Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BREAK EVEN POINT

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu : Nikke Yusnita M., SE, M.Si

Kelompok 8 :

1. Ayu Putri Nurwandari 31119013


2. Devi Srihamka 31119020
3. Linda Makhmudah 31119056

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SERANG RAYA

Taman Dranong Serang, Jl. Raya Cilegon No. KM 5, Drangong, Kec. Taktakan

Kota Serang, Banten 42116


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Break Even Point” ini dengan baik tanpa halangan. Kami menyadari bahwa hal

tersebut terlaksana berkat bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Demikian yang dapat kami sampaikan, Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih

jauh dari sempurna, walaupun kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin. Mudah-

mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para

pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang

berkenan.

Serang, 1 Juli 21

Penulis

ii
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................4

Bab II Pembahasan

2.1 Definisi dan asmsi yang mendasari BEP ...........................................................5


2.2 Perhitungan BEP.................................................................................................6
2.3 Margin Of Safety................................................................................................10
2.4 Laba.....................................................................................................................11
2.5 Tuasan Operasi....................................................................................................11
2.6 BEP untuk Produk lebih dari satu.......................................................................13
2.7 Aplikasi manajerial dalam analisi biaya volume laba.........................................16

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................17

Daftar Pustaka.................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyusunan makalah ini ditujukan khusus untuk memenuhi tugas yaitu Bahasa
Indonesia yaitu materi tentang “Break Even Point”. Sebelum memproduksi suatu produk,
perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika
menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis
titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan
tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang
bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan.

Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan
begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui
jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering
digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan asumsi yang mendasari BEP?

2. Bagaimana perhitungan BEP, Laba, MOS, Tuasan Operasi?

3. Bagaimana BEP untuk produk lebih dari satu?

4. Apa aplikasi manajerial dan analisis biaya – volume - laba?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu definisi dan asumsi yang mendasari BEP!

2. Mengetahui perhitungan BEP, Laba, MOS, Tuasan Operasi!

3. Mengetahui Bagaimana BEP untuk produk lebih dari satu!

4. Mengetahui aplikasi manajerial dan analisis biaya – volume – laba!

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN ASUMSI YANG MENDASARI BEP

Break Even Point (BEP) atau titik impas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana
perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita rugi atau
dengan kata lain jumlah biaya yang dikeluarkan sama dengan jumlah pendapatan. Break
Even Point memiliki fungsi agar perusahaan dapat merencanakan tingkat penjualan yang
diinginkan agar terhindar dari kerugian dan perusahaan dapat memperoleh laba optimal.

Analisis ini merupakan instrumen yang lazim dipakai untukmenyediakan informasi


yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misal: dalam menetapkan
harga jual produk.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian Analisis Break Even Point (BEP) dari
beberapa sumber:

 Menurut Mulyadi (1997 : 232) Break Even Point adalah suatu usaha yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi dengan kata lain suatu usaha dikatakan
impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba
kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
 Menurut Sofyan Syafri Harahap (1998 : 358) Break Even berarti suatu keadaan
dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi itu dapat ditutupi oleh
penghasilan penjualan, dimana total biaya (tetap) dan variabel sama dengan total
penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak rugi.
Asumsi yang mendasari BEP menurut mulyadi (2000 : 260-261) adalah :
1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume.
2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya gabungan) baik sebagai
biaya variable maupun biaya tetap.
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relvannya.
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah.
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan merupakan
kombinasi produk yang membentuk total penjualan.

5
Asumsi yang mendasari BEP secara umum
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara
tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi
perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat variabel dan
mana yang merupakan fixed cost.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi
dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak
mengalami perubahan, atau perusahaan mengalami sama seklai tidak menyediakan
stock barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami
perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna.
5. Efisiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga
biaya variabel setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung
berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap
keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir.
Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka
sales mix dipertahankan tetap sama.

2.2 PERHITUNGAN BEP (BREAK EVEN POINT)

1. Cara Trial and Error


Yaitu dengan menghitung keuntungan operasi suatu volume produksi/penjualan
tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume
penjualan atau produksi yang lebih rendah, dan sebaliknya. Demikian dilakukan seterusnya
hingga dicapai volume penjualan produksi dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan
besarnya biaya total.
Contoh :
Misalnya diambil dari contoh aplikasi, diambil volume produksi 6000 unit, maka dapat
dihitung keuntungan operasi adalah :
= ( 6.000 x Rp. 100 ) – ( Rp. 300.000 + ( 6.000 x Rp. 40 )
= Rp. 600.000 – ( Rp. 300.000 + Rp. 240.000 )
= Rp. 60.000 Atau Hasil dalam unit adalah Rp. 60.000 / Rp. 100 = 6.000 unit
Jadi, Pada volume produksi 6000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini
berarti bahwa BEP-nya terletak di bawah 6000 unit.

6
Misalnya volume produksi 5.000 unit, san perhitungannya :
= ( 5.000 x Rp. 100 ) – ( Rp. 300.000 + (5.000 x Rp. 40) )
= Rp. 500.000 – ( Rp. 300.000 + Rp. 200.000 )
= Rp. 0
Ternyata, pada volume produksi penjualan 5.000 unit tercapai BEP yaitu di mana
keuntungan netto nya sama dengan nol.
2. Rumus Aljabar / Matematis
a. Dasar Unit = 5.000 unit
b. Dasar Sales ( dalam rupiah ) = Rp. 500.000

Contoh soal Perhitungan BEP

Seorang akuntan manajer perusahaan ABC bertanggung jawab dalam operasional


produksi dan persediaan stok barang dan ingin mengetahui jumlah sales yang diperlukan
untuk menutup biaya operasional sebesar Rp 50.000.000,- dan ingin mendapat keuntungan
sebesar Rp 20.000.000,- penyebaran biaya yang dikeluarkan untuk operasinya adalah
sebagai berikut :

 Total biaya tetap = 50.000.000


 Biaya variabel per unit = 30.000
 Harga jual per unit = 50.000
 Keuntungan yang diinginkan = 20.000.000

Carilah nilai break even point terlebih dahulu, saat nilai BEP sudah diketahui, selanjutnya
Anda dapat mengetahui juga nilai margin kontribusi.

 Break Even Point = 50.000.000 : (margin kontribusi)


 Break Even Point = 50.000.000 : (50.000 – 30.000)
 Break Even Point = 50.000.000 : 20.000
 Break Even Point = 250 unit
Artinya perusahaan harus menjual 2500 Unit agar tidak mengalami kerugian, tetapi jika
hanya menjual 250 unit perusahaan ABC juga tidak akan memperoleh keuntungan.

7
KONSEP MARGIN KONTRIBUSI

Margin Kontribusi → Selisih antara harga jual perunit,


Biaya variabel → Perunit besaran untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan
perunit.
CONTOH:
JUMLAH PERUNIT
Penjualan (800 VCD) Rp.200.000.000 Rp.250.000
Biaya Variabel Rp.120.000.000 Rp.150.000
Margin Kontribusi Rp.80.000.000 Rp.100.000
Biaya Tetap Rp.70.000.000
Laba / Rugi Rp.10.000.000

Tabel 1.1 Contoh Margin Kontribusi


Margin kontribusi perunit Rp100.000 menunjukkan bahwa untuk setiap unit produk
yang dibuat akan menyumbang margin kontribusi sebesar Rp100.000.
Format perhitungan laba sebelumnya, juga berfaedah sebagai alat perencanaan.
Format ini memungkinkan perusahaan memproyeksikan keuntungan pada setiap tingkat
aktivitas dalam kisaran relevan, misalnya: perusahaan memproyeksikan tingkat penjualan
VCD sebanyak 1000 unit.

JUMLAH PERUNIT
Penjualan (1.000 VCD) Rp.250.000.000 Rp.250.000
Biaya Variabel Rp.150.000.000 Rp.150.000
Margin Kontribusi Rp.100.000.000 Rp.100.000
Biaya Tetap Rp.70.000.000
Laba / Rugi Rp.30.000.000

Tabel 1.1 Contoh Margin Kontribusi

RASIO MARGIN CONTRIBUSI


Margin Contribusi dapat dinyatakan dalam suatu persentase dari pendapatan penjualan
→Rasio Margin Contribusi.
MARGIN KONTRIBUSI
RMC=
PENJUALAN

8
RUMUS BEP
Perhitungan BEP dapat dilakukan dengan dua cara :
 Atas Dasar Unit
Rumus BEP:
FC
BEP=
( P−VC )
P = Harga Jual Perunit
V = Biaya Variabel Perunit
FC = Biaya Tetap.
 Atas Dasar Sales ( Dalam Rupiah)

FC
BEP=
VC
(1− )
S
P = Harga Jual Perunit
V = Biaya Variabel Perunit
FC = Biaya Tetap.
S =

TUJUAN MENCARI TITIK IMPAS

 Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan = biaya.


 Menunjukkan suatu sasaran volume penjualan menimal yang harus diraih oleh
perusahaan.
 Mengawasi kebijakan penentuan harga.
 Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi dekat / jauh
dari titik impas.

KOMPUTASI TITIK IMPAS


Titik Impas dapat dinyatakan secara matematis dengan persamaan:
Penjualan = Biaya
Dari contoh sebelumnya dapat dicari BEP (dalam unit)
250.000Q = 150.000Q + 70.000.000
100.000Q = 70.000.000
Q = 700 unit

9
VCD Dinyatakan dalam penjualan :
700 unit x Rp250.000 =Rp175.000.000

BEP = Biaya Tetap : Margin Contribusi/unit


= Rp70.000.000 : Rp100.000
= 700 unit VCD

BEP = Biaya Tetap : Rasio margin contribusi


= Rp70.000.000 : 40%
= Rp175.000.000

Grafik BEP
2.3 MARGIN OF SAFETY (MOS)
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan
minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika angka impas dihubungkan dengan
angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan
diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan
penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume
penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of
safety. Kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas →
seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian.
Menunjukkan tingkat resiko mendapatkan kerugian jika terjadi kenaikan titik impas akibat
suatu kondisi.
10
Rumus MOS (Margin Of Safety) Penjualan BEP

SB
MS=
SBE

MS = Margin Of Safety (Batas Keamanan).


SB = Sales Budgeted atau Penjualan yang Dianggarkan.
SBE = Sales at Break Even Point atau Penjualan Pada saat BEP.
Rumus MOS (Margin Of Safety) Penjualan direncanakan

(SB−SBE)
MS= ×100 %
SB

(1−SBE)
MS= ×100 %
SB

2.4 LABA
Laba adalah Keuntungan atau kelebihan pendapatan yang diperoleh suatu badan usaha
atau peroranan dari modal awal yang dikeluarkan. Laba juga disebut profit yakni elemen
yang paling menjadi perhatian karena angka laba diharapkan cukup untuk merepresentasi
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba yang tinggi merupakan peratanda bahwa para
konsumen menginginkan ouput yangjauh lebih dari industri atau perusahaan. Sebaliknya,
laba yang rendahatau rugi yaitu suatu pertanda bahwa para konsumen menginginkan kurang
dari produk yang di tangani dan metode produksinya tidak efisien
Rumus Laba Operasi

 Laba Operasi = Pendapatan Penjualan – Biaya Variabel – Biaya Tetap


Apabila ukuran unit penjualan sudah diketahui maka:

 Laba Operasi = (Harga jual per unit X Jumlah Unit Penjualan) – (Biaya Variabel
per Unit X Jumlah Unit Penjualan) – Biaya Tetap Total

11
2.5 TUASAN OPERASI
Suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa besar prsentase perubahan
volume penjualan akan mempernagruhi laba, dimana manjemen akan berminat dalam
pengukuran ini untuk menentukan seberapa sensaitif laba terhadap perubahan penjualan.
Margin Kontribusi
Tuasan Operasi=
Laba Bersih

Contoh soal
PT ABC
Keterangan
Jumlah
Penjualan (1.000 unit @ Rp. 400.000) Rp. 400.000.000
Biaya Variabel (1.000 unit @ Rp. 325.000) Rp. 325.000.000
Margin Kontribusi Rp. 75.000.000
Biaya Tetap Rp. 45.000.000
Laba Bersih Rp. 30.000.000

Titik Impas (Break Even Point)

45.000.000
BEP=
( 400.000−325.000 )
45.000 .000
¿
75.000
¿ 600 UNIT

45.000.000
BEP dalam Rupiah=
( 400.000−325.000 )
400.000
45.000 .000
¿
0,1875
¿ Rp .240.000 .000

MOS
400.000 .000−240.000 .00 0
¿ X 100 %
400.000.000
160.00.000
¿ X 100 %
400.000 .000
¿ 40 %

12
Laba Operasi
Diasumsikan PT ABC ingin memperoleh laba operasi RP. 60.000.000, Tentukan berapa
jumlah mesinmotor yang seharusnya dijual untuk mencapai laba tsb?
Pendekatan Laba Rugi
Rp. 60.000.000 = ( 400.000 X Unit ) – ( 325.000 X Unit) – RP. 45.000.000
Rp. 105.000.000 = Rp. 75.000.000 X unit
X = 1.400 unit

Pendekatan Margin Kontribusi


45.000 .000+60.000 .000
Unit=
400.000−325.000
105.000.000
¿
75.000

= 1.400 unit

Tuasan Operasi
75.000.000
¿
30.000.000
= 2,5

2.6 BEP UNTUK PRODUK LEBIH DARI SATU

Break event point atau titik impas untuk kombinasi produk harus dengan asumsi proporsi
atau kombinasi konstan. Misalnya produk A sebanyak 3 unit, produk B sebanyak 4 unit dan
produk C sebanyak 5 unit. Jika kombinasi berubah maka total penjualan, total variabel
cost (biaya variabel) dan contribution margin berubah. Sehingga akan mengubah pula titik
BEPnya. Dan asumsi kombinasi yang terjual pun konstan.

Rumus BEP yang digunakan adalah sebagai berikut:

BEP = Biaya Tetap : (CMa x Prop.a) + (CMb x Prop.b) + (CMn x Prop.n)

Keterangan :

CM         = Contribution Margin


Prop       = proporsi penjualan yang direncanakan atas produk A, produk B dan Produk
13
Contoh Analisis BEP

Perhatikan contoh soal break even point dan grafiknya berikut ini:

Perusahaan menjual dua jenis produk A dan B.

 Volume penjualan A sebanyak 40 unit dan B sebanyak 60 unit.

 Harga jual A sebesar Rp. 1.000,- biaya variabel Rp. 750,-

 Harga jual produk B sebesar Rp. 2.000,- biaya variabel sebesar Rp. 1.000,-
 Biaya tetap perusahaan adalah Rp. 42.000,-

Maka kita dapat menghitung analisis-analisis berikut ini :

1. Marjin kontribusi :

 Produk A = Rp. 1.000 – Rp. 750 = Rp. 250


Produk B = Rp. 2.000 – Rp. 1.000 = Rp. 1.000
 Proporsi A = 40 unit : 100 = 40%
Proporsi B = 60 unit : 100 = 60%

2. Break even point dalam unit :

 = 42.000 : (250 x 40%) + (1.000 x 60%)


 = 42.000 : 700 = 60 unit

Atau masing-masing terjual :

 Produk A = 40% x 60 unit = 24 unit


 Produk B = 60% x 60 unit = 36 unit

3. Break even point dalam rupiah :

= Unit x Harga jual

 Produk A = 24 x Rp. 1.000 = Rp. 24.000,-


 Produk B = 36 x Rp. 2.000 = Rp. 72.000,-
14
Total BEP dalam rupiah produk A dan B = Rp 24.000 + Rp. 72.000,= Rp. 96.000,-

4. Perhitungan Laba Rugi adalah berikut ini:

Penjualan : Rp. 96.000

Biaya variabel :

 Produk A = 24 x Rp. 750 = Rp. 18.000


 Produk B = 36 x Rp. 1.000 = Rp. 36.000
 Total biaya variabel = Rp. 54.000

Contribution Margin :

= Rp. 96.000 – Rp. 54.000 = Rp. 42.000,-

Laba Rugi :

= Contribution Margin – Biaya Tetap


= Rp. 42.000 – Rp. 42.000 = Rp. 0

Dan bila digambarkan dengan sebuah grafik adalah sebagai berikut :

15
2.8 A
PLIKASI MANAJERIAL DARI ANALISI BIAYA- VOLUME- LABA
Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh 5 faktor atau suatu
kombinasi faktor-faktor berikut ini :
1. Harga jual persatuan
2. Volume Penjualan
3. Komposisi produk yang dijual
4. Biaya variabel pertahun
5. Total biaya tetap

Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat


memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih,
impas dan return of investment perusahaan.

Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam
grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi
manajemen untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek. Hal ini memungkinkan
manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan atau usahausaha yang akan dilaksanakan dan
pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga manajemen dapat memilih
berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian
laba di masa yang akan datang.

16
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Penutup

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita
kerugian. Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume
penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost / biaya, dan tingkat keuntungan
yang akan diperoleh pada level penjulalan tertentu.

Analisis Break Even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-
biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan
mempengaruhi titik Break Even.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-manfaat-dan-asumsi-dasar-break-even-
point.html#:~:text=Sedangkan%20menurut%20Mulyadi%20(2000%3A260,mendasari%20break
%20even%20point%20adalah%3A&text=Biaya%20tetap%20akan%20selalu%20konstan,sebanding
%20dengan%20perubahan%20volume%20penjualan.

https://manajemenkeuangan.net/analisis-break-even-point-untuk-single-dan-mix-product/

https://id.scribd.com/doc/313239836/Definisi-Dan-Asumsi-Yang-Mendasari-Bep

https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi- breakeven/analisis
breakeven-untuk-lebih-dari-satu-jenis-produk

19

Anda mungkin juga menyukai