahaan ABC adalah 4.

Anda mungkin juga menyukai