Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

BREAK EVEN POINT (BEP)

Dosen Pengampu : Merlin Huwae, SE

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

ANGELIA V. P. KADTABAL (2022011)


ASTRID P. A. AYAL (2022007)
ESRA M. R. SARAGI (2022026)
GABRIELLE W. THENU (2022002)
IRENE IVA BASNA (2022024)
KELIOPAS SALAMUK
NANANG J. H. KUSNAN (2022006)
PRILLY DELVIA RUMFAAN (2022022)
TRIVENA S. SAMDERUBUN (1822041)

POGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS

POLITEKNIK SAINT PAUL SORONG

2022

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................5

2.1 Pengertian Break Even Point...........................................................................5

2.2 Asumsi Dasar Analisis Break Even Point.......................................................5

2.3 Tujuan Break Even Point.................................................................................6

2.4 Manfaat Break Even Point...............................................................................7

2.5 Komponen Dalam Perhitungan Break Even Point..........................................7

2.6 Perhitungan Break Even Point.........................................................................8

2.7 Contoh Soal Break Even Point......................................................................10

2.8 Faktor Peningkat Break Even Point...............................................................14

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan....................................................................................................15

3.2. Saran.............................................................................................................15

Daftar Pustaka...............................................................................................................16

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Break Even Point (BEP) merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam
operasionalnya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata
lain, antara pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol.
Break Even Point juga merupakan suatu cara untuk mengetahui volume penjualan
minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan
kata lain labanya sama dengan nol). Dalam break even point memerlukan informasi mengenai
penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan
melebihi biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan menderita kerugian bila
penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat dikatakan
dibawah titik impas. Break even point tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi
perusahaan dalam keadaaan impas atau tidak, namun break even point sangat membantu
manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Tujuan analisis titik impas adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan
hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variable dan biaya tetapnya. Apabila suatu
perusahaan hanya mempunyai biaya variable saja, maka tidak akan muncul masalah break
even dalam perusahaan tersebut. Masalah break-even baru muncul apabila suatau perusahaan
di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variable
secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan
besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan
volume produksi.
Adapun biaya yang termasuk golongan biaya variabel pada umumnya adalah bahan
mentah, upah buruh langsung (direct labor), komisi penjualan. Sedangkan yang termasuk
golongan biaya tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva tetap, sewa, bunga utang, gaji
pegawai, gaji pimpinan, gaji staf research, dan biaya kantor.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Dalam
kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak dapat dipenuhi. Namun demikian
perubahan asumsi ini tidak mengurangi validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat
bantu pengambilan keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam
penggunaannya.

3
Manfaat analisis break even poin sangat banyak, namun secara umum adalah untuk
mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha. Dengan diketahuinya titik pulang pokok,
manajemen dapat mengetahui harus memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar
peruasahaan tidak mengalami kerugian

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Break Even Point?
2. Apa saja asumsi dasar analisis Break Even Point?
3. Apa tujuan Break Even Point?
4. Apa manfaat Break Even Point?
5. Apa komponen perhitungan Break Even Point?
6. Apa rumus/metode yang digunakan untuk menghitung Break Even Point?
7. Bagaimana cara menghitung Break Even Point?
8. Apa saja faktor peningkat Break Even Point?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Break Even Point
2 Untuk mengetahui asumsi dasar analisis Break Even Point
3 Untuk mengetahui tujuan Break Even Point
4 Untuk mengetahui manfaat Break Even Point
5 Untuk mengetahui komponen perhitungan Break Even Point
6 Untuk mengetahui rumus/metode yang digunakan untuk menghitung Break Even
Point
7 Untuk mengetahui cara menghitung Break Even Point
8 Untuk mengetahui faktor peningkat Break Even Point

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BEP (BREAK EVEN POINT)

Break Even Point atau nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu
keadaan atau titik di mana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh
keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga. Jumlah laba dan biaya suatu perusahaan
dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan
keuntungan dan kerugian. Break Even Point (BEP) adalah titik dimana pendapatan sama
dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan.

Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 (nol). Hal tersebut dapat terjadi bila
perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk
menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka artinya perusahaan menderita
kerugian. Sebaliknya, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di
keluarkan, maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan.

Break Even Point (BEP) sangat penting bagi sebuah perusahaan karena dapat
membantu dalam membuat keputusan, seperti contoh apakah perlu untuk menaikkan harga
produk atau mengurangi biaya operasional. Selain itu, informasi ini juga sering digunakan
oleh para pelaku saham.

2.2 ASUMSI DASAR ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik break even point baik dengan rumus
matematik maupun dengan grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau
anggapan-anggapan yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Anggapan merupakan suatu
konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walaupun anggapan-anggapan
tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian semakin banyak
anggapan yang digunakan akan semakin banyak pula kelemahan yang terdapat pada analisa
tersebut. (Munawir, 2014: 197)

5
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan”, terdapat beberapa
asumsi dasar yang digunakan dalam menghitung Break Even Point (BEP) yaitu adalah
sebagai berikut:

1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap
dan biaya variable.

2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan
biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.

3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya
tetap perunit akan berubah-ubah.

4. Harga jual per-unit konstan selama periode dianalisis.

5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.

6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau
menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap
produk tetap.

2.3 TUJUAN BREAK EVEN POINT

 Membantu perusahaan atau pebisnis menentukan sisa kapasitas produksi pasca


tercapainya BEP, dan mengetahui proyeksi laba atau keuntungan maksimum yang
bisa didapatkan.

 Membantu perusahaan atau pebisnis untuk menentukan langkah bisnis selanjutnya


yang lebih efisien, seperti, mengganti SDM dengan mesin. Otomatisasi produksi
tersebut bisa mengubah biaya tetap serta biaya variabel, dan menekan biaya produksi. 

 Membantu perusahaan atau pebisnis dalam memahami perubahan nilai keuntungan


saat harga produk mengalami perubahan. 

 Menunjukkan kerugian sehingga perusahaan atau pebisnis mampu mengantisipasinya


saat terjadi penurunan penjualan.

6
2.4 MANFAAT BREAK EVEN POINT

 Menjadi pedoman bagi perusahaan atau pebisnis guna memberi nilai investasi secara
tepat dan dapat mengimbangi biaya produksinya.

 Menjadi bahan analisis perusahaan guna mengetahui nilai transaksi atau jual beli
sahamnya, serta proyeksi finansial perusahaan dan perencanaan anggarannya.

 Menjadi patokan untuk menentukan margin. 

 Membuat pebisnis lebih jeli dalam bidang usahanya dan terus melakukan inovasi agar
bisa terus berkembang

2.5 KOMPONEN DALAM PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT

Sebelum menghitung nilai Break Even Point (BEP), baik itu dalam unit produksi atau
Rupiah, terlebih dahulu harus memahami komponen penting di dalamnya:

1. Biaya Tetap (Fixed Cost), baik ketika perusahaan sedang berproduksi maupun tidak
berproduksi.

2. Biaya Variable (Variabel Cost), Komponen ini bersifat dinamis dan bergantung pada
tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan
meningkat.

3. Harga Jual (Selling Price), harga jual per unit barang atau jasa yang telah
diproduksi.

4. Pendapatan (Revenue), merupakan jumlah pemasukan yang diterima oleh penjual


barang.

5. Laba (Profit) , merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya
variable.

7
2.6 PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP)

1. BEP Unit
Rumus BEP ini didapat dari fixed cost dibagi margin kontribusi setiap unit. Nilai
margin tersebut didapatkan dari selisih harga jual dengan variable cost per unit. Nilai margin
juga bisa didapatkan dari hasil bagi antara jumlah keseluruhan penjualan dengan variable
cost. 
Dalam kata lain, rumus BEP Unit adalah:
BEP Unit = (Fixed Cost)/(harga unit – variable cost unit)

2. BEP Nilai Penjualan


Rumus BEP lainnya dihitung berdasarkan hasil dari nilai penjualan. Rumus BEP Nilai
Penjualan adalah:
BEP =biaya tetap/(1-(variable cost/harga)) 

3. BEP Mata Uang 


Rumus BEP ketiga dilakukan untuk mengetahui nilai BEP sesuai satuan mata uang yang
dipakai. Caranya dengan membagi biaya tetap dengan hasil pembagian kontribusi margin unit
dengan harga unitnya. Untuk lebih jelasnya, inilah rumus BEP Mata Uang:
BEP Mata Uang = (Fixed cost) / (Kontribusi margin unit/harga unit

Metode-metode Break Even Point lainya


a. Metode Persamaan

Metode persamaan merupakan metode yang digunakan berdasarkan laporan laba rugi.
Rumus pertama digunakan untuk mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang harus
diproduksi untuk mencapai BEP yaitu:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya
variabel setiap unit produk

Rumus kedua adalah untuk mengetahui berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima
untuk mendapatkan titik impas. Adapun rumusnya sebagai berikut.

BEP (rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit
Produk / Harga Jual Per Unit)

8
atau

BEP (Satuan Rupiah) = (Biaya Tetap / Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel) x
Harga Jual per Unit

BEP untuk produk ganda

BEP Produk Ganda = Biaya Tetap (Fixed Cost) / [(1 – v/c) x Wi]

Dimana v/c merupakan perbandingan variable cost atau biaya variabel dan harga jual.

Sedangkan Wi menyatakan persentase dari total penjualan tiap produk dalam rupiah atau
bisa disebut dengan bobot kontribusi margin. Pada keadaan BEP laba operasionalnya sama
dengan nol sehingga menghasilkan jumlah produk yang dijual mencapai BEP ditambah biaya
tetap.

b. Metode Kontribusi Unit

Metode kontribusi unit merupakan metode berdasarkan jumlah margin kontribusi. Margin
kontribusi sendiri adalah selisih antara pendapatan dari hasil penjualan dengan biaya variabel.
Dengan menggunakan metode ini, pengusaha dapat mengetahui berapa keuntungan dari suatu
produk yang berhasil dijual dengan mengukur hasil dari penjualan terhadap keuntungan.

Margin kontribusi unit = Pendapatan – Biaya variabel (Variable Cost)

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi / Penjualan

Berdasarkan dasar rumus di atas akan menghasilkan rumus:

BEP (Unit) = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Unit

atau

BEP = Biaya Tetap / (Harga Jual – Biaya variabel)

Sedangkan untuk satuan rupiah:

BEP (Satuan Rupiah) = Biaya Tetap / Rasio Margin Kontribusi

9
c. Metode Grafik

Selain dengan metode persamaan, BEP atau Break Even Point dapat digambarkan melalui
metode grafik. Grafis BEP akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis
horizontal dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Nah, titik impas atau
BEP terletak pada perpotongan antara garis volume penjualan dan garis biaya.

2.7 CONTOL SOAL BREAK EVEN POINT

1. Perusahaan Jaya bergerak dalam bisnis penjualan botol air. Dalam bisnis tersebut,
Perusahaan Jaya mempunyai biaya tetap berupa pajak properti, biaya sewa, serta gaji
eksekutif sejumlah Rp. 100.000.000 . Sedangkan biaya variabel perusahaan tersebut untuk
memproduksi botol air adalah Rp. 2.000 per unit, dengan harga jual Rp.12.000. Tentukan
Break Even Point dari perusahaan Jaya!

Rumus: BEP = Biaya Tetap/(Harga Per Unit-Biaya Variabel)

= 100.000.000 / (12.000-2.000)= 10.000 unit

Berdasarkan perhitungan tersebut, Perusahaan A harus menjual sebanyak 10.000 unit


agar bisa mencapai Break Even Point atau titik impas bisnisnya

10
2. Perusahaan Sinar Mas adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembuatan oven. Akuntan manajer dari perusahaan dibebankan tugas untuk dapat
menghitung jumlah oven yang harus dijual supaya bisa mengimbangi biaya operasional yang
telah tercatat sebanyak Rp. 70.000.000. Sedangkan laba bersih yang telah dikehendaki dari
awal untuk perusahaan sebanyak Rp.30.000.000.

Diketahui :

Total biaya tetap = 70.000.000

Biaya variabel per unit = 30.000

Harga jual per unit = 70.000

Laba yang diinginkan = 30.000.000

Ditanya : BEP dan Margin Produksi ?

Jawab :

BEP dalam unit = Biaya Tetap Produksi : Margin Kontribusi per unit

= 70.000.000 : (Harga jual per unit – Biaya variabel per unit)

= 70.000.000 : (70.000 – 30.000) = 70.000.000 : 40.000

= 1750 unit

Berdasarkan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tidak merugi maka
perusahaan Sinar Mas harus bisa menjual oven dengan sebanyak 2000 unit. Namun jumlah
yang tersebut merupakan jumlah minimal supaya bisa impas, namun belum untuk
menghasilkan laba. Selanjutnya, tugas akuntan ialah mengubah data tersebut menjadi mata
uang.

Kita mencari BEP dalam rupiah :

BEP dalam rupiah = Harga jual per unit x BEP unit

= 70.000 x 1.750 unit

= 122.500.000

11
3. Sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan rumah tangga ingin mengetahui
berapa unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik impas.

Biaya tetap produksinya Rp 100.000.000 dan biaya variabel atau tidak tetap per-unit
sebesar Rp 250.000. Harga jual per-unitnya sebesar Rp 500.000. 

Berapakah unit yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut mencapai BEP?

Diketahui:

Biaya tetap produksi (Fixed Cost): Rp 100.000.000

Biaya variabel per unit: Rp 250.000

Harga jual per unit: Rp 500.000

Penyelesaian :

Menghitung BEP dalam Unit maka persamaan yang digunakan adalah:

BEP (unit) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (Harga Jual Per Unit Produk – Biaya
variabel setiap unit produk

BEP (Unit) = 100.000.000 / (500.000 – 250.000)

BEP (Unit) = 100.000.000 / 250.000

BEP (Unit) = 400 unit

Jadi, perusahaan tersebut harus memproduksi peralatan rumah tangga sebanyak 400 unit
mencapai Break Even Point (BEP).

Untuk perhitungan berapa rupiah agar mencapai BEP maka;

BEP (Rupiah) = Total Biaya Tetap (Fixed Cost) / (1 – Biaya Variabel Setiap Unit
Produk / Harga Jual Per Unit)

BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 250.000/500.000)

BEP (Rupiah) = 100.000.000 / (1 – 1/2)

BEP (Rupiah) = Rp 200.000.000

12
Jadi, perusahaan tersebut harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp 200.000.000 untuk
mencapai titik impasnya.

Tidak sampai di situ, melalui perhitungan tersebut perusahaan bisa memproyeksikan


target laba yang diinginkan menggunakan rumus:

BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga Jual Per Unit – Biaya Variabel)

Katakanlah perusahaan tersebut menargetkan laba sebesar Rp 50 juta per bulan maka,

BEP – Laba = (100.000.000 + 50.000.000) / (500.000 – 250.000)

BEP – Laba = 150.000.000 / 250.000

BEP – Laba (untuk target unit) = 600 unit

BEP – Laba (untuk target penjualan) = (jumlah unit x harga jual) = 600 x Rp 500.000
= Rp 300.000.000

Untuk membuktikan bahwa penjualan 600 unit bernilai Rp 300.000.000, perusahaan


mendapatkan laba sebesar Rp 50 juta, maka bisa menggunakan metode persamaan :

= Penjualan – (Biaya Tetap + Total Biaya Variabel)

= 300.000.000 – (100.000.000 + (600 unit x 250.000))

= 300.000.000 – 250.000.000

= Rp 50.000.000

13
2.8 FAKTOR PENINGKAT BREAK EVEN POINT

Menghitung BEP memang menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan
perusahaan atau pebisnis. Nilai dari titik impas tersebut bisa menurun atau meningkat,
berdasarkan sejumlah faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa meningkatkan Break
Even Point.

1. Peningkatan Penjualan
Saat terjadi peningkatan penjualan oleh konsumen, artinya terdapat permintaan lebih
tinggi. Menanggapi hal tersebut, perusahaan tentu perlu meningkatkan aktivitas
produksinya. Imbasnya, BEP akan mengalami kenaikan guna menutup biaya
penambahan produksi tersebut.
2. Biaya Produksi Meningkat
Biaya produksi yang meningkat juga bisa menjadi faktor yang melonjakkan Break
Even Point. Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri dalam berbisnis saat permintaan
produk atau penjualan pelanggan tetap sama, namun biaya variabelnya meningkat.
Tidak hanya biaya produksi, BEP juga bisa meningkat akibat kenaikan biaya sewa
gedung, gaji karyawan, ataupun biaya utilitas.
3. Perbaikan Peralatan
Faktor lainnya yang bisa meningkatkan BEP adalah perbaikan alat, yang juga bisa
mencakup masalah pada jalur produksi. Saat hal tersebut terjadi, kenaikan BEP juga
terjadi, itu semua karena jumlah target unit yang tidak bisa diproduksi sesuai
kerangka waktu yang telah ditentukan. Peralatan yang gagal beroperasi atau
menghasilkan produk gagal juga bisa berujung pada meningkatnya biaya operasional,
sehingga titik impasnya menjadi lebih tinggi. Untuk menekan kenaikan Break Even
Point tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu dengan menaikkan harga
jual produk, atau melakukan outsourcing. Dengan menurunkan BEP, bisnis jadi lebih
mampu untuk menghasilkan untung lebih tinggi

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi menurut kami, Break Event Point atau yang di kenal dengan singkatan BEP
merupakan suatu kondisi perusahaan yang stabil yang sekipun tidak mendapatkan
pendapatan atau keuntungan tetapi juga perusahan tersebut tidak mengalami kerugian.
Menurut analisa dari beberapa sumber Break Event Point dapat menentukan tingkat
penjualan atau produksi ada berapa sehingga perusahaan tidak mendapatkan untung atau rugi
dengan kata lain titik yang impas. Titik impas ini maksudnya dalam menajemen adalah
dalam menentukan bisnis perusahaan sudah tahu akan memproduksi berapa jenis barang
untuk dijual.

Selain itu, titik impas ini memiliki empat hal untuk mendapatkannya yaitu dengan biaya
tetap, biaya variable, harga jual per unit dan produksi atau penjualan maksimum. Seperti
yang sudah kita ketahui maanfaat Break Event Point yaitu sebagai dasar dari perencanaan
produksi dan penjualan bagi menajemen. Jadi dapat disimpulkan bahwa Break Event Point
sangat bereparan penting dalam perencanaan dan produksi sebuah perusahaan agar tidak
mengalami likuidasi dan perusahaan tetap berjalan terus tanpa kendala yang merugikan
perusahaan secara besar.

3.2 SARAN

Break Event Point atau BEP sangat penting untuk menjadi landasan produksi dan
penjualan sebuah perusahaan dagang. Oleh karena itu, BEP tetap harus dikembangkan oleh
perusahan-perusahan dagang agar terus dapat bersaing dengan zaman sekalipun teknologi
sudah sangat melandasi perusahan. Tetapi kita perlu meyakini bahwa perusahaan dagang
akan terus menggunakan BEP sebagai dasar memproduksi dan mendistribusikan barang.
Dan akan terus menjadi titik impas dalam menajemen sebuah perusahaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.rusdionoconsulting.com/break-even-point/#:~:text=Metode%20Grafik,-Selain
%20dengan%20metode&text=Grafis%20BEP%20akan%20menunjukkan%20volume,volume
%20penjualan%20dan%20garis%20biaya (Diakses pada tanggal 26 Mei 2022)

C:/Users/T%20o%20s%20h%20i%20b%20a/Downloads/
hRBnY0SEI7ToK1PfOwctqDW8FZQimdjy6GuH3XUNAs2xk9VvaC.pdf (Diakses pada
tanggal 26 Mei 2022)

file:///C:/Users/T%20o%20s%20h%20i%20b%20a/Downloads/Break%20Even%20Point.pdf
(Diakses pada tanggal 26 Mei 2022)

16

Anda mungkin juga menyukai