MENGENAL ARBITRASE
DOSEN PENGAMPUH: SITI NURJANAH AHMAD
Oleh:
Hamida P3A119021
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan waktu,
kesehatan dan pemikiran yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Manajemen Keuangan Internasional ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan.
Makalah ini membahas tentang ABITRASE.
Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
tersusun. Namun, hanya membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai
referensi. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan tambahan pada materi yang
terkait dengan Abitrase.
Kami sebagai penyusun tidak lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam
penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Nurjanah Ahmad sebagai pengajar
mata kuliah Aspek Hukum dan Etika Profesi yang telah memberikan arahan kepada
kami dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang telah
ikut berpartisipasi sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……................................................................................
1
DAFTAR ISI.......................................................................................................
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar belakang.................................................................................
3
1.2 . Rumusan Masalah...........................................................................
4
1.3 . Tujuan penulisan.............................................................................
4
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga
dikenal dengan sebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama,
seperti: perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage atau
schiedsruch(Jerman), arbitrage (Prancis) yang berarti kekuasaan menyelesaikan
sesuatu menurut kebijaksanaan.
1
http://mhunja.blogspot.in/2012/03/arbitrase-pengertian-keunggulan-dan.html.
para pihak yang bersengketa, dan pemecahannya akan didasarkan kepada bukti-
bukti yang diajukan oleh para pihak.2
2
https://coemix92.wordpress.com/2011/05/29/apa-itu-arbitrase/?
_e_pi_=7%2CE_ID10%2C3252387852.
3
https://coemix92.wordpress.com/2011/05/29/apa-ituarbitrase/?
_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C3252387852.
Pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrase) tetap
diperbolehkan.
1. Arbitrase Ad-Hoc.
4
Sutan Remy Sjahdeni. "penyelesaian Sengketa Perbankan Melalui Arbitrase". lndonesia
Arbitrotion Quorterly Newsletter. Number 6 | 2OO9., diterbitkan oleh BANI Arbitrotion center.
Arbitrase Ad-Hoc disebut juga sebagai arbitrase volunter. Ketentuan
dalam Reglement Rechtvordering (Rv) mengenal adanya Arbitrase Ad-Hoc.
Pada Pasal 615 ayat (1) Rv. Arbitrase Ad-Hoc adalah Arbitrase yang
dibentuk khusus untuk menyelesaikan atau memutus perselisihan tertentu,
atau dengan kata lain Arbitrase Ad-Hoc bersifat insidentil.5
Menurut Sutan Remy Sjahdeini bahwa Arbitrase Ad-Hoc bersifat
sekali pakai (eenmalig ). Berarti, setelah para Wasit atau Arbiter
menjalankantu gasnya,m aka Arbiter atau MajelisA rbiter yang memeriksa
sengketa itu bubar. Para Arbiter dari Arbitrase Ad-Hoc dipilih sendiri oleh
para pihak yang bersengketa dan para Arbiter menyelesaikan sengketai tu
berdasarkanp eraturanp rosedury ang ditetapkans endiri oleh para pihak.6
Pasal 13 ayat [1) dan ayat (2) uu No.30 Tahun 1999 menyebutkan
bahwa:
”Dalam hal para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan
mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat
mengenai pengangkatan arbiter, Ketua Pengadilan Negeri
menunjuk arbiter atau majelis arbitrase". Dalam suatu arbitrase
od-hoc bagi setiap ketidaksepakatan dalam penunjukan seorang
atau beberapa arbiter, para pihak dapat mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan Negeri"
5
A.Rahmat Rosyadi dan Ngatino. Arbitrase dalam Perspektif dan Hukum Positif. Penerbit
PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2O02, hlm. 79.
6
Sutan Remy Sjahdeni, lbid.
a. karena sukar untuk mengangkat arbiter, mengingat para pihak
seringkaltii dak menyetujui para arbiter ini secara bersama;
b. karena adanya kurang paham dari para pihak pada waktu merumuskan
Klausula Arbitrase.
Pasal 12 ayat [1) dan ayat (2) uu No.30 Tahun 1999 terdapat syarat-
syarat untuk dapat ditunjuk atau diangkat sebagai Arbiter, sebagai berikut:
cakap melakukan tindakan hukum;
berumur paling rendah 35 tahun;
tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai
dengan derajat kedua dengan salah satu pihak bersengketa;
tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas
putusan arbitrase; dan
memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling
sedikit 15 tahun.
Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat
ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter.
Berdasarkan ketentuan itu penunjukkan dan pengangkatan Arbiter tidak
dapat dilakukan sembarangan Arbiter yang ditunjuk oleh para pihak dalam
penyelesaian sengketa melalui Arbitrase Ad-Hoc harus memenuhi
persyaratan penunjukkan dan pengangkatan Arbiter sebagaimana yang diatur
dalam UU No'30 Tahun 1999'
2. Arbitrase Institusional
Menurut Sutan Remy Sjahdeini bahwa Arbitrase Institusional
merupakan suatu badan arbitrase permanen yang telah mempunyai peraturan
prosedur tersendiri untuk menyelesaikan setiap sengketa yang diperiksanya.7
Menurut M. Yahya Harahap bahwa Arbitrase Institusional sengaja
didirikan untuk menangani sengketa yang mungkin timbul bagi mereka yang
menghendaki penyelesaian di luar pengadilan Arbitrase ini merupakan satu
wadah yang sengaia didirikan untuk menampung Perselisihan yang timbul
dari perjanjian. Suyud Margono sebagaimana dikutip pula oleh A. Rahmat
Rosyadi dan Ngatino mengatakan bahwa Arbitrase Institusional
(lnstitusional Arbitration) merupakan lembaga atau badan arbitrase yang
bersifat permanen, sehingga disebut "Permanent Arbital BodY".8
Arbitrase Institusional bersifat permanen, ia tetap ada meskipun
perselisihan yang ditangani telah selesai diputus. Sedangkan Arbitrase Ad-
Hoc bersifat insidentil, ia akan berakhir keberadaannya setelah sengketa
yang ditangani selesai diputus. Selain itu, dalam pendirian Arbitrase
Institusional sebagai lembaga atau badan yang bersifat permanen, di
dalamnya terdapat susunan organisasi serta ketentuan-ketentuan tentang tata
7
Sutan RemY Sjahdeini, lbid.
8
A.Rahmat Rosyadi dan Ngatino, ,bt4 hlm'81'
cara pengangkatan arbiter dan tata cara pemeriksaan persengketaan secara
baku yang mengacup ada undang-undang yang berlaku.
Menurut Gunawan Widjaja bahwa faktor kesengaiaan dan permanen
ini merupakan ciri pembeda dengan Arbitrase Ad-Hoc' Selain itu Arbitrase
Institusional ini sudah ada sebelum sengketa timbul yang berbeda dengan
Arbitrase Ad-Hoc yang baru dibentuk setelah perselisihan timbul. Selain itu
Arbitrase Institusional ini berdiri untuk selamanya dan tidak bubar meskipun
perselisihan yang ditangani telah selesai. Arbitrase Institusional ini
menyediakan jasa administrasi arbitrase yang meliputi pengawasan terhadap
proses arbitrase, aturan-aturan prosedur sebagai prosedural bagi para pihak
dan pengangkatan para Arbiter.9
2.5 Sifat Perjanjian Arbitrase Menurut Hukum (pasal 618 ayat (1), (2) dan (3)
Rv) (Harahap, 2001:70).
a) Keuntungan Arbitrase
2. Prosesnya cepat
b) Kelemahan Arbitrase
2. Apabial pihak yang salah tidak mau mau melaksanakan putusan arbitrase,
maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi atas
putusan tersebut.
3. Pada prakteknya pengakuan dan pelaksanakan keputusan arbitrase asing
masaih menjadi hal yang sulit.
7. Kurangnya para pihak memegang etika bisnis. Sebagai suati mekanisme Ekstra
Judicial, arbitrase hanya dapat bertumpu pada etika bisnis.
Penyelesaian sengketa yang dilakukan atau dipilih para pihak melalui suatu
metode penyelesaian sengketa yaitu arbitrase menjadi sebuah realita yang saat
ini berkembang di masyarakat. Masyarakat juga memikirkan kelanjutan
hubungan sosial kedepannya setelah terjadi sebuah sengketa. Dimana hal-hal
yang mereka inginkan menyangkut hubungan baik dan kompromis tersebut
tidak bisa mereka dapatkan melalui sebuah penyelesaian sengketa yang
terstruktur melalui cara litigasi atau penyelesaian sengketa di pengadilan.
Dalam sebuah negara yang sistem hukum dan pemerintahannya korup dan
lembaga peradilannya dapat dengan mudah dibeli oleh pihak yang memiliki
kekuatan financial atau kekuatan politik, cara – cara negosiasi dan mediasi
tidaklah akan berjalan efektif, karena pihak yang kuat merasa yakin bahwa
dengan cara dan dalam forum apapun dapat memenangkan sengketa.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Kata “arbitrase” berasal dari bahasa asing yaitu “arbitrare”. Arbitrase juga
dikenal dengan sebutan atau istilah lain yang mempunyai arti sama,
seperti : perwasitan atau arbitrage (Belanda), arbitration (Inggris), arbitrage
atauschiedsruch (Jerman), arbitrage (Prancis) yang berarti kekuasaan
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitrase di Indonesia dikena
ldengan “perwasitan” secara lebih jelas dapat dilihat dalam Undang-undang No.
1 Tahun 1950, yang mengatur tentang acara dalam tingkat banding terhadap
putusan-putusan wasit, dengan demikian orang yang ditunjuk mengatasi sengketa
tersebut adalah wasit atau biasa disebut “arbiter”.
Secara harfiah, perkataan arbitrase adalah berasal dari kata arbitrare (Latin)
yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.
Definisi secara terminologi dikemukakan berbeda-beda oleh para sarjana saatini
walaupun pada akhirnya mempunyai inti makna yang sama.
Buku:
Sutan Remy Sjahdeini. "Penyelesaian Sengketa Perbankan Melalui
Arbitrase",BANI,2009.
A.Rahmat Rosyadi dan Ngatino.”Arbitrase dalam Perspektif dan Hukum Positif”.
Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,2002.
Internet:
http://mhunja.blogspot.in/2012/03/arbitrase-pengertian-keunggulan-dan.html.
https://coemix92.wordpress.com/2011/05/29/apa-itu-arbitrase/?
epi_=7%2CPAGE_ID10%2C3252387852.