PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negosiasi adalah penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling tua
digunakan oleh manusia. Negosiasi merupakan cara yang paling penting karena
para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian sengketanya dan setiap
penyelesaiannya didasarkan pada kesepakatan para pihak. Istilah negosiasi
tercantum didalam Pasal 1 Butir (10) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999
disebutkan bahwa penyelesaian sengketa alternatif adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak.
Negoisasi biasanya digunakan dalam kasus yang tidak terlalu pelik, dimana
para pihak beriktikad baik untuk secara bersama memecahkan persoalannya.
Negoisasi dilakukan jika komunikasi antara pihak masih terjalin dengan baik,
masih ada rasa saling percaya, dan ada keinginan baik untuk mencapai
kesepakatan, serta menjalin hubungan baik.
Negoisasi adalah sarana paling banyak digunakan. Sarana ini telah dipandang
sebagai sarana yang paling efektif. Lebih dari 80% sengketa di bidang bisnis
tercapai penyelesaiannya melalui cara ini1. Penyelesaiannya tidak win-lose, tetapi
win-win. Karena itu pula, penyelesaian melalui cara ini memang dipandang yang
memuaskan para pihak. Cara penyelesaian ini sangat cocok untuk masyarakat
bisnis Indonesia. Mayoritas pengusaha indonesia adalah pengusaha kecil dan
menengah. Pada umumnya mereka tidak terlalu memedulikan kontrak, kurang
1
Nyoman Satyayudha Dananjaya, Putu Rasmadi Arsha Putra, & Kadek Agus
Sudiarawan, Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Denpasar: Fakultas Hukum Universitas Udayana,
2017), hlm. 122.
1
begitu peduli terhadap bunyi klausala-klausala kontrak. Dalam benak mereka,
cukuplah bagaimana melaksanakan transaksi tersebut. Mind set seperti ini terbawa
pula ketika ternyata kemudian sengketa mengenai kontrak lahir. Mereka kurang
peduli dengan apa yang ada pada klausal kontrak. Kalau ada sengketa, mereka
upayakan penyelesaiannya secara baik-baik, secara kekeluargaan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
C. Tujuan Masalah
D. Metode Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negosiasi
1) Untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri,
misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual, dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga (disini tidak terjadi sengketa); dan
2) Untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara para
pihak.
Dalam bahasa sehari hari kata negosiasi sering kita dengar dengan istilah
berunding, bermusyawarah, atau bermufakat. Kata negosiasi berasal dari bahasa
Inggris “negotiation” yang berarti perundingan. Adapun orang yang melakukan
negosiasi atau perundingan disebut negosiator.
Negosiasi:
2
Nita Triana, Alternative Dispute Resolution: Penyelesaian Sengketa Alternatif Dengan
Model Mediasi, Arbitrase, Negosiasi dan Konsilasi, (Yogyakarta: Kaizen Sarana Edukasi, 2019),
hlm. 57.
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,.Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1988),
hlm. 611.
3
(kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang
lain;
ii) Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak
pihak yang bersengketa.
2) Undang-undang Arbritase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UUAAPS)
disebutkan dalam pasal 6 ayat (2) UUAAPS menyatakan negosiasi adalah:
4
ARTIKEL
4
Negosiasi sangat terikat dengan kebudayaan suatu bangsa. Karen itu, pihak
negosiator yang baik biasanya harus mengetahui terlebih dahulu bangsa mana
yang menjadi lawan negosiasinya dan bagaimana karakteristik dari bangsa
tersebut dalam bernegosiasi.
Proses negosiasi terdiri bukan dari suatu aktifitas saja, proses ini berlanjut
untuk masa waktu tertentu yang membutuhkan strategi serta keterampilan yang
sesuai dengan suatu fase. Setiap negosiasi mengenal tiga tahap6:
a) Pokok persoalan apa yang cenderung timbul dalam konteks kerja yang
umum yang memerlukan negosiasi
b) Siapa yang terlibat dalam negosiasi
c) Apakah negosiasi diperlukan dalam persoalan tersebut
5
6
Nita Triana, Alternative Dispute Resolution: Penyelesaian Sengketa Alternatif Dengan
Model Mediasi, Arbitrase, Negosiasi dan Konsilasi, (Yogyakarta: Kaizen Sarana Edukasi, 2019),
hlm. 65.
5
d) Bagaimana kualitas hubungan diantara pihak-pihak tersebut
a) Menetapkan persoalan
b) Menetapkan posisi awal
c) Argumentasi
d) Menyelidiki kemungkinan
e) Menetapkan proposal
f) Menetapkan dan menandatangani persetujuan
6
i) Tanpa prasangka dan segala komunikasi atau diskusi yang terjadi tidak
dapat digunakan sebagai alat bukti.
Jika anda menang maka harus ada yang kalah dan akan menciptakan
situasi yang kian sulit. Perspektif terbaik dalam negosiasi adalah mencoba
untuk menemukan solusi dimana kedua pihak menang. Jangan melihat
negosiasi sebagai kontes yang harus dimenangkan.
3) Menjadi emosional
Adalah hal yang wajar menjadi emosional pada saat melakukan negosiasi
yang penting. Namun, semakin kita emosional, semakin kita kurang
membangun negosiasi yang konstruktif . Sangat penting untuk menjaga emosi
sehingga tidak menimbulkan rasa tidak senang di antara dua pihak.
Karena kita mencuba menemukan solusi yang dapat diterima kedua belah
pihak, kita perlu memahami kebutuhan dan keinginan orang lain . Jika kita
8
Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase: Proses
Perlembagaan dan Aspek Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), hlm. 51-53.
7
tidak tahu kebutuhan atau keinginan orang lain , kita tidak dapat melakukan
negosiasi dengan baik.
Kebiasaannya dengan orang yang tidak begitu kita sukai sikapnya, kita
cenderung menganggap betapa sulitnya orang tersebut. Ketika hal tersebut
terjadi , negosiasi yang efektif tidak mungkin dilakukan. Maka penting untuk
berpegang pada isu dan menyingkirkan rasa suka atau tidak suka pada
individu tersebut.
Selain itu, menurut William Ury dan Roger Fisher juga menyebutkan
bahwa ada lima kendala utama yang dihadapi para negosiator dalam negosiasi,
yaitu9:
Emosi dari negosiator pihak lain yang negatif baik itu tidak kooperatif
ataupun selalu mempertahankan posisinya tanpa mau mendengarkan pihak
lain. Oleh itu, sebagai negosiator haruslah mencuba memahami emosi mereka
9
Tony Sardjono, 8 Langkah Sukses Negosiasi: Strategi Efektif Menjadi Negosiator
Unggul, (Jakarta: Raih Asa Sukses), hlm. 97-99.
8
dan mengenali emosi yang dialami pada setiap situasi supaya kesepakatan di
antara para pihak dapat dilakukan demi mencapai kepuasan bersama.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1) Dengan adanya makalah ini saya berharap agar kita dapat mengubah cara
negosiasi kita yang salah agar menjadi lebih baik lagi sehingga juga dapat
meningkatkan akhlak manusia menjadi lebih baik lagi.
2) Dalam melaksanakan negosiasi perlu diperhatikan dalam melakukan
prosesnya supaya kesepakatan antara dua pihak atau lebih bisa diterima
sebagaimana mestinya.
10
3) Dalam menentukan putusan negosiasi hendaknya dapat membangun kerangka
dasar pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang didapatkan sesuai dan
diterima oleh kedua belah pihak atau lebih.
11
DAFTAR PUSTAKA
12