Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JURNAL REPORT

ASPEK HUKUM DALAM PENYELESAIAN


SANGKETA BISNIS
Dosen Pengampu : Tiara Reizsa Adhitya, S.E., M.Si

Disusun oleh :
Yola Frencika Sitorus
(7223220023)

KELAS C
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas
hadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Critical jurnal Report pada mata kuliah Hukum bisnis dan regulasi
ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Tiara Reizsa Adhitya, S.E.,
M.Si selaku dosen pengampu Hukum bisnis dan regulasi yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan memiliki
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik kedepannya.
Saya berharap makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para
pembaca. Atas perhatian Dosen pengampu dan para pembaca saya sampaikan
terima kasih.

Medan, 18 September 2022

Yola Frencika Sitorus

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... 1

Daftar Isi..................................................................................................... 2

BAB 1 Pendahuluan................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang..................................................................... 3

1.2 Kajian teori........................................................................... 3

1.3 Metodologi penelitian.......................................................... 4

BAB 2 Pembahasan................................................................................... 5

2.1 Identitas Jurnal.................................................................... 5

2.2 Ringkasan Jurnal................................................................. 5

BAB 3 Penutup........................................................................................... 7

3.1 Kesimpulan........................................................................... 7

3.2 Saran..................................................................................... 7

Daftar Pustaka............................................................................................ 8

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam


bentuk kerjasama bisnis, yang meningkat dari hari ke hari. Semakin meningkatnya
kerjasama bisnis, menyebabkan semakin tinggi pula tingkat sengketa diantara para
pihak yang terlibat didalamnya.

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui sebuah badan yang disebut


dengan pengadilan,akan tetapi lama kelamaan badan pengadilan ini semakin
terpasung dalam tembok-tembok yuridis yang sukar ditembusi oleh para pencari
keadilan, khususnya jika pencari keadilan tersebut adalah pelaku bisnis dengan
sengketa yang menyangkut dengan bisnis.

Maka mulailah dipikirkan alternatif-alternatif lain untuk menyelesaikan


sengketa, diantaranya adalah lewat badan arbitrase.

1.2. Kajian Teori

Arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin) yang berarti kekeuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan.

Arbitase menurut Subekti adalah penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh


seorang hakim atau para hakim yang berdasarkan persetujuan baha mereka akan
tunduk kepada atau menaati keputusan yang diberikan oleh hakim yang mereka
pilih atau tunjuk tersebut.

Saudaga Gautama3 menyatakan bahwa dunia perdagangan internasiopanal


selalu kuatir berpekara melalui pengadilan. Ini berlaku untuk tiap sistem negara,
baik negara yang maju maupun masih berstatus negara berkembang.

3
1.3. Metodologi Penelitian
 Jenis Penulisan

Penulisan makalah ini bersifat deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis


adalah metode atau cara kerja dalam suatu pemecahan masalah dengan cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjelaskan dan menganalisis situasi dan
kondisi suatu obyek permasalahan dari sudut pandang penulis berdasarkan hasil
telaah pustaka yang menunjang (studi literatur).

 fokus penelitian

Obyek permasalahan adalah penyelesaian sangketa bisnis dengan hukum yang


berlaku. Penulisan berfokus pada cara tepat untuk menyelesaikan sangketa bisnis
dengan hukum.

 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada studi ini adalah sumber data sekunder. Data
sekunder dapat diperoleh dari pustaka yang menunjang seperti textbook, jurnal,
dokumentasi, data lembaga penelitian maupun data instansi terkait yang relevan.

 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melalui studi literal (studi kepustakaan). Studi


kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa data
sekunder yang berhubungan dengan topik dan masalah yang terkait dengan
penyelesaian sangketa bisnis melalui hukum.

 Analisis Data

Proses menganalisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan membandingkan
berbagai sumber pustaka serta menginterpretasikan hasil analisis, sehingga dapat
menjawab semua permasalahan. Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari
permasalahan yang telah terjawab.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Identitas Jurnal

Judul Aspek hukum bisnis tentang penyelesaian sangketa bisnis


Penulis M. Shidqon Prabowo
Tahun 2017
Volume Vol. 10 No. 1

2.2. Ringkasan Jurnal

Sengketa bisnis dapat diselesaikan melalui jalur litigasi dan non litigasi,
penyelesaian sengketa melalu litigasi adalah penyelesaian melalui pengadilan,
sedangkan penyelesaian melalui jalur non litigasi adalah penyelesaian melalui
arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa (Alternatif Dispute Resolution).

a) Penyelesaian sangketa melalui pengadilan

Penyelesaian sangketa bisnis melalui pengadilan dapat dilakukan dengan


prosedur dan proses yang mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku seperti
hukum perdata. Penyelesaian sangketa melalui pengadilan kurang diminati para
pebisnis karena cukup menguras waktu dalam artian prosesnya yang panjang dan
berlarut-larut.

b) Penyelesaian sangketa melalui arbitrase

Arbitrase atau arbitrasi adalah penyelesaian perkara atau sengketa yang


melibatkan pihak ketiga yang dianggap netral. Netral di sini artinya tak memihak
kedua belah pihak yang berselisih. Abitrase menjadi pilihan banyak pebisnis
dalam menyelesaikan masalahnya karena proses ini singkat,tidak memakan
banyak waktu,bisa memilih para arbitrator,dan prosesnya tidak serumit litigasi.

5
c) Penyelesaian sangketa dengan alternatif

Selain penyelesaian sangketa secara pengadilan dan abitrase metode lainnya


juga dapat di lakukan dengan alternatif lain seperti :

 Negosiasi

Negosiasi dapat di lakukan dengan mempertemukan dua orang yang terlibat


dalam suatu permasalahan.

 Mediasi

Mediasi dapat di lakukan dengan proses perundingan dan musyawarah antar dua
belah pihak yang akan menyelesaikan masalah mereka yang di bantu oleh pihak
ketiga yaitu mediator.

 Konsiliasi

Konsiliasi dapat di lakukan dengan cara yang hampir sama seperti mediasi dengan
menghadirkan konsiliator di tengah-tengah oleh karena itu keduanya sering di
campur adukan dalam suatu upaya penyelesaian sangketa.

 Penilaian ahli

Penilaian ahli adalah penilaian berdasarkan aspek-aspek hukum dan budaya yang
berlaku dan melibatkan beberapa orang yang sudah paham tentang hukum agar
dapat memberikan kontribusi yang positif dalam penyelesaian suatu sangketa.

6
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan


penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi
terjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti sangat mungkin makin banyak
sengketa yang harus diselesaikan.

Suatu permasalahan hendaklah langsung ditindaklanjuti agar tidak membesar


dan berdampak pada kegiatan bisnis itu sendiri.

Penyelesaian sangketa sendiri dapat dilakukan bergantung pada jenis kasus itu
sendiri agar dapat di putuskan menggunakan cara baik itu secara litigasi, abitrase
maupun cara alternatif yang lainnya untuk menemukan titik terang dan hasil yang
tidak merugikan pihak manapun.

3.2. Saran

Penyelesaian sangketa bisnis haruslah segera ditindaklanjuti dengan cara yang


tepat agar selesai dengan baik tanpa menggangu kegiatan bisnis itu sendiri.

7
DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Muni,2008, Pengantar Hukum Bisnis – Menata Bisnis Modern di Era


Globalisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

H.R. Daeng Naja, 2009, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Yustisia

Nazarkhan Yasin, 2004, Mengenal Klaim Kontrak Kontruksi dan Penyelesaian


Sengketa Kontruksi, PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

Saudaga Gautama, 1999, Undang-Undang Arbitrase Baru, PT Citra Aditya Bakti


Bandung

Subekti, 1977, Hukum Acra Perdata, Bina Cipta : Jakarta, dalam M Khoidin,
2011, Hukum Arbitrase Bidang Perdata, Laksbang Mediatama:Yogyakarta

8
ASPEK HUKUM BISNIS
TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

M Shidqon Prabowo
Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim
shidqonhamzah@yahoo.com

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai macam bentuk kerjasama
bisnis, yang meningkat dari hari ke hari. Semakin meningkatnya kerjasama bisnis,
menyebabkan semakin tinggi pula tingkat sengketa diantara para pihak yang terlibat
didalamnya. Penyelesaian sengketa secara konvensional dilakukan melalui sebuah badan yang
disebut dengan pengadilan. Sudah sejak ratusan bahkan ribuan tahun badan-badan pengadilan
ini telah berkiprah. Akan tetapi, lama kelamaan badan pengadilan ini semakin terpasung dalam
tembok-tembok yuridis yang sukar ditembusi oleh para pencari keadilan, khususnya jika
pencari keadilan tersebut adalah pelaku bisnis dengan sengketa yang menyangkut dengan
bisnis. Maka mulailah dipikirkan alternatif-alternatif lain untuk menyelesaikan sengketa,
diantaranya adalah lewat badan arbitrase.

Kata Kunci : Penyelesaian, Sengketa, dan Bisnis

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di zaman modern seperti saat ini bangsa Indonesia banyak mengalami berbagai polemik
yang beredar di dalam masyarakat yang menimbulkan suatu pertentang bahkan sampai
menimbulkan perikaian diantara masyarakat. Pertikaian yang ada muncul dari berbagai masalah
yang biasanya timbul karena perbedaan pendapat atau paham yang mereka anut.
Pertikaian bermula dari suatu persoalan yang kecil karena tidak cepat diselesaikan maka
persoalan tersebut menjadi besar. Persoalan ini sebaiknya cepat diselesaikan agar tidak menjadi
besar. Sengketa bisnis, pada uumnya dimulai dengan adanya wanprestasi atau ingkar janji
sehingga pihak yang lain merasa dirugikan 1.
Sebuah konflik, yakni sebuh situasi dimana dua pihak atau lebih dihadapkan pada
perbedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sebuah sengketa apabila pihak yang
merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak puas atau keprihatianya istilah orang jawa
“nrimo ing pandum” . Sebuah konflik berubah atau berkembang menjadi sebuah sengketa
bilamana pihak yang merasa dirugikan telah menyatakan rasa tidak puas baik secara langsung
kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau kepada pihak lain 2

1
H.R. Daeng Naja, 2009, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, hlm 131
2
Ibid, hlm 2
Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017 75
B. RUMUSAN MASALAH
Bentuk apa saja penyelesaian Sengketa bisnis ditinjau dari aspek hukum bisnis?

C. PEMBAHASAN
Sengketa bisnis dapat diselesaikan melalui jalur litigasi dan non litigasi, Penyelesaian
sengketa melalu litigasi adalah penyelesaian melalui pengadilan, sedangkan penyelesaian
melalui jalur non litigasi adalah penyelesaian melalui arbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa (Alternatif Dispute Resolution).

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan


Penyelesaian sengketa melalui pengadilan, prosedur dan prosesnya mengacu pada
ketentuan hukum acara yang berlaku di Indonesia, yaitu Hukum Acara Perdata.
Tujuan dari Hukum Acara Perdata adalah untuk melindungi hak seseorang dan
mempertahankan hukum materiil, perlindungan terhadap hak seseorang diberikan
oleh Hukum Acara Perdata melalui peradilan perdata.
Pilihan cara penyelesaian sengketa bisnis melalui pengadilan kurang diminati oleh
para pelaku bisnis karena waktu penyelesaiannya sangat lama dan bertahun-tahun
atau dengan kata lain penyelesaian sengketa berlarut-larut, apalagi bila samapai
Peninjauan Kembali (PK). Saudaga Gautama3 menyatakan baha dunia perdagangan
internasiopanal selalu kuatir berpekara melalui pengadilan. Ini berlaku untuk tiap
sistem negara, baik negara yang maju maupun masih berstatus negara berkembang.

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase


Arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin) yang berarti kekeuasaan untuk
menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Arbitase menurut Subekti adalah
penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang
berdasarkan persetujuan baha mereka akan tunduk kepada atau menaati keputusan
yang diberikan oleh hakim yang mereka pilih atau tunjuk tersebut. Keberadaan
arbetrase di indonesia sudah dikenal sejak sebelum perang dunia kedua, namun
masih jarang digunakan oleh masyarakat karena disamping kurang dimengerti juga
masih diragukan manfaatnya. 4
Pada akhir-akhir ini, pelaku bisnis yang bersengketa cenderung lebih menyukai
penyelesaian memalui arbetrase dibandingkan melalui pengadilan karena ada
beberapa alasan:
a. Arbitrase lebih cepat daripada litigasi;
b. Arbitrae lebih tidak formil dan lebih tidak sulit prosedurnya daripada litigasi;

3
Saudaga Gautama, 1999, Undang-Undang Arbitrase Baru, PT Citra Aditya Bakti Bandung, hlm 5
4
Subekti, 1977, Hukum Acra Perdata, Bina Cipta : Jakarta, dalam M Khoidin, 2011, Hukum Arbitrase Bidang
Perdata, Laksbang Mediatama:Yogyakarta, hlm 7
76 Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017
c. Orang-orang yang melayani sebagai arbitrator dapat dipilih oleh para pihak,
sehingga mereka cenderung lebih berpengetahuan tentang hal-hal perdaganagan
dan teknis daripada hakim-hakim pengadilan;
d. Para arbitrator dan peraturan dimana mereka beroperasi dapat dipilih oleh para
pihak, sehingga persidangan arbitrase cenderung dianggap lebih adil oleh kedua
belah pihak;
e. Tidak Seperti litigasi,a rbitrase dapat dilaksanakan secara pribadi, tanpa
publikasi dan pembebaran informasi rahasia;
f. Bahasa persidangan, hukum yang diberlakukan dalam atbitrase dan tempat
arbitrse, semua dapat dipilih oleh pihak;dan
g. Keputusn arbitrse dapat dieksekusi oleh pengadilan di banyak negara, biasanya
lebih mudah daripada pengeksekusian kepeutusan pengadilan negeri.

3. Alternatif Penyelesain Sengketa


Penyelesaian sengketa melalui jalur arternatif adalahcara termurah, termudah, dan
tercepat serta tertutup bila dibandingkan dengan arbitrase atau pengadilan bila para
pihak yang bersengketa benar-benar beriktikad baik. Cara ini juga menutup
kemungkinan sengketa ini diketahui pihak luar 5
Pasal 1 angka 10 UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa menyebutkan bahwa:
“Alternatif Penyeleaian Sengketa adalah lembaga penyelesain sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli”

a. Negoisasi
1. Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita dan
pihal lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari hasil yang
baik, demi kepentingan kedua pihak.
2. Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak
mengubah) sikap dan perilaku orang lain.
3. Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal
balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang, dan
kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
Pola Perilaku dalam Negosiasi :
(1) Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak
menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
(2) Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, menyetujui,
membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
5
Nazarkhan Yasin, 2004, Mengenal Klaim Kontrak Kontruksi dan Penyelesaian Sengketa Kontruksi, PT
Gramedia Pustaka Utama:Jakarta, hlm.136
Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017 77
(3) Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik kembali isi
pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
(4) Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan perhatian
pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi dengan situasi.
Ketrampilan Negosiasi :
(1) Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain
mengamatinya.
(2) Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-pihak
yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
(3) Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang tak pasti
dan tuntutan di luar perhitungan.
(4) Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
(5) Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi kendala.
Negosiasi dan Hiden Agenda :
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak
memiliki hiden agenda.
Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat terselubung yang tak
diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.
Negosiasi dan Gaya Kerja :
(1) Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh
gaya kerjanya.
(2) Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya dalam
memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.
Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi :
(1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak
memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang lebih menguntungkan.
(2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan sebaiknya
dipertimbangkan lebih dulu.
(3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah satu/
keduapihak, maka lobying dapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang
ada sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih
terbuka.

b. Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau
mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
78 Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah
atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau
konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu
gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala
sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Prosedur Untuk Mediasi :
• Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
• Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada
mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
• Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi
kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
• Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak
pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan
penetapan.
Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Tugas
pokok dari mediator adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan forum-forum, seperti mengundang rapat dan lain-lain.
b. Mengumpulkan dan membagi-bagi informasi.
c. Memecahkan masalah.
d. Mengusulkan keputusan/solusi (jika belum ditemukan solusi).

c. Konsiliasi
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui
pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja dengan pihak
bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa
tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang netral tersebut
dengan konsiliator. Karena antara mediasi dengan konsiliasi banyak
persamaannya, maka dalam praktek kedua istilah tersebut sering
dicampuradukkan.

d. Penilaian ahli
Tanggapa ahli adalah segala sesuatu yang merupakan,dasar pemikiran dan
indikator dan penyelesain sengketa bisnis,karena dalam penyelesaian sengketa

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017 79


harus melihat aspek – aspek hukum , sosial dan budaya.Bagaimana Ahli Hukum
dapat memberikan kontribusi yang positif dalam penyelesaian sengketa bisnis.
Penyelesian sengketa pada umumnya harus menggunakan prinsip keadilan
dalam penyelesaian,tidak menggunakan pendapat sesorang saja,harus melibatkan
beberapa pihak yang betul – betul kompeten dalam hukum bisnis.

D. KESIMPULAN
Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari, tidak mungkin
dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar pihak yang terlibat. Setiap jenis
sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang cepat. Makin banyak
dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi terjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti sangat
mungkin makin banyak sengketa yang harus diselesaikan.
Membiarkan sengketa dagang terlambat diselesaikan akan mengakibatkan
perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami
kemunduran dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang paling dirugikan di
samping itu, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial kaum pekerja juga terhambat.
Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan sengketa diantara para pihak yang
terlibat, peranan penasihat hukum, konsultan dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan
pada alternatif penyelesaian yang dirasakan paling menguntungkan kepentingan kliennya.
Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara Litigasi atau
penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Dalam keadaan demikian, posisi para pihak yang
bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain) Penyelesaian sengketa
bisnis model tidak direkomendasaikan. Saat ini, Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya
yang paling tepat untuk menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Kini belum kita dapati
peradilan yang dapat memeriksa sengketa komersial internasional. Adanya kekhawatiran dan
keengganan para pengusaha internasional yang bersengketa melawan pengusaha nasional
karena kekhawatiran hakimnya akan memihak. Oleh karena itu sering kita lihat bahwa dalam
perjanjian dagang internasional, selalu memilih forum hukum asing. Kalaupun akhirnya
ditempuh, penyelesaian itu semata-mata hanya sebagai jalan yang terakhir (ultimatum
remedium) setelah alternatif lain dinilai tidak membuahkan hasil.

80 Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017


DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, Muni,2008, Pengantar Hukum Bisnis – Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti
H.R. Daeng Naja, 2009, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia
Nazarkhan Yasin, 2004, Mengenal Klaim Kontrak Kontruksi dan Penyelesaian Sengketa
Kontruksi, PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
Saudaga Gautama, 1999, Undang-Undang Arbitrase Baru, PT Citra Aditya Bakti Bandung
Subekti, 1977, Hukum Acra Perdata, Bina Cipta : Jakarta, dalam M Khoidin, 2011, Hukum
Arbitrase Bidang Perdata, Laksbang Mediatama:Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE Vol. 10 No. 1 Mei 2017 81

Anda mungkin juga menyukai