Anda di halaman 1dari 20

Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing

Ekonomi Manajerial Sehani, S.E., M.M

BREAK EVEN POINT (BEP)

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Dandy Eka Prastya (11970114850)


2. Irfan (11970114953)
3. Khairatul May Putri (11970124965)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Break Even Point
(BEP)".

Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu


Sehani, S.E., M.M. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Manajerial yang sudah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kami ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Pekanbaru, 23 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL/COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Break Even Point (BEP) ............................................. 3

2.2. Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP) ......................... 3

2.3. Manfaat Analisis Break Even Point (BEP) ................................... 4

2.4. Kelemahan Break Even Point (BEP) ............................................ 6

2.5. BEP untuk Satu Jenis Barang atau Jasa (BEP Single Product) .... 7

2.6. BEP untuk Berbagai Jenis Produk (BEP Multi Product) ............ 9

2.7. BEP in Cash Single Product ......................................................... 11

2.8. BEP in Cash Multi Produk ........................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 15

3.2. Saran ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Break Even Point merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari


hubungan antara Biaya Tetap, atau suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan =
total biaya). Break Event Point menyatakanvolume penjualan dimana total
penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan
tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu
merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan
usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan
analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa
penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu
menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan
laba yang diinginkan.
Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap
harga jual dan begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas
tersebut dapat diketahui jumlah barang dan jumlah harga yang pada
penjualan. Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang
lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian Break Even Point (BEP)?
2. Apa saja Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP)?
3. Apa saja Manfaat Analisis Break Even Pont (BEP)?
4. Apa saja Kelemahan Break Even Point (BEP)?
5. Bagaimana Perhitungan Break Event Point (BEP) Single Product dan
Multi Product?

1
6. Bagaimana Perhitungan BEP in Cash Single Product dan BEP in Cash
Multi Product?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Break Even Point (BEP)
2. Untuk memahami Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP)
3. Untuk memahami Manfaat Analisis Break Even Pont (BEP)
4. Untuk mengetahui Kelemahan Break Even Point (BEP)
5. Untuk memahami Perhitungan Break Event Point (BEP) Single Product
dan BEP Multi Product
6. Untuk memahami Perhitungan BEP in Cash Single Product dan BEP in
Cash Multi Product

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Break Even Point (BEP)

Break Even Point adalah titik pulang pokok, atau tingkat operasi
produksi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian, namun juga tidak
mendapat laba. Hal ini terjadi pada saat nilai pendapatan (TR) sama
dengan nilai biaya (TC) yang di keluarkan perusahaan  Total Revenue
(TR) = Total Cost (TC).

Menurut Djarwanto dalam buku Dr. H. Rusdiana, M.M, Break


Even Point adalah suatu keadaan impas, yaitu apabila telah disusun
perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tidak
mendapat keuntungan dan tidak menderita rugi.

Horngren dkk mengatakan bahwa Break Even Point atau titik


impas merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah
nol. Total pendapatan sama dengan total pengeluaran.

2.2 Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP)

Asumsi yang mendasari analisis break even point menurut


Horngren et. all adalah sebagai berikut :

1. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi biaya adalah perubahan


volume.
2. Manajer menggolongkan setiap biaya (atau komponen biaya
gabungan) baik sebagai biaya varabel maupun biaya tetap.
3. Beban dan pendapatan adalah linear di seluruh cakupan volume
relevannya.

3
4. Tingkat persediaan tidak berubah.
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan
gabungan merupakan kombinasi produk yang membentuk total
penjualan.
Sedangkan menurut Mulyadi beberapa asumsi yang berpengaruh
dalam dalam analisa break evem poin adalah sebagai berikut :
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang
diramalkan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
4. Harga faktor-faktor produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak
signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
8. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar


dipenuhi. Dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang
tidak dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak
mengurangi validitas dan kegunaaj analisa BEP sebagai suatu alat bantu
pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu
dalam penggunaannya.

2.3 Manfaat Analisis Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) amatlah penting jika kita membuat usaha
agar kita tidak mengalami kerugian, baik itu usaha yang bergerak di
bidang jasa atau manufaktur. Berikut manfaar dari BEP :

4
1. Alat perenecanaan untuk menghasilkan laba.
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan minimum (dalam unit
produk maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
4. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk
maupun satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
5. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
6. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca
dan dimengerti.
7. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
8. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terhadap al-hal berikut :
a. Jumlah penjualan minimal yang harus diperahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh
keuntungan tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang di peroleh.

Manfaat analisis break even poin sangat banyak, namun secara


umum adalah untuk mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha.
Dengan diketahuinya titik pulang pokok, manajemen dapat mengetahui
harus memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.

5
2.4 Kelemahan Break Even Point (BEP)

Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh


perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai
beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini
antara lain : asumsi tentang linearity, klasifikasi cost dan penggunaanya
terbatas untuk jangka waktu yang pendek.

1. Asumsi tentang linearity


Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost
per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan
perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu
hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal
ini tentu saja akan menyebabkan garis revenue tidak akan lurus,
melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit
juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan
mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena
menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah
lembur.
2. Klasifikasi Biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan
di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost
dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian
berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
3. Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka
waktu penerapannya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam
pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang
cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan
investasi) tidak akan terlihat dalam wakktu yang dekat sedangkan
operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah

6
pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar
dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

Kelemahan dari analisa break even point yang lain adalah bahwa
hanya ada satu macam barang yang di produksi atau dijual. Jika lebih
dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales
mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan
banyak produk, jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga
jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun, jumlah satuang
barang yang dijual, atau tidak ada perubahan harga secara umum.
Analisa break even point jangka waktu penerapannya terbatas,
biasanya hanya digunakan untuk di dalam pembuatan proyeksi operasi
selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk
advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari
pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam
waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka
sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut
analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi
yang bertambah besar juga.

2.5 BEP untuk Satu Jenis Barang atau Jasa (BEP Single Product)

BEP Single Product adalah BEP untuk perusahaan yang hanya


memproduksi satu jenis barang dan jasa. Untuk mendapatkan BEP, baik
dalam volume produksi (Q), maupun penjualan, di gunakan rumus atau
formula sebagai berikut:

QBEP QSales

7
Keterangan:

QBEP : Titik Pulang Pokok ( BEP ) Dalam Unit


QSales : Titik Pulang Pokok ( BEP ) dalam penjualan ( rupiah )
P : Harga jual per unit
AVC : Biaya variabel rata-rata
TFC : Total biaya tetap

Contoh soal

Sebuah perusahaan penerbit mempunyai data mengenai biaya dan harga jual
per unit untuk suatu jenis produk buku yang akan di terbitkan sebagai
berikut:

Total Biaya Tetap (TFC)

Editing : Rp 3.000.000,00

Illustrasi : Rp 8.000.000,00

Setting : Rp 6.000.000,00

Overhead : Rp 8.000.000,00

Total Biaya Tetap (TFC) : Rp 25.000.000,00

Biaya Variabel Per Unit (AVC)

Kertas, cetak dan jilid : Rp 16.500

Potongan untuk toko buku : Rp 2.400

Komisi penjualan : Rp 600

Royalty pengarang : Rp 3.500

Administrasi dan lainnya : Rp 2.000

Total Biaya Variabel per unit : Rp 25.000

8
Harga jual buku per eksemplar ( unit ) adalah Rp 30.000

Dengan menggunakan data di atas, dapat di cari besarnya Titik Pulang


Pokok, atau BEP sebagai berikut:

QBEP

QBEP

QBEP

QBEP = 5.000 Unit ( Eksemplar)

QSales

QSales

QSales = Rp 150.000.000

2.6 BEP untuk Berbagai Jenis Produk (BEP Multi Product)

Bila perusahaan, dengan fasilitas produksi yang sama, dapat


menghasilkan lebih dari satu jenis produk, Misalnya A,B, dan C (tiga jenis
produk). BEP dapat dicari dengan menggunakan prinsip biaya tetap
bersama, atau joint costing atau direct costing. Dengan joint costing, artinya
dengan biaya tetap (TFC) yang sama dapat dihasilkan berbagai jenis produk.
Dengn demikian, maka yang menentukan titik pulang pokok adalah biaya
langsung ( biaya Variabel).

9
Tahapan analisis BEP multi produk ini adalah sebagai berikut.

a. Asumsi biaya tetap untuk masing- masing produk sebanding dengan


produk terhadap masing masing produk.
b. Dirumuskan peranan atau kontribusi (share) penjualan masing masing
Produk terhadap total penjualan.

BEP multi produk adalah titik pulang pokok untuk perusahaan yang
memproduksi berbagai jenis barang dan jasa. Dengan menggunakan
paradigm di atas dapat dicari BEP multi Produk ini, melalui rumus, atau
formula sebagai berikut.

TFC
BEPmulti =
CMPt

(Pi - AVCi)
CMPt = Ʃ (Shi)
Pi

Contoh :

PT ABC menghasilkan tiga jenis produk mainan (A, B dan C)


dengan total biaya tetap (TFC) sebesar Rp 96.000.000 rincian harga jual
(Pi) dan Biaya variabel per unit (AVCi), serta share penjualan dari masing
– masing produk terhadap total penjualan (Shi) sebagai berikut :

Barang Harga (Pi) Biaya Variabel (AVCi) Kontribusi Penjualan (Shi)


A Rp. 20.000 Rp. 15.000 20 %
B Rp. 15.000 Rp. 7.500 30%
C Rp.10.000 Rp, 6.000 50%

BEP dari perusahaan ini dapat dicari sebagai berikut:

Barang (Pi – AVCi) (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi) (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi)
A Rp. 5.000 0,25 20% 0,05
B Rp. 7.500 0,50 30% 0,15
C RP. 4.000 0,40 50% 0,20
Ʃ (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi) = CMPT →→ = 0,40

10
BEP Sales = (TFC)/CMPt = (96.000.000)/(0,40) = Rp 240.000.000

Barang (SH i) BEP Sales BEP unit


A 20% Rp. 48.000.000 2.400
B 30% Rp. 72.000.000 4.800
C 50% Rp. 120.000.000 12.000

2.7 BEP in Cash Single Product

BEP in cash adalah titik pulang pokok dari operasi usaha dengan
hanya mempertimbangkan biaya yang tunai (cash) saja. Biaya yang tidak
tunai (non cash expense) seperti penyusutan tidak dimasukkan sebagai
biaya. Dengan demikian, maka Total Cost (TC) akan berkurang sehingga
BEP in cash lebih rendah dari BEP non cash. BEP in cash dapat dicari
untuk perusahaan yang memproduksi satu atau berbagai jenis barang dan
jasa baik dalam bentuk penjualan (rupiah) maupun volume produksi (Q).
Dengan menggunakan paradigma diatas, dapat dicari BEP in cash melalui
rumus atau formula sebagai berikut :

( – ) ( – )
QBEP = QSales =
( )

Keterangan :
TFC : Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Pi : Harga jual per unit produk ke i
AVCi : Biaya variabel per unit ke produk i

Contoh :
Sebuah perusahaan penerbit mempunyai data mengenai biaya dan harga jual
per unit untuk suatu jenis produk buku yang akan di terbitkan sebagai
berikut:

11
Total Biaya Tetap (TFC)

Editing : Rp 3.000.000,00

Illustrasi : Rp 8.000.000,00

Setting : Rp 6.000.000,00

Overhead : Rp 8.000.000,00

Total Biaya Tetap (TFC) : Rp 25.000.000,00

Biaya Variabel Per Unit (AVC)

Kertas, cetak dan jilid : Rp 16.500

Potongan untuk toko buku : Rp 2.400

Komisi penjualan : Rp 600

Royalty pengarang : Rp 3.500

Administrasi dan lainnya : Rp 2.000

Total Biaya Variabel per unit : Rp 25.000

Harga jual buku per eksemplar ( unit ) adalah Rp 30.000

Dengan menggunakan data di atas, dapat di cari besarnya Titik Pulang


Pokok, atau BEP in cash dapat dihitung sebagai berikut :

Q BEP In Cash = (Rp. 25.000.000 – Rp. 8.000.000) / (Rp. 30.000 – Rp. 25.000)

Q BEP In Cash = 3.400 Unit (Eksemplar)

12
2.8 BEP in Cash Multi Product

( TFC – Penyusutan )
BEPmulti =
CMPt

(Pi - AVCi)
CMPt = Ʃ (Shi)
Pi

Contoh :

PT ABC menghasilkan tiga jenis produk mainan (A, B dan C)


dengan total biaya tetap (TFC) sebesar Rp 96.000.000 rincian harga jual
(Pi) dan Biaya variabel per unit (AVCi), serta share penjualan dari masing
– masing produk terhadap total penjualan (Shi) sebagai berikut :

Barang Harga (Pi) Biaya Variabel (AVCi) Kontribusi Penjualan (Shi)


A Rp. 20.000 Rp. 15.000 20 %
B Rp. 15.000 Rp. 7.500 30%
C Rp.10.000 Rp, 6.000 50%

BEP dari perusahaan ini dapat dicari sebagai berikut:

Barang (Pi – AVCi) (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi) (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi)
A Rp. 5.000 0,25 20% 0,05
B Rp. 7.500 0,50 30% 0,15
C RP. 4.000 0,40 50% 0,20
Ʃ (Pi – AVCi) / (Pi) (Shi) = CMPT →→ = 0,40

BEP Sales = (TFC- Penyusutan) CPMT

BEP Sales = (96.000.000 – 16.000.000)/ (0,40)

BEP Sales = 80.000.0000 / 0,40

BEP Sales = Rp. 200.000.000

13
Barang (SH i) BEP Sales BEP unit
A 20% Rp. 40.000.000 2.000
B 30% Rp. 60.000.000 4.000
C 50% Rp. 100.000.000 10.000

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi di mana suatu


perusahaan tidak mendapatkan keuantungan dan juga tidak mendapat
kerugian. Analisa Break Even Point (BEP) merupakan sebuah analisa
untuk menentukan pada produksi atau tingkat penjualan berapa
sehingga suatu perusahaan berada pada posisi tidak untung dan tidak
rugi, atau dengan kata lain berada pada titik impas.
Titik impas atau titik Break Even Point (BEP) ini berguna bagi
manajemen dalam membuat keputusan bisnis, yaitu harus memproduksi
atau menjual pada jumlah berapa sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian. Sehingga manajemen tahu, apabila ingin jumlah keuntungan
tertentu maka harus memproduksi atau dapat menjual suatu jumlah yang
dihitung berdasarkan titik impas tersebut. Dalam menetukan titik impas
tidak lepas dari penggunaan asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi.
Paling tidak ada empat hal yang harus dipenuhi agar dapat menghitung
titik impas, yaitu biaya tetap, biaya variable, harga jual per unit, dan
produksi/penjualan maksimum.
Analisis Break Even Point (BEP) mempunyai manfaat sebagai
dasar perencanaan produksi dan penjualan bagi manajemen. Akan tetapi
di balik kegunaannya, analisa ini juga menyimpan kekurangan-
kekurangan berkaitan dengan linierity, klasifikasi biaya, dan jangka
waktu penggunaan. Metode menghitung Break Even Point (BEP) ada
beberapa cara, yaitu metode persamaan, metode kontribusi unit, dan
metode grafis. Ketiga metode apabila diterapkan akan menghasilkan
angka yang sama.

15
3.2 Saran

Mungkin inilah yang dapat disampaikan pada penulisan kelompok


ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Bila ada kritik dan saran,
dapat disampaikan pada saat presentasi kelompok dan sebagai bahan acuan
serta referensi untuk penelitian kami di masa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada

A. Rusdian. 2014. Manajemen Operasi. Jakarta : Pustaka Setia

Horngren et. all. 2012. Akuntansi Manajemen. Riau : Star Gate Publisher

Mulyadi. 1993. Akuntansi Manajemen 3. Proses Pengendalian Manajemen.


Yogyakarta :STIE YKPN

Suhardi dan Purwanto.2004. Statistika Untuk Ekonomi Keuangan Modern. Jakarta


: Salemba Empat

Abdul Halim. 2011. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat

Henry Simamora. 2012. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Star Gate Publisher

17

Anda mungkin juga menyukai