PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)
PROPOSAL SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
(UNIKAL)
TAHUN 2019
KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING)
DALAM PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)
PROPOSAL SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
Dekan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal skripsi berjudul:
Oleh
Nama Mahasiswa : Achmad Ali
Nomor Pokok Mahasiswa : 0216047571
Pembimbing I : Suryani, SH., M.Hum.
Pembimbing II : Ichsan Syuhudi, SH.MH.
Diseminarkan tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal skripsi berjudul:
Oleh
Nama Mahasiswa : Achmad Ali
Nomor Pokok Mahasiswa : 0216047571
Pembimbing I : Suryani, SH., M.Hum.
Pembimbing II : Ichsan Syuhudi, SH., M.H.
Diseminarkan tanggal :
Telah memenuhi syarat untuk mengikuti Seminar Proposal Skripsi
Guna melanjutkan penelitian skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum
Pekalongan, 25 September 2019
Pembimbing I Pembimbing II
iv
DAFTAR ISI
v
2. Spesifikasi Penelitian............................................................................ 14
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami hukum,
yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis
atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang
bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasar Tuhan Yang Maha
Esa.1 Peranan hakim dalam menangani suatu perkara merupakan usaha
menegakan hukum dalam masyarakat lewat pengadilan sebagai pengambil
keputusan. Dari hakim diharapkan sikap tidak memihak dalam
menentukan siapa yang benar dan siapa yang tidak dalam suatu perkara
dalam mengakhiri sengketa atau perkaranya.2
1
Bambang Waluyo, S. H. Implementasi kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Sinar Grafika
Edisi 1 Cet. 1. Jakarta 1991. Hal 11.
2
http://eprints.ums.ac.id/7838/ diakses 15 november 2109 (13:45) Utami Saraswati, 2010. Skripsi
: pengingkaran putusan perdamaian oleh salah satu pihak yang berperkara di pengadilan negeri
surakarta, Surakarta. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hlm 1
3
ibid
ada kemungkinan lagi untuk memeriksa kembali putusan itu pada instansi
pengadilan selanjutnya.4
4
Ibid, hlm. 2
5
Sari, I. M. Persamaan perlakuan para pihak dalam beracara di KPPU Dalam Prespektif Hukum
Acara Peradilan Indonesia. Jurnal Magister Hukum Udayana( Udayaba Master Law
Journal),5(2),380-391.
6
Ibid.
7
Ibid.
2
perdamaian maka sidang-sidang pemeriksaan perkara berikutnya menjadi
batal demi hukum” 8
apabila majelis hakim berhasil mendamaikan para
pihak yang berperkara di pengadilan, menurut pasal 130 (2) HIR yaitu jika
perdamaian itu dapat tercapai, maka dalam sidang dibuat akta perdamaian
di mana para pihak dihukum untuk melaksanakan persetujuan; akta itu
mempunyai kekuatan dan dilaksanakan seperti putusan hakim biasa.
Dalam hal mediasi pengadilan berhasil mendamaikan para pihak. Hakim
menjatuhkan putusan perdamaian bersama akta perdamaian yang isinya
menghukum pihak-pihak yang bersengketa untuk melaksanakan
persetujuan nya.
3
disengketakan sementara akta perdamaian diluar pengadilan masih bisa di
sengketakan kembali.
4
waktu yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dan apabila pihak
tergugat melanggar kesepakatan yang telah di sepakati maka tergugat
wajib memberikan semua aset miliknya kepada penggugat, maka terbitlah
Akta Perdamaian.
5
penelitian ini dilakukan di kota pekalongan sedangkan penelitian rahmadi
putra paputungan dilakukan di Kec. Malalayang, Kota Manado, sulawesi
Utara.
B. Pembatasan masalah
Berdasarkan banyaknya hal yang berkaitan dengan akta
perdamaian maka penulis menekan kan pada “Kedudukan Akta
Perdamaian (Dading) Dalam Perkara Perdata (Study Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl)”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat di
rumuskan dalam study kasus ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara
perdata?
2. Bagaimana prosedur pembuatan akta perdamaian (dading) ?
3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri
Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl dalam pembuatan akta
perdamaian ?
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas
adapun yang menjadi tujuan di laksanakan nya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan akta perdamaian (dading)
dalam perkara perdata
2. Untuk mengetahui prosedur pembuatan akta perdamaian (dading)
3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl dalam pembuatan
akta perdamaian
E. Kegunaan penelitian
Dari study kasus tersebut di harapkan bisa memberikan kegunaan yang
bermanfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
a. Diharapkan bisa menjadi ilmu pengetahuan tambahan tentang
hukum, khususnya mengenai kedudukan akta perdamaian (dading)
dalam perkara perdata.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan suatu gambaran mengenai
kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara perdata.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan penulis mengenai bidang akta perdamaian
(dading)
b. Untuk memberikan informasi kepada masayarakat mengenai
kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara perdata
F. Kajian Pustaka
1. Akta
Istilah tentang akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau
“akta” dan dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Akta
menurut Sudikno Mertokusumo merupakan surat yang diberi tanda
tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak
7
atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian.10 Menurut Subekti, akta berbeda dengan surat, yaitu suatu
tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti
tentang suatu peristiwa dan ditandatangani.11 Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud akta, adalah:
2. Jenis Akta
Akta adalah suatu surat yang ditandatangani, menurut keterangan
tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari
suatu perjanjian. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan:
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik
maupun dengan tulisan-tulisan dibawah tangan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua macam akta
yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Akta Otentik
10
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta 2006
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo II), hlm. 149
11
Subekti, Hukum Pembuktian, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2005, hlm. 25
12
http://eprints.unram.ac.id/5685/ diakses 25 september 2019 (15:00). Muhammad taufiq yanuar
rahmadan. 2018. Skripsi tinjauan yuridis akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris dalam
menyelesaikan sengketa perdata. Nusa Tenggara Barat. Universitas Mataram. Hlm. 27
8
Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari
yang berkepentingan, akta otentik terutama memuat keterangan
seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukannya dan
dilihat dihadapannya. Pejabat yang dimaksudkan antara lain ialah
Notaris, Panitera, Jurusita, Pegawai Pencatat Sipil, Hakim dan
sebagainya.
b. Akta di bawah tangan
Akta di bawah tangan iala akta yang di buat serta ditandatangani
oleh para pihak yang bersepakat dalam perikatan atau antara pihak
yang berkepentingan saja. Pasal 1874 KUH Perdata menyebutkan
bahwa: “yang dianggap sebagai tulisan dibawah tangan adalah akta
yang ditandatangani dibawah tangan, surat, daftar, surat urusan
rumah tangga dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa
perantaraan seorang pejabat umum”. Selanjutnya, berdasarkan
Pasal 1868 KUH. Perdata dan pasal 165 RBg, Akta Otentik, dapat
dibedakan menjadi:
1) Akta yang di buat oleh Pejabat “Amtelijke akte (akta pejabat)
atau “Relaas akta” (sering disebut risalah, berita acara atau
laporan). Isinya adalah pernyataan atau keterangan dari
seorang pejabat . Yang termasuk dalam akta ini adalah : akta
Catatan sipil dan akta kehakiman.
2) Akta yg dibuat dihadapan Pejabat “Partij akta” (akta para
pihak) yaitu akta yang memuat keterangan tentang kehendak
para-pihak dan dibuat dengan perantaraan Pejabat umum.
Contohnya: Akta Notariil.13
13
Ibid. Hal 30
9
3. Pengertian akta perdamaian
Akta perdamaian adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih di hadapan badan yang berwenang (Hakim) yang di
mintakan tingkatanya di dalam persidangan dan sifatnya mengikat.14
14
http://etheses.uin-malang.ac.id/122/ diakses 06 oktober 2019 (20:24). Lailatul Qomariyah 2105
Skripsi : kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi studi di pengadilan agama kabupaten
malang. Malang.Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malik. Hlm 5-6
15
Ibid. Hal. 6
10
Selain itu akta perdamaian juga memiliki dasr hukum dalam pasal
130 HIR ayat 2-3 sebagai berikut:
“pasal 130 ayat 2 HIR : jika perdamaian yang demikian itu dapat
di capai, maka pada waktu sidang di perbuat sebuah akta tentang
itu, dalam mana kedua belah pihak di hukumkan akan menepati
janji yang di perbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan di
jalankan sebagai putusan biasa”
“pasal 130 ayat 3 HIR : putusan yang demikian tidak bisa di
banding”16
16
Ibid. Hal. 5
11
c. Putusan mempunyai nilai kekuatan pembuktian
d. Putusan mempunyai kekuatan eksekutorial17
17
Ibid Hal. 6
18
https://www.hukum-hukum.com/2014/07/akta-perdamaian-acta-van-dading.html?m=1 diakses
19 Oktober 2019 (17:00)
19
Sudikno Mertokusumo, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, liberty, Yogyakarta.
12
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” saja yang memiliki
kekuatan eksekutorial.20
G. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian di perlukan metode-metode yang digunakan
untuk menjalankan suatu penelitan agar memperoleh data yang akurat,
untuk itu mengenai metode penelitian yang penulis gunakan akan
dijabarkan dibawah ini, yaitu :
1. Metode pendekatan
Pendekatan maslah yang akan di gunakan dalam skripsi ini adalah
pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Untuk itu
diperlukan penelitian yang merupakan suatu rencana pokok dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut soerjono soekanto
pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan
20
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/6668 diakses 09 oktober 2019 (07.36)
I Putu Agus Supendi. 2013. Jurnal kekuatan hukum akta perdamaian melalui proses pengadilan
dan diluar pengdilan. Bali. Universitas Udayana. Hlm 4
21
Wirjono Prodjodikoro, 1980, Hukum acara perdata di Indonesia, Cet VIII, sumur, Bandung.
22
Ibid hlm 4
13
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan
dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti23
Sedangkan yuridis sosiologis adalah suatu penelitian yang dilakukan
terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat
dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding),
yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identification) dan
pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-
solution).24
2. Spesifikasi Penelitian
Penilitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian
yang menjelaskan keadaan masalah tentang kenyataan-kenyataan yang
terjadi di masyarakat terutama bagi mereka yang sedang tersandung
kasus wanprestasi yang selesai dengan akta perdamaian
3. Sumber data
Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini meliputi data
sekunder dan data primer, yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan secara langsung pada obyek penelitian yang di lakukan di
Pengadilan Negeri Pekalongan, wawancara terhadap hakim yang
digunakan sebagai data penunjang bagi penulis untuk penulisan
penelitian ini.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dipergunakan dalam menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini melalui studi
23
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Peneliti Hukum Normatif(Suatu Tujuan Singkat), Rajawali
Pers, Jakarta, 2001, hlm 13-14
24
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hlm. 10.
14
kepustakaan putusan Nomor : 13/Pdt. G/2019/PN.pkl. adapun data
sekunder dalam penelitian ini yaitu.
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
berupa peraturan perundang-undangan seperti undang-undang
HIR 130 ayat 2 dan 3 tentang mengatur bahwa akta perdamaian
itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim
yang biasa dan terhadap keputusan tidak dapat dimintakan
banding, PERMA No 1 tahun 2016 pasal 5 dan 6 tentang Dasar
hukum proses mediasi dan kewajiban menghadiri mediasi,
KUHPerdata Pasal 1851-1864 tentang Perjanjian perdamaian
dan syarat sah perdamaian, Pasal 1867 KUH Perdata tentang
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan
otentik maupun dengan tulisan-tulisan dibawah tangan, Pasal
1874 KUH tentang spesifikasi akta dibawah tangan yang dibuat
diluar pejabat umum, PERMA No.1 Tahun 2008 pasal 17
tentang dasar hukum akta perdamaian dan perjanjian, pasal
1858 KUHPerdata tentang kekuatan hukum putusan
perdamaian, Pasal 1 ayat 10 UU No 30 Tahun 1999 tentang
alternative penyelesaian sengketa.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang mendukung
bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder terdiri
dari buku-buku literatur tentang implementasi kekuasaan
kehakiman RI, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ruang
Lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, perdamaian
dan perwasitan dalam HK Acara Perdata, Hukum Pembuktian.
3) Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap penjelasan bahan hukum primer dan
sekunder seperti kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Hukum
ataupun rujukan internet.
15
4. Lokasi penelitian
Dalam menjalankan penelitian ini penulis memilih Pengadilan Negeri
Pekalongan untuk menjadi sampel penelitian. Alasan penulis memilih
Pengadilan Negeri Pekalongan karena kasus tersebut di putus di
Pengadilan Negeri Pekalongan.
5. Metode pengumpulan dan pengolahan data
a. Prosedur pengumpulan data
Studi kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan
membaca, memahami, dan mengutip, merangkum, dan membuat
catatan-catatan serta menganalisis peraturan perundang-undangan.
b. Studi lapangan
Penelitian lapangan dimaksud memperoleh data primer yang
dilakukan dengan metode wawancara secara langsung dengan
narasumber
H. Sistematika penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penulisan ini, maka
terlebih dahulu penulis akan menguraikan penulisannya agar lebih mudah
dipahami dan memecahkan masalah yang ada.
1. Latar Belakang Masalah
Berisikan tentang penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian
kerjasama usaha pertambangan dalam putusan akta perdamaian Nomor
: 13/Pdt.G/2019/ PN Pkl.
2. Rumusan Masalah
Bab ini merupakan bab yang berisi pembahasan yang tercakup dalam
rumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
Bab ini merupakan bab yang berisikan tentang pembahasan mengenai
tujuan meneliti kasus tersebut
4. Manfaat penelitian
16
Bab ini berisikan tentang meneliti kasus akta perdamaian Nomor :
13/Pdt.G/2019/PN Pkl. yang terdapat dalam HIR (Het Herziene
indonesisch reglement), Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5. Kajian pustaka
Bab ini berisikan tentang pengertian akta, jenis akta, pengertian akta
perdamaian, manfaat akta perdamaian, dasar hukum akta perdamaian
atau perjanjian, kekuatan hukum yang melekat pada penetapan akta
perdamaian, dasar hukum proses mediasi dan kewajiban menghadiri
mediasi, pengertian perdamaian dan syarat sahnya perdamaian
6. Metode penelitian
Metode penilitian merupakan rancangan teknis penelitian yang disusu
oleh penulis sesuai dengan masalah yang akan diteliti
7. Sistematika penulisan
8. Daftar Pustaka
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Andrea, fockema. 1983. Kamus istilah hukum belanda- indonesia. Hlm. 87, hlm.
616. Jakarta: bina cipta.
Harahap, Yahya, M. S.H., 2006. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata Edisi Kedua. Hlm. 302. Jakarta : Sinar Grafika.
Ismail badruzzaman. Pedoman peradilan adat di aceh untuk peradilan adat yang
adil dan akuntabel. Hlm. 21. Ketua majelis adat aceh nanggroe aceh
darussalam.
Koosmargono, RMJ. Dja’is, Mochammad. 2010 membaca dan mengerti HR,
Hlm. 41-42. Semarang : fakultas hukum Undip.
Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty. Hlm
149. Yogyakarta (selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo II).
Mertokusumo. Sudikno, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, liberty,
Yogyakarta.
Poerwadarminta W. J. S. 2005. kamus umum bahasa indonesia, edisi ketiga,
diolah kembali oleh pusat bahasa departemen pendidikan nasional, hlm. 259
jakarta: balai pustaka
Prodjodikoro. Wirjono, 1980, Hukum acara perdata di Indonesia, Cet VIII, sumur,
Bandung.
Shadily, hassan dan echols, M john. 1994 kamus indonesia- inggris. Hlm 129.
Jakarta: PT Gramedia.
Situmorang. M victor. 1993. Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara
perdata. Hlm. 3. Jakarta: rineka cipta.
Soekanto, soejono. 1982. Pengantar peneliti umum. Hlm 10. Jakarta : UI press
Soekanto, Soerjono dkk. 2001. Peneliti Hukum Normatif (Suatu Tujuan Singkat).
Hlm 13-14. Jakarta: Rajawali Pers.
Subekti. 2005. Hukum Pembuktian. Hlm 25. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Waluyo. Bambang, S. H. 1991 Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik
Indonesia. Edisi 1. Cet 1. Hal 11. Jakarta : Sinar Grafika
18
Undang-undang:
HIR
Perma No 01 Tahun 2016
Kitab Undang-Undang KUHPerdata
Karya Ilmiah
Lailatul Qomariyah 2105 Skripsi : kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi
studi di pengadilan agama kabupaten malang. Malang.Universitas Islam Negeri
Maulana Ibrahim Malik. Halaman 5-6
Utami Saraswati, 2010. Skripsi : pengingkaran putusan perdamaian oleh salah
satu pihak yang berperkara di pengadilan negeri surakarta, Surakarta.
Universitas Muhamadiyah Surakarta. Halaman 1
Muhammad taufiq yanuar rahmadan. 2018. Skripsi tinjauan yuridis akta
perdamaian yang dibuat dihadapan notaris dalam menyelesaikan sengketa
perdata. Nusa Tenggara Barat. Universitas Mataram. Halaman 20. 27-30
I Putu Agus Supendi. 2013. Jurnal kekuatan hukum akta perdamaian melalui
proses pengadilan dan diluar pengdilan. Bali. Universitas Udayana. Halaman 4
Internet:
https://www.hukum-hukum.com/2014/07/akta-perdamaian-acta-van-
dading.html?m=1
https://www.legalakses.com/akta-perdamaian-dalam-gugatan-perdata/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4db77e880d227/putusan-pn-
atau-akta-perdamaian-yang-digunakan-/
19