Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akuntansi Manajemen
Kelompok 8 :
Taman Dranong Serang, Jl. Raya Cilegon No. KM 5, Drangong, Kec. Taktakan
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Break Even Point” ini dengan baik tanpa halangan. Kami menyadari bahwa hal
tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan, Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, walaupun kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin. Mudah-
mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.
Serang, 1 Juli 21
Penulis
ii
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................17
Daftar Pustaka.................................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyusunan makalah ini ditujukan khusus untuk memenuhi tugas yaitu Bahasa
Indonesia yaitu materi tentang “Break Even Point”. Sebelum memproduksi suatu produk,
perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika
menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis
titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan
tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang
bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan
begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering
digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.
1.3 Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana
perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi atau
dengan kata lain jumlah biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah pendapatan. Break
Even Point memiliki fungsi agar perusahaan dapat merencanakan tingkat penjualan yang
diinginkan agar terhindar dari kerugian dan perusahaan dapat memperoleh laba optimal.
Berikut ini beberapa definisi dan pengertian Analisis Break Even Point (BEP) dari
beberapa sumber:
Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan
impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba
kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) Break Even berarti suatu keadaan
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan, dimana total biaya (tetap) dan variabel sama dengan total
penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak rugi.
Asumsi yang mendasari BEP menurut mulyadi (2000 : 260-261) adalah :
1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume.
2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan) baik sebagai
biaya variable maupun biaya tetap.
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relvannya.
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah.
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan merupakan
kombinasi produk yang membentuk total penjualan.
5
Asumsi yang mendasari BEP secara umum
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara
tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi
perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat variabel dan
mana yang merupakan fixed cost.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi
dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak
mengalami perubahan, atau perusahaan mengalami sama seklai tidak menyediakan
stock barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami
perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna.
5. Efisiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga
biaya variabel setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung
berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap
keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir.
Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka
sales mix dipertahankan tetap sama.
6
Misalnya volume produksi 5.000 unit, san perhitungannya :
= ( 5.000 x Rp. 100 ) – ( Rp. 300.000 + (5.000 x Rp. 40) )
= Rp. 500.000 – ( Rp. 300.000 + Rp. 200.000 )
= Rp. 0
Ternyata, pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai BEP yaitu di mana
keuntungan netto nya sama dengan nol.
2. Rumus Aljabar / Matematis
a. Dasar Unit = 5.000 unit
b. Dasar Sales ( dalam rupiah ) = Rp. 500.000
Carilah nilai break even point terlebih dahulu, saat nilai BEP sudah diketahui, selanjutnya
Anda dapat mengetahui juga nilai margin kontribusi.
7
KONSEP MARGIN KONTRIBUSI
JUMLAH PERUNIT
Penjualan (1.000 VCD) Rp.250.000.000 Rp.250.000
Biaya Variabel Rp.150.000.000 Rp.150.000
Margin Kontribusi Rp.100.000.000 Rp.100.000
Biaya Tetap Rp.70.000.000
Laba / Rugi Rp.30.000.000
8
RUMUS BEP
Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan dua cara :
Atas Dasar Unit
Rumus BEP:
FC
BEP=
( P−VC )
P = Harga Jual Perunit
V = Biaya Variabel Perunit
FC = Biaya Tetap.
Atas Dasar Sales ( Dalam Rupiah)
FC
BEP=
VC
(1− )
S
P = Harga Jual Perunit
V = Biaya Variabel Perunit
FC = Biaya Tetap.
S =
9
VCD Dinyatakan dalam penjualan :
700 unit x Rp250.000 =Rp175.000.000
Grafik BEP
2.3 MARGIN OF SAFETY (MOS)
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungkan dengan
angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan
diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume
penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of
safety. Kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas →
seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian.
Menunjukkan tingkat resiko mendapatkan kerugian jika terjadi kenaikan titik impas akibat
suatu kondisi.
10
Rumus MOS (Margin Of Safety) Penjualan BEP
SB
MS=
SBE
(SB−SBE)
MS= ×100 %
SB
(1−SBE)
MS= ×100 %
SB
2.4 LABA
Laba adalah Keuntungan atau kelebihan pendapatan yang diperoleh suatu badan usaha
atau peroranan dari modal awal yang dikeluarkan. Laba juga disebut profit yakni elemen
yang paling menjadi perhatian karena angka laba diharapkan cukup untuk merepresentasi
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba yang tinggi merupakan peratanda bahwa para
konsumen menginginkan ouput yangjauh lebih dari industri atau perusahaan. Sebaliknya,
laba yang rendahatau rugi yaitu suatu pertanda bahwa para konsumen menginginkan kurang
dari produk yang di tangani dan metode produksinya tidak efisien
Rumus Laba Operasi
Laba Operasi = (Harga jual per unit X Jumlah Unit Penjualan) – (Biaya Variabel
per Unit X Jumlah Unit Penjualan) – Biaya Tetap Total
11
2.5 TUASAN OPERASI
Suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar prsentase perubahan
volume penjualan akan mempernagruhi laba, dimana manjemen akan berminat dalam
pengukuran ini untuk menentukan seberapa sensaitif laba terhadap perubahan penjualan.
Margin Kontribusi
Tuasan Operasi=
Laba Bersih
Contoh soal
PT ABC
Keterangan
Jumlah
Penjualan (1.000 unit @ Rp. 400.000) Rp. 400.000.000
Biaya Variabel (1.000 unit @ Rp. 325.000) Rp. 325.000.000
Margin Kontribusi Rp. 75.000.000
Biaya Tetap Rp. 45.000.000
Laba Bersih Rp. 30.000.000
45.000.000
BEP=
( 400.000−325.000 )
45.000 .000
¿
75.000
¿ 600 UNIT
45.000.000
BEP dalam Rupiah=
( 400.000−325.000 )
400.000
45.000 .000
¿
0,1875
¿ Rp .240.000 .000
MOS
400.000 .000−240.000 .00 0
¿ X 100 %
400.000.000
160.00.000
¿ X 100 %
400.000 .000
¿ 40 %
12
Laba Operasi
Diasumsikan PT ABC ingin memperoleh laba operasi RP. 60.000.000, Tentukan berapa
jumlah mesinmotor yang seharusnya dijual untuk mencapai laba tsb?
Pendekatan Laba Rugi
Rp. 60.000.000 = ( 400.000 X Unit ) – ( 325.000 X Unit) – RP. 45.000.000
Rp. 105.000.000 = Rp. 75.000.000 X unit
X = 1.400 unit
= 1.400 unit
Tuasan Operasi
75.000.000
¿
30.000.000
= 2,5
Break event point atau titik impas untuk kombinasi produk harus dengan asumsi proporsi
atau kombinasi konstan. Misalnya produk A sebanyak 3 unit, produk B sebanyak 4 unit dan
produk C sebanyak 5 unit. Jika kombinasi berubah maka total penjualan, total variabel
cost (biaya variabel) dan contribution margin berubah. Sehingga akan mengubah pula titik
BEPnya. Dan asumsi kombinasi yang terjual pun konstan.
Keterangan :
Harga jual produk B sebesar Rp. 2.000,- biaya variabel sebesar Rp. 1.000,-
Biaya tetap perusahaan adalah Rp. 42.000,-
1. Marjin kontribusi :
Biaya variabel :
Contribution Margin :
Laba Rugi :
15
2.8 A
PLIKASI MANAJERIAL DARI ANALISI BIAYA- VOLUME- LABA
Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh 5 faktor atau suatu
kombinasi faktor-faktor berikut ini :
1. Harga jual persatuan
2. Volume Penjualan
3. Komposisi produk yang dijual
4. Biaya variabel pertahun
5. Total biaya tetap
Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam
grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi
manajemen untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek. Hal ini memungkinkan
manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan atau usahausaha yang akan dilaksanakan dan
pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga manajemen dapat memilih
berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian
laba di masa yang akan datang.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Penutup
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost / biaya, dan tingkat keuntungan
yang akan diperoleh pada level penjulalan tertentu.
Analisis Break Even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-
biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan
mempengaruhi titik Break Even.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-manfaat-dan-asumsi-dasar-break-even-
point.html#:~:text=Sedangkan%20menurut%20Mulyadi%20(2000%3A260,mendasari%20break
%20even%20point%20adalah%3A&text=Biaya%20tetap%20akan%20selalu%20konstan,sebanding
%20dengan%20perubahan%20volume%20penjualan.
https://manajemenkeuangan.net/analisis-break-even-point-untuk-single-dan-mix-product/
https://id.scribd.com/doc/313239836/Definisi-Dan-Asumsi-Yang-Mendasari-Bep
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi- breakeven/analisis
breakeven-untuk-lebih-dari-satu-jenis-produk
19