YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 1707048002
Dosen Pembimbing,
Penerapan sistem pakar pada bidang kesehatan telah banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Salah satunya Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT
Menggunakan Metode Backward Chaining oleh Mardi Turnip yang telah berhasil
membantu dokter THT untuk melakukan diagnosa. Metode yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah metode Backward Chaining. Sistem pakar tersebut
berjalan pada platform desktop (Turnip, 2015).
Pada penelitian Diagnosa Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
Pada Anak Dengan Menggunakan Sistem Pakar Berbasis Mobile Android oleh Dini
Anggraini, dkk dengan menggunakan metode teorema bayes. Sistem paka ini perlu
untuk didaftarkan secara online sehingga diharapkan dapat diakses dengan
mendownload aplikasi tersebut dan adanya layanan admin untuk mempermudah
dalam proses update data (Anggraini, Irawan, & Rismawan, 2014).
Laporan akhir yang memiliki judul “Pengembangan Aplikasi Diagnosa
Penyakit Kulit dengan Metode Simple Additive Weighting Berbasis Windows
Phone” telah berhasil mengembangkan sebuah aplikasi untuk mendiagnosa
penyakit kulit dengan Metode Simple Additive Weighting. Pengembang
menggunakan metode tersebut untuk menentukan 10 jenis penyakit kulit dengan
kriteria pembanding dan penjumlah terbobot dari masing-masing kriteria yang telah
diolah. Aplikasi ini masih perlu ditambahkan data mengenai kriteria kelengkapan
soal yang diberikan dan macam jenis penyakit kulit. Tampilan pada aplikasi
berbasis windows phone ini masih sederhana dan perlu dikembangkan dalam
tampilannya (Wibowo, 2014).
Pada laporan akhir Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit THT (Telinga,
Hidung, Tenggorokan) oleh Helfi Nasution telah berhasil membangun aplikasi
berbasis desktop dengan menggunakan metode Bacward Chaining dan
Probabilitas Bayesin. Proses diagnosa dalam aplikasi ini dengan menjawab tiap
pertanyaan yang diajukan yang berkaitan dengan gejala yang ada pada pasien,
kemudian setiap jawaban tersebut terdapat nilai probabilitas yang selanjutnya akan
digunakan untuk mengambil kesimpulan (Nasution, 2008).
Pada penelitan Sistem Pakar Berbasis Web Diagnosa Penyakit THT (Telinga,
Hidung, Tenggorokan) Menggunakan Metode Certainty Factor oleh Heriyanto
Pratam, dkk telah berhasil membangun sistem pakar yang dapat mendiagnosa
penyakit THT yang diderita user, hanya saja dalam sistem pakar ini masih
membutuhkan lebih banyak lagi gejala dan penyakit THT, serta solusinya, dan
dibutuhkannya kemudahan dalam penggunaan dan akses sistem tersebut (Heriyanto
Pratama, 2017).
Laporan akhir yang memiliki judul “Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar
Mendiagnosa Penyakit Mata pada Manusia” telah berhasil membangun sebuah
aplikasi sistem pakar yang di fokuskan untuk penyakit mata pada manusia. Aplikasi
sistem pakar ini berbasis web. Aplikasi sistem pakar ini menggunakan metode
Forward Chaining untuk mengenali jenis penyakit mata berdasarkan gejala yang
dipenuhi. Aplikasi ini masih perlu dikembangkan pada platform mobile (Sitio,
2013).
Penelitian yang berjudul “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit THT
Berdasarkan Gejalanya Untuk Menentukan Alternatif Pengobatan Menggunakan
Tanaman Obat” telah berhasil membangun sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit THT berdasarkan gejalanya untuk menentukan alternatif pengobatan
menggunakan tanaman obat. Sistem ini menggunakan metode forward chaining
dengan model Depth First Search. Sistem pakar ini dapat digunakan untuk
mempercepat pencarian terhadap jenis obat yang dibutuhkan pasien. Sistem ini juga
dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan pengguna memiliki kesempatan
untuk mengetahui kapan dia sakit, jenis penyakit apa yang dideritanya, dan tanaman
obat jenis apa yang digunakan untuk penyembuhannya (Suraya, 2012).
Pada penelitan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan (THT) Menggunakan Metode Naive Bayes Berbasis Android oleh
Faris Abdi El Hakim, dkk. Dalam penelitian ini masih memiliki beberapa kesalahan
dalam hasil diagnosis penyakit yang diakibatkan nilai keunculan dari munculnya
nilai gejala dari beberapa penyakit memiliki selisih yang sedikit (Hakim, Hidayat,
& Dewi, 2018).
Laporan akhir yang memiliki judul “Sistem Pakar untuk Mendiagnosa
Penyakit THT Menggunakan Visual Basic.Net” telah berhasil merancang sebuah
sistem pakar yang dikhususkan untuk penyakit telinga, hidung, dan tenggorok.
Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah metode best first
search. Sistem ini perlu dikembangkan lebih luas lagi sehingga mencakup dengan
obat-obatan (Fuddillahanim, 2011).
Penelitian yang berjudul “Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Polip
Nasi (Polip Hidung) Menggunakan Metode Certainty Factor” telah berhasil
membangun sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit polip nasi (polip hidung)
menggunakan metode certainty factor. Sistem ini hanya dikhususkan untuk
penyakit polip nasi yang merupakan bagian dari penyakit hidung saja. Dalam sistem
ini user diberi pertanyaan yang berkaitan dengan penyakit polip nasi, dan pasien
memilih jawaban apakah “Pasti” atau “ya” atau “Mungkin” atau “Tidak”, dimana
jawaban tersebut masing-masing memiliki bobot yang berbeda. Output dalam
sistem ini adalah apakah pasien mengalami polip nasi atau tidak (Alfaris, 2014).
Pada penelitian Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT oleh Lisnawati, dkk
menggunakan metode Forward Chaining. Sistem pakar pada penelitian tersebut
berbasis desktop dan membutuhkan pengembangan dengan rule yang lebih banyak
lagi sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik (Lisnawita, 2016).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah diuraikan maka disusun
perbandingan seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 perbandingan antar beberapa penelitian sebagai berikut:
Berdasarkan Tabel 2.1 maka penulis akan membangun Sistem Pakar Penyakit
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) dengan membandingkan 2 metode yang
digunakan yaitu metode Certainty Factor yang telah diteliti oleh Heriyanto Pratama
dan metode Probabilitas Bayesin yang telah diteliti sebelumnya oleh Helfi Nasution,
sistem pakar ini berbasis Web agar memudahkan pengguna dengan tampilan yang
maksimal dalam mengakses Sistem Pakar Penyakit THT.
2.2. Landasan Teori
A. Sistem Pakar
Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke computer, agar computer dapat menyelesaikan masalah
seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar adalah salah satu cabang
dari AI (Artificial Intelligence). Seorang pakar adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau
kemampuan khusus yang orang lain tidak mengetahui atau mampu dalam bidang
yang dimilikinya (Dahria, 2011).
Sistem pakar menggunakan pengetahuan (knowledge), fakta, dan teknik
berfikir dalam menyelesaikan masalah. Semakin banyak pengetahuan yang
dimasukkan ke dalam sistem pakar, maka sistem tersebut akan semakin baik dalam
bertindak, sehingga hampir menyerupai pakar yang sebenarnya (Wijaya, 2007).
Suatu sistem pakar adalah suatu sistem computer yang menyamai (emulates)
kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar. Istilah emulates berarti
bahwa sistem pakar diharapkan dapat bekerja dalam semua hal seperti seorang
pakar. Sistem pakar dibangun berdasarkan konsep-konsep yang dimiliki oleh
seorang pakar (Sasmito, 2010).
Ketika sistem pakar dikembangkan pertama kali sekitar tahun 70-an sistem
pakar hanya berisi knowledge. Namun demikian sekarang ini istilah sistem pakar
sudah digunakan untuk berbagai macam sistem yang menggunakan teknologi
sistem pakar itu. Teknologi sistem pakar ini meliputi bahasa sistem pakar, program,
dan perangkat keras yang dirancang untuk membantu pengembangan dan
pembuatan sistem pakar (Listiyono, 2008)
Sistem pakar disusun oleh tiga modul utama (Staugaard, 1987) yaitu:
a. Modul Penerimaan Pengetahuan (Knowledge Acquisition Mode)
Sistem berada pada modul ini pada saat menerima pengetahuan dari pakar.
Proses mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan yang akan digunakan untuk
pengembangan sistem, dilakukan dengan bantuan knowledge engineer. Peran
knowledge engineer adalah sebagai penghubung antara suatu sistem pakar dengan
pakarnya.
b. Modul Konsultasi (Consultation Mode)
Pada saat sistem berada pada posisi memberikan jawaban atas permasalahan
yang diajukan oleh user, sistem pakar berada dalam modul konsultasi. Pada modul
ini user berinteraksi dengan sistem menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh sistem.
c. Modul Penjelasan (Explanation Mode)
Modul ini menjelaskan proses pengambilan keputusan oleh sistem
(bagaimana suatu keputusan dapat diperoleh).
B. Penyakit THT (Telinga, Hidung, dan Tenggokan)
Penyakit THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) merupakan penyakit
yang bisa menyerang siapa saja. Tidak memandang umur, jenis kelamin, status
sosial, dan daerah tempat tinggal. Banyak faktor yang bisa menyebabkan penyakit
THT, antara lain virus dan bakteri, misalnya pada penyakit Otitis Media Akut,
penyakit ini biasanya menyerang pada bagian tengah telinga, Otitis Media Akut
dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak
terutama usia 3 bulan – 3 tahun. Pada penyakit ini virus atau bakteri dari
tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius atau kadang
melalui aliran darah. Otitis Media Akut juga bisa terjadi karena adanya
penyumbatan pada sinus atau tuba eutakius akibat alergi atau pembengkakan
amandel (Winiarti, 2008).
C. Bahasa Pemrograman PHP
PHP (Personal Home Page) adalah bahasa scripting yang menyatu dengan
HTML dan dijalankan pada server side. Artinya semua sintaks yang kita berikan
akan sepenuhnya dijalankan pada server sedangkan yang dikirimkan ke browser
hanya hasilnya saja (Ramadhan & Nugroho, 2009). PHP merupakan suatu bahasa
script untuk menampilkan tampilan web secara dinamis. Tampilan web yang
dinamis memiliki keunggulan dibandingkan dengan tampilan web statis karena web
akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan data yang baru tanpa harus
menuliskan secara eksplisit pada halaman webnya (Rahardjo Emanuel, 2006).
PHP singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor yaitu skrip pemrograman
web yang bersifat open source. PHP merupakan skrip yang menyatu dengan HTML
dan berada pada server (server side HTML embedded scripting). PHP adalah skrip
yang digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis. Dinamis berarti
halaman yang akan ditampilkan dibuat saat halaman itu diminta oleh client.
Mekanisme ini menyebabkan informasi yang diterima client selalu yang terbaru.
Semua skrip PHP dieksekusi pada server dimana skrip tersebut dijalankan
(Nugraha, 2009).
D. Database MySQL
MySQL adalah suatu perangkat lunak database relasi (Relational Database
Management System atau DBMS). SQL merupakan singkatan dari Structure Query
Language, didefinisikan sebagai suatu sintaks perintah-perintah tertentu atau
bahasa program yang digunakan untuk mengelola suatu database. Jadi MySQL
adalah software dan SQL adalah bahasa perintahnya (Anisya, 2013). Dalam bahasa
SQL pada umumnya informasi tersimpan dalam tabel-tabel yang secara logik
merupakan struktur dua dimensi terdiri dari baris (row atau record) dan kolom
(column atau field). Sedangkan dalam sebuah database dapat terdiri dari beberapa
tabel (Nugroho & Fathoni, 2008).
Sejarah MySQL yang merupakan hasil buah pikiran dari Michael “Monty”
Widenius, David Axmark, dan Allan Larson dimulai tahun 1995. Mereka bertiga
kemudian mendirikan perusahaan bernama MySQL AB di Swedia. Tujuan awal
ditulisnya program MySQL adalah untuk mengembangkan aplikasi web yang akan
digunakan oleh salah satu klien MySQL AB. Memang pada saat itu, MySQL AB
adalah sebuah perusahaan konsultan database dan pengembangan software (masih
menggunakan nama perusahaan TcX DataKonsult AB) (Abdullah & Erliana,
2013).
E. Code Igniter
Code Igniter memiliki banyak fitur yang membuatnya berbeda dengan
framework lainnya, tidak seperti beberapa framework PHP lainnya, dokumentasi
untuk framework ini sangat lengkap, yang mencakup seluruh aspek dalam
framework (Andika, 2011).
CodeIgniter adalah sebuah framework PHP yang dapat membantu
mempercepat developer dalam pengembangan aplikasi web berbasis PHP
dibandingkan jika menulis semua kode program dari awal. CodeIgniter
menyediakan banyak library untuk mengerjakan tugas-tugas yang umumnya ada
pada sebuah aplikasi berbasis web. Selain itu, struktur dan susunan logis dari
CodeIgniter memuat aplikasi yang dibuat menjadi semakin teratur dan rapi
(Koespradono, Suraya, & K, 2013).
CodeIgniter adalah framework php yang berjalan pada php 4 dan php 5.
Tujuan utama CodeIgniter adalah untuk memudahkan programmer dalam
mengembangkan aplikasi secara cepat tanpa harus melakukan pemrograman dari
nol (Rosmala, Ichwan, & Gandalisha, 2011).
F. Metode Certainty Factor (CF)
Metode CF merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyatakan
kepercayaan dalam sebuah kejadian (fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau
penilaian pakar. Secara konsep, CF merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk mengatasi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. CF dapat terjadi
dengan berbagai kondisi. Diantara kondisi yang terjadi adalah terdapat beberapa
antesenden (dalam rule yang berbeda) dengan satu konsekuen yang sama
(Mujilahwati, 2014).
Certainty Theory ini diusulkan oleh Shortliffe dan Buchanan pada tahun 1975
untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran (inexact reasoning) seorang
pakar. Teori ini berkembang bersamaan dengan pembuatan sistem pakar Mycin.
Team pengembang Mycin mencatat bahwa tim ahli sering kali manganalisa
infromasi yang ada dengan ungkapan seperti misalnya: mungkin, kemungkinan
besar, hampir pasti. Untuk mengakomodasi hal ini tim Mycin menggunakan CF
guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang sedang
dihadapi.
Kelebihan dari metode CF, yaitu:
a. Suatu model komputasi yang sederhana yang memungkinkan pakar untuk
mengestimasi kepercayaan dalam konklusi.
b. Mengijinkan ekspresi kepercayaan dan ketidakpastian dalam tiap hipotesis.
c. Menggunakan nilai CF lebih mudah dibandingkan metode lain.
CF menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta atau aturan. Factor
kepastian ini merupakan bentuk penggabungan kepercayaan dan ketidakpercayaan
dalam suatu bilangan tunggal. Berikut notasi factor kepastian:
1 , 𝑃(𝑃𝑘) = 1
𝑀𝐵(𝑃𝑘, 𝐺) = { max[𝑃(𝑃𝑘 |𝐺 ),𝑃(𝑃𝑘)]−𝑃(𝑃𝑘) . . . (3.2)
, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑖𝑛
max[1,0]−𝑃(𝑃𝑘)
1 , 𝑃(𝑃𝑘) = 1
𝑀𝐵(𝑃𝑘, 𝐺) = { min[𝑃(𝑃𝑘 |𝐺 ),𝑃(𝑃𝑘)]−𝑃(𝑃𝑘) . . . (3.3)
, 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑖𝑛
min[1,0]−𝑃(𝑃𝑘)
Dimana:
P(Pk) : Probabilitas kerusakan
G : Gejala
CF : Certainty Factor (faktor kepastian dalam hipotesis H dipengaruhi
H yang dipengaruhi oleh evidence (fakta) E.
MB : Measure of Belief (tingkat keyakinan), merupakan ukuran
kepercayaan dari hipotesis H dipengaruhi oleh evidence (fakta) E.
MD : Measure of Disbelief (tingkat ketidakyakinan), merupakan ukuran
kepercayaan darihipotesis H dipengaruhi oleh fakta E.
H : Hipotesa atau konklusi yang dihasilkan.
𝑃(𝐸 |𝐻 )𝑥𝑃(𝐻)
𝑃(𝐻|𝐸) = . . . . . . (3.5)
𝑃(𝐸)
Dimana:
𝑃(𝐻|𝐸) = probabilitas munculnya hipotesis H benar jika diberikan evidence E.
𝑃(𝐸|𝐻) = probabilitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesis H benar.
𝑃(𝐻) = probabilitas hipotesis H.
𝑃(𝐻) = probabilitas evidence E.
Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis kemudian muncul lebih dari satu
evidence, maka langkah selanjutnya dengan rumus:
𝑃(𝑒|𝐸,𝐻)
𝑃(𝐻|𝐸, 𝑒) = 𝑃(𝐻|𝐸) . . . . . .(3.6)
𝑃(𝑒|𝐸)
Dimana:
e = evidence lama
E = evidence baru
𝑃(𝐻|𝐸, 𝑒) = probabilitas hipotesis H benar jika muncul evidence baru (E) dari
evidence lama (e).
𝑃(𝑒|𝐸, 𝐻) = kaitan antara e dan E jika hipotesis H benar
𝑃(𝑒|𝐸) = kaitan anatara e dan E tanpa hipotesis apapun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Feb 2018 Apr 2018 Jun 2018 Aug 2018 Okt 2018
Des 2018
No. Kegiatan Mar 2018 Mei 2018 Jul 2018 Sep 2018 Nov 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
1 Studi Pustaka
2 Wawancara
Pembangunan
3
Perangkat Lunak
a. Analisis
b. Perancangan
c. Pengkodean
d. Pengujian
Dokumentasi
4
Laporan
Abdullah, D., & Erliana, C. I. (2013). Bisnis Rental Mobil Melalui Internet (E-
Commerce). Penelitian Teknik Informatika, 2(1), 139-154.
Alfaris, S. (2014). Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Polip Nasi (Polip
Hidung) Menggunakan Metode Certainty Factor. Pelita Informatika Budi
Dharma, VII(2), 147-152.
Allan Hespie Posumah, R. H. (2013). Gambaran Foto Waters pada Penderita
dengan Dugaan Klinis Sinusitis Maksilaris di Bagian Radiologi FK
UNSRAT/SMF Radiologi BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode 1 Januari 2011–31 Desember 2011. Jurnal e-Biomedik (eBM), 1(1),
129-134.
Andika, R. (2011). Penerapan CI (CodeIgniter) dalam Pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Surat dan Pengarsipan (Studi Kasus: PT Semen
Padang). Jakarta: Universitas Islam Negeri.
Anggraini, D., Irawan, B., & Rismawan, T. (2014). Diagnosa Penyakit Telinga
Hidung dan Tenggorokan (THT) Pada Anak Dengan Menggunakan Sistem
Pakar Berbasis Mobile Android. Jurnal Coding, 2(2), 8-14.
Anisya. (2013). Aplikasi Sistem Database Rumah Sakit Terpusat pada Rumah Sakit
Umum (RSU) 'Aisyiyah Padang dengan Menerapkan Open Source (PHP-
MySQL). Momentum, 15(2), 49-58.
Brammy B. Gontung, O. I. (2015). Pola Penyakit Penderita Rawat Inap di SMF
THT-KL RSU PROF. DR. R. D. Kandou Periode Januari 2011 - Desember
2011. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, III(3), 180-185.
Daeli, F. (2013). Sistem Pakar dalam Menentukan Tingkat IQ Anak yang
Mengalami Retardasi Mental dengan Metode Certainty Factor (Studi Kasus:
Pendidikan SLB/B Karya Murni). Pelita Informatika Budi Darma, IV(3),
43-47.
Dahria, M. (2011). Pengembangan Sistem Pakar Dalam Membangun Suatu
Aplikasi. Jurnal SAINTIKOM, 10(3), 199-205.
Fuddillahanim. (2011). Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Menggunakan
Visual Basic.Net. Banda Aceh: STMIK U'Budiyah Indonesia.
Hakim, F. A., Hidayat, N., & Dewi, R. K. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit
Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Menggunakan Metode Naive Bayes
Berbasis Android. Jurnal Pengembangan Teknoligi Informasi dan IImu
Komputer, 2(4), 1492-1500.
Heriyanto Pratama, I. F. (2017). Sistem Pakar Berbasis Web Diagnosa Penyakit
THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan) Menggunakan Metode Certainty
Factor. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Teknologi
Informasi. 2, pp. 1-8. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Indonesia, M. K. (2006, November 3). Rencana Strategi Nasional Penanggulangan
Gangguan Pendengaran dan Ketulian untuk Mencapai Sound Hearing 2030.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, pp. 1-21.
Khotimah, B. K. (2010). Sistem Pakar Troubleshooting Komputer dengan Metode
Certainty Factor Menggunakan Probabilitas Bayesin (Studi Kasus
Laboratorium Jaringan Komputer). Rekayasa, 3(1), 12-18.
Koespradono, Suraya, & K, R. Y. (2013). Sistem Informasi Pengolahan Data
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan di Kabupaten Klaten (Tahun
2003-2012) Menggunakan Framework CodeIgniter. Jurnal Script, 1(1), 46-
54.
Lisnawita, L. L. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT. Jurnal Inovtek
Polbeng, 1(2), 95-99.
Listiyono, H. (2008). Merancang dan Membuat Sistem Pakar. Jurnal Teknologi
Informasi, XIII(2), 115-124.
Mujilahwati, S. (2014). Diagnosa Penyakit Tanaman Hias Menggunakan Metode
Certainty Factor Berbasis Web. Jurnal TeknikA, 6(2), 585-591.
Nasution, H. (2008). Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit THT (Telinga, Hidung,
Tenggorokan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2009.
Nugroho, N. B., & Fathoni, M. (2008). Koneksi Database PHP-MySQL. Saintikom,
5(2), 211-220.
Rohman, F. F., & Faujizah, A. (2008). Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pakar
untuk Menentukan Jenis Gangguan Perkembangan pada Anak. Media
Informatika, 6(1), 1-23.
Rosmala, D., Ichwan, M., & Gandalisha, M. (2011). Komparasi Framework
MVC(CodeIgniter, dan CakePHP) pada Aplikasi Berbasis Web
(Studikasus: Sistem Informasi Perwalian Di Jurusan Informatika Institut
Teknologi Nasional). Jurnal Informatika, 2(2), 22-30.
Sasmito, G. W. (2010). Aplikasi Sistem Pakar untuk Simulasi Diagnosa Hama dan
Penyakit Tanaman Bawang Merah dan Cabai Menggunakan Forward
Chaining dan Pendekatan Berbasis Aturan. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sitio, R. R. (2013). Pembangunan Aplikasi Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit
Mata pada Manusia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Staugaard, A. (1987). Robotics and Artificial Intelligence: Introduction to Apllied
Machine Intelligent. Prentice Hall.
Suraya. (2012). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit THT Berdasarkan
Gejalanya Untuk Menentukan Alternatif Pengobatan Menggunakan
Tanaman Obat. Teknik Informatika, III(1), 337-346.
Turnip, M. (2015). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT Menggunakan Metode
Backward Chaining. Riau Journal Of Computer Science, 1(1), 1-8.
Wibowo, W. S. (2014). Pengembangan Aplikasi Diagnosa Penyakit Kulit dengan
Metode Simple Additive Weighting Berbasis Windows Phone. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
Wijaya, R. (2007). Penggunaan Sistem Pakar dalam Pengembangan Portal
Informasi untuk Spesifikasi Jenis Penyakit Infeksi. Jurnal Informatika,
3(1), 63-88.
Winiarti, S. (2008). Pemanfaatan Teorema Bayes dalam Penentuan Penyakit THT.
Jurnal Informatika, 2(2), 189-199.