ARBITRASE
Disusun Oleh :
Wahyu Meiyana Ndalu (191010201041)
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan............................................................................................................ 3
BAB II...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4
A. Pengertian Arbitrase ....................................................................................... 4
B. Sejarah Perkembangan Arbitrase Di Indonesia ............................................... 5
C. Ruang Lingkup Arbitrase ............................................................................... 8
D. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) .................................................. 8
E. Proses Penyelesaian Sengketa Arbitrase ......................................................... 9
F. Kekurangan dan Kelebihan Arbitrase ........................................................... 10
BAB III .................................................................................................................. 12
PENUTUPAN ........................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat bimbingan
serta petunjuk-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Adapun pembahasan
makalah ini yakni Ruang Lingkup Arbitrase. Saya menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pembimbing dalam mata kuliah
Hukum Dagang.
Penyusun
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arbitrase, baik nasional maupun internasional memiliki peran dan fungsi
yang makin lama makin penting dalam kerangka proses penyelesaian sengketa.
Khusus bagi Indonesia sebagai negara niaga kecil yang telah memastikan diri
untuk memasuki arena ekonomi dunia yang terintegrasi, arbitrase sangat penting
karena tidak ada pengadilan dunia yang dapat menangani sengketa-sengketa
komersial yang terjadi dari perdagangan internasional. Arbitrase merupakan salah
satu model penyelesaian sengketa yang dapat dipilih di antara berbagai sarana
penyelesaian sengketa komersial yang tersedia. Oleh karena arbitrase diyakini
sebagai forum tempat penyelesaian sengketa komersial yang reliable, efektif, dan
efisien.
1
pada "rasa keadilan warga masyarakat." Oleh sebab itu, sulit dihindari bila
semakin hari semakin berkembang rasa tidak percaya masyarakat terhadap
institusi pengadilan.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Arbitrase
Arbitrase adalah suatu prosedur yang oleh para pihak yang berselisih
secara suka rela setuju untuk terikat pada putusan pihak ketiga yang netral di luar
proses peradilan yang normal. Logika dan kesederhanaan dari arbitrase mendapat
pujian bahwa proses tersebut ditujukan untu manusiasejak abad permulaan. Untuk
alasan yang sama pula arbitrase secara luas diterimasebagai pelengkap dari
hukum formildari orang-orang romawi dan lebih di sukai sebagai alat
penyelesaian perselisiahan komersil pada abad pertengahan. sementara itu,
menurut undang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitarse dan alternatif
penyelesaian senketa umum pasal 1 angka 1, arbitrase adalah: “cara penyelesaian
suatu sengketa di luar perdilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.”
4
lain atau lebih kepada satu orang (Arbiter) atau lebih (arbiter-arbiter
majlis)ahli yang profesional, yang akan bertindak sebagai hakim atau
peradilan swasta yang akan menerapkantata cara hukum perdamaian yang
telah disrpakati bersama oleh para pihak tersebut untuk sampai pada
putusan yang final dan mengikat.”
Menurut Frank Elkoury dan Edna Elkaury arbitrase adalah: “suatu proses
yang mudah dan simpel yang dipilih oleh para piahak secara suka rela yang ingin
perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral sesuai dengan pilihan mereka
dimana keputusan berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut secara final dan
mengikat”
5
1) Zaman Hindia Belanda
Sejak tahun 1849 (berlakunya KUHAP) yang pada pasal 615 dan 651 Rv
yang isinya tentang pengertian, ruang lingkup, kewenangan dn fungsi
arbitrase. Dari ketentuan tersebut setiap orang yang bersengketa pada waktu
6
itu punya hak untuk menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada
seseorang atau beberapa orang wasit (arbiter), selanjutnya arbiter yang
dipercaya tadi memeriksa dan memutus sengketa yang diserahkan kepadanya
menurut asas-asas dan ketentuan sesuai yang diinginkan para pihak yang
terlibat dalam sengketa tersebut.
3) Indonesia Merdeka
7
Beberapa serangkaian peraturan perundangan yang menjadi dasar yuridis
arbitrase di Indonesia adalah:
8
masyarakat dan sektor bisnis. BANI berkedudukan di Jakarta dengan perwakilan
di beberapa kota besar di Indonesia termasuk Surabaya, Bandung, Pontianak,
Denpasar, Palembang, Medan dan Batam.
1. Surat permohonan
9
Tuntutan balasan tersebut akan dan wajib untuk diperiksa dan diputus oleh
arbiter atau majelis arbitrase bersama-sama dengan pokok sengketa.
3. Kehadiran para pihak di dalam sidang arbitrase
Jika pada hari yang dtentukan oleh arbiter atau majelis arbitrase
berdasarkan pada surat perintah menghadap yang telah dikeluarkan, ternyata
pemohon tanpa suatu alas an yang sah tidak datang menghadap, sedangkan
sudah dipanggil secara patut, surat tuntutannya dinyatakan gugur dan tugas
arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai.
4. Perdamaian
5. Pemeriksaan pokok sengketa
6. Pencabutan surat permohonan
7. Saksi dan saksi ahli
8. Putusan arbittrase
10
5. Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat
penyelenggaraan arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
6. Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui
tata cara (prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
7. Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase) tidak menjadi batal karena
berakhir atau batalnya perjanjian pokok.
8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus mengutamakan
perdamaian diantara para pihak yang bersengketa.
11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Arbitrase adalah suatu prosedur yang oleh para pihak yang berselisih
secara suka rela setuju untuk terikat pada putusan pihak ketiga yang netral di luar
proses peradilan yang normal.
1. Surat permohonan
2. Jawaban atas surat permohonan
3. Kehadiran para pihak dalam sidang arbitrase
4. Perdamaian
5. Pemeriksaan pokok sengketa
6. Pencabutan surat permohonan
7. Saksi dan saksi ahli
8. Putusan arbittrase
B. Saran
Adapun saran-saran yang mungkin dapat berguna bai pihak-pihak yang
berkepentingan maka penyusun memberikan masukan-masukan antara lain:
12
DAFTAR PUSTAKA
13