Anda di halaman 1dari 25

KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING) DALAM

PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Guna melanjutkan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
Pada program studi Ilmu Hukum
Oleh:

Nama : Achmad Ali


NPM : 0216047571

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
(UNIKAL)
TAHUN 2019
KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING)
DALAM PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Guna melanjutkan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
Pada program studi Ilmu Hukum
Oleh:

Nama : Achmad Ali


NPM : 0216047571
Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Suryani, SH., Mhum. Ichsan Syuhudi, SH., M.H.


NPP.195909101987031001 NPP. 111099123

Dekan

Dr. NURUL HUDA, SH., M.Hum


NPP. 110493072

ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal skripsi berjudul:

KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING) DALAM


PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)

Oleh
Nama Mahasiswa : Achmad Ali
Nomor Pokok Mahasiswa : 0216047571
Pembimbing I : Suryani, SH., M.Hum.
Pembimbing II : Ichsan Syuhudi, SH.MH.
Diseminarkan tanggal :

Telah memenuhi syarat untuk mengikuti Seminar Proposal Skripsi


Guna melanjutkan penelitian skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum

Pembimbing I Pembimbing II

Suryani, SH., M.Hum. Ichsan Syuhudi, SH., M.H.


NPP. 195909101987031001 NPP. 111099123
Dekan

Dr. NURUL HUDA, SH., M.Hum


NPP. 110493072

iii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal skripsi berjudul:

KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING)


DALAM PERKARA PERDATA
(STUDY KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
PEKALONGAN NO 13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)

Oleh
Nama Mahasiswa : Achmad Ali
Nomor Pokok Mahasiswa : 0216047571
Pembimbing I : Suryani, SH., M.Hum.
Pembimbing II : Ichsan Syuhudi, SH., M.H.
Diseminarkan tanggal :
Telah memenuhi syarat untuk mengikuti Seminar Proposal Skripsi
Guna melanjutkan penelitian skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum
Pekalongan, 25 September 2019
Pembimbing I Pembimbing II

Suryani, SH., M.Hum. Ichsan Syuhudi, SH., M.H.


NPP. 195909101987031001 NPP. 111099123
Dekan

Dr. NURUL HUDA, SH., M.Hum


NPP. 110493072

iv
DAFTAR ISI

KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING) DALAM PERKARA


PERDATA ............................................................................................................... i
KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN (DADING) DALAM PERKARA
PERDATA .............................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Pembatasan masalah ............................................................................... 6
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
E. Kegunaan penelitian ............................................................................... 7
F. Kajian Pustaka ........................................................................................ 7
1. Akta ........................................................................................................ 7

2. Jenis Akta ............................................................................................... 8

3. Pengertian akta perdamaian .................................................................. 10

4. Manfaat akta perdamaian...................................................................... 10

5. Dasar hukum Akta Perdamaian Atau perjanjian .................................. 10

6. Kekuatan hukum yang melekat pada penetapan akta perdamaian ....... 11

7. Akta perdamaian yang dibuat oleh pengadilan..................................... 12

8. Kekuatan hukum akta perdamaian yang dibuat oleh pengadilan ......... 12

9. Kekuatan hukum akta perdamaian yang dibuat diluar pengadilan atau


yang tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri ....................................... 13

G. Metode penelitian ................................................................................. 13


1. Metode pendekatan ............................................................................... 13

v
2. Spesifikasi Penelitian............................................................................ 14

3. Sumber data .......................................................................................... 14

4. Lokasi penelitian .................................................................................. 16

5. Metode pengumpulan dan pengolahan data ......................................... 16

H. Sistematika penulisan ........................................................................... 16

vi
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami hukum,
yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar
hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis
atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang
bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasar Tuhan Yang Maha
Esa.1 Peranan hakim dalam menangani suatu perkara merupakan usaha
menegakan hukum dalam masyarakat lewat pengadilan sebagai pengambil
keputusan. Dari hakim diharapkan sikap tidak memihak dalam
menentukan siapa yang benar dan siapa yang tidak dalam suatu perkara
dalam mengakhiri sengketa atau perkaranya.2

Bagi hakim dalam mengadili suatu perkara terutama yang


terpenting adalah fakta atau peristiwanya dan bukan hukumnya. Bila
seorang hakim hendak menjatuhkan keputusan maka ia akan selalu
berusaha agar putusannya nanti dapat diterima oleh masyarakat, setidak-
tidaknya berusaha agar orang yang akan mendapat putusannya dapat
diterima dilingkunganya. Pada prinsipnya suatu putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum teteap tidak dapat ditarik kembali dan harus
dianggap telah terbukti kebenarannya.3 Namum masih juga diberikan
kesempatan untuk hal-hal tertentu dan atas dasar yang kuat, putusan hakim
tersebut diperiksa kembali.

Maksud dari putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum


tetap adalah suatu putusan yang tidak dapat ditarik kembali, apabila tidak

1
Bambang Waluyo, S. H. Implementasi kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, Sinar Grafika
Edisi 1 Cet. 1. Jakarta 1991. Hal 11.
2
http://eprints.ums.ac.id/7838/ diakses 15 november 2109 (13:45) Utami Saraswati, 2010. Skripsi
: pengingkaran putusan perdamaian oleh salah satu pihak yang berperkara di pengadilan negeri
surakarta, Surakarta. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hlm 1
3
ibid
ada kemungkinan lagi untuk memeriksa kembali putusan itu pada instansi
pengadilan selanjutnya.4

Kedudukan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman


dalam negara hukum mempunyai peran sebagai pressure valve terhadap
setiap pelanggaran hukum dan ketertiban masyarakat, oleh karena itu
peradilan masih diandalkan sebagai badan yang memiliki fungsi dan
berperan menegakkan kebenaran dan keadilan dalam menangani kasus-
kasus harus beradasarkan pada prinsip perlakuan dan dengan cara yang
jujur (fair manner) dan benar5. Dalam perkara perdata yang di dalamnya
terdapat sengketa dan diajukan oleh pihak penggugat ke pengadilan, maka
akan diselesaikan dan diputus oleh pengadilan.6

Pada sidang pertama hakim wajib mengupayakan perdamaian


sebagaimana ditentukan oleh pasal 130 HIR.7 Proses beracara perdata di
pengadilan, sudah menjadi kewajiban bagi hakim yang menangani
sengketa perdata untuk mengusahakan perdamaian sebelum pemeriksaan
perkara, ketentuan ini dalam pasal 130 ayat (1) HIR yaitu “jika pada hari
yang ditentukan kedua belah pihak datang, maka ketua pengadilan negeri
akan mencoba mendamaikan mereka”

Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat diketahui apabila kedua


belah pihak datang pada hari sidang yang telah ditentukan hakim akan
melakukan usaha perdamaian terlebih dahulu. Pasal ini hanya
menyebutkan usaha perdamaian oleh hakim dan ketentuan lebih lanjut
bagaimana tata cara usaha perdaaian tersebut. Usaha perdamaian ini
adalah mutlak harus dilakukan dan dicantumkan dalam berita acara
(procesverbaal). “suatu pemeriksaan perkara tanpa didahului dengan usaha

4
Ibid, hlm. 2
5
Sari, I. M. Persamaan perlakuan para pihak dalam beracara di KPPU Dalam Prespektif Hukum
Acara Peradilan Indonesia. Jurnal Magister Hukum Udayana( Udayaba Master Law
Journal),5(2),380-391.
6
Ibid.
7
Ibid.

2
perdamaian maka sidang-sidang pemeriksaan perkara berikutnya menjadi
batal demi hukum” 8
apabila majelis hakim berhasil mendamaikan para
pihak yang berperkara di pengadilan, menurut pasal 130 (2) HIR yaitu jika
perdamaian itu dapat tercapai, maka dalam sidang dibuat akta perdamaian
di mana para pihak dihukum untuk melaksanakan persetujuan; akta itu
mempunyai kekuatan dan dilaksanakan seperti putusan hakim biasa.
Dalam hal mediasi pengadilan berhasil mendamaikan para pihak. Hakim
menjatuhkan putusan perdamaian bersama akta perdamaian yang isinya
menghukum pihak-pihak yang bersengketa untuk melaksanakan
persetujuan nya.

Putusan ini mempunyai kekuatan eksekutorial, “apabila salah satu


pihak melakukan wanprestasi atau tidak melaksanakan persetujuannya
yang ditulis dalam putusan perdamaian. Maka pihak lawan dapat lanhsung
melakukan permohonan eksekusi.”9 Berdasarkan penjelasan-penjelasan
tersebut, penulis menemukan suatu kasus perkara perdata wanprestasi atas
putusan akta perdamaian Nomor : 13/Pdt.G/2019/PN Pkl.

Para pihak sepakat menyelesaikan sengketa dengan mengusahakan


perdamaian sesuai ketentuan pasal 130 HIR dan PERMA No. 01 tahun
2016, undang-undang nomor 2 tahun 2004. Berhasil membuat kesepakatan
perdamaian yang dituangkan dalam bentuk akta perdamaian,
ditandatangani para pihak pada tanggal 6 mei 2019, dan pada tanggal 29
april 2019, sidang terbuka untuk umum hakim membacakan putusan akta
perdamaian Nomor 13/Pdt.G/2019/PN Pkl.

Akta perdamaian ini dibuat oleh pengadilan negeri karena kekuatan


yang dimiliki akta perdamaian oleh hakim memiliki kekuatan eksekutorial
sama seperti putusan hakim yang berkekuatan humum tetap. Akta
perdamaian yang dibuat oleh hakim tidak dapat diajukan banding ataupun
8
Mochammad Dja’is, RMJ. Koosmargono, membaca dan mengerti HR, (semarang : Fakultas
Hukum Undip, 2010), Hlm. 41-42.
9
M. Yahya Harahap,S.H., Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata Edisi Kedua,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2006), Hlm. 302.

3
disengketakan sementara akta perdamaian diluar pengadilan masih bisa di
sengketakan kembali.

Adapun isi dari akta perdamaian tersebut antara lain, yatu


kesepakatan tentang besar nya hutang para pihak tergugat kepada pihak
penggungat, segala kerugian yang timbul bagi penggugat dan dianggap
merugikan bagi pihak penggugat sepakat untuk diselesaikan dengan
ketentuan total pinjaman sesuai kesepakatan. Kesepakatan bentuk
pelunasan atas hutang dan kerugian yang ditimbulkan oleh pihak tergugat
kepada pihak penggugat beserta menyerahkan jaminan sebagai bentuk
pelunasan hutang apabila pada tanggal jatuh tempo pelunasan hutang
maka pihak tergugat wajib menyerahkan jaminan yang telah di sepakati
dalam akta perdamaian tersebut, jaminan tersebut berupa :

Sertifikat Hak Milik Nomor 5602/Ngesrep yang terletak di


kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Provinsi Jawa
Tengah JL Bukitsari Ngesrep Blok F Kav Nomor 8 seluas 375m2. Sesuai
dengan putusan perdamaian jika tergugat tidak membayar jaminan jatuh
tempo yang telah di sepakati oleh para pihak maka tergugat harus
menyerahkan aset yang dijaminkan kepada pihak penggugat.

Dengan adanya konflik wanprestasi yang pada awalnya perjanjian


antara dua pihak dalam kerjasama menjalankan sebuah bisnis, kreditur
tidak terima karena sudah melampaui batas waktu yang sudah di tentukan.
Sampai pada akhirnya kreditur menggugat debitur lewat jalur hukum.
Namun setelah kreditur menggugat debitur, akhirnya debitur mengakui
bahwa debitur membawa uang sebesar 2.500.000.000 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).

Debitur juga mengakui bahwa uang tersebut di gunakan untuk


usaha pertambangan, namun sebagian besar di pergunakan untuk membeli
dan merenovasi rumah. Dengan adanya surat putusan pengadilan tersebut,
pada akhirnya tergugat sanggup mengembalikan uang dengan jangka

4
waktu yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak dan apabila pihak
tergugat melanggar kesepakatan yang telah di sepakati maka tergugat
wajib memberikan semua aset miliknya kepada penggugat, maka terbitlah
Akta Perdamaian.

Akta perdamaian dilakukan oleh dua orang atau lebih di hadapan


badan yang berwenang. Akta perdamaian ini dibuat karena kedua belah
pihak yang telah sepakat untuk mengahiri segala konflik diantara para
pihak yang melakukan perjanjian. Dalam akta perdamaian ini disebutkan
bahwa para pihak telah sepakat untuk berdamai dan sepakat untuk
mengakhiri sengketa dengan saling menghormati, saling menghargai, dan
dengan penuh kekeluargaan.

Penelitian terdahulu mengenai Akta Perdamaian (Dading) Dalam


Perkara Perdata. Salah satu penelitian tentang Akta Perdamaian (Dading)
Dalam Perkara Perdata dilakukan rahmadi putra paputungan yang
melakukan melakukan penelitian tentang Kedudukan Hukum Akta
Perdamaian Yang Ditetapkan Oleh Hakim Menurut Hukum Acara Perdata.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menjelaskan Kedudukan Hukum Akta
Perdamaian Yang Ditetapkan Oleh Hakim Menurut Hukum Acara Perdata,
menjelaskan tentang seorang pelaku usaha yang melakukan perjanjian
kontrak kerjasama dengan partner kerja untuk mencapai keuntungan
bersama sehingga dilakukan perjanjian tersebut untuk mengikat satu sama
lain, dan apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi maka pihak yang
melakukan wanprestasi tersebut harus menganti kerugian yang
ditimbulkan akibat perkara tersebut. Adapun analisa penelitian tersebut
yaitu memberikan jaminan perlindungan dan kepastian hukum bagi para
pihak yang bersengketa. Tanggung jawab pihak yang melakukan
wanprestasi adalah tidak adanya ganti kerugian dari pihak bersangkutan
yang menjadi korban. Penelitian rahmadi putra paputungan mempunyai
persamaan dengan penelitian ini yaitu tentang Kedudukan Hukum Akta
Perdamaian. Perbedaan lainya terletak pada lokasi penelitian, yaitu lokasi

5
penelitian ini dilakukan di kota pekalongan sedangkan penelitian rahmadi
putra paputungan dilakukan di Kec. Malalayang, Kota Manado, sulawesi
Utara.

Pihak-pihak berkehendak untuk melakukan upaya damai. Akta


perdamaian dibuat karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan
untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan. akta
perdamaian ini di buat berdasar putusan Nomor 13/pdt.G/2019/PN Pkl.

Berdasarkan putusan tersebut maka penulis, ingin mengetahui


bagaimana kedudukan akta perdamaian yang dibuat oleh Pengadilan
dalam perkara perdata. Maka penulis tertarik menuangkan dalam
penelitian skripsi dengan judul “KEDUDUKAN AKTA PERDAMAIAN
(DADING) DALAM PERKARA PERDATA (STUDY KASUS
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PEKALONGAN NO
13/PDT/Pdt.G/2019/PN PKL)”.

B. Pembatasan masalah
Berdasarkan banyaknya hal yang berkaitan dengan akta
perdamaian maka penulis menekan kan pada “Kedudukan Akta
Perdamaian (Dading) Dalam Perkara Perdata (Study Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl)”

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat di
rumuskan dalam study kasus ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara
perdata?
2. Bagaimana prosedur pembuatan akta perdamaian (dading) ?
3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri
Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl dalam pembuatan akta
perdamaian ?

6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas
adapun yang menjadi tujuan di laksanakan nya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan akta perdamaian (dading)
dalam perkara perdata
2. Untuk mengetahui prosedur pembuatan akta perdamaian (dading)
3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri Pekalongan No 13/Pdt/Pdt.G/2019/Pn Pkl dalam pembuatan
akta perdamaian

E. Kegunaan penelitian
Dari study kasus tersebut di harapkan bisa memberikan kegunaan yang
bermanfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
a. Diharapkan bisa menjadi ilmu pengetahuan tambahan tentang
hukum, khususnya mengenai kedudukan akta perdamaian (dading)
dalam perkara perdata.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan suatu gambaran mengenai
kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara perdata.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan penulis mengenai bidang akta perdamaian
(dading)
b. Untuk memberikan informasi kepada masayarakat mengenai
kedudukan akta perdamaian (dading) dalam perkara perdata

F. Kajian Pustaka
1. Akta
Istilah tentang akta dalam bahasa Belanda disebut “acte” atau
“akta” dan dalam bahasa Inggris disebut “act” atau “deed”. Akta
menurut Sudikno Mertokusumo merupakan surat yang diberi tanda
tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak

7
atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian.10 Menurut Subekti, akta berbeda dengan surat, yaitu suatu
tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti
tentang suatu peristiwa dan ditandatangani.11 Berdasarkan pendapat
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud akta, adalah:

a. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)


b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai/digunakan sebagai bukti
perbuatan hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang diajukan
kepada pembuktian sesuatu.

Akta adalah surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan


pegawai yang berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang
cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya maupun berkaitan
dengan pihak lainnya sebagai hubungan hukum, tentang segala hal
yang disebut didalam surat itu sebagai pemberitahuan hubungan
langsung dengan perihal pada akta itu.12

2. Jenis Akta
Akta adalah suatu surat yang ditandatangani, menurut keterangan
tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari
suatu perjanjian. Pasal 1867 KUH Perdata menyatakan:
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik
maupun dengan tulisan-tulisan dibawah tangan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua macam akta
yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Akta Otentik

10
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta 2006
(selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo II), hlm. 149
11
Subekti, Hukum Pembuktian, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2005, hlm. 25
12
http://eprints.unram.ac.id/5685/ diakses 25 september 2019 (15:00). Muhammad taufiq yanuar
rahmadan. 2018. Skripsi tinjauan yuridis akta perdamaian yang dibuat dihadapan notaris dalam
menyelesaikan sengketa perdata. Nusa Tenggara Barat. Universitas Mataram. Hlm. 27

8
Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan, baik dengan maupun tanpa bantuan dari
yang berkepentingan, akta otentik terutama memuat keterangan
seorang pejabat yang menerangkan apa yang dilakukannya dan
dilihat dihadapannya. Pejabat yang dimaksudkan antara lain ialah
Notaris, Panitera, Jurusita, Pegawai Pencatat Sipil, Hakim dan
sebagainya.
b. Akta di bawah tangan
Akta di bawah tangan iala akta yang di buat serta ditandatangani
oleh para pihak yang bersepakat dalam perikatan atau antara pihak
yang berkepentingan saja. Pasal 1874 KUH Perdata menyebutkan
bahwa: “yang dianggap sebagai tulisan dibawah tangan adalah akta
yang ditandatangani dibawah tangan, surat, daftar, surat urusan
rumah tangga dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa
perantaraan seorang pejabat umum”. Selanjutnya, berdasarkan
Pasal 1868 KUH. Perdata dan pasal 165 RBg, Akta Otentik, dapat
dibedakan menjadi:
1) Akta yang di buat oleh Pejabat “Amtelijke akte (akta pejabat)
atau “Relaas akta” (sering disebut risalah, berita acara atau
laporan). Isinya adalah pernyataan atau keterangan dari
seorang pejabat . Yang termasuk dalam akta ini adalah : akta
Catatan sipil dan akta kehakiman.
2) Akta yg dibuat dihadapan Pejabat “Partij akta” (akta para
pihak) yaitu akta yang memuat keterangan tentang kehendak
para-pihak dan dibuat dengan perantaraan Pejabat umum.
Contohnya: Akta Notariil.13

13
Ibid. Hal 30

9
3. Pengertian akta perdamaian
Akta perdamaian adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih di hadapan badan yang berwenang (Hakim) yang di
mintakan tingkatanya di dalam persidangan dan sifatnya mengikat.14

4. Manfaat akta perdamaian


a. Mempunyai kekuatan hukum tetap
b. Tertutup upaya banding dan kasasi
c. Memiliki kekuatan ekskutorial
Dalam refrensi yang berbeda Akta Perdamaian suatu akta yang di
buat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, oleh atau
di hadapan pegawai umum yang berkuasa di tempat akta itu di
buat. Setiap produk yang diterbitkan hakim atau pengadilan dalam
menyelesaikan permasalahan yang di ajukan kepadanya, dengan
sendirinya merupakan akta otentik.15

5. Dasar hukum Akta Perdamaian Atau perjanjian


Dasar hukum yang melekat pada akta perdamaian itu telah di jelaskan
dalam PERMA No.1 Tahun 2008 pasal 17 yang menyatakan bahwa :
a. Apabila mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para
pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis
kesepakatan yang di capai dan di tanda tanggani oleh mediator dan
para pihak
b. Para pihak wajib menghadap kembali kepada halo, pada hari
sidang yang telah di tentukan untuk memberitahukan kesepakatan
perdamaian.
c. Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada
hakim untuk di kuatkan dalam bentuk akta perdamaian.

14
http://etheses.uin-malang.ac.id/122/ diakses 06 oktober 2019 (20:24). Lailatul Qomariyah 2105
Skripsi : kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi studi di pengadilan agama kabupaten
malang. Malang.Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malik. Hlm 5-6
15
Ibid. Hal. 6

10
Selain itu akta perdamaian juga memiliki dasr hukum dalam pasal
130 HIR ayat 2-3 sebagai berikut:
“pasal 130 ayat 2 HIR : jika perdamaian yang demikian itu dapat
di capai, maka pada waktu sidang di perbuat sebuah akta tentang
itu, dalam mana kedua belah pihak di hukumkan akan menepati
janji yang di perbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan di
jalankan sebagai putusan biasa”
“pasal 130 ayat 3 HIR : putusan yang demikian tidak bisa di
banding”16

6. Kekuatan hukum yang melekat pada penetapan akta perdamaian


Kekuatan hukum yang melekat pada putusan perdamaian di
atur dalam pasal 1858 KUHPerdata segala perdamaian mempunyai di
antara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam
tingkat yang penghabisan tidak dapatlah perdamaian itu dibantah
dengan alasan kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa
salah satu pihak dirugikan, pasal tersebut memberikan posisi hukum
yang sangat kuat terkait perdamaian, dimana segala perdamaian
mempunyai di antara para pihak sesuatu kekuatan seperti suatu
putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan. Bahkan lebih jauh
diatur bahwa tidak dapatlah perdamaian itu di bantah dengan alasan
kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu
pihak dirugikan dan pasal 130 ayat 2 dan 3 HIR mengatur bahwa akta
perdamaian itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan
hakim yang biasa, dan terhadap keputusan tidak dapat dimintakan
banding.

Putusan perdamaian atau akta perdamaian memiliki bermacam-macam


sifat diantara adalah :
a. Bersifat partai
b. Mengikat kepada para pihak

16
Ibid. Hal. 5

11
c. Putusan mempunyai nilai kekuatan pembuktian
d. Putusan mempunyai kekuatan eksekutorial17

7. Akta perdamaian yang dibuat oleh pengadilan


Akta perdamaian yang diputuskan oleh hakim, tidak dapat
diajukan banding. Penjelasan Pasal 130 HIR ( Hukum acara perdata)
mengatur bahwa : akta perdamaian yang dibuat secara sah akan
mengikat dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
tidak dapat dilakukan upaya banding. Akta perdamaian hanya dapat
dibatalkan bisa isi substansinya bertentangan dengan undang-undang.18

8. Kekuatan hukum akta perdamaian yang dibuat oleh pengadilan


Jika para pihak yang berperkara telah mencapai kesepakatan
untuk berdamai, maka mereka dapat meminta kepada majelis hakim
agar kesepakatan perdamaian yang telah mereka sepakati bersama
dituangkan dalam akta perdamaian yang dituangkan dalam putusan.
Akta perdamaian mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan apabila tidak
dilaksanakan, eksekusi dapat dimintakan kepada ketua Pengadilan
Negeri yang bersangkutan. Karena kekuatan putusanperdamaian sama
dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka
putusan perdamaian memiliki tiga kekuatan layaknya putusan biasa,
yaitu kekuatan mengikat, kekuatan pembuktian dan kekuatan
eksekutorial, terdapat kepala putusan atau akta dengan kata-kata
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”19. Akta-akta
otentik yang memiliki kepala seperti putusan tersebut diatur oleh
undang-undang. Jadi hanya akta otentik yang berkepala “Demi

17
Ibid Hal. 6
18
https://www.hukum-hukum.com/2014/07/akta-perdamaian-acta-van-dading.html?m=1 diakses
19 Oktober 2019 (17:00)
19
Sudikno Mertokusumo, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, liberty, Yogyakarta.

12
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” saja yang memiliki
kekuatan eksekutorial.20

9. Kekuatan hukum akta perdamaian yang dibuat diluar pengadilan atau


yang tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri
Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No 30 Tahun 1999
menegaskan bahwa alternative penyelesaian sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati kedua pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli.
Perdamaian secara lisan, dengan otentik maupun dengan akta
dibawah tangan jika tidak didaftarkan di Pengadilan Negeri tidak
memiliki kekuatan eksekutorial. Hanya akta otentik yang memiliki
kekuatan hukum sempurna akan tetapi bisa di batalkan .21 Akta otentik
yang memiliki kekuatan eksekutorial dibubuhi kata-kata “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketentuan Yang Maha Esa.22

G. Metode penelitian
Dalam melakukan penelitian di perlukan metode-metode yang digunakan
untuk menjalankan suatu penelitan agar memperoleh data yang akurat,
untuk itu mengenai metode penelitian yang penulis gunakan akan
dijabarkan dibawah ini, yaitu :

1. Metode pendekatan
Pendekatan maslah yang akan di gunakan dalam skripsi ini adalah
pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Untuk itu
diperlukan penelitian yang merupakan suatu rencana pokok dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut soerjono soekanto
pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan

20
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/6668 diakses 09 oktober 2019 (07.36)
I Putu Agus Supendi. 2013. Jurnal kekuatan hukum akta perdamaian melalui proses pengadilan
dan diluar pengdilan. Bali. Universitas Udayana. Hlm 4
21
Wirjono Prodjodikoro, 1980, Hukum acara perdata di Indonesia, Cet VIII, sumur, Bandung.
22
Ibid hlm 4

13
dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan
dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti23
Sedangkan yuridis sosiologis adalah suatu penelitian yang dilakukan
terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat
dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding),
yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identification) dan
pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-
solution).24

2. Spesifikasi Penelitian
Penilitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian
yang menjelaskan keadaan masalah tentang kenyataan-kenyataan yang
terjadi di masyarakat terutama bagi mereka yang sedang tersandung
kasus wanprestasi yang selesai dengan akta perdamaian

3. Sumber data
Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini meliputi data
sekunder dan data primer, yaitu:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
lapangan secara langsung pada obyek penelitian yang di lakukan di
Pengadilan Negeri Pekalongan, wawancara terhadap hakim yang
digunakan sebagai data penunjang bagi penulis untuk penulisan
penelitian ini.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dipergunakan dalam menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini melalui studi

23
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Peneliti Hukum Normatif(Suatu Tujuan Singkat), Rajawali
Pers, Jakarta, 2001, hlm 13-14
24
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hlm. 10.

14
kepustakaan putusan Nomor : 13/Pdt. G/2019/PN.pkl. adapun data
sekunder dalam penelitian ini yaitu.
1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat
berupa peraturan perundang-undangan seperti undang-undang
HIR 130 ayat 2 dan 3 tentang mengatur bahwa akta perdamaian
itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan hakim
yang biasa dan terhadap keputusan tidak dapat dimintakan
banding, PERMA No 1 tahun 2016 pasal 5 dan 6 tentang Dasar
hukum proses mediasi dan kewajiban menghadiri mediasi,
KUHPerdata Pasal 1851-1864 tentang Perjanjian perdamaian
dan syarat sah perdamaian, Pasal 1867 KUH Perdata tentang
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan
otentik maupun dengan tulisan-tulisan dibawah tangan, Pasal
1874 KUH tentang spesifikasi akta dibawah tangan yang dibuat
diluar pejabat umum, PERMA No.1 Tahun 2008 pasal 17
tentang dasar hukum akta perdamaian dan perjanjian, pasal
1858 KUHPerdata tentang kekuatan hukum putusan
perdamaian, Pasal 1 ayat 10 UU No 30 Tahun 1999 tentang
alternative penyelesaian sengketa.
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang mendukung
bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder terdiri
dari buku-buku literatur tentang implementasi kekuasaan
kehakiman RI, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ruang
Lingkup permasalahan eksekusi bidang perdata, perdamaian
dan perwasitan dalam HK Acara Perdata, Hukum Pembuktian.
3) Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk
atau penjelasan terhadap penjelasan bahan hukum primer dan
sekunder seperti kamus besar bahasa Indonesia, Kamus Hukum
ataupun rujukan internet.

15
4. Lokasi penelitian
Dalam menjalankan penelitian ini penulis memilih Pengadilan Negeri
Pekalongan untuk menjadi sampel penelitian. Alasan penulis memilih
Pengadilan Negeri Pekalongan karena kasus tersebut di putus di
Pengadilan Negeri Pekalongan.
5. Metode pengumpulan dan pengolahan data
a. Prosedur pengumpulan data
Studi kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan
membaca, memahami, dan mengutip, merangkum, dan membuat
catatan-catatan serta menganalisis peraturan perundang-undangan.
b. Studi lapangan
Penelitian lapangan dimaksud memperoleh data primer yang
dilakukan dengan metode wawancara secara langsung dengan
narasumber

H. Sistematika penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penulisan ini, maka
terlebih dahulu penulis akan menguraikan penulisannya agar lebih mudah
dipahami dan memecahkan masalah yang ada.
1. Latar Belakang Masalah
Berisikan tentang penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian
kerjasama usaha pertambangan dalam putusan akta perdamaian Nomor
: 13/Pdt.G/2019/ PN Pkl.
2. Rumusan Masalah
Bab ini merupakan bab yang berisi pembahasan yang tercakup dalam
rumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
Bab ini merupakan bab yang berisikan tentang pembahasan mengenai
tujuan meneliti kasus tersebut
4. Manfaat penelitian

16
Bab ini berisikan tentang meneliti kasus akta perdamaian Nomor :
13/Pdt.G/2019/PN Pkl. yang terdapat dalam HIR (Het Herziene
indonesisch reglement), Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
5. Kajian pustaka
Bab ini berisikan tentang pengertian akta, jenis akta, pengertian akta
perdamaian, manfaat akta perdamaian, dasar hukum akta perdamaian
atau perjanjian, kekuatan hukum yang melekat pada penetapan akta
perdamaian, dasar hukum proses mediasi dan kewajiban menghadiri
mediasi, pengertian perdamaian dan syarat sahnya perdamaian
6. Metode penelitian
Metode penilitian merupakan rancangan teknis penelitian yang disusu
oleh penulis sesuai dengan masalah yang akan diteliti
7. Sistematika penulisan
8. Daftar Pustaka

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku:
Andrea, fockema. 1983. Kamus istilah hukum belanda- indonesia. Hlm. 87, hlm.
616. Jakarta: bina cipta.
Harahap, Yahya, M. S.H., 2006. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
Perdata Edisi Kedua. Hlm. 302. Jakarta : Sinar Grafika.
Ismail badruzzaman. Pedoman peradilan adat di aceh untuk peradilan adat yang
adil dan akuntabel. Hlm. 21. Ketua majelis adat aceh nanggroe aceh
darussalam.
Koosmargono, RMJ. Dja’is, Mochammad. 2010 membaca dan mengerti HR,
Hlm. 41-42. Semarang : fakultas hukum Undip.
Mertokusumo, Sudikno. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty. Hlm
149. Yogyakarta (selanjutnya ditulis Sudikno Mertokusumo II).
Mertokusumo. Sudikno, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, liberty,
Yogyakarta.
Poerwadarminta W. J. S. 2005. kamus umum bahasa indonesia, edisi ketiga,
diolah kembali oleh pusat bahasa departemen pendidikan nasional, hlm. 259
jakarta: balai pustaka
Prodjodikoro. Wirjono, 1980, Hukum acara perdata di Indonesia, Cet VIII, sumur,
Bandung.
Shadily, hassan dan echols, M john. 1994 kamus indonesia- inggris. Hlm 129.
Jakarta: PT Gramedia.
Situmorang. M victor. 1993. Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara
perdata. Hlm. 3. Jakarta: rineka cipta.
Soekanto, soejono. 1982. Pengantar peneliti umum. Hlm 10. Jakarta : UI press
Soekanto, Soerjono dkk. 2001. Peneliti Hukum Normatif (Suatu Tujuan Singkat).
Hlm 13-14. Jakarta: Rajawali Pers.
Subekti. 2005. Hukum Pembuktian. Hlm 25. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.
Waluyo. Bambang, S. H. 1991 Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik
Indonesia. Edisi 1. Cet 1. Hal 11. Jakarta : Sinar Grafika

18
Undang-undang:

HIR
Perma No 01 Tahun 2016
Kitab Undang-Undang KUHPerdata

Karya Ilmiah

Sari, I. M. Persamaan perlakuan para pihak dalam beracara di KPPU Dalam


Prespektif Hukum Acara Peradilan Indonesia. Jurnal Magister Hukum
Udayana( Udayaba Master Law Journal),5(2),380-391.

Jurnal dan Skripsi

Lailatul Qomariyah 2105 Skripsi : kekuatan hukum akta perdamaian hasil mediasi
studi di pengadilan agama kabupaten malang. Malang.Universitas Islam Negeri
Maulana Ibrahim Malik. Halaman 5-6
Utami Saraswati, 2010. Skripsi : pengingkaran putusan perdamaian oleh salah
satu pihak yang berperkara di pengadilan negeri surakarta, Surakarta.
Universitas Muhamadiyah Surakarta. Halaman 1
Muhammad taufiq yanuar rahmadan. 2018. Skripsi tinjauan yuridis akta
perdamaian yang dibuat dihadapan notaris dalam menyelesaikan sengketa
perdata. Nusa Tenggara Barat. Universitas Mataram. Halaman 20. 27-30
I Putu Agus Supendi. 2013. Jurnal kekuatan hukum akta perdamaian melalui
proses pengadilan dan diluar pengdilan. Bali. Universitas Udayana. Halaman 4

Internet:

https://www.hukum-hukum.com/2014/07/akta-perdamaian-acta-van-
dading.html?m=1
https://www.legalakses.com/akta-perdamaian-dalam-gugatan-perdata/
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4db77e880d227/putusan-pn-
atau-akta-perdamaian-yang-digunakan-/

19

Anda mungkin juga menyukai